Jangka Hidup eritrosit TINJAUAN PUSTAKA

Packed Cell VolumeHematokrit Volume sel yang berada dalam darah yang bersirkulasi biasanya lebih sedikit dibandingkan volume plasma. Tabung dan sentrifuse hematokrit digunakan untuk mendapatkan nilai PCV dengan cepat dalam 5 menit. Lapisan yang dipenuhi leukosit berada di atas lapisan yang berisi eritrosit. Lapisan ini disebut juga dengan buffy coat. PCV menyatakan persen volume dari sel dalam darah setelah disentrifuge. Pada hewan normal PCV sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin Widjajakusuma dan Sikar 1986. Kebanyakan spesies dari hewan domestik memiliki nilai PCV dari 38 hingga 45 dengan rata-rata 40. Kuda berdarah dingin biasanya memiliki nilai PCV dari 35 sampai 45 persen; sapi yang sedang menyusui 32-35; dan ayam 30-38. ayam jantan dewasa dapat mencapai nilai 35-40. Hemokonsenterasi berhubungan dengan dehidrasi, asfixia, atau rasa gembira yang menyebabkan dilepaskannya eritrosit yang berpusat di limpa yang mengakibatkan tingginya nilai PCV yang abnormal. Reece dan Walthstrom menemukan bahwa kegembiraan pada anjing menyebabkan 9-13 persen kenaikan PCV dengan nilai yang berubah dari 42 sampai 53 persen. Dalam keadaan gembira, epinefrin mengakibatkan limpa mengalami kontraksi. PCV mendekati 3 kali lipat konsentrasi hemoglobin dalam gdl Swenson 1984. Hemoglobin Hemoglobin, pigmen pada eritrosit, adalah protein terkonjugasi yang kompleks dan mengandung zat besi terdiri dari sebuah pigmen dan sebuah protein sederhana. Proteinnya adalah globin, histon. Warna merah dari hemoglobin disebabkan oleh heme, sebuah campuran metalik yang mengandung sebuah atom besi. Biosintesis dari hemoglobin dimulai dalam rubrisit polikromatofil eritroblast dan dilanjutkan dalam tahap subsequen dari perkembangan sel. Selama material nuklear masih ada dalam sel, baik sel berada dalam sumsum tulang ataupun dalam darah yang bersirkulasi, pembentukan hemoglobin terus berlangsung hingga materi nuklear tersebut hilang. Retikulosit yang mengandung RNA dan bagian dari nukleus memiliki kemampuan untuk mensintesis hemoglobin Swenson 1984. Dalam sintesis hemoglobin, asam amino glisin dari kolam asam amino dan suksinil koenzim A dari siklus asam sitric membentuk asam d-aminolevulinic ALA dengan bantuan dari ALA sinthetase. Dengan adanya ALA dehydrase maka prophobilinogen dibentuk. Struktur pyrole terdapat dalam molekul porphyrin. Empat unit porphobilinogen bersatu membentuk urophyrinogen. Enzim uroporphyrinogen III cosyntetase dan uroporphyrinogen I syntetase membentuk isomer tipe III yang dibutuhkan dalam sintesis heme. Protoporphyrin IX bersama Fe dengan bantuan Cu dan ferrochelatase synthetase memproduksi struktur heme. Empat molekul heme bersatu bersama empat globin membentuk molekul hemoglobin. Heme berkombinasi dengan protein-protein spesifik untuk membentuk beberapa protein lain seperti myoglobin dan bermacam enzim lainnya Swenson 1984. TrombositPlatelet Trombosit merupakan komponen sel darah tidak berinti dengan ukuran sel yang paling kecil diantara benda darah. Trombosit berbentuk bulat ataupun lonjong dengan ukuran diameter 2-3µ m dan diproduksi oleh fragmentasi dari megakaryosit di sumsum tulang merah. Tiap megakaryosit dapat memproduksi sekitar lebih dari 2000 trombosit dengan mengambil sebagian kecil dari sitoplasmanya. Secara umum hewan domestik memiliki jumlah trombosit dalam darah sekitar 450.000 + 150.000 permikroliter darah. Terdapat perbedaan jumlah trombosit pada