Jasa-jasa Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur

b. Textil barang dari kulit alas kaki 0.046 0.047 0.051 0.054 0.056 c. Barang dari kayu hasil hutan 0.103 0.107 0.104 0.109 0.124 d. Kertas barang cetakan 0.025 0.027 0.027 0.029 0.026 e. Pupuk kimia, barang dari karet 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016 f. Semen, bahan galian non logam 0.406 0.411 0.424 0.449 0.463 g. Barang lainnya 0.097 0.102 0.104 0.100 0.051

IV. Listrik, gas dan air minum

0.551 0.575 0.554 0.544 0.507 a. Listrik 0.597 0.621 0.612 0.607 0.563 b. Gas kota 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 c. Air bersih 0.975 1.063 1.038 1.066 1.060

V. Bangunan 0.819 0.826 0.939

0.984 1.048

VI. Perdagangan, hotel restoran

1.317 1.262 1.220 1.187 1.150 a. Perdagangan 1.404 1.358 1.325 1.296 1.261 b. Hotel 0.651 0.599 0.477 0.424 0.363 c. Restoran 0.973 0.897 0.828 0.792 0.755

VII. Pengangkutan dan Komunikasi

1.337 1.390 1.334 1.335 1.315 a. Pengangkutan 1.673 1.797 1.807 1.781 1.714 b. Komunikasi 0.209 0.212 0.185 0.193 0.204

VIII. Keuangan, persewaan jasa perusahaan

1.006 0.992 0.967 0.957 0.922 a. Bank 0.453 0.437 0.443 0.445 0.430 b. Lembaga keuangan bukan bank 0.328 0.317 0.318 0.317 0.322 c. Jasa penunjang keuangan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 d. Sewa bangunan 2.104 2.112 2.047 2.049 1.989 e. Jasa perusahaan 0.234 0.231 0.232 0.241 2.324

IX. Jasa-jasa

0.769 0.778 0.815 0.810 0.821 a. Pemerintah umum 1.065 1.114 1.184 1.190 1.220 b. Swasta 0.491 0.474 0.491 0.483 0.494 Sumber: PDRB Kabupaten Situbondo, 2004 diolah Jadi penerapan dalam mekanisme pembangunan ekonomi lokal adalah dengan memberikan perhatian terhadap kegiatan basis ekonomi yang melibatkan pengembangan faktor endogennya melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam lokal untuk membentuk lapangan pekerjaan baru yang menstimulasi aktivitas perekonomian lokal. Setelah merumuskan strategi pembangunan, Kabupaten Situbondo dalam mengimplementasikan strategi pembangunan diharapkan lebih dapat mengembangkan sektor-sektor lain yang pada saat ini bukan merupakan sektor basis menjadi basis di masa yang akan datang sehingga pelaksanaan pembangunan dapat dikatakan berjalan dengan adanya peningkatan jumlah sector yang menjadi basis perekonomian.

6.2. Efek Pengganda Komoditi Basis

Efek pengganda adalah suatu teknik analisis yang dapat memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari perkembangan suatu sektor atau aktivitas ekonomi terhadap pertumbuhan dan perkembangan sektor lainnya. Jadi koefisien pengganda akan menunjukkan potensi perubahan kesejahteraan yang disebabkan karena suatu aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Tabel 18. Efek Pengganda Komoditi Basis di Wilayah Kabupaten Situbondo Tahun 2004 NNo Sektor Basis Pendapatan Non Basis Pendapatan Basis Pengganda Pendapata n 1 Pertanian 49.481,82 644.572,88 1,1335 2 Perdagangan hotel dan restoran 78.447,38 587.824,55 1,0767 3 Pengangkutan dan komunikasi 6.294,57 147.275,68 1,0427 Sumber: PDRB Situbondo, 2004 diolah Secara umum efek pengganda yang dihasilkan dari komoditi basis pada setiap sektor di wilayah Kabupaten Situbondo nilainya berkisar antara 1,0427 pendapatan terbesar adalah sektor pertanian dengan nilai pengganda 1,1335, kemudian sektor yang memiliki efek pengganda terkecil adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu 1,0427. jika suatu wilayah memperoleh surplus pendapatan yang besar dari komoditi basis tetapi wilayah tersebut memperoleh pendapatan dari komoditi non basis yang sangat kecil maka nilai dari efek penggandanya akan kecil, demikian juga sebaliknya. Karena nilai efek pengganda menggambarkan dampak dari suatu komoditi basis terhadap pendapatan suatu sektor secara keseluruhan, maka nilai efek pengganda sebesar 1,1335 di sektor pertanian berarti bahwa kabupaten yang memperoleh peningkatan pendapatan dari komoditi basisnya sebesar Rp. 10.000 akan memberikan peningkatan pendapatan total komoditi pertanian sebesar Rp. 11.335. hal ini berarti terjadi peningkatan pendapatan dari komoditi non basisnya sebesar Rp. 1335. jadi pengembangan komoditi non basis di Kabupaten Situbondo dapat mendorong pembangunan pertanian di wilayah ini selanjutnya melalui mekanisme pengganda pendapatan.

