3.5 3.7 Konsentrasi Susu Skim Metode Analisis

62 dan tekstur, sedangkan uji ranking untuk mengurutkan tingkat keasaman yang dirasakan oleh panelis. Hasil uji yang didapat menunjukkan bahwa preferensi panelis terhadap keempat formula soygurt yang diujikan tidak berbeda nyata antar sampel Lampiran 2. Skor yang didapat dari masing-masing formula pada penelitian tahap I dapat dilihat pada Gambar 11. Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa skor hedonik tertinggi 4.0 dimiliki oleh formula III, yaitu minuman soygurt dengan 1 susu skim. Kemudian diikuti oleh formula IV 3.8, II 3.6, dan I 3.5. Gambar 11. Skor penilaian overall formula I, II, III, dan IV 3.6 3.6 4.0 3.8

3.4 3.5

3.6 3.7

3.8 3.9

4 Sko r

0.5 1

1.5 Konsentrasi Susu Skim

Penampakan minuman soygurt secara visual berwarna putih kekuningan. Konsistensinya cukup homogen akibat penambahan pektin. Tingkat kekentalannya rendah karena tujuan yang ingin dicapai ialah produk minuman encer. Secara visual, formula I, II, III, dan IV tampak sama satu sama lain. Keempatnya memiliki warna yang sama dan konsistensi yang sama. Namun, viskositas dari masing-masing formula berbeda. Gambar dari masing-masing formula minuman soygurt pada penelitian tahap I dapat dilihat pada Gambar 12. 63 Gambar 12. Minuman soygurt formula I, II, III, IV Keterangan : I : minuman soygurt tanpa penambahan susu skim II : minuman soygurt dengan penambahan susu skim 0.5 III : minuman soygurt dengan penambahan susu skim 1 IV : minuman soygurt dengan penambahan susu skim 1.5 c. Viskositas Produk minuman soygurt yang dibuat dalam penelitian ini memiliki viskositas yang rendah encer. Hasil pengukuran viskositas formula I, II, III, dan IV dengan Brookfield Viscometer dapat dilihat pada Tabel 6. Dari tabel tersebut, dapat dilihat terjadinya peningkatan viskositas dari formula I sampai IV. Formula I memiliki kekentalan sebesar 13.25 cPoise, formula II sebesar 17.13 cPoise, formula III sebesar 17.75 cPoise, dan formula IV sebesar 19.50 cPoise. Peningkatan kadar susu skim dalam formula menyebabkan peningkatan viskositas produk. Tabel 6. Viskositas formula I, II, III, IV Formula Ul Viskositas cPoise Rata-rata I 1 13.50 13.25 2 13.00 II 1 18.75 17.13 2 15.50 III 1 19.50 17.75 2 16.00 IV 1 21.00 19.50 2 18.00 I II III IV 64 Berdasarkan Tabel 6, viskositas minuman soygurt mengalami peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi susu skim yang terkandung di dalamnya. Namun, uji statistik terhadap nilai viskositas formula I, II, III, dan IV menunjukkan bahwa keempat formula tidak berbeda nyata satu sama lain dengan signifikansi sebesar 0.130. Hasil uji statistik terhadap viskositas tertera pada Lampiran 3. Minuman soygurt lebih kental dibanding susu kedelai karena adanya senyawa eksopolisakarida EPS yang terbentuk saat fermentasi asam laktat terjadi. EPS merupakan polisakarida yang disekresikan oleh bakteri. EPS membentuk jaringan filamen. Sel bakteri tertutup oleh bagian polisakarida dan filamen mengikat sel bakteri dan protein susu. Tekstur kental pada minuman soygurt merupakan interaksi kompleks antara protein susu, asam, dan EPS yang memberikan kesan lembut, kental, stabilitas gel, dan sineresis Surono, 2004. Selain itu, penggumpalan protein akibat penurunan kadar keasaman juga meningkatkan kekentalan produk. Selain terbentuknya EPS, penambahan pektin juga memberikan kontribusi terhadap kekentalan produk. Penambahan pektin pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sedikit kekentalan dari produk akhir dan membentuk mouthfeel produk akhir. d. Nilai TAT Nilai TAT sampel meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi susu skim yang ditambahkan. Peningkatan konsentrasi susu skim pada formula sama artinya dengan peningkatan total padatan produk. Dengan meningkatnya jumlah total padatan dalam produk, nutrisi yang tersedia pun meningkat sehingga mencukupi bagi bakteri asam laktat untuk bertumbuh. Susu skim adalah susu tanpa lemak yang terdiri dari disakarida berupa laktosa yang merupakan substrat utama yang dipergunakan oleh bakteri asam laktat untuk proses fermentasi Surono, 2004. Semakin tinggi konsentrasi susu skim dalam formula berarti semakin tinggi pula 65 kadar laktosa yang terkandung dalam produk tersebut. Laktosa diubah menjadi asam laktat dengan bantuan enzim lactate dehydrogenase Surono, 2004. Karena produk utama yang dihasilkan adalah asam laktat, maka total asam tertitrasi yang diukur direpresentasikan sebagai total asam laktat yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar laktosa mengakibatkan semakin banyak asam laktat yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi pula nilai TAT yang terukur. Nilai TAT yang terukur pada masing-masing formula pada penelitian tahap I tertera pada Gambar 13. Nilai TAT rata-rata tertinggi yaitu 0.27 pada formula IV. Nilainya semakin menurun dengan berkurangnya konsentrasi susu skim yang dikandung, yaitu 0.26 pada formula III, 0.24 pada formula II, dan 0.22 pada formula I. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, peningkatan nilai TAT pada keempat formula tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan Lampiran 4. Gambar 13. Nilai TAT rata-rata minuman soygurt formula I, II, III, dan IV pada penelitian tahap I 0,22 0,24 0,26 0,27 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 N il a i T A T as am l akt at 0,0 0,5 1,0 1,5 Konsentrasi Susu Skim Nilai TAT Soygurt Base e. Nilai pH Selain peningkatan jumlah asam laktat, derajat keasaman pun mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan nilai pH. Nilai pH mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya konsentrasi susu skim dalam produk. Selama proses fermentasi, 66 dihasilkan metabolit berupa asam-asam organik seperti asam laktat, asam sitrat, dan asam asetat Surono, 2004. Asam-asam organik ini merupakan asam-asam yang terdisosiasi dalam bentuk ion-ion H + . Semakin banyak asam yang dihasilkan, maka semakin banyak pula ion H + yang terbentuk sehingga pengukuran pH oleh elektroda pH meter menunjukkan nilai yang semakin menurun. Secara statistik, nilai pH pada sampel tidak berbeda nyata antar sampel walaupun sebenarnya terjadi peningkatan. Seharusnya, meningkatnya konsentrasi susu skim berakibat pada penurunan nilai pH sampel. Namun, kesalahan pengukuran dengan pH meter dapat saja terjadi karena kesalahan elektroda. Analisis sidik ragam terhadap nilai pH formula pada penelitian tahap I tertera pada Lampiran 5. Grafik nilai pH masing-masing formula dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Nilai pH minuman soygurt Formula I, II, III, dan IV pada penelitian tahap I 4,56 4,49 4,50 4,51 4,44 4,46 4,48 4,5 4,52 4,54 4,56 N ilai p H 0,0 0,5 1,0 1,5 Konsentrasi Susu Skim Nilai pH Soygurt Base Berdasarkan hasil analisis-analisis di atas, formula yang terpilih untuk tahap selanjutnya yaitu formula IV, yaitu minuman soygurt dengan penambahan 1 susu skim. Berdasarkan analisis total BAL, formula IV mengandung jumlah bakteri asam laktat terbanyak dibanding formula lain. Hasil uji organoleptik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar sampel, sehingga formula IV tetap dipilih walaupun skor hedonik tidak berada pada urutan paling tinggi. 67

