1 298,50 362,25 415,05 461,25 499,50
2 2.407,78 2.472,53 2.509,72 2.505,40 2.459,55
3 1.244,33 1.277,79 1.297,01 1.294,77 1.271,08
4 1.036,80 1.102,80 1.132,46 1.149,49 1.147,51
Diperoleh dari hasil perkalian luas petak dengan perkiraan pertumbuhan volume pertahun berdasarkan bonita.
Tabel 7. Tabel perkiraan present value setiap petak pertahun dalam juta rupiah. Selengkapnya pada Lampiran 4
Diperoleh dari hasil perkalian volume setiap petak pertahun Tabel 4 dengan harga jual per m
3
Tabel 2 dikurangi dengan pajak dan beban biaya. Permasalahan yang terkandung dalam
penelitian ini kemudian dimodelkan secara matematika. Hal ini dimaksudkan agar
permasalahan tersebut dapat dipecahkan secara lebih mudah. Kemudian untuk
mendapatkan hasilnya dengan cepat, maka perhitungannya menggunakan proses
komputasi. Proses komputasi ini menggunakan salah satu perangkat lunak
pemrograman linear yakni Lingo8.0 dan kemudian model matematika tersebut
diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman Lingo8.0.
IV. DESKRIPSI DAN FORMULASI MODEL OPTIMASI UNTUK PENENTUAN LOKASI PETAK PEMANENAN HUTAN
Undang-undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan,
pasal 1 a menegaskan bahwa kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut
paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
Pada pasal 1 b, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pada pasal 6 ayat 1
dijelaskan bahwa hutan mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung
dan fungsi produksi. Pasal 6 ayat 2, hutan berdasarkan fungsi pokok ditetapkan menjadi
tiga yakni hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi UU RI No 41 Tahun 1999.
4.1 Tahapan Perencanaan Pemanenan
Hutan
Perencanaan pemanenan terdiri dari beberapa tahap, mulai dari tahap perencanaan
strategis, perencanaan taktis, perencanaan pemanenan tahunan, perencanaan operasi
pemanenan, dan operasi pemanenan Karlsson et al.,2004.
Perencanaan strategis dibuat dalam periode waktu jangka panjang 50-100 tahun.
Tahap ini merupakan analisis awal, mensimulasikan volume hutan untuk masa
depan, memperkirakan volume total penebangan atau pemanenan hutan untuk
periode lima sampai sepuluh tahunan, disesuaikan dengan keilmuan kehutanan. Dari
sini dapat diperkirakan volume maksimum hasil pemanenan Lundstrom Soderberg,
1996.
Perencanaan taktis merupakan tahap mensimulasikan keuntungan atau nilai
maksimum serta mensimulasikan volume panen tahunan berdasarkan proporsi
penebangan atau pemanenan hutan. Tahap ini
Indeks Tahun 2006
Tahun 2007 Tahun 2008
Tahun 2009 Tahun 2010
1 26.476 42.787
61.738 83.758 108.457 2 240.338
311.555 388.269 466.304 542.425 3 124.205
161.010 200.655 240.983 280.322 4 102.930
138.714 175.059 213.959 253.244 5 246.174
331.759 418.683 511.719 605.675
it
x =
untuk horizon waktu lima sampai sepuluh tahun, tahap ini sudah bisa diperkirakan
keuntungan Johnson et al., 1993. Tahap perencanaan tahunan atau tahap
menengah, bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah yang akan dipanen pada waktu
tertentu agar permintaan dan penawaran seimbang.
Tahap perencanaan operasi pemanenan dibuat untuk jangka waktu mingguan. Tahap
ini beroperasi di wilayah kecil yang telah dibagi-bagi pada tahap sebelumnya. Wilayah
ini terbentuk dari satu atau lebih petak pemanenan.
Tahap terakhir adalah tahap operasi pemanenan. Tahap ini merupakan pelaksanaan
teknis dari tahap-tahap sebelumnya. Perencanaan pada tahap yang berbeda akan
selalu di-update secara kontinu dan berkelanjutan demi hasil yang optimal.
Gambaran setiap tahap dalam perencanaan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tingkatan dalam perencanaan pemanenan Karlsson et al., 2004.
Semakin tinggi volume kayu yang dihasilkan pada suatu petak maka semakin
besar present value dari kayu tersebut dan semakin besar nilai jual di pasar kayu saat itu
maka semakin besar present value dari kayu tersebut. Begitu pula sebaliknya semakin kecil
volume kayu yang dihasilkan pada suatu petak lokasi maka semakin kecil present value
dari kayu tersebut dan semakin kecil nilai jual di pasar kayu saat itu maka semakin kecil
present value dari kayu tersebut. Nilai tersebut merupakan nilai bersih keuntungan perpetak
setelah dikurangi biaya variabel pemanenan
4.2 Masalah dan Pemodelan Penentuan