6.3. Hirarki Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan Kabupaten Situbondo

Suatu wilayah tidak dapat tumbuh dan berkembang dalam intensitas yang sama di semua tempat. Beberapa tempat atau daerah terkadang lebih berkembang daripada daerah lainnya. Hal ini umumnya berkaitan dengan adanya pusat pertumbuhan dan pelayanan yang memiliki daya sentrifugal dan sentripetal terhadap wilayah sekitarnya. Keberadaan pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan ini tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan wilayah tersebut. Keberadaan pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan dalam suatu wilayah akan memberikan keuntungan-keuntungan dari adanya aglomerasi fasilitas pelayanan di pusat-pusat tersebut seperti konsentrasi produksi yang lebih efisien, keuntungan bagi penyediaan fasilitas pelayanan sentral dan kemudahan dalam memperoleh pelayanan yang beragam serta hubungan antar wilayah yang lebih intens dan akan menyebabkan konsentrasi penduduk yang tersusun dalam suatu hierarki pusat pertumbuhan dan pelayanan. Dalam menentukan hierarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan dapat dilihat dari keberadaan sarana dan prasarana dengan menggunakan metode skalogram. Hirarki tertinggi diberikan pada wilayah yang memiliki jumlah jenis dan unit sarana prasarana terbanyak, sebaliknya hirarki terendah diberikan pada wilayah yang mempunyai jumlah jenis dan unit prasarana paling sedikit. Berdasarkan jumlah jenis dan unit sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan sosial ekonomi pada pusat pelayanan dapat disusun skalogram untuk Kabupaten Situbondo seperti yang disajikan pada lampiran 5, dari tabel skalogram tersebut dapat diketahui informasi tentang hirarki atau tingkat pusat pertumbuhan dan pelayanan dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah seperti pada Tabel 19. Data pada tabel skalogram menunjukkan bahwa pusat pengembangan yang mempunyai fasilitas paling lengkap dibandingkan dengan kecamatan lain adalah Kecamatan Situbondo dengan 23 jenis 100 persen sarana prasarana dan Kecamatan Panji dan Kecamatan Panarukan sebanyak 21 91,30 persen jenis sarana prasarana dan Kecamatan Banyuputih 20 86,96 persen jenis sarana prasarana. Sedangkan kecamatan yang memiliki jenis sarana prasarana terbatas adalah Kecamatan Jatibanteng 14 60,87 persen jenis sarana dan Kecamatan Sumbermalang 16 jenis sarana prasarana 69,57 persen, Kecamatan Mangaran 16 jenis sarana prasaranan 69,57. Untuk jumlah unit sarana dan prasarana pembangunan, Kecamatan Situbondo menempati posisi tertinggi dalam hirarki pusat pelayanan dengan jumlah sarana dan prasarana sebanyak 596 unit yang diikuti oleh Kecamatan Panarukan sebanyak 519 unit sarana prasarana dan Kecamatan Panji sebanyak 506 unit sarana prasarana.sedangkan kecamatan dengan hirarki pusat pelayanan terendah adalah Kecamatan Banyuglugur yang hanya memiliki 298 unit sarana prasarana. Tabel 19. Hirarki Sarana Prasarana Pelayanan di Pusat-Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan Kabupaten Situbondo Tahun 2004 N o Kecamatan Jumla h Penduduk Jumla h Jenis Jumla h Unit Pering kat 1 Sumbermalang 26916 16 266 16 2 Jatibanteng 21561 14 301 13 3 Banyuglugur 21582 19 241 17 4 Besuki 57487 19 415 7 5 Suboh 24952 19 298 14 6 Mlandingan 22202 17 418 6 7 Bungatan 24931 18 445 4 8 Kendit 27692 18 381 10 9 Panarukan 49927 21 519 2 1 Situbondo 45414 23 596 1 1 1 Mangaran 30120 16 317 12 1 2 Panji 61089 21 506 3 1 3 Kapongan 35266 18 434 5 1 4 Arjasa 39361 17 378 11 1 5 Jangkar 36058 17 284 15 1 6 Asembagus 48011 18 405 8 1 7 Banyuputih 49055 20 393 9 Sumber : BPS Kabupaten Situbondo, 2004 diolah. Secara umum keberadaan dan kelengkapan sarana prasarana pembangunan di wilayah Kabupaten Situbondo termasuk memadai, tetapi akses masyarakat terhadap sarana prasarana tersebut masih sangat terbatas, terutama untuk masyarakat pedesaan. Ini disebabkan karena sebagian besar sarana prasarana tersebut masih terakumulasi di daerah-daerah perkotaan seperti: Kota Situbondo, Panarukan, Panji sehingga daerah sentra produksi pertanian yang umumnya berada di pedesaan cenderung mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan dari fasilitas-fasilitas tersebut, karena interaksinya sangat terbatas ke pusat-pusat pelayanan tersebut. Hal ini kemudian berdampak pada terjadinya kesenjangan antar daerah perkotaan dan pedesaan sebagai daerah belakangnya. Ketersediaan fasilitas pelayanan sosial ekonomi di suatu wilayah juga berkaitan dengan jumlah masyarakat yang dilayaninya, yang memanfaatkan sarana prasarana tersebut. Suatu daerah dengan jumlah penduduk yang relatif besar membutuhkan fasilitas pelayanan yang relatif besar dibandingkan dengan kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk lebih sedikit. Jadi alokasi sarana prasarana pembangunan akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Faktor jumlah penduduk ini juga menyebabkan rendahnya tingkat ketersediaan sarana prasarana pembangunan di beberapa pusat pertumbuhan. Kecamatan Panji yang seharusnya menempati urutan pertama dalam hirarki pusat pertumbuhan dan pelayanan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayaninya, ternyata hanya menempati peringkat ketiga dalam jumlah unit sarana yang dimilikinya. Namun demikian kecamatan ini mempunyai jumlah jenis sarana prasarana yang paling lengkap dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Situbondo. Berbeda halnya dengan Kecamatan Situbondo, walaupun menempati urutan ke enam dalam jumlah penduduknya tetapi kecamatan ini menempati urutan pertama dalam hirarki pembangunan dengan jumlah jenis sarana prasarana relatif besar. Hal ini disebabkan karena Situbondo dikembangkan sebagai pusat pemasaran dan pertumbuhan utama di wilayah Kabupaten Situbondo sehingga memungkinkan daerah ini memiliki sarana prasarana yang lebih lengkap dibandingkan dengan kecamatan lainnya dengan jumlah penduduk yang lebih besar. Ternyata dari hasil analisis tersebut hirarki puast-pusat pertumbuhan dan pelayanan yang didasarkan pada ketersediaan fasilitas pelayanan sosial ekonomi tidak tersusun atas dasar pertimbangan jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan distribusi sarana prasarana di suatu wilayah tidak hanya memperhitungkan indikator jumlah penduduk, tetapi ada indikator lain yang juga penting seperti; topografi, luas wilayah, sistem transportasi dan komunikasi. Kecamatan-kecamatan dengan peringkat sarana prasarana yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat jumlah penduduknya, akan lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan atau permintaan masyarakat akan pelayanan dari sarana prasarana pembangunan tersebut, dibandingkan dengan kecamatan yang jumlah penduduknya lebih tinggi daripada peringkat sarana prasarana pembangunan yang dimiliki. Kecamatan yang mempunyai peringkat sarana prasarana pembangunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduknya yaitu kecamatan; Situbondo, Bungatan, Panji dan Kecamatan Panarukan. Namun kondisi ini tidak menjadikan kecamatan-kecamatan tersebut mempunyai permintaan terhadap sarana prasarana pelayanan akan seimbang dengan penawarannya. Hal ini juga dipengaruhi oleh luas wilayah dan penyebaran sarana dan prasarana tersebut di wilayah kecamatan. Selain menunjukkan hirarki pusat-pusat pengembangan di suatu wilayah analisis skalogram juga memperlihatkan hirarki sarana prasarana pembangunan yang terdapat dalam tata ruang wilayah pembangunan. Hirarki ini menggambarkan jenis prasarana pembangunan yang tingkat ketersediaannya tinggi, sedang atau rendah, sehingga dapat membantu dalam perencanaan selanjutnya untuk alokasi sarana prasarana baru. Tabel 20. Fasilitas-fasilitas Pelayanan Utama di Wilayah Kabupaten Situbondo Tahun 2004 N o Jenis Fasilitas Jumla h Peringkat 1 Langgar 3184 1 2 Musholla 1057 2 3 Masjid 598 3 4 SD 460 4 5 Koperasi 316 5 6 Dukun bayi 308 6 7 Kantor desa 136 7 8 RestoranRumah makan 105 8 9 Pondok pesantren 92 9 1 Puskesmas 57 10 1 1 Pasar 54 11 1 2 SLTP 49 12 1 3 Kantor pos 30 13 1 4 Gereja 23 14 1 5 Dokter 22 15 Sumber : BPS,2004 diolah Lihat Tabel Lampiran 5. Sarana prasarana dengan tingkat ketersediaan paling tinggi jumlah unit paling banyak menempati peringkat atas dan sarana prasarana dengan tingkat ketersediaan rendah menempati hirarki yang lebih rendah.sarana dengan peringkat yang lebih tinggi adalah merupakan sarana prasarana pembangunan yang paling dibutuhkan oleh masyarakat suatu wilayah. Pada Tabel 20 diidentifikasi 15 jenis sarana prasarana pembangunan yang menempati urutan peringkat tertinggi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar sarana prasarana pembangunan yang terpenting dan yang terbanyak dibutuhkan masyarakat adalah sarana prasarana yang menyediakan kebutuhan dasar manusia yaitu; sarana perekonomian pasar, restoranrumah makan, koperasi untuk menyediakan kebutuhan sehari-hari masyarakat, sarana pendidikan SD, SLTP, Pondok pesantren dan sarana kesehatan dokter, puskesmas, dukun bayi. Selain itu fasilitas lain yang juga menempati urutan atas adalah sarana peribadatan masjid, langgar, musholla, gereja dan fasilitas pemerintahan kantor desa. Penyebaran fasilitas-fasilitas tersebut di wilayah Kabupaten Situbondo dapat diketahui dengan melihat beberapa jumlah kecamatan yang memiliki fasilitas tersebut. Beberapa fasilitas utama dimiliki oleh semua atau sebagian besar kecamatan di Kabupaten Situbondo. Fasilitas ini derajad penyebarannya dikategorikan tinggi besar dari 90 persen, fasilitas yang derajat penyebarannya cukup adalah fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh 30-90 persen kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Situbondo, dan fasilitas dengan derajad penyebaran rendah ketersediaannya kurang dari 30 persen. Pada Tabel 21 Disajikan pengklasifikasian fasilitas tersebut berdasarkan derajad penyebarannya di wilayah Kabupaten Situbondo. Setelah diidentifikasi ternyata sebagian besar fasilitas pelayanan yang ada di wilayah Kabupaten Situbondo, derajat penyebarannya termasuk tinggi. Fasilitas- fasilitas ini merupakan fasilitas dasar yang sangat dibutuhkan oleh penduduk dan tingkat permintaan penduduk terhadap fasilitas-fasilitas ini sangat tinggi, sehingga dibutuhkan keberadaannya disetiap kecamatan untuk memudahkan dalam perolehan pelayanannya. Tabel 21. Jenis Fasilitas Pelayanan Berdasarkan Derajat Penyebarannya di Wilayah Kabupaten Situbondo Tahun 2004 Derajat Penyebaran Jenis Fasilitas Tinggi 90 - Masjid - Restoran - Langgar - KUA - Musholla - Dokter - SD - Pasar - SLTP - Koperasi - Puskesmas - Kantor pos - PUSTU - Dukun bayi Cukup 30-90 - Gereja - Pondok pesantren - SMU - Panti asuhan - Hotel Rendah 30 - SMK - Bidan - RSU - Bank Sumber : BPS, 2004 diolah Fasilitas-fasilitas yang keberadaannya terbatas di beberapa kecamatan saja derajat penyebaran rendah umumnya dalah fasilitas pelayanan yang jangkauan pelayanannya relatif luas atau jumlah penduduk yang memerlukan pelayanan tersebut juga sedikit, sehingga tidak dibutuhkan untuk berada di setiap kecamatan. Fasilitas-fisilitas ini umumnya dibangun di pusat-pusat pemukiman atau pusat pengembangan utama atau di lokasi-lokasi khusus yang potensial dan perlu untuk dibangun fasilitas tersebut. Dari hasil analisis skalogram maka dapat diketahui pada saat ini pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan di Kabupaten Situbondo masih mengumpul di daerah perkotaan, dengan perumusan strategi pembangunan diharapkan pusat-pusat pertumbuhan tidak hanya mengumpul di satu titik. Selain itu implementasi dari strategi pembangunan dapat menentukan daerah-daerah mana saja yang harus mengalami pembangunan fasilitas pelayanan, sehingga dapat tercipta pemerataan pembangunan.

BAB VII FORMULASI STRATEGI PEMBANGUNAN WILAYAH

7.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

7.1.1. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Kabupaten Situbondo dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya.

