Faktor lain yang mempengaruhi unit eritrosit per volume darah tidak hanya jumlah eritrosit tetapi juga konsenterasi hemoglobin, PCV, dan konsentrasi
dari unsur darah yang lain; terutama umur, jenis kelamin, olah raga, status nutrisi, laktasi, kebuntingan, produksi telur, emosi gembira, volume darah, tahap siklus
estrus, ras, suhu lingkungan, ketinggian, dan faktor klimatik yang lain. Darah pada kuda kecil seperti Thoroughbreds biasanya memiliki unit eritrosit per volume
lebih banyak dibandingkan kuda-kuda besar, tetapi ia memiliki eritrosit dalam ukuran yang lebih kecil Swenson 1984.
5. Jangka Hidup eritrosit
Jangka hidup eritrosit pada manusia adalah dari 90 sampai 140 hari. Untuk beberapa hewan laboratoris kecil, jangka hidup eritrosit ditemukan jauh lebih
pendek; berturut-turut sekitar 45-50, 45-50, dan 20-30 hari pada kelinci, tikus, dan mencit dengan menggunakan eritrosit
59
Fe-tagged. Jangka hidup eritrosit pada anjing sehat, dan rata-ratanya adalah 124 hari. Sedangkan jangka hidup eritrosit
pada ayam betina, dimana sel darahnya merupakan sel berinti adalah 28 hari. Hal tersebut diduga karena tingginya suhu tubuh dan metabolisme yang cepat pada
ayam. Eritrosit mati pada jumlah yang besar tiap harinya. Jumlah total eritrosit dalam tubuh dari seekor hewan berbobot 450 kg dengan volume darah 8 dari
berat badannya adalah 300 trilyun. Jika jangka hidup rata-rata erirosit adalah 100 hari, maka 3 trilyun sel pasti mati dan dibentuk pada tiap harinya, atau sekitar 35
juta setiap detik Swenson 1984. Pada keadaan anemia defisiensi- zat besi, dimana eritrosit menjadi
berukuran kecil, mungkin dapat diperkirakan bahwa jangka hidupnya diperpanjang karena sel yang lebih muda memiliki ukuran lebih besar
dibandingkan sel tua. Sebaliknya, anemia tipe mikrositik adalah akibat dari sel-sel darah muda yang tidak dilepaskan ke dalam darah yang bersirkulasi dalam jumlah
yang cukup untuk menggantikan sel-sel yang telah mati Swenson 1984.
Antikoagulan
Banyak antikoagulan yang dapat digunakan untuk memperoleh sampel darah yang bebas dari gumpalan dan untuk digunakan dalam analisis darah. Salah
satu contohnya adalah heparin, polisakarida terkonjugasi yang merupakan antikoagulan alami yang diproduksi oleh basofil dalam darah dan oleh sel mast di
seluruh tubuh. Sel mast merupakan bagian dari jaringan ikat yang melingkupi kapiler paru-paru dan organ lain. Dari jaringan ini, heparin dilepaskan dan lewat
ke dalam kapiler-kapiler. Dengan konsentasi 0,2 mg heparin per mililiter darah sudah dapat digunakan sebagai antikoagulan. Walau bagaimanapun, 1 mg heparin
dapat mencegah koagulasi dari 100-500 ml darah pada suhu 0
o
C dan 10-20 ml darah pada suhu ruang. Satu unit heparin adalah mendekati 0,01 mg sodium
heparin Swenson 1984. Antikoagulan yang biasa digunakan dalam transfusi darah pada hewan
adalah sodium sitrat. Sitrat berkombinasi dengan ion kalsium dari plasma, membentuk suatu garam kalsium yang tidak dapat larut insoluble. Satu hal yang
harus diperhatikan dalam transfusi darah adalah tidak memberikan terlalu banyak sitrat karena sitrat dapat berkombinasi dengan sejumlah ion kalsium yang dapat
menyebabkan hipokalsemia yang mungkin dapat mengganggu fungsi saraf dan otot kerangka serta otot jantung yang berakibat tetani. Sodium sitrat dan garam
sejenisnya digunakan pada konsentrasi 0.2-0.4 dari darah untuk mencegah koagulasi. Garam potasium tidak digunakan pada transfusi karena adanya
kemungkinan menyebabkan hambatan jantung. Antikoagulan lain yang dapat digunakan adalah sodium, potasium dan garam ammonium dari oxalat dan
fluoride serta suatu senyawa seperti ethylenediaminetetraacetic acid EDTA. Heparin dan EDTA biasanya digunakan untuk menjaga ukuran eritrosit tetap
stabil. Garam amonium memperbesar ukuran sel dan garam potasium menyebabkan sebaliknya Swenson 1984.