Ciri-ciri Pelacuran 9 Faktor-faktor Perempuan menjadi PSK

2.10 Ciri-ciri Pelacuran

Dalam situasi apapun pelacuran selalu saja hadir, dari yang mengendap- endap hingga yang terang-terangan. Pelacuran ada karena adanya laki-laki hidung belang, begitu pula sebaliknya Soffa Ihsan, 2004: 128. Di desa-desa, hampir tidak terdapat pelacur. Jika ada, maka mereka itu adalah pendatang dari kota, yang singgah untuk beberapa hari, atau pulang ke desanya. Sama halnya juga dengan desa perbatasan yang dekat dengan kota-kota dan tempat-tempat sepanjang jalan besar yang dilalui truk-truk dan kendaraan umum sering dijadikan lokasi oleh wanita-wanita tunasusila. Banyaknya langganan yang dilayani oleh para wanita tunasusila di Sunan Kuning ialah 2-10 orang, dalam jangka waktu 12-24 jam. Wanita Tuna Susila ini bisa digolongkan dalam dua kategori, yaitu : 1 Mereka yang melakukan profesinya dengan sadar dan sukarela, berdasarkan motivasi-motivasi tertentu. 2 Mereka yang melakukan tugas melacur karena ditawan atau dijebak dan dipaksa oleh germo-germo yang terdiri atas penjahat-penjahat, calo-calo dan anggota-angota organisasi gelap penjual wanita dan pengusaha bordil. Dengan bujukan dan janji-janji manis, gadis-gadis cantik dipikat dengan janji akan mendapatkan pekerjaan terhormat dengan gaji besar. Namun pada akhirnya mereka dijebloskan ke dalam rumah-rumah pelacuran, yang dijaga dengan ketat. Kartini Kartono 2003: 239 menjelaskan ciri-ciri khas dari pelacur itu adalah : 1 Wanita. 2 Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya bisa merangsang selera seks kaum pria. 3 Masih muda-muda. 75 dari jumlah pelacur di kota-kota ada di bawah usia 30 tahun. Yang terbanyak ialah 17-25 tahun. Dengan wajahnya yang masih terlihat muda maka akan lebih menarik perhatian kaum pria dibanding dengan pelacur yang sudah tua. 4 Pakaiannya sangat menyolok, beraneka warna, sering aneh-aneh atau eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria. Mereka sangat memperhatikan penampilan lahiriahnya, yaitu: wajah, rambut, pakaian, alat- alat kosmetik dan parfum yang merangsang. 5 Mereka memakai nama samaran dan sering berganti nama, juga berasal dari tempat atau kota lain, bukan kotanya sendiri, agar tidak dikenal orang. 6 Pelacur-pelacur profesional dari kelas rendah dan menengah kebanyakan berasal dari strata ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka pada umumnya tidak mempunyai ketrampilanskill khusus, dan kurang pendidikannya. Modalnya ialah kecantikan dan kemudaanya. Sedang pelacur-pelacur dari kelas tinggi pada umumnya berpendidikan sekolah lanjutan pertama dan atas, atau lepasan akademik dan perguruan tinggi.

2.11 Analisis Tingkat Kesegaran Jasmani dengan Kegiatan Seksual

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Remaja Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Deskriptif : Psk Dampingan Perempuan Peduli Pedila Medan Lokalisasi Losmen Cibulan)

1 74 108

Hubungan Sosiodemografi, Pengetahuan, dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau

0 80 120

Pandangan Waria Penjaja Seks Komersial Tentang Kesehatan (Studi Administrasi Kesehatan di Pelabuhan Belawan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003)

0 31 85

Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentanginfeksi Menular Seksual (IMS) Di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

4 49 92

Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentang Kesehatan Reproduksi di Lokasi Pantai Nirwana Wilayah Kecamatan Puskesmas Tembilahan Kota (Riau) Tahun 2008

3 31 62

Hubungan Perilaku Pekerja Seks Komersial Dengan Kejadian Penyakit Sifilis Dan HIV Di Lokalisasi Perbatasan Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008

1 58 92

Persepsi Pekerja Seks Komersial Terhadap Pemanfaatan Klinik IMS Dan VCT Di Klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2009

1 44 97

REHABILITASI PEKERJA SEKS KOMERSIAL MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

1 19 89

Interaksi Sosial Antara Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan Masyarakat (Studi Kasus di Kawasan Resosialisasi Argorejo Sunan Kuning Kota Semarang)

6 58 242

(ABSTRAK) PEMBINAAN MORAL REMAJA DALAM KELUARGA DI LINGKUNGAN LOKALISASI PEKERJA SEKS KOMERSIAL SUNAN KUNING KALIBANTENG KULON KECAMATAN SEMARANG BARAT.

0 0 3