a. Kekuatan

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal diperoleh faktor-faktor yang menjadi kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh Kabupaten Situbondo dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya dalah sebagai berikut: a. Kondisi geografis kabupaten yang strategis Kabupaten Situbondo memiliki kondisi geografis yang sangat strategis yaitu memiliki garis pantai dengan panjang ± 168 Km lebih besar berpotensi perikanan, pariwisata, tambak, pelabuhan dan industri, dengan topografi dataran rendah, sedang, dan tinggi yang lebih besar drainase yang baik untuk mengembangkan sektor pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan, agrowisata. Akses jalan negara sebagai jalur utama Jawa – Bali bagian utara lebih besar berpotensi dalam pengembangan daerah sepanjang jalan, terminal cargo. b. Tersedianya potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia Kabupaten Situbondo memiliki potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang sangat besar. Potensi SDA tersebut antara lain meliputi potensi pada sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dan pariwisata. Selain itu tersedianya jumlah tenaga kerja di berbagai bidang dan juga tenaga kerja di kabupaten ini juga mempunyai kinerja yang sangat baik dalam mendukung perekonomian daerah. c. Banyaknya pondok pesantren ternama dan kyai ‘kharismatik’ Pondok pesantren yang ada di kabupaten ini mendukung terwujudnya masyarakat yang madani, agamis dan berpola pikir maju dan banyaknya kyai yang mempunyai karisma di wilayah ini berpotensi sebagai barometer dalam pendidikan modern islam di Indonesia. d. Karakteristik masyarakat yang terbuka dan dinamis Kabupaten Situbondo mempunyai penduduk yang yang terbuka dan dinamis dimana semua itu merupakan modal dasar dalam pembangunan daerah. Serta tersedianya lembaga sebagai wadah otonomi dari seluruh masyarakat yang berwujud lembaga ekonomi, lembaga keagamaan, adat istiadat dan swadaya masyarakat. e. Banyaknya industri rumah tangga, industri kecil dan menengah Kederadaan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah ini sangat mendukung usaha perbaikan kondisi perekonomian wilayah kabupaten dalam memacu pembangunan wilayah lokal., serta mampu menyerap banyak tenaga kerja di daerah sekitar. f. Adanya regulasi yang mengatur kewenangan wilayah Dengan adanya otonomi daerah menuntut wilayah Kabupaten Situbondo untuk mengatur urusan rumah tangga dan perekonomian wilayah dan melayani masyarakat. Meningkatkan kewenangan yang lebih luas bagi daerah untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerah dan mengelola keuangan daerah. g. Perekonomian daerah yang semakin membaik Nilai dan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kabupaten Situbondo tahun 2000 samapi tahun 2004 selalu meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat berimplikasi pada meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga daya beli dan kesejahteraan masyarakat pun meningkat. h. Koodinasi antar lembaga, dinas atau instansi terkait Koordinasi antar lembaga, dinas atau instansi terkait di Kabupaten Situbondo dalam melaksanakan kegiatan pembangunan telah berjalan cukup baik. Adanya koordinasi yang baik antar lembaga dinas, atau instansi terkait dapat meningkatkan efektifitas kegiatan pembangunan. Program pembangunan yang tumpang tindih dapat dihindari dengan adanya keterpaduan program anta dinas atau instansi terkait. i. Struktur kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah Pelaksanaan otonomi daerah mengisyaratkan adanya pelaksanaan sistem pemerintahan di daerah yang harus dijalankan secara demokratis, bersih, efektif dan efisien serta berorientasi pada peningkatan pelayanan pada masyarakat. Kemampuan tersebut sangat ditentukan oleh ketersediaan kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah yang profesional dan berdedikasi tinggi untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan kinerjanya bagi kepentingan masyarakat. j. Motto juang” Situbondo adalah Daerah SANTRI” Faktor ini yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang akan menciptakan masyarakat yang memiliki pribadi yang berkualitas dalam mendukung kegiatan pembangunan. k. Adanya lembaga pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Dalam mendukung kelestarian lingkungan dan sumberdaya yang ada di wilayah kabupaten, maka terdapat beberapa lembaga yang menangani pengelolaan lingkungan hidup sehingga dapat menciptakan keselarasan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah. Serta tersedianya produk hukum yang menangani bidang perusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

b. Kelemahan

Sedangkan faktor-faktor yang menjadi kelemahan yang harus diatasi adalah sebagai berikut: a. Kualitas SDM yang rendah Kualitas sumberdaya manusia dari Kabupaten Situbondo dapat dikatakan masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari angka pendidikan masyarakat Kabupaten Situbondo yang mayoritas berpendididkan rendah. Data tahun 2004 menunjukkan komposisi angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah mencapai sebesar 62,17 persen, sementara itu yang tamat SLTP sebesar 17,82 persen dan tenaga kerja yang menamatkan pendidikan SLTA dan perguruan tinggi sebanyak 20,01 persen. Dengan kondisi rata-rata pendidikan angkatan kerja masih didominasi oleh tenaga kerja yang hanya tamat SD dan tidak tamat SD. b. Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran merupakan kelemahan bagi Kabupaten Situbondo dalam melaksanakan pembangunannya. Menurut data Susenas tercatat bahwa penduduk miskin di Kabupaten Situbondo sampai pada tahun 2003 masih tergolong tinggi, yaitu terdapat sekitar 177.624 jiwa atau 28,57 persen dari total penduduk Kabupaten Situbondo berada di bawah garis kemiskinan. Perkembangan jumlah penduduk miskin setelah diadakan pendataan kemiskinan dengan indikator baru pada tahun 2004, menunjukkan jumlah rumah tangga miskin naik sebesar 3,31 persen dibandingkan dengan tahun 2001. Sedangkan untuk jumlah penduduk miskin naik sebesar 2,46 persen. Sedangkan pada tahun 2004 perkembangan jumlah kesempatan kerja mengalami penurunan sebesar 0,43 persen dari 302.082 orang pada tahun 2003 menjadi 300,778 orang pada tahun 2004. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2004 sebanyak 309,706 orang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2003 sebanyak 311,789. Dari jumlah angkatan kerja dan kesempatan kerja tersebut, maka masih terjadi pengangguran pada tahun 2003 sebesar 9,707 orang menjadi 8,928 orang pada tahun 2004. Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran merupakan permasalahan yang cukup kompleks sehingga memerlukan perhatian besar untuk dapat diatasi. c. Ketersediaan dana untuk pembanguan daerah yang terbataskecil Sumber-sumber dana pembangunan Kabupaten Situbondo berasal dari APBD kabupaten, APBD propinsi dan APBN. Dana yang tersedia untuk membiayai pembangunan daerah tergantung dari proporsi dan kemampuan sumber dana. Kemampuan pemerintah Kabupaten Situbondo dalam menghimpun dana masih rendah, hal ini yang menyebabkan ketersediaan dana untuk pembangunan daerah menjadi sangat kecil dan terbatas mengingat banyak sektor yang harus dibiayai dan ditangani pemerintah. d. Sumber-sumber pendapatan daerah belum tergali dan dikelola secara optimal Keterbatasan teknologi dan pengetahuan menyebabkan banyaknya sumber pendapatan daerah yang masih belum bisa tergali dan dikelola secara optimal. Hal ini yang menyebabkan keterbatasan dana dalam pembangunan daerah Kabupaten Situbondo, sehingga menjadi faktor kelemahan dalam pembangunan wilayah. Selain itu juga disebabkan rendahnya daya saing produk pertanian, industri rumah tangga, industri kecil dan menengah. e. Penyimpangan terhadap rencana tata ruang Faktor kelemahan yang kelima di wilayah Kabupaten Situbondo adalah adanya penyimpangan terhadap rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Hal ini dissebabkan karena adanya tidak konsistennya sikap aparatur pemerintah pembangunan daerah dalam melaksanakan pembangunan daerahnya, serta terbatasnya kemampuan aparatur pemerintah kabupaten dalam memberikan pelayanan serta penyelenggaraan urusan publik kepada masyarakat belum optimal sehingga menyebabkan tidak efisiennya kegiatan pembangunan wilayah. f. Rendahnya partisipasi masyarakat Pembangunan wilayah tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya partisipasi dari masyarakat setempat. Pembangunan di Kabupaten Situbondo ini tergolong belum mendapatkan partisipasi dari masyarakat sepenuhnya. Hal ini terlihat dari kepedulian masyarakat yang rendah terhadap lingkungan, masih sangat lemahnya pengawasan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan. g. Penelitian dan pengembangan Penelitian dan pengembangan di Kabupaten Situbondo masih sangat lemah. Padahal penelitian dan pengembangan sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kegiatan pembangunan. h. Sarana dan prasarana kurang memadai Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang yang memberikan kontribusi penting dalam mensukseskan kegiatan pembangunan suatu wilayah. Sarana dan prasarana di Kabupaten Situbondo dinilai masih sangat kurang khususnya sarana pendidikan, kesehatan. Hal ini terlihat dari jumlah sarana dan prasarana yang masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan ataupun dari banyaknya sarana yang berada dalam kondisi rusak. i. Jumlah dan pertambahan penduduk Meskipun jumlah dan pertambahan penduduk di Kabupaten Situbondo masih cukup rendah namun dengan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia menyebabkan tingginya angka pengangguran. Sehingga jumlah dan pertambahan penduduk menjadi kelemahan bagi Kabupaten Situbondo.

7.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Kabupaten Situbondo dalam melaksanakan pembangunan wilayah.

a. Peluang

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh beberapa faktor yang menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan. Peluang-peluang tersebut adalah sebagai berikut; a. Adanya peraturan dan perundang-undangan otonomi daerah Peraturan dan perundang-undangan otonomi daerah merupakan salah satu peluang bagi pembangunan daerah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah digunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dimana daerah diberikan kewenangan seluas-luasnya dalam mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah kecuali urusan pemerintah pusat. pergeseran kewenangan tersebut memberikan posisi dan peluang yang lebih besar pada daerah untuk berperan seoptimal mungkin dalam membangun daerahnya. Dengan demikian Kabupaten Situbondo mempunyai kewenangan yang lebih besar untuk mengelola sektor-sektor pembangunan yang akan dilaksanakan dan menentukan strategi pembangunan daerahnya. b. Terbukanya peluang pasar dalam negeri dan luar negeri akibat globalisasi Dengan terbukanya peluang pasar tersebut menjadi peluang yang sangat baik dalam mengembangkan dan meningkatkan kondisi perekonomian daerah kabupaten dalam bidang perdagangan. Sehingga dapat membuka peluang pasar tenaga kerja terdidik baik dalam maupun luar negeri. c. Adanya reformasi di bidang poltik dan administrasi publik Faktor yang menjadi peluang dalam pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo adalah adanya reformasi di bidang politik dan administrasi publik, dimana terjadi perubahan struktur politik dan administrasi publik menuju lebih demokrasi dan terbuka serta lebih memperhatikan kepentingan masyarakat. d. Kebijakan pemerintah pusat atau propinsi Kebijakan pemerintah pusat atau propinsi merupakan suatu peluang karena menjadi fasilitator, stimulator atau promotor bagi kebijakan dan kegiatan pembangunan wilayah. Pemerintah pusat atau pemerintah propinsi akan menangani aspek-aspek pembangunan wilayah yang tidak efektif atau efisien bila ditangani oleh pemerintah daerah. e. Perkembangan teknologi Perkembangan teknologi pada umumnya menjadi suatu peluang yang dapat memberikan dampak positif bagi kinerja pembangunan. f. Kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain Kesempatan untuk melakukan kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain baik pemerintah maupun masyarakat masih cukup terbuka lebar, apalagi dengan potensi sumberdaya yang belum dimanfaatkan secara optimal. Peluang ini diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah seperti keterbatasan dana pembangunan dan transfer teknologi. g. Pengaruh pemberdayaan perempuan Peluang pembangunan daerah Kabupaten Situbondo yang lain adalah adanya pengaruh pemberdayaan perempuan yang dipandang dapat tercapainya kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal ini perempuan turut berpartisipasi dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Sehingga dapat dijadikan sebagai peluang dalam memperbaiki pembangunan sebelumnya.