hewan muda dan hewan tua. Anak domba dan anak sapi memiliki jumlah trombosit lebih banyak daripada domba dan sapi dewasa. Sedangkan sebaliknya, anjing muda memiliki trombosit yang lebih sedikit dibandingkan dengan anjing dewasa. Jangka hidup trombosit relatif pendek yaitu 8-11 hari dalam darah yang bersirkulasi. Organel trombosit terdiri dari granul padat, a- granul, lisosom, peroksisom dan mitokondria Swenson 1984. Tabel 3. Kandungan dari granul trombosit Granul padat a-granul Lisosom Peroksisom ADP Trombosit faktor 4 Acid hydrolases Katalase ATP ? -tromboglobulin Cathespins D. E Kalsium Platelet-derived growth factor Serotonin Pyrophosphate Faktor permeabilitas Antiplasmin Faktor kemotaksis Faktor bakterisidal Trombospondin TSP Fibrinogen Faktor V Faktor VIII R:Ag Fibrinectin Albumin Sumber: Williams 1987 Trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah. Ketika meninggalkan pembuluh darah, trombosit dengan cepat hancur dan membebaskan tromboplastin, faktor penting dalam koagulasi darah Tuttle and Schottelius 1965. Trombosit dengan mudah melekat pada kolagen yang terbuka di tempat luka dan bersama-sama dengan rusaknya sel endotel trombosit mengeluarkan tromboplastin Guyton dan Hall 1997. Trombosit mengubah protrombin plasma menjadi trombin, yang selanjutnya mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin kemudian berprolimerasi menjadi matriks fiber yang menangkap trombosit- trombosit dan sel-sel darah menjadi trombus Janquiera dan Carneiro 1980. Leukosit Leukosit atau sel darah putih memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit yang bersirkulasi dalam tubuh. Terdapat enam jenis sel darah putih yang normal terdapat dalam darah; neutrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil polimorfonuklear, monosit, limfosit, dan sel plasma. Limfosit dan monosit dibentuk di jaringan limfatik dan limfonodus, tonsil, limpa, timus, dan mukosa usus. Granulosit dibentuk di sumsum tulang merah. Jangka hidup dari leukosit belum diketahui secara pasti, namun sekitar 3- 12 hari untuk leukosit granular dan sedikit lebih lama untuk limfosit Williams DF 1987. Leukemia adalah produksi leukosit berlebihan atau kurangnya pembuanganpenghancuran dari leukosit yang dapat mengganggu produksi eritrosit dan platelet Tuttle and Schottelius 1965. Selain itu terdapat trombosit dalam jumlah besar yang merupakan fragmen jenis ke-7 dari sel darah putih yang ditemukan dalam sumsum tulang, megakariosit. Tiga jenis sel polimorfonuklear memiliki penampilan granular, oleh sebab itu mereka dinamakan granulosit, atau dalam terminologi klinik mereka sering dinamakan “polys” Lichtman 1980. Jumlah jenis sel darah putih tertentu dapat meningkat oleh beberapa sebab seperti pada infeksi bakterial, jumlah leukosit khususnya neutrofil meningkat tajam, sebaliknya pada infeksi viral jumlah neutrofil menurun tajam leukopenia leukopenia dapat juga ditemui bersama dengan endotoksin bakteri, septicemia dan toxemia. Sedangkan pada kasus tumor neoplasma yang melibatkan sistem limpatik, jumlah limfosit dalam aliran darah meningkat dengan perubahan rasio dari eritrosit dengan leukosit Swenson 1984. Neutrofil Neutrofil merupakan jenis leukosit yang memiliki jumlah terbanyak pada kebanyakan hewan, hampir 55 dari jumlah total leukosit Tuttle and Schottelius 1965. Neutrofil dibentuk di sumsum tulang dari neutrophilic myelocytes ekstravaskular. Intinukleus dari tiap sel matang terbagi ke dalam lobus- lobus atau segmen yang saling