2.2 Penyakit Kulit dan AIDS 2.2.1 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit sangat kompleks, elastis dan senstitif. Fungsi
utama kulit ialah proteks, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuhtermasuk termoregulasi, pembentukan pigmen, pembentukan Vitamin D
dan keratinisasiWasitaatmadja SM,2007.
2.2.2. Kelainan Kulit pada Pasien AIDS
Kelainan kulit adalah simptom umum pada perjalanan penyakit HIV, sebagai akibat dari penurunan sistem imun atau berhubungan dengan pengobatan
antiretrovirus. Penurunan fungsi sel langerhans yang terinfeksi HIV menjadi penyebab kelainan pada kulit. Penyebab kelainan ini bisa karena infeksi, non-
infeksi maupun proses keganasan Johnson, 2008. Kelainan kulit ini sangat luas, bervariasi, dan unik Colven, 2008. Semakin berkurang kadar CD4+ pada tubuh,
maka keparahan kelainan kulit akan semakin meningkat, bertambah jumlahnya, dan sulit ditangani Dlova, 2004.
Secara global, lebih dari 95 penderita HIV belum mempunyai akses intervensi pengobatan sehingga banyak manifestasi kulit yang berkaitan dengan
penyakit HIV menjadi kronis dan progresif Murtiastutik, 2008.
2.2.3. Variasi Kelainan Kulit pada Pasien AIDS
Spektrum perubahan kulit pada penyakit AIDS adalah sangat luas. Kelainan kulit mengindikasi bahawa AIDS adalah progresif karena CD4+ yang
Universitas Sumatera Utara
menurun secara mendadak. Berikut adalah informasi variasi kelainan kulit pada pasien AIDS.
1 Infeksi oppurtunistikOther Infections Accociated with HIV
Infeksi oportunistik menjadi lebih sering terjadi pada penyakit HIV stadium lanjut yang tidak diobati. Infeksi oportunistik meliputi:
a.
Virus Herpes Simplex VirusHSV muncul dengan gambaran krusta pada
bibir, muka dan bagian tubuh lainnya. Krusta semakin besar, dalam, dan menimbulkan rasa nyeri. Pada pasien HIVAIDS infeksi HSV
berlangsung lama dan prognosis buruk serta penyembuhan juga mengambil masa yang lama. Australasian College of Dermatologists,
2001. Permulaan herpes biasanya diawali dengan panas dan pedih, blister yang berisi sedikit cairan yang ruptur dan membentuk kerak di
atas sebelum penyembuhan.
Ruam herpes zoster shingles adalah karena reaktivasi dari virus cacar air, yang lain wujud secara alamiah dalam tubuh sejak kecil. Ciri khas
penyakitnya dimulai dengan nyeri radikular diikuti dengan eritema sepanjang dermatom. Gambaran klinis HZV pada pasien HIV meningkat
sepanjang dermatom kranialisMurtiastutik,2008. Moluskum kontangium adalah infeksi virus benignan. Namun pada
pasien immunokompromisi, luka menyebar dan menjadi unresponsif terhadap pengobatanAcebes,2001.
Banyak studi secara konsisten menunjukkan adanya peningkatan kejadian HPV pada pasien HIV. Gambaran klinis adalah veruka atau kutil,
yaitu neoplasma jinak pada epidermis. Veruka biasa common wart
Universitas Sumatera Utara
mempunyai gambaran seperti kembang kol dan sering pada tangan. Pada daerah punggung tangan dan wajah plane wart kutil ini kecil, rata bagian
atas, dan kemerahan sedangkan di telapak kaki kutil bergerombol mosak. Kutil kelamin anogenital wart atau dikenal dengan kondiloma akuminata
dapat timbul dalam vagina, uretra, serviks, vulva, penis, dan anus New Zealand Dermatological Society Incorporated,2011.
Oral Hairy Leukoplakia OHL merupakan lesi spesifik pada penyakit HIV yang disebabkan oleh virus Ebstein-Barr. OHL memberikan
gambaran hiperplasia, plak epitelial berwarna keputihan pada bagian lateral lidah, biasanya bilateral tetapi tidak simetrisAcebes, 2001.
Gambar 2.2: Infeksi Virus pada pasien AIDS Sumber: New Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011.
b.