b. Ancaman

Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman yang harus diatasi adalah sebagai berikut: a. Persaingan makin ketat akibat pasar bebas dan perlakuan standarisasi internasional Adanya persaingan antar wilayah dan perlakuan standarisasi internasionl menuntut daya saing yang tinggi menjadi suatu ancaman bagi pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo karena dalam beberapa hal Kabupaten ini belum memiliki daya saing yang cukup untuk menghadapi persaingan antar wilayah dengan pemberlakuan standarisasi internasional. b. Pelanggaran kaidah-kaidah lingkungan hidup Masih banyaknya nelayan yang masuk Situbondo tanpa memperhatikan alih fungsi lahan pertanian belum terkendali, serta banyaknya wisatawan asing yang masuk tanpa memperdulikan lingkungan. Hal ini menjadi ancaman bagi pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo selain itu juga masih terdapat perambahan hutan yang tidak terkendali. c. Adanya provokasi dari luar yang mampu menimbulkan instabilitas wilayah Dengan adanya pusat wisata di wilayah kabupaten yang banyak mengundang wisatawan asing maupun wisatawan domestik menyebabkan timbulnya provokasi yang dapat mengancam stabilitas wilayah kabupaten. Sehingga menjadi ancaman dalam strategi pembangunan wilayah.

7.2. Tahap masukan

Tahap ini berupa analisis Matrik IFE Internal Faktor Evaluation dan EFE External Faktor Evaluation yang dilakukan berdasarkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor strategis internal serta identifikasi peluang dan ancaman yang merupakan faktor strategis eksternal. Analisis ini bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi pengaruh faktor-faktor strategis terhadap keberhasilan pembangunan Kabupaten Situbondo. Pengisian Matriks EFE dan IFE dilakukan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor strategid internal dan eksternal. Pemberian bobot dan rating dilakukan dengan pengisian kuisioner oleh lima orang responden. Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode paired comparison sehingga diperoleh bobot masing-masing variabel. Pada metode ini masing- masing faktor internal dan eksternal dibandingkan dan diberi nilai. Dengan pemberian bobot dan rating dari masing-masing faktor, selanjutnya dapat diperoleh skor bobot.

7.2.1. Matriks IFE

Matriks ini merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis internal Kabupaten Situbondo berupa kekuatan dan kelemahan yang telah diberi bobot dan rating. Dari hasil analisis Matriks IFE diperoleh total skor untuk faktor strategis internal adalah sebesar 2,018 yang menunjukkan bahwa Kabupaten Situbondo memiliki kondisi internal yang lemah di bawah rata-rata 2,5. Artinya melihat kondisi internal Kabupaten Situbondo yang lemah dikarenakan masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran serta minimnya kegiatan penelitian dan pengembangan di daerah ini. Elemen-elemen kekuatan dan kelemahan bagi pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo masing-masing bernilai skor bobot 1,087 dan 0,931. Kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Situbondo yaitu kondisi geografis kabupaten yang strategis skor 0,149. Kondisi geografis suatu wilayah merupakan faktor yang sangat mutlak sebagai modal dasar dalam proses pembangunan. Kekuatan yang menempati urutan kedua adalah banyaknya industri rumah tangga, industri kecil dan menengah skor 0,135. Adanya industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah ini mampu meningkatkan perekonomian penduduk dan dapat menunjang perekonomian kabupaten secara umum. Kekuatan utama lainnya yang menempati urutan ketiga adalah adanya lembaga pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup skor 0,124. Kelembagaan ini sangat mendukung terwujudnya lingkungan kabupaten yang selaras dengan alam dalam proses pembangunan wilayah. Tabel 22. Matriks IFE Pembangunan Wilayah Kabupaten Situbondo Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan 1.087 Kondisi geografis kabupaten yang strategis 0.047 3.2 0.149 Tersedianya potensi SDA dan SDM 0.047 1.2 0.056 Banyaknya pesantren ternama dan kyai kharismatik 0.053 1.2 0.064 Karakteristik masyarakat yang terbuka dan dinamis 0.050 1.6 0.081 Adanya regulasi yang mengatur kewenangan wilayah 0.049 2.0 0.098 Banyaknya industri rumah tangga, kecil dan menengah 0.052 2.6 0.135 Perekonomian daerah yang semakin membaik 0.047 2.4 0.113 Koordinasi antar lembaga, dinas, atau instansi terkait 0.049 2.2 0.109 Struktur kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah 0.050 1.2 0.061 Motto juang “Situbondo adalah daerah SANTRI” 0.045 2.2 0.098 Adanya lembaga pengelola SDA dan lingkungan hidup 0.052 2.4 0.124 Kelemahan 0.931 Kualitas SDM yang rendah 0.049 2.4 0.118 Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran 0.051 1.4 0.071 Ketersediaan dana pembangunan yang terbatas atau kecil 0.058 2.0 0.116 Sumber pendapatan daerah yang belum tergali dan dikelola optimal 0.054 2.0 0.108 Rendahnya partisipasi masyarakat 0.053 2.6 0.138 Penyimpangan terhadap rencana tata ruang 0.054 2.0 0.108 Penelitian dan pengembangan 0.044 1.6 0.070 Sarana prasarana yang kurang memadai 0.048 2.4 0.115 Jumlah dan pertambahan penduduk 0.048 1.8 0.086 TOTAL 1.000 2.018 Kelemahan utama yang dihadapi oleh Kabupaten Situbondo yaitu penelitian dan pengembangan yang ditunjukkan dengan skor terendah 0,070. Penelitian dan pengembangan di Kabupaten Situbondo masih sangat lemah. Padahal penelitian dan pengembangan sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kegiatan pembangunan. Kelemahan utama lainya yang menempati urutan kedua adalah tingginya angka kemiskinan dan pengangguran dengan skor 0,071 yang menjadi hambatan dalam pembangunan wilayah. Hasil analisis Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 22.

7.2.2 Matriks EFE

Matriks ini merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis eksternal Kabupaten Situbondo berupa peluang dan ancaman yang telah diberi bobot dan rating. Dari hasil analisis Matriks EFE diperoleh total skor untuk faktor strategis eksternal adalah sebesar 2,307 dengan skor untuk elemen peluang dan ancaman masing-masing sebesar 1,674 dan 0,633. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor kekuatan yang belum dapat dilaksanakan secara optimal seperti kondisi geografis kabupaten yang strategis dan banyaknya industri rumah tangga, industri kecil dan menengah serta adanya kelembagaan yang mengelola SDA dan lingkungan hidup. Hasil analisis Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 23. Peluang terbesar yang dimiliki oleh Kabupaten Situbondo adalah adanya peraturan perundang-undangan tentang otonomi daerah yang memiliki skor bobot 0,363. hal ini menunjukkan bahwa faktor ini sangat berpengaruh terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo.adanya peraturan tentang otonomi daerah ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan untuk mempercepat proses pembangunan. Tabel 23. Matriks EFE Pembangunan Wilayah Kabupaten Situbondo Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang 1.674 Adanya peraturan dan perundang-undangan tentang otonomi daerah 0.091 4.0 0.363 Terbukanya peluang pasar dalam negeri dan luar negeri akibat globalisasi 0.117 2.2 0.257 Adanya reformasi di bidang poltik dan administrasi publik 0.109 2.4 0.262 Kebijakan pemerintah pusat atau propinsi 0.082 1.8 0.147 Perkembangan teknologi 0.083 1.6 0.132 Kemitraan dan kerjasama dengan pihak swastapihak lain 0.137 1.8 0.247 Pengaruh pemberdayaan perempuan 0.102 2.6 0.266 Ancaman 0.633 Persaingan makin ketat akibat pasar bebas dan perlakuan standarisasi internasional 0.103 2.4 0.247 Pelanggaran kaidah lngkungan hidup 0.086 2.6 0.224 Adanya provokasi dari luar yang mampu menimbulkan instabilitas wilayah 0.090 1.8 0.162 TOTAL 1.000 2.307 Peluang terbesar lainnya bagi Kabupaten Situbondo yaitu adanya pengaruh pemberdayaan perempuan dengan skor 0,266. Adanya pengaruh pemberdayaan perempuan yang dipandang dapat tercapainya kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal ini perempuan turut berpartisipasi dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Sehingga dapat dijadikan sebagai peluang dalam memperbaiki pembangunan sebelumnya. Sedangkan ancaman utama yang dihadapi Kabupaten Situbondo adalah adanya Persaingan makin ketat akibat pasar bebas dan perlakuan standarisasi internasional dengan skor bobot terbesar yaitu 0,247. Adanya persaingan antar wilayah dan perlakuan standarisasi internasionl menuntut daya saing yang tinggi sehingga menjadi suatu ancaman bagi pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo. Selanjutnya ancaman terbesar kedua bagi Kabupaten Situbondo yaitu pelanggaran kaidah-kaidah lingkungan hidup skor 0,224. Pelanggaran kaidah lingkungan hidup menjadi ancaman bagi Kabupaten Situbondo karena kabupaten ini kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan bersama.