berhubungan melalui filamen-filamen,dan lobus ini bervariasi tergantung dengan umur neutrofil. Neutrofil mempunyai aktivitas amuboid dan aktif dalam proses fagositosis untuk melindungi tubuh dari infeksi atau benda asing seperti bakteri, virus dan partikel kecil lainnya. Neutrofil muncul dalam jumlah besar pada daerah inflamasi. Granul pada neutrofil mengandung lisosom yang mensuplai enzim untuk mencerna materi yang masuk seperti bakteri, virus dan sisa-sisa selular. Namun enzim proteolitik yang sangat kuat dan radikal superoksida yang menghancurkan organisme yang telah difagosit dapat juga lepas dan mengakibatkan kerusakan jaringan Meyer et al. 1992. Pada saat “onset” infeksi, neutrosil memproduksi pyrogen yang mengakibatkan pusat regulasi suhu di otak menaikkan suhu tubuh demam. Kenaikan suhu ini membantu sel darah putih melawan infeksi dan memperlambat reproduksi bakteri dan virus Swenson 1984. Eosinofil Eosinofil adalah sel berukuran besar yang mengandung sejumlah besar granul sitoplasmik yang terwarnai dengan pewarna asam. Pada keadaan normal eosinofil hanya berjumlah sedikit dalam darah, yaitu sekitar 2-5 dari jumlah total leukosit. Eosinofil memiliki kecenderungan khusus untuk mengumpul di daerah reaksi antigen-antibodi dalam jaringan serta mempunyai kemampuan untuk memfagositosis dan mencerna kompleks antigen-antibodi setelah proses kekebalan selesai melakukan “tugasnya” Cadebush 1979. Eosinofil terdiri dari substansi yang menginaktivasi faktor yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil seperti histamin, leukotriens dan platelet-activating factor Meyer et al. 1992. Eosinofil muncul dalam jumlah banyak dalam keadaan alergi, shock anafilaktik dan parasitisme tertentu seperti Trichinosis sp. Eosinofil juga turut berperan dalam detoksifikasi protein, khususnya dari parasit. Eosinopenia mengikuti kondisi stress dimana respon hypothalamicadenohypophyseal-adrenocortical terjadi atau saat diberikan hormon adrenocortitropic eksogenus ACTH. Epinefrin juga dapat mengakibatkan keadaan eosinopenia dengan melepaskan ACTH Swenson 1984. Gambar 7. Eosinofil dengan granul besar pada anjing sehat, menggunakan pewarnaan giemsa, pembesaran 100x. Anonim c 2006 Basofil Basofil dalam darah berjumlah sangat sedikit dan memiliki granul sitoplasmik yang larut air dan terwarnai dengan pewarna alkalin. Basofil hanya sedikit mempunyai kekuatan fagositik atau bahkan tidak punya sama sekali. Diproduksi di sumsum tulang dan memiliki hubungan erat dengan sel mast jaringan. Secara histologi penampakan basofil menyerupai sel mast. Di daerah inflamasi baik basofil maupun sel mast memproduksi heparin, histamin bradykinin, serotonin, and enzim-enzim lysosomal Allison et al.1978. Swenson 1984 mengungkapkan bahwa basofil dan sel mast memiliki reseptor untuk immunoglobulin E IgE yang diproduksi pada reaksi alergi. Pada saat terstimulasi, basofil akan mensintesis dan melepaskan leukotriens dan mungkin platelet-activating factor. Meyer et al. 1992 menjelaskan bahwa mediator- mediator tersebut mengaktivasi trombosit, mengundang datangnya eosinofil, mengakibatkan kontraksi otot halus, menginisiasi pembentukan oedema dan dapat menyebabkan koagulasi. Limfosit Limfosit merupakan jenis leukosit yang berjumlah banyak pada hewan- hewan domestik—jenis leukosit yang memiliki jumlah paling banyak pada kucing, kambing, domba, dan babi umur 6 minggu lebih, dan ayam. Nukleusinti pada limfosit berbentuk bulat dan memp unyai sitoplasma