Jamur Candida Albicans adalah pathogen saprotif fakultatif yang secara
umumnya berkolonisasi di traktus orofaring individu. Pada pasien HIV- seropositif, ini mungkin menjadi marker yang mengindikasi kompromi
mekanisme pertahanan mukosa Acebes, 2001. Infeksi jamur sering terjadi di daerah vagina, aksilla, inguinal dan
mulut. Oral candidiasis thrush muncul dengan tompok putih pada lidah dan permukaan dalam pipi. Thrush umumnya menyebabkan rasa sakit dari
Universitas Sumatera Utara
mulut atau tenggorokan dan kadang kala disertai rasa sulit menelanAustralasian College of Dermatologists, 2001.
Antara infeksi jamur lain ialah tinea. Tinea merujuk kepada infeksi oleh dermatofitosis. Infeksi bisa muncul di berbagai tempat seperti kulitTinea
kapitis, kumisTinea barbae, badanTinea korporis, kukuTinea unguium dan kakiTinea pedis. New Zealand Dermatological Society
Incorporated, 2011. Histoplasmosis pula adalah infeksi dari Histoplasma capsulatum
yang menyerang individu yang lemah sistem imunnya seperti pasien AIDS. Kelainan kulit tampak sebagai makula eritematus, plak keratin atau
nekrotik, menyerupai moluskum kontangiosum, pustul, folikulitis, lesi akneiformis, rosacea, psoriasis, atau ulkus Laurent,2011.
Gambar 2.3: Infeksi Jamur pada pasien AIDS Sumber: Maurer, 2005.
c.
Infeksi Bakteri Infeksi bakteri yang paling umum terjadi adalah impetigo yang
dikarakteristir dengan penyebaran lesi dan pustulaAcebes, 2001. Impetigo merupakan infeksi superfisial yang mempunyai dua bentuk
klinis, yaitu nonbulosa dan bulosa. Lesi di tubuh bisa timbul di bagian manapun. Pada impetigo nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil dan bila
pecah akan terjadi eksudasi dan krusta. Pada impetigo bulosa timbul lepuhan-lepuhan besar dan superfisial. Ketika lepuhan tersebut pecah,
Universitas Sumatera Utara
terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan stratum korneum pada bagian tepi lesi mengelupas kembali Colven, 2008.
Folikulitis adalah infeksi pada bagian superfisial folikel rambut dengan gambaran pustula kecil dengan dasar kemerahan pada bagian
tengah folikel. Skabies pula adalah disebabkan kutu yang hidup di kulit manusia. Hal ini dapat menyebar melalui seks dan kontak erat. Ia ditandai
dengan tanda-tanda gatal dan ruam di kulit pada bagian genital dan selang jariAcebes, 2001.
Selulitis sering terjadi pada bagian tungkai, walaupun bisa terdapat pada bagian tubuh lain. Daerah yang terkena menjadi eritema, terasa panas
dan bengkak, serta terdapat lepuhan-lepuhan pada daerah nekrosis New Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011.
Gambar 2.4 Infeksi bakteri pada pasien AIDS Sumber: New Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011.
2 Neoplasma
a. Sarkoma Kaposi Sarkoma Kaposi sering terjadi pada pria dengan HIV yang
berhubungan seks dengan pria lain yang diduga mungkin karena infeksi Human Herpes Virus 8. Lesi umumnya melibatkan kaki dan tidak ada
Universitas Sumatera Utara
nyeri kecuali membesar. Ukuran dan jumlah lesi Sarkoma mencerminkan tingkat kekebalan tubuh terhadap virus HIVHandoko, 2003.
3 Dermatitis a. Dermatitis Seboroik
Dermatitis ini umum pada pasien yang terinfeksi HIV. Gambaran klinisnya berupa skuama eritematosa yang umumnya mengenai wajah, pipi,
dahi, alis, hidung dan telinga. Selain itu juga ditandai dengan eritema irregular, putih atau kuning dengan penampilan yang berminyak. Kondisi
biasanya kronisAcebes, 2001.
b. Psoriasis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan histopatologi. Lesi
kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat- tempat yang mudah terkena trauma, antara lain: siku, lutut, sakrum, kepala dan genitalia. Lesi
kulit berupa makula eritematus dengan batas jelas, tertutup skuama tebal dan transparan yang lepas pada bagian tepi dan lekat di bagian tengah. Bisa
terjadi kelainan kuku, di mana permukaan kuku menjadi keruh, kekuningan dan terdapat cekungan pitting, menebal dan terdapat sublingual
hyperkeratosis sehingga kuku terangkat dari dasarnya Murtiastutik, 2008.
c. Papular Pruritus Eruption PPE PPE adalah ruam yang paling banyak dilihat pada infeksi dengan HIV.