7.2.3. Matriks IE Internal-Eksternal

Total nilai IFE yang telah diberi bobt diperoleh sebesar 2,018 dan EFE yang telah diberi bobot sebesar 2,307, sebagaimana yang diperlihatkan dalam matriks IFE dan matriks EFE pada table di atas. Kedua nilai yang telah diberi bobot tersebut, jika digunakan dalam matriks IE dapat menggambarkan posisi strategis wilayah Kabupaten Situbondo. Dari hasil analisis matriks IE yang telah diperoleh menunjukkan bahwa dalam sistem manajemen yang berlangsung saat ini, kondisi pembangunan wilayah yang dilaksanakan di Kabupaten Situbondo berada pada sel ke-V dari matriks IE yang berarti bahwa kabupaten ini harus bisa mempertahankan kekuatan-kekuatan yang ada dan hal- hal yang telah dicapai selama pembangunan dan untuk selanjutnya perlu lebih ditingkatkan dalam melaksanakan rumusan strategi di masa yang akan datang sesuai dengan program yang dimiliki. I II III IV V VI Tinggi 3,0 – 4,0 2,0 Lemah 1,0 – 1,99 Rata-rata 2,0 – 2,99 Kuat 3,0 – 4,0 Sedang 2,0 – 2,99 3,0 1,0 2,0 3,0 4,0 SKOR EFI SKOR EFE VII VIII IX Gambar 5. Matriks IE Internal-Eksternal Wilayah Kabupaten Situbondo.

7.3. Tahap Pemaduan

Setelah dilakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal maka tahap selanjutnya adalah proses pemaduan antara elemen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan menggunakan Matriks SWOT. Pemaduan atau pencocokan ini bertujuan untuk menentukan alternatif strategi dalam pembangunan Kabupaten Situbondo. Strategi tersebut meliputi strategi SO, WO, ST, dan WT.

7.3.1. Strategi Strengths-Opportunities S-O

Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal guna memperoleh keuntungan bagi kabupaten Situbondo dalam pembangunan wilayahnya. Beberapa alternatif strategi S-O yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah. Strategi ini merupakan rekomendasi dari peluang adanya peraturan dan perundang-undangan tentang otonomi daerah dan kebijakan pemerintah pusat atau propinsi. Juga kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Situbondo berupa potensi SDA yang besar, perekonomian daerah yang semakin membaik, kondisi geografis kabupatan yang strategis. Rendah 1,0 – 1,99 1,0 Pertahankan dan pelihara 2. Peningkatan kualitas produk industri rumah tangga, industri kecil dan menengah dalam menghadapi pasar dalam negeri dan luar negeri guna mendukung perekonomian daerah. Strategi ini didasarkan atas adanya peluang terbukanya pasar dalam negeri dan luar negeri akibat globalisasi, perkembangan teknologi dan adanya pengaruh pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk mencapai keadilan dan kesetaraan dalam bermasyarakat dan bernegara. Peluang-peluang tersebut diraih dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki Kabupaten Situbondo yang berupa tersedianya potensi SDA dan SDM serta banyaknya industri rumah tangga, industri kecil dan menengah. 3. Pemberdayaan kelembagaan, aparatur dan kebijakan pembangunan daerah untuk meningkatkan kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain. Strategi ini didasarkan atas peluang adanya peraturan dan perundang- undangan tentang otonomi daerah, kebijakan pemerintah pusatpropinsi serta kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain. Peluang tersebut diraih dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Situbondo berupa koordinasi antar lembaga, dinas atau instansi terkait dan struktur kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah. 4. Pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan di bidang pertanian dan perikanan dalam upaya peningkatan kualitas produksi sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah. Strategi ini didasarkan atas peluang adanya perkembangan teknologi. Peluang tersebut diraih dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Situbondo berupa kondisi geografis kabupaten yang strategis dan adanya lembaga pengelolaan SDA dan lingkungan hidup.

7.3.2. Strategi Weakness-Opportunities W-O

Strategi W-O merupakan strategi yang disususn untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternatif strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA serta pengembangan Litbang melalui pemanfaatan teknologi. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan KabupatenI Situbondo berupa kualitas SDM yang rendah, sumber pendapatan daerah yang belum tergali dan dikelola secara optimal, dan adanya penelitian dan pengembangan. Dengan memanfaatkan peluang-peluang berupa perkembangan teknologi maka diharapkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi. 2. Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan dalam bermasyarakat, bernegara. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan Kabupaten Situbondo berupa rendahnya partisipasi masyarakat, adanya jumlah dan pertambahan penduduk. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan peluang adanya pengaruh pemberdayaan perempuan. 3. Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA dan menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak swastapihak lain. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan Kabupaten Situbondo berupa sumber pendapatan daerah yang belum tergali dan dikelola secara optimal, tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, dan jumlah dan pertambahan penduduk. Dengan memanfaatkan peluang-peluang berupa kebijakan pemerintah pusat atau propinsi dan kemitraan dan kerjasama dengan pihak swastapihak lain, maka diharapkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi. 4. Memperbaiki sarana dan prasarana serta meningkatkan ketersediaan dana pembangunan dan mempercepat pemerataan pembangunan dengan memanfaatkan kerjasama dengan swasta atau pihak lain guna menghindari adanya penyimpangan terhadap rencana tata ruang. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan Kabupaten Situbondo berupa tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, ketersediaan dana pembangunan terbatas atau kecil, adanya penyimpangan terhadap rencana tata ruang, dan sarana prasarana yang kurang memadai. Dengan memanfaatkan peluang-peluang berupa peraturan dan perundang-undangan tentang otonomi daerah, adanya reformasi di bidang politik dan administrasi publik, kebijakan pemerintah pusatpropinsi dan adanya kemitraan dan kerjasama dengan pihak swastapihak lain maka diharapkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi.

7.3.3. Strategi Strength-Threats S-T

Strategi S-T merupakan strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal bagi pembangunan Wilayah Kabupaten Situbondo. Beberapa alternatif strategi S-T yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat akibat globalisasi dengan memanfaatkan perekonomian daerah yang semakin membaik. Strategi ini didasarkan atas tanggapan kekuatan dari kondisi geografis kabupaten yang strategis, tersedianya potensi SDA dan SDM, serta perekonomian daerah yang semakin membaik. Faktor-faktor kekuatan tersebut dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menghindari ancaman berupa persaingan yang semakin ketat dan penerapan standarisasi internasional akibat adanya globalisasi. 2. Pemberdayaan kelembagaan daerah dan masyarakat dalam mengatasi adanya provokasi yang dapat menimbulkan instabilitas wilayah dalam upaya mendukung motto juang Kabupaten”Situbondo adalah daerah SANTRI” Strategi ini didasarkan atas tanggapan kekuatan dari kondisi geografis kabupaten yang strategis, tersedianya potensi SDA dan SDM, struktur kelembagaan dan aparatur daerah, serta motto juang ”Situbondo adalah daerah SANTRI”. Faktor-faktor kekuatan tersebut dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menghindari ancaman berupa adanya provokasi dari luar yang dapat menimbulkan instabilitas wilayah.

7.3.4. Strategi Weakness-Threats W-T

Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Beberapa alternatif strategi W-T yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualias SDM dan mengembangkan Litbang dalam menghadapi persaingan pasar bebas dan standarisasi internasional. Strategi ini disusun untuk mengantisipasi kelemahan Kabupaten Situbondo berupa kualitas SDM yang rendah, penelitian dan pengembangan. memadai. Kelemahan-kelemahan tersebut perlu ditingkatkan untuk menghindari ancaman berupa persaingan yang ketat akibat adanya globalisasi. Dengan meningkatnya kualitas SDM Kabupaten Situbondo akan memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi era globalisasi. 2. Memperbaiki sarana prasarana dan mengoptimalkan pemanfaatan SDA untuk menghadapi pelnggaran dan perusakan lingkungan hidup. Strategi ini disusun untuk mengantisipasi kelemahan Kabupaten Situbondo berupa sumber-sumber pendapatan daerah yang masih belum tergali dan dikelola secara optimal, rendahnya partisipasi msyarakat dan sarana prasarana yang kurang memadai. Kelemahan-kelemahan tersebut perlu ditingkatkan untuk menghindari ancaman berupa pelanggaran kaidah lingkungan hidup. Hasil analisis Matriks SWOT dapat dilihat pada Lampiran 10.

7.4. Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap selanjutnya dari formulasi strategi adalah tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan Matriks QSPM. Analisis ini dilakukan untuk menentukan prioritas strategi yang dapat disusun oleh pemerintah KabupatenI Situbondo dalam pembangunan wilayahnya. Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi yang memiliki nilai Total Attractiveness Score TAS terbesar adalah strategi meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah guna meningkatkan perekonomian daerah 5,425, sedangkan strategi yang memiliki nilai TAS terkecil adalah strategi menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat akibat globalisasi dengan memanfaatkan perekonomian daerah yang semakin membaik 4,103. Besarnya nilai ketertarikan relatif alternatif strategi yang diusulkan dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari besarnya nilai ketertarikan relatif alternatif strategi dapat disusun urutan prioritas strategi berdasarkan nilai TAS tertinggi sampai terendah. Adapun urutan prioritas strategi yang dihasilkan dari Matriks QSPM adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah 5,425. 2. Meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA serta pengembangan Litbang melalui pemanfaatan teknologi 5,139. 3. Memperbaiki sarana dan prasarana serta meningkatkan ketersediaan dana pembangunan dan mempercepat pemerataan pembangunan dengan memanfaatkan kerjasama dengan swasta atau pihak lain guna menghindari adanya penyimpangan terhadap rencana tata ruang 4,952. 4. Peningkatan kualitas produk industri rumah tangga, industri kecil dan menengah dalam menghadapi pasar dalam negeri dan luar negeri guna mendukung perekonomian daerah 4,874. 5. Pemberdayaan kelembagaan, aparatur dan kebijakan pembangunan daerah untuk meningkatkan kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain 4,824. 6. Pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan di bidang pertanian dan perikanan dalam upaya peningkatan kualitas produksi sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah 4,780. 7. Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan dalam bermasyarakat sebagai upaya dalam mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan 4,769. 8. Memperbaiki sarana prasarana dan mengoptimalkan pemanfaatan SDA untuk menghadapi pelnggaran dan perusakan lingkungan hidup 4,753. 9. Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA dan menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak swastapihak lain 4,585. 10. Pemberdayaan kelembagaan daerah dan masyarakat dalam mengatasi adanya provokasi yang dapat menimbulkan instabilitas wilayah dalam upaya mendukung motto juang Kabupaten”Situbondo adalah daerah SANTRI” 4,518. 11. Meningkatkan kualias SDM dan mengembangkan Litbang dalam menghadapi persaingan pasar bebas dan standarisasi internasional 4,429. 12. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat akibat globalisasi dengan memanfaatkan perekonomian daerah yang semakin membaik 4,103.