sedikit pada selnya. Interferon adalah senyawa antiviral yang diproduksi oleh limfosit. Ketika sel tubuh berkontak dengan virus, interferon diproduksi untuk dapat menghambat reproduksi virus. Replikasi DNA dan RNA virus dihambat, dengan demikian penyebaran dan keganasan virus menjadi berkurang dalam tubuh. Selama virus menimbulkan respon limfosit, interferon diproduksi dan bersirkulasi ke seluruh tubuh untuk melindungi sel tubuh yang lain dari serangan virus Swenson 1984. Meyer et al. 1992 mengungkapkan bahwa limfosit diproduksi selama masa fetal di sumsum tulang dan dipengaruhi oleh beberapa fungsi baik oleh kelenjar thymus untuk limfosit T maupun ”bursal equivalent” untuk limfosit B. Pada akhir masa fetal dan postnatal kebanyakan limfosit diproduksi di limpa, limfonodus dan usus yang berhubungan dengan jaringan limfoid. Limfopoiesis pada organ limfoid sekunder bergantung pada stimulasi antigenik. Gambar 8. Limfosit pada anjing sehat Anonim 2004 Monosit Monosit berasal dari sel reticuloendotelial sistem di limpa dan sumsum tulang. Berukuran relatif besar dengan nukleus single dan sitoplasma granular berlimpah. Monosit bersifat motil dan fagositik Swenson 1984. Monosit muda mempunyai kemampuan sangat kecil untuk melawan infeksi, tetapi setelah monosit memasuki jaringan, ukuran diameter mereka mulai membesar dan meningkat hingga lima kali lipat sampai berukuran 80 mikron. Juga timbul banyak lisosom dan mitokondria dalam sitoplasma yang memberikan gambaran kantong berisi granula bagi sitoplasma, dan sel monosit menjadi bernama makrofag bentuk matang monosit. Makrofag memiliki peranan penting dalam inflamasi karena makrofag mengandung dan mensekresi banyak substansi aktif biologis, termasuk enzim proteolitik, interferon, interleukin-1, komponen komplemen, prostaglandin, dan protein carrier. Makrofag bertanggung jawab dalam pemprosesan dan pembuangan senescent cell dan debris serta filtrasi bakteri dan racun dari darah portal Meyer et al. 1992. Gambar 8. Basofil tengah, monosit bawah kanan dan dua neutrofil atas dan bawah kiri dalam darah anjing, menggunakan pewarnaan giemsa, pembesaran100x. Anonim c 2006

Bab III BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu di Laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan-IPB dan Kennel Subdit Satwa POLRI-Depok. Bahan dan Alat Objek Penelitian Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anjing pelacak operasional ras Doberman sebanyak tujuh ekor empat ekor jantan dan tiga ekor betina yang berumur lebih dari tiga tahun yang ada di Subdit Satwa POLRI sebelum melakukan aktivitas rutin pelatihan anjing pelacak. Anjing-anjing tersebut merupakan anjing keturunan import yang telah didomestikasi. Bahan Kimia Bahan-bahan hematologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Larutan fisiologis NaCl 0.9, Alkohol 70, crestoseal, larutan HCl 0.1 N, larutan Pengencer Hayem, larutan pengencer Turk, aquabidest dan pewarna Giemsa. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spoit, kapas, venoject yang telah berisi heparin, tabung reaksi, gelas objek dan cover glass kaca penutup, mikroskop, pipet eritrosit dan aspirator, pipet leukosit, kamar hitung hemositometer, mikro hematokrit, alat baca hematokrit Hematocrite reader, kertas atau kain yang lembut, tabung sahli, hemoglobinometer, termos es dan wadah pewarnaan giemsa. Metode Penelitian Pengambilan darah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada pagi hari sebelum jam 8.00 WIB pada