Ini adalah bentuk prurigo. Antara 18-46 pasien AIDS mempunyai kondisi ini pada satu waktu. Ruam ini sangat gatal dan disertai benjolan merah yang
simetris. Ini juga merupakan tanda HIV yang sudah ke tahap lanjut di mana jumlah limfosit CD4 kurang dari 200 x 109 L New Zealand Dermatological
Society Incorporated, 2011.
Universitas Sumatera Utara
d. Folikulitis Eosinofilik Folikulitis Eosinofilik merupakan kelainan kulit pruritus kronis yang
terjadi pada pasien dengan penyakit HIV lanjut. Secara klinis tampak papula folikulitis kecil berwarna merah muda sampai merah, edematous bisa
berupa pustula, simetris di atas garis nipple di dada, lengan proksimal, kepala dan leher. Perubahan sekunder meliputi ekskoriasi, papul ekskoriasi,
liken simpleks kronis, prurigo nodularis juga infeksi S.aureus Murtiastutik, 2008.
e. Kelainan pigmen Post inflammatory hyperpigmentation dan hypopigmentation PIH
merupakan kelainan yang sering didapatkan setelah akibat kelainan kulit lain dan terapi antiretrovirus. Pengobatan dengan zidovudine AZT
menyebabkan hiperpigmentasi terutama pada pasien kulit hitam. Perubahan warna kulit menyebabkan keluhan kosmetik terutama bila terjadi pada
wajah, leher, dan ekstremitas atas. Jika kelainan kulit berlangsung lama, perubahan pigmen dapat menetap dan progresif Johnson, 2008.
Gambar 2.5 Dermatitis
Sumber: New Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011.
Universitas Sumatera Utara
4 XerosisKulit kering
Xerosis sering ditemui sebagai komplikasi dari penyakit defisiensi imun. Pasien mengeluh kering dan gatal yang menjadi lebih buruk oleh banyak
stimulus.
90 pasien dengan AIDS mengalami kelainan kulit . Berikut merupakan lampiran kelainan kulit pada pasien AIDS dan hubungannya dengan jumlah CD4
di sebuah penelitian di India Utara.
Tabel 2.2: Manifestasi kulit pada pasien HIV dan hubungannya dengan tahap CD4 .
Disease No of Patients
CD4 Mean Oral candidiasis
7842.2 237.2348.2
Drug rashes 2513.6
201.8356.1 Dermatophyte Infection 2211.7
267.1391.8 Seborrhoeic Dermatitis
137.0 165.7328.1
Molluscum Contagiosum
126.5 195.3331.9
Recurrent Herpes
Zooster 126.5
138.3 395.8
Scabies 105.4
290.8 374.9 Warts
63.3. 127.5 387.8
Psoriasis 42.2
180.8 393.2 Folliculitis
31.6 127.3 425.2
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Attili, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai berikut:
Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.
3.2 Variabel dan definisi operasional variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien AIDS dan penyakit kulit. Cara pengukuran yang digunakan dalam mengambil data bagi pasien AIDS ialah
obervasi,yaitu pengambilan data sekunder dari rekam medis. Bagi mengukur variabel penyakit kulit, dilakukan dengan cara mengobservasi dari rekam medis dan memasukkan ke
dalam tabel yang disediakan. Hasil pengukuran bagi penelitian pula diukur dengan melihat ada tidaknya manifestasi kelainan kulit pada pasien AIDS di Pusyansus Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik, Medan. Semua pasien AIDS yang dirujuk ke Satuan Medis Fungsional Kulit dan kelamin juga dicatat. Definisi operasional diterangkan secara terperinci
pada halaman berikutnya. Pola Penyakit Kulit
Pasien AIDS
Universitas Sumatera Utara