7.5. Strategi Komprehensif

Kabupaten Situbondo memiliki misi dari pembangunan daerah mewujudkan tata pemerintahan yang baik Good Governance, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Tujuan objective yang ingin dicapai dalam pembangunan wilayah adalah: O1 Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor O2 Pemanfaatan pembinaan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup revitalisasi bidang pertanian dan perikanan O3 Peringkatan dan pemeliharaan infrastruktur dan aksesibilitas pendidikan, kesehatan, kependudukan dan kesejahteraan sosial dan kesetaraan gender O4 Peningkatan sistem pemerintahan dan pembangunan yang berkelanjutan serta peningkatan pengelolaan sumber-sumber PAD dan keuangan daerah O5 Optimalisasi pengawasan intern daerah Untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah digariskan perlu dikembangkan strategi yang akan dijalankan dalam pembangunan wilayah. Strategi yang sebaiknya dikembangkan oleh Kabupaten Situbondo yaitu meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah serta meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA serta pengembangan Litbang melalui pemanfaatan teknologi Yang meliputi beberapa strategi terkait sebagai berikut: S1 Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA dan menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak swastapihak lain S2 Memperbaiki sarana prasarana dan mengoptimalkan pemanfaatan SDA untuk menghadapi pelanggaran dan perusakan lingkungan hidup S3 Pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan di bidang pertanian dan perikanan dalam upaya peningkatan kualitas produksi sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah S4 Meningkatkan kualias SDM dan mengembangkan Litbang dalam menghadapi persaingan pasar bebas dan standarisasi internasional Tujuan dan strategi yang telah disusun, menjadi kerangka untuk mengembangkan sasaran Goal yang ingin dicapai secara lebih spesifik. Sasaran yang dapat dikembangkan adalah: G1 Memiliki masyarakat yang makmur, sejahtera dengan tingkat investasi dan ekspor yang tinggi G2 Memiliki infrastruktur dan aksesibbilitas yang memadai di berbagai bidang G3 Kesempatan kerja yang tinggi G4 Terjalin hubungan yang baik dengan berbagai pihak, baik swasta ataupun pihak yang terkait lainnya G5 Produk-produk unggulan daerah yang mampu bersaing di pasar dalam dan luar negeri G6 Memiliki kualitas sumberdaya manusia yang tinggi, partispasi masyarakat yang tinggi dalam pelaksanaan pembangunan daerah G7 Memiliki sistem kelembagaan dan aparatur daerah yang berkualitas dan dapat menerapkan pemerintahan yang jujur, adil dan dapat dipercaya G8 Sumberdaya alam yang terkelola dengan baik dan dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah Dengan fokus pada sasaran goal dan tujuan objective yang ingin dicapai, Kabupaten Situbondo dapat menyusun program sebagai berikut: P1 Pemberdayaan masyarakat melalui tri daya pemberdayaan manusia, usaha, sarana dan prasarana lingkungan P2 Perbaikan sarana prasarana pemukiman, kesehatan, pendidikan, dan fasilitas umum P3 Pengembangan kewirausahaan dan daya saing koperasi, pengembangan SDM koperasi dan industri kecil lainnya P4 Perluasan Kerja Sistem Padat Karya PKSPK P5 Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan melalui Peningkatan Peran Wanita P2W P6 Menjalin kerjasama secara integral dengan pihak swasta ataupun pihak lain yang terkait P7 Pengembangan industri kecil dan menengah melalui peningkatan usaha ekonomi pengadaan sarana produksi P8 Pelatihan atau bimbingan teknis peningkatan kualitas SDM, pembinaan pegawai secara terpadu dan berkesinambungan P9 Penyempurnaan dan penguatan kelembagaan dan sistem pemerintahan P10 Pengelolaan dan pengawasan terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup Elemen-elemen strategi di atas saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Saling keterkaitan ini menunjukkan bahwa strategi komprehensif memberikan solusi yang menyeluruh dan integral bagi wilayah kabupaten. Meskipun demikian, dimensi waktu juga membatasi pelaksanaan rangkaian strategi yang disusun. Artinya ada rangkaian strategi yang dapat dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, ada juga strategi yang sifat pelaksanaannya harus kronologis berurutan waktunya dari strategi yang satu ke strategi berikutnya. Pangkal dari strategi komprehensif Kabupaten Situbondo adalah pernyataan misi kabupaten: mewujudkan tata pemerintahan yang baik Good Governance, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Tujuan objective yang pertama dari Kabupaten Situbondo adalah Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor O1. Tujuan ini dikembangkan ke dalam strategi mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA dan menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak swastapihak lain S1. Strategi 1 S1 menetapkan sasaran menetapkan sasaran Kesempatan kerja yang tinggi G3 dan sumberdaya alam yang terkelola dengan baik dan dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah G8. Berdasarkan arahan strategi ini, program kegiatan yang perlu dijalankan adalah pemberdayaan masyarakat melalui tri daya pemberdayaan manusia, usaha, sarana dan prasarana lingkungan P1, pengembangan industri kecil dan menengah melalui peningkatan usaha ekonomi pengadaan sarana produksi P7, perluasan Kerja Sistem Padat Karya PKSPK P4, menjalin kerjasama secara integral dengan pihak swasta ataupun pihak lain yang terkait P6, pengelolaan dan pengawasan terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup P10. Tujuan yang kedua adalah pemanfaatan pembinaan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup revitalisasi bidang pertanian dan perikanan O2, tujuan ini dikembangkan ke dalam strategi memperbaiki sarana prasarana dan mengoptimalkan pemanfaatan SDA untuk menghadapi pelanggaran dan perusakan lingkungan hidup S2. Strategi 2 S2 menetapkan sasaran sumberdaya alam yang terkelola dengan baik dan dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah G8, program kegiatan yang mendukung strategi ini adalah pengelolaan dan pengawasan terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup P10. Sedangkan tujuan yang ketiga adalah peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur dan aksesibilitas pendidikan, kesehatan, kependudukan dan kesejahteraan sosial dan kesetaraan gender O3 yang dikembangkan dalam strategi memperbaiki sarana prasarana dan mengoptimalkan pemanfaatan SDA untuk menghadapi pelanggaran dan perusakan lingkungan hidup S2. Strategi 2 S2 menetapkan sasaran memiliki infrastruktur dan aksesibbilitas yang memadai di berbagai bidang G2, sumberdaya alam yang terkelola dengan baik dan dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah G8 dengan program perbaikan sarana prasarana pemukiman, kesehatan, pendidikan, dan fasilitas umum P2, pengelolaan dan pengawasan terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup P10, peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan melalui Peningkatan Peran Wanita P2W P5. Tujuan yang keempat adalah peningkatan sistem pemerintahan dan pembangunan yang berkelanjutan serta peningkatan pengelolaan sumber-sumber PAD dan keuangan daerah O4 tujuan ini dikembangkan ke dalam strategi pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan di bidang pertanian dan perikanan dalam upaya peningkatan kualitas produksi sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah S3. Strategi 3 S3 menetapkan sasaran terjalin hubungan yang baik dengan berbagai pihak, baik swasta ataupun pihak yang terkait lainnya G4, produk-produk unggulan daerah yang mampu bersaing di pasar dalam dan luar negeri G5, memiliki sistem kelembagaan dan aparatur daerah yang berkualitas dan dapat menerapkan pemerintahan yang jujur, adil dan dapat dipercaya G7. Program kegiatan yang mendukung strategi ini adalah menjalin kerjasama secara integral dengan pihak swasta ataupun pihak lain yang terkait P6, pelatihan atau bimbingan teknis peningkatan kualitas SDM, pembinaan pegawai secara terpadu dan berkesinambungan P8, penyempurnaan dan penguatan kelembagaan dan sistem pemerintahan P9. Tujuan yang terakhir adalah optimalisasi pengawasan intern daerah O5 tujuan ini dikembangkan dengan strategi meningkatkan kualias SDM dan mengembangkan Litbang dalam menghadapi persaingan pasar bebas dan standarisasi internasional S4. Strategi 4 S4 menetapkan sasaran sebagai berikut memiliki kualitas sumberdaya manusia yang tinggi, partispasi masyarakat yang tinggi dalam pelaksanaan pembangunan daerah G6, memiliki sistem kelembagaan dan aparatur daerah yang berkualitas dan dapat menerapkan pemerintahan yang jujur, adil dan dapat dipercaya G7 dan program kegiatan yang mendukung strategi ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui tri daya pemberdayaan manusia, usaha, sarana dan prasarana lingkungan P1, penyempurnaan dan penguatan kelembagaan dan sistem pemerintahan P9. Ilustrasi keterkaitan antar elemen strategi komprehensif yang telah disusun di atas dapat dilihat pada gambar 6. GAQMBAR 6 TENTANG ILUSTRASI KOMPREHENSIF