tanggal 9 Februari 2006 H-1 dan pada tanggal 16 Maret 2006 H-2 di kennel Subdit Satwa POLRI-Depok dengan didampingi oleh dokter hewan setempat dan pawang dari anjing pelacak ras Doberman yang akan diambil sampel darahnya. Setelah semua sampel darah diperoleh, sampel darah langsung dibawa dengan menggunakan termos dingin ke laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi Farmakologi FKH IPB untuk langsung dilakukan pengamatan. Lama perjalanan dari Kennel Subdit Satwa POLRI sampai Laboratorium Fisiologi FKH IPB adalah 2-3 jam. Pengambilan Sampel Darah Untuk pengambilan darah pada anjing umumnya darah dapat diambil melalui beberapa tempat yaitu vena cephalica antibrachii lateralis sebanyak + 2 ml setelah dilakukan pemeriksan klinis terhadap anjing tersebut terlebih dahulu. Pada anjing yang jinak dan mudah di handle biasanya pengambilan darah dilakukan melalui vena cephalica anti brachii lateralis sedangkan pada anjing yang galak pengambilan darah dilakukan melalui vena femoralis karena letaknya di bagian kaudal hewan sehingga operator pengambilan darah dapat menghindar dari resiko gigitan anjing. Darah yang keluar dari vena terlebih dahulu diteteskan ke atas gelas objek untuk membuat preparat ulas darah untuk dilakukan pengamatan differensiasi leukosit, setelah itu darah yang ada dalam spoit segera dimasukkan ke dalam tabung venojact yang telah berisi anti koagulan heparin untuk dilakukan pemeriksaan aspek hematologis lainnya jumlah eritrosit, jumlah leukosit, trombosit, hematokrit, dan hemoglobin. Jadwal pengambilan darah dilakukan pada pagi hari sebelum anjing pelacak melakukan aktivitas maupun exercise atau pelatihan rutinnya sebagai anjing pelacak. Gambar 9. Pengambilan darah di vena cephalica antibrachii Dunn 2007 Penghitungan Jumlah Eritrosit Darah yang digunakan dalam penghitungan jumlah eritrosit adalah darah yang telah diberi antikoagulan heparin dalam venoject. Sampel darah dihisap menggunakan pipet eritrosit hingga tanda tera 0.5 dengan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan menggunakan tissu, lalu pengencer hayem dihisap hingga tanda 101. Dua karakteristik penting dari larutan pengencer RBCeritrosit adalah larutan bersifat isotonik dengan sel darah merah; jika tidak keseimbangan osmotik eritrosit akan terganggu dan bentuk dari eritrosit menjadi abnormal dan pada kasus yang parah adalah eritrosit hancurlisis. Larutan pengencer haruslah dapat melindungi eritrosit agar tidak menyusut dan tersuspensi secara sempurna. Larutan pengencer Hayem memenuhi karakteristik-karakteristik tersebut Haen 1995. Pipet digerakkan memutar dengan membentuk angka 8 selama 3 menit. Setelah homogen, cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dihilangkan dengan menempelkan ujung pipet ke kertas tissu. Setelah itu teteskan satu tetes ke dalam hemositometer, usahakan jangan sampai ada udara yang masuk. Setelah itu dibiarkan selama beberapa saat sehingga cairan mengendap, lalu penghitungan dapat dimulai. Agar tidak terjadi penghitungan dobel maka sebaiknya menggunakan hand counter di bawah mikroskop dengan pembesaran 45x10. Untuk menghitung eritrosit dalam hemocytometer, digunakan kotak eritrosit yang berjumlah 25 buah dengan mengambil bagian sebagai berikut: satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak ditengah, satu kotak pojok kanan bawah dan satu kotak pojok kiri bawah. Untuk membedakan kotak eritrosit dengan kotak leukosit dapat berpatokan pada tiga garis pemisah pada kotak