2. Penelitian Tahap II

Penelitian tahap II bertujuan untuk menentukan konsentrasi ekstrak teh hijau yang mengandung total polifenol tinggi namun tidak menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat dalam produk minuman fermentasi soygurt. Analisis utama yang menentukan pemilihan konsentrasi ekstrak yaitu analisis total polifenol dan analisis total BAL. Ekstrak teh hijau yang digunakan adalah ekstrak rebus dengan proses pembuatan seperti tertera pada Gambar 9. Ekstrak teh hijau yang digunakan dalam penelitian ini terstandarisasi dari proses pembuatannya. Total polifenol rata-rata yang terkandung dalam ekstrak yaitu 197 mgl. Kadar tersebut ditetapkan sebagai standar kandungan polifenol ekstrak teh hijau yang digunakan dalam pembuatan minuman soygurt. Data hasil analisa total polifenol ekstrak dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Data hasil analisa total polifenol ekstrak teh hijau Sampel Absorbansi Total Polifenol mgl Rata-rata Ulangan 1 0.634 195 197 mgl 0.638 199 Ulangan 2 0.634 195 0.635 196 Konsentrasi ekstrak yang ditambahkan ke dalam produk yaitu 0.5; 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dan 4. Terdapat dua perlakuan penambahan ekstrak teh hijau untuk masing-masing konsentrasi yaitu penambahan yang dilakukan sebelum proses fermentasi dan penambahan yang dilakukan setelah fermentasi selesai. Dua perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak teh hijau terhadap pertumbuhan bakteri asam laktat selama proses fermentasi. Dari hasil analisis, dapat dilihat bagaimana interaksi antara perbedaan konsentrasi ekstrak dan waktu penambahan ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri asam laktat dalam produk.