BAB VIII KETERKAITAN ANTARA IDENTIFIKASI WILAYAH DAN

ALTERNATIF STRATEGI Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Situbondo banyak menemukan kendala dan permasalahan sehingga menyebabkan realisasi pembangunan daerah masih jauh dari harapan. Sehubungan dengan itu, Kabupaten Situbondo memiliki Visi “Terwujudnya Masyarakat Situbondo Yang Agamis, Demokratis, Berkualitas, Berpola Pikir Maju, Sejahtera, Dan Berwawasan Lingkungan Serta Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme”. Visi ini diarahkan pada terbentuknya masyarakat yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip kehidupan sesuai dengan akhlak, hati nurani dan nilai-nilai kebenaran dengan motto juang “ Situbondo Sejahtera, Aman, Nyaman, Tentram, Rapi dan Indah SANTRI”. Melalui visi ini diharapkan dapat diwujudkan masyarakat yang sejahtera, cerdas, berkepribadian dan konsisten dalam melaksanakan pembangunan. Pendekatan pembangunan wilayah di Kabupaten Situbondo dilaksanakan dengan menyusun perencanaan pembangunan berdasarkan hubungan fungsional antar wilayah. Oleh karena itu disusun satuan perencanaan pembangunan wilayah berdasarkan konsep kutub pertumbuhan dan pusat pertumbuhan. Berkaitan dengan itu, kota kecamatan dijadikan sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan kecil pedesaan. Untuk mencapai hasil pembangunan yang optimal maka pelaksanaan pembangunan wilayah di Kabupaten Situbondo harus disesuaikan dengan spesifikasi dan karakteristik lokal, permasalahan yang dihadapi serta potensi yang tersedia di wilayah tersebut. Oleh karena itu dalam merumuskan strategi pembangunan wilayah terlebih dahulu perlu dilakukan studi rencana pembangunan wilayah dengan lingkup kegiatan identifikasi wilayah. Strategi pembangunan wilayah tersebut harus mempertimbangkan intensitas kegiatan perekonomian yang ada, ketersediaan infrastruktur wilayah. Untuk itu dilakukan analisis sektor unggulan, analisis hirarki fasilitas penanganan yang dimaksudkan agar pemanfaatan sumberdaya lokal lebih optimal.

8.1. Kebijakan Pembangunan Sektoral

Pengembangan sektor basis untuk dijadikan sebagai sektor unggulan merupakan kebijaksanaan yang strategis dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Berdasarkan hasil analisis basis ekonomi dengan menggunakan perhitungan nilai LQ, sektor yang menjadi sektor basis di Kabupaten Situbondo pada periode 2001- 2003 adalah sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi. Ketiga sektor tersebut sangat potensial untuk dikembangkan pada perekonomian wilayah Kabupaten Situbondo karena sektor-sektor ini sangat berperan dalam menghasilkan pendapatan bagi daerah dan juga diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan pendapatan wilayah. Untuk itu kebijakan pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo sebaiknya diprioritaskan pada ketiga sektor tersebut. Namun dengan adanya implementasi dari strategi pembangunan yang telah dirumuskan diharapkan dapat mengembangkan sektor lain yang pada masa sekarang bukan basis menjadi sektor basis di masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan strategi pembangunan dan program yang telah dirumuskan Pengembangan sektor perekonomian tidak terlepas dari kebijaksanaan pembangunan wilayah yang terkait dengan pengembangan pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan. Adanya pusat pertumbuhan dan pelayanan diharapkan mampu mempunyai peran dan fungsi sesuai dengan basis ekonomi wilayah serta potensi wilayah belakangnya. Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa dalam hirarki pusat pertumbuhan dan pelayanan, pusat pengembangan yang mempunyai fasilitas paling lengkap adalah Kecamatan Situbondo dengan 23 jenis 100 persen sarana prasarana dan Kecamatan Panji dan Kecamatan Panarukan sebanyak 21 91,30 persen jenis sarana prasarana dan Kecamatan Banyuputih 20 86,96 persen jenis sarana prasarana. Sedangkan kecamatan yang memiliki jenis sarana prasarana terbatas adalah Kecamatan Jatibanteng 14 60,87 persen jenis sarana dan Kecamatan Sumbermalang 16 jenis sarana prasarana 69,57 persen, Kecamatan Mangaran 16 jenis sarana prasaranan 69,57. Untuk jumlah unit sarana dan prasarana pembangunan, Kecamatan Besuki menempati posisi tertinggi dalam hirarki pusat pelayanan dengan jumlah sarana dan prasarana sebanyak 596 unit yang diikuti oleh Kecamatan Bungatan sebanyak 519 unit sarana prasarana dan Kecamatan Panji sebanyak 506 unit sarana prasarana. Sedangkan kecamatan dengan hirarki pusat pelayanan terendah adalah Kecamatan Banyuglugur yang hanya memiliki 298 unit sarana prasarana. Hasil analisis skalogram ini juga menunjukkan bahwa keberadaan sarana dan prasarana pelayanan di Kabupaten Stubondo masih terakumulasi di daerah perkotaan seperti: Kota Situbondo, Panarukan, Panji dan Banyuputih sebagai pusat-pusat pelayanan. Hal ini menyebabkan daerah pedesaan cenderung mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan dari fasilitas-fasilitas tersebut karena terbatasnya interaksi dengan pusat-pusat pelayanan tersebut sehingga terjadi kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan sebagai hinterland-nya. Dengan perumusan strategi pembangunan diharapkan pada masa yang akan datang diharapkan pusat-pusat pertumbuhan yang ada tidak terpusat lagi pada satu titik. Selain itu implementasi dari strategi pembangunan diharapkan dapat menentukan daerah-daerah mana saja yang harus mengalami pembangunan fasilitas pelayanan, sehingga dapat tercipta pemerataan pembangunan. Dengan begitu strategi pembangunan yang telah dirumuskan dapat mewujudkan tujuan dan misi dari Kabupaten Situbondo.

8.2. Strategi Pembangunan Wilayah

Pelaksanaan pembangunan wilayah memerlukan strategi yang harus disesuaikan dengan spesifikasi dan karakteristik lokal, permasalahan yang dihadapi serta potensi yang tersedia di wilayah tersebut. Strategi pembangunan wilayah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Situbondo sebagai berikut: 15. Strategi peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan hidup. 16. Strategi peningkatan kualitas tenaga kerja yang sesuai dengan peluang kerja. 17. Strategi pemberdayaan masyarakat miskin. 18. Strategi peningkatan kualitas pendapatan daerah. 19. Strategi peningkatan kualitas produk industri rumah tangga, industri kecil dan industi menengah. 20. Strategi peningkatan kualitas kapasitas pengelolaan kepariwisataan. 21. Strategi peningkatan kualitas manajemen data. 22. Strategi peningkatan kualitas pelayanan publik. 23. Strategi peningkatan kualitas pengawasan dan pengendalian pertanahan. 24. Strategi peningkatan kualitas manajemen usaha. 25. Strategi peningkatan stabilitas keamanan dan ketertiban. 26. Strategi peningkatan kualitas upaya penegakan hukum. 27. Strategi peningkatan kualitas SDM aparatur. 28. Strategi peningkatan hubungan yang harmonis baik internal maupun eksternal. Strategi yang selama ini telah diterapkan di Kabupaten Situbondo tidak jauh berbeda dibandingkan dengan strategi yang dihasilkan dari analisis Matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisis Matriks SWOT diperoleh 12 alternatif strategi yang dapat dirumuskan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo. Beberapa alternatif strategi yang menjadi prioritas utama berdasarkan hasil analisis Matriks QSP, yaitu: 13. Meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah dengan nilai Total Attractiveness Score TAS sebesar 5,425. Strategi ini menempati prioritas utama karena potensi sumberdaya merupakan modal dalam pelaksanaan pembangunan dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian daerah dalam upaya mendukung adanya otonomi daerah. 2. Meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA serta pengembangan Litbang melalui pemanfaatan teknologi dengan nilai Total Attractiveness Score TAS sebesar 5,139. Strategi ini memiliki prioritas yang tinggi karena sumberdaya manusia merupakan faktor yang menjadi objek sekaligus subjek pembangunan, oleh karena itu kualitas sumberdaya manusia menjadi faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan wilayah sehingga untuk mencapai pembangunan yang optimal diperlukan sumberdaya manusia yang memiliki kualitas memadai. Selain itu mengingat kualitas SDM di Kabupaten Situbondo masih relatif rendah, dan juga masih banyak sumber pendapatan yang berasal dari sumberdaya alam belum diolah secara optimal, hal itu juga disebabkan karena rendahnya pengetahuan tentang teknologi maka strategi ini tepat diterapkan di kabupaten ini.

