2.6.2. Intra-Aortic Balloon Pumping
IABP menurunkan afterload sistolik dan memperbesar tekanan perfusi diastolik, meningkatkan curah jantung dan memperbaiki aliran darah koroner.
Pemilihan waktu yang akurat pada saat inflasi dan deflasi menghasilkan suport yang optimal. Efek menguntungkan ini, berbeda dengan agen-agen inotropik atau
vasopresor, terjadi tanpa adanya peningkatan kebutuhan oksigen. IABP bermanfaat untuk stabilisasi awal pada penderita syok kardiogenik. IABP
mungkin bukan merupakan terapi terbaik sebagai metode independen untuk memperbaiki syok kardiogenik. Bagaimanapun, IABP dapat menjadi mekanisme
penyokong yang penting agar terapi defenitif dapat diberikan. Penggunaan IABP dapat bermanfaat pada penderita syok kardiogenik akibat IMA-STE yang tidak
bisa mendapatkan stabilisasi segera dengan terapi farmakologi Kelas IIa, Level B.
Pada trial GUSTO, penderita yang mengalami syok dan segera mendapatkan pemasangan IABP menunjukkan tren terhadap angka mortalitas
yang lebih rendah, bahkan setelah disingkirkan penderita yang menjalani revaskularisasi. Tren yang serupa juga terlihat pada trial regsitri SHOCK,
meskipun hal ini tidak tetap setelah adanya penyesuaian terhadap usia dan kateterisasi. IABP telah menunjukkan dapat menurunkan reoklusi dan cardiac
events setelah angioplasti emergensi untuk infark miokard akut. Tidak semua penderita memiliki respon hemodinamik terhadap IABP, respon terhadap IABP
meramalkan outcome yang lebih baik.
1,3,10
Pada RS tanpa kemampuan angioplasti, stabilisasi dengan menggunakan IABP dan trombolitik diikuti dengan merujuk pasien ke fasilitas perawatan tersier
merupakan pilihan manajemen terbaik. IABP mungkin merupakan terapi tambahan yang sangat berguna sebelum trombolisis pada keadaan ini dengan
meningkatkan deliveri obat ke trombus, memperbaiki aliran koroner ke regio lain, mencegah kejadian hipotensi, sampai area miokardium yang tertidur dapat pulih.
1,3,7
1
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Revaskularisasi
Pertimbangan patofisiologi dan data retrospektif menguntungkan terhadap revaskularisasi mekanikal agresif untuk penderita dengan syok kardiogenik yang
disebabkan infark miokard. Keuntungan keselamatan pada revaskularisasi segera pada syok kardiogenik, yang dilaporkan pada beberapa studi observasional,
dimana dijumpai 13 peningkatan absolut pada 1 tahun survival pada penderita yang mendapatkan revaskularisasi segera. Terapi trombolitik kurang efektif
namun diindikasikan ketika PCI tidak mungkin dilakukan atau jika dijumpai keterlambatan transpor untuk PCI dan ketika onset infark miokard dan syok
kardiogenik di bawah 3 jam.
1,3,11
Mengembalikan aliran TIMI flow ke arteri yang terlibat infark merupakan faktor yang penting terhadap fungsi ventrikel kiri serta keselamatan
setelah infark miokard. Percutaneous transluminal coronary angioplasty PTCA dapat mencapai derajat TIMI flow 3 pada 80 sampai 90 penderita dengan
infark miokard, dibandingkan dengan rerata sebesar 50 samapi 60 pada 90 menit setelah terapi fibrinolitik. Sehingga, penderita dengan syok kardiogenik
merupakan kandidat untuk mendepatkan angioplasti segera. Sebagai tambahan untuk memperbaiki gerakan dinding pada daerah infark, peningkatan perfusi pada
zona infark, dihubungkan dengan perbaikan kontraksi pada miokard yang jauh, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya aliran darah kolateral. Revaskularisasi
emergensi baik dengan PCI maupun CABG direkomendasikan pada penderita dengan syok kardiogenik akibat kegagalan pompa setelah IMA-STE walaupun
terdapat keterlambatan waktu dari onset IMA. Kelas I, Level