perdarahan yang keluar melalui vagina, tetapi juga dapat menetap di dalam rahim, yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu maupun janin. Biasanya dilakukan
persalinan seksio sesarea untuk menolong agar janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan oksigen ataupun keracunan oleh air ketuban, serta dapat
menghentikan perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu Mochtar, 1998.
Menurut Dutta 2004, indikasi persalinan seksio sesarea dibagi atas dua kategori yaitu:
a. Indikasi absolut Apabila terjadi plasenta previa sentral, adanya Cephalopelvic Disproportion
CPD, adanya massa pada pelvis sehingga menyebabkan terjadinya penyumbatan, adanya kanker serviks, dan adanya obstruksi pada vaginal atresia, stenosis.
b. Indikasi relatif Apabila ibu telah mengalami persalinan seksio sesarea sebelumnya,
dijumpai adanya fetal distress, distosia, perdarahan antepartum, malpresentasi, gangguan tekanan darah ibu, serta adanya penyakit yang menyertai ibunya.
2.2.3. Jenis seksio sesarea
Menurut Mochtar 1998 jenis operasi seksio sesarea yaitu: a. Seksio sesarea transperitonealis:
a.1. Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Jenis seksio sesarea ini memiliki
kelebihan berupa pengeluaran janin lebih cepat, tidak mengakibatkan kandung kemih tertarik, serta sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal. Namun
metode persalinan seksio sesare ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi intraabdominal yang lebih mudah karena tidak adanya reperitonealis yang baik.
Serta lebih mudah terjadi ruptur uteri spontan pada persalinan berikutnya Mochtar, 1998.
a.2. Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm. Persalinan seksio sesarea jenis ini
memiliki kelebihan yaitu, penjahitan luka yang lebih mudah, penutupan luka
Universitas Sumatera Utara
dengan reperitonealisasi yang baik, dan perdarahan yang lebih sedikit, serta kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea
jenis klasik. Namun metode persalinan ini dapat menimbulkan luka yang dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga menyebabkan arteri uterina putus
sehingga dapat mengakibabkan perdarahan yang lebih banyak, serta keluhan postoperasi yang terjadi pada kandung kemih tinggi Mochtar, 1998.
b. Seksio sesarea ekstraperitonealis, tindakan persalinan ini dilakukan dengan insisi peritoneum, lipatan peritoneum didorong ke atas dan kandung kemih ke
arah bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi pada segmen bawah Dorland, 2002. Namun pembedahan persalinan ini tidak banyak
lagi dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal Oxorn, 2003.
2.2.4. Komplikasi tindakan seksio sesarea
Komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan seksio sesarea menurut Mochtar 1998 yaitu:
a. Infeksi puerperal nifas