8.3 Strategi Komprehensif dan Program Pembangunan Kabupaten Situbondo

Hasil analisis dan pengolahan yang telah dilakukan, mendorong Kabupaten Situbondo mengembangkan serangkaian strategi komprehensif, dari tataran misi hingga implementasinya dalam bentuk program-program pembangunan wilayah. Kabupaten Situbondo memiliki misi dari pembangunan daerah mewujudkan tata pemerintahan yang baik Good Governance, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Tujuan objective yang ingin dicapai dalam pembangunan wilayah adalah: O1 Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor O2 Pemanfaatan pembinaan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup revitalisasi bidang pertanian dan perikanan O3 Peringkatan dan pemeliharaan infrastruktur dan aksesibilitas pendidikan, kesehatan, kependudukan dan kesejahteraan sosial dan kesetaraan gender O4 Peningkatan sistem pemerintahan dan pembangunan yang berkelanjutan serta peningkatan pengelolaan sumber-sumber PAD dan keuangan daerah O5 Optimalisasi pengawasan intern daerah Untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah digariskan perlu dikembangkan strategi yang akan dijalankan dalam pembangunan wilayah. Strategi yang sebaiknya dikembangkan oleh Kabupaten Situbondo yaitu meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah serta meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA serta pengembangan Litbang melalui pemanfaatan teknologi Yang meliputi beberapa strategi terkait sebagai berikut: S1 Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA dan menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak swastapihak lain S2 Memperbaiki sarana prasarana dan mengoptimalkan pemanfaatan SDA untuk menghadapi pelanggaran dan perusakan lingkungan hidup S3 Pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan di bidang pertanian dan perikanan dalam upaya peningkatan kualitas produksi sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah S4 Meningkatkan kualias SDM dan mengembangkan Litbang dalam menghadapi persaingan pasar bebas dan standarisasi internasional Dengan fokus pada sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, kabupaten ini dapat menyusun program berikut: G1 Memiliki masyarakat yang makmur, sejahtera dengan tingkat investasi dan ekspor yang tinggi G2 Memiliki infrastruktur dan aksesibbilitas yang memadai di berbagai bidang G3 Kesempatan kerja yang tinggi G4 Terjalin hubungan yang baik dengan berbagai pihak, baik swasta ataupun pihak yang terkait lainnya G5 Produk-produk unggulan daerah yang mampu bersaing di pasar dalam dan luar negeri G6 Memiliki kualitas sumberdaya manusia yang tinggi, partispasi masyarakat yang tinggi dalam pelaksanaan pembangunan daerah G7 Memiliki sistem kelembagaan dan aparatur daerah yang berkualitas dan dapat menerapkan pemerintahan yang jujur, adil dan dapat dipercaya G8 Sumberdaya alam yang terkelola dengan baik dan dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah Dengan fokus pada sasaran goal dan tujuan objective yang ingin dicapai, Kabupaten Situbondo dapat menyusun program sebagai berikut: P1 Pemberdayaan masyarakat melalui tri daya pemberdayaan manusia, usaha, sarana dan prasarana lingkungan P2 Perbaikan sarana prasarana pemukiman, kesehatan, pendidikan, dan fasilitas umum P3 Pengembangan kewirausahaan dan daya saing koperasi, pengembangan SDM koperasi dan industri kecil lainnya P4 Perluasan Kerja Sistem Padat Karya PKSPK P5 Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan melalui Peningkatan Peran Wanita P2W P6 Menjalin kerjasama secara integral dengan pihak swasta ataupun pihak lain yang terkait P7 Pengembangan industri kecil dan menengah melalui peningkatan usaha ekonomi pengadaan sarana produksi P8 Pelatihan atau bimbingan teknis peningkatan kualitas SDM, pembinaan pegawai secara terpadu dan berkesinambungan P9 Penyempurnaan dan penguatan kelembagaan dan sistem pemerintahan P10 Pengelolaan dan pengawasan terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN

9.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sektor yang menjadi sektor basis di Kabupaten Situbondo pada periode 2000- 2004 adalah sektor pertanian, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi. Sektor-sektor basis ini berpotensi untuk mengekspor komoditi yang dihasilkan ke luar wilayah dan dinilai memiliki nilai kontribusi dalam perbandingan antar wilayah dan merupakan sektor yang sangat berperan dalam perekonomian lokal serta layak untuk terus dikembangkan. 2. Secara umum keberadaan dan kelengkapan sarana prasarana pembangunan di wilayah Kabupaten Situbondo relatif memadai, tetapi masih terakumulasi di daerah-daerah perkotaan seperti: Kota Situbondo, Panarukan, Panji sehingga daerah sentra produksi pertanian yang umumnya berada di pedesaan cenderung mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan dari fasilitas- fasilitas tersebut, sehingga berdampak pada terjadinya kesenjangan antar daerah perkotaan dan pedesaan sebagai daerah belakangnya. 3. Hasil analisis Matriks IFE menunjukkan bahwa Kabupaten Situbondo memiliki kondisi internal yang lemah, artinya kondisi kabupaten yang lemah disebabkan oleh belum optimalnya penelitian dan pengembangan yanga ada serta masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Hasil analisis Matriks EFE menunjukkan bahwa Kabupaten Situbondo belum mampu memanfaatkan kekuatan yang di miliki untuk memanfaatkan peluang. Berdasarkan hasil analisis Matriks IE Wilayah Kabupaten Situbondo, berada pada sel ke-V dari matriks IE. Pada posisi ini, pembangunan wilayah di Kabupaten Situbondo harus bisa mempertahankan kekuatan dan hal-hal yang telah dicapai selama ini dalam pembangunan untuk selanjutnya semakin ditingkatkan dalam upaya mewujudkan strategi pembangunan yang telah disusun dengan merealisasikan program-program yang dimiliki 4. Berdasarkan hasil analisis Matriks SWOT diperoleh 12 alternatif strategi yang dirumuskan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Situbondo. Berdasarkan hasil analisis Matriks QSP strategi yang menjadi prioritas utama, adalah strategi meningkatkan potensi SDA dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah dan mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah,; strategi meningkatkan kualitas SDM, mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA serta pengembangan Litbang melalui pemanfaatan teknologi. Sedangkan strategi komprehensifnya menghasilkan lima tujuan, empat strategi, 8 sasaran dan 10 program.

9.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis, saran yang dapat disampaikan adalah: 1. Dalam rangka meningkatkan perekonomian lokal Kabupaten Situbondo maka diperlukan suatu kebijakan yang mengarah pada pengembangan sektor basis sebagai sektor unggulan, serta mengembangkan sektor jasa dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang bukan basis menjadi basis di masa datang. 2. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan dengan penyebaran sarana dan prasarana pelayanan di Kabupaten Situbondo perlu lebih mempertimbangkan jumlah penduduk, distribusi spasial dan mobilitas penduduk serta jangkauan pelayanan dari setiap fasilitas. 3. Pemerintah daerah Kabupaten Situbondo diharapkan dapat melaksanakan kedua belas 12 alternatif strategi dan strategi komprehensif yang telah disusun sesuai dengan tingkat kepentingan dan prioritas masing-masing wilayah. DAFTAR PUSTAKA Abiyoso, Hengki. 1994. Pembangunan Metropolis dan Kota Baru Kawasan Timur Indonesia, Mencari Dimensi Baru Transmigrasi, Kesempatan Kerja dan Pembangunan Desa di Indonesia. Pusat Studi Pembangunan Wilayah CENREDS Center for Regional Development Studies. Afianto. 2000. Analiasis Pembangunan Wilayah Pertanian dalam Menghadapi Otonomi DaerahStudi Kasus Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Agustina, M. 1996. Fungsi Kota Sedang dalam Pembangunan Wilayah Studi Kasus Kota Kudus dan Kota Klaten Propinsi Dati I Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Badan Perencanaan Kabupaten Situbondo. 2004. Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Bappekab Kabupaten Situbondo. Situbondo. Badan Pusat Statistik. 2004. Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2003. Badan Pusat Statistik Kabupaten Situbondo. Situbondo. . 2003. Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2002. Badan Pusat Statistik Kabupaten Situbondo. Situbondo. . 2004. Pendapatan Regional Kabupaten Situbondo 2001- 2003. Badan Pusat Statistik Kabupaten Situbondo. Situbondo. . 2005. Propinsi Jawa Timur Dalam Angka 2004. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur. Bryant and White. 1987. Manajemen Pembangunan : untuk Negara Berkembang. LP3ES. Jakarta. Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga Terjemahan. Fisipol UGM. Yogyakarta. David, Fred R. 2002. Manajemen Strategis Konsep. Sindoro, Alexander, Penerjemah; Agus Widyantoro; Editor. Jakarta: Prenhallindo. Terjemahan dari: Concepts of Strategic Management. Dartavia, Zaira. 2003. Analisis Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Studi Kasus Wilayah Pembangunan Barat Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Gunawan. 2000. Analisis Pembangunan Ekonomi Lokal Studi Kasus Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Diterjemahkan : Paul Sitohang. LPFEUI. Jakarta. Hanafiah, T. 1988 a . Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Pedesaan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. 1988 b . Aspek Lokasi dalam Analisis Ekonomi Wilayah. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Irawati. 1998. Peranan dan Fungsi Pusat-Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan dalam Pembangunan Wilayah : Studi Kasus Kabupaten DT II Bandung, Propinsi DT I Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. King, William Richard. 1938. Strategic Planning and Policy. Library of Congress Cataloging in Publication Data. Kunarjo. 1992. Perencanaan Pembiayaan Pembangunan. UIP. Jakarta. Misbah, Ahmad. 2005. Strategi Pengembangan Bisnis Gula Studi Kasus PT Madu Baru, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Nasoetion, W. M. 1985. Struktur Tata Ruang Wilayah Memusat : Penyebab dan Pengaruhnya pada Daerah Belakang Studi Kasus Kota Madya Tebing Tinggi Sumatra Utara. Thesis Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nuryati, eli. 1992. Peranan dan Fungsi Pusat-Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan dalam Rangka Pengembangan Wilayah Studi Kasus Kabupaten DT II Tangerang. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Nurjanah, Siti. 2006. Strategi Pembangunan Wilayah Tertinggal Studi Kasus Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Pasaribu, Dicky Armansyah. 2005. Strategi Pengembangan Bisnis Minyak Kelapa Sawit CPO Studi Kasus di PT Socfindo, Sumatra Utara. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Rugesty, Yelda. 1999. Peranan BAPPEDA Tingkat I dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Studi Kasus pada Bappeda Tingkat I Propinsi Sumatra Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Editor; A, Ariobimo Nusantara. Grasindo. Jakarta. Suprapti. 2001. Analisis Sektor Basis Ekonomi terhadap Penataan Ruang Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Steiner, George A. 1979. Strategic Planning. New York: The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co., Inc. Tambunan, T. 1995. Pola Pembangunan Ekonomi di Pedesaan. Prisma 8 ; 4 – 18. Jakarta. Tjokroamidjojo, B. 1996. Perencanaan Pembangunan. PT Gunung Agung. Jakarta. Lampiran 1. Nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Situbondo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2004 Sektorsub sektor 2000 2001 2002 2003 2004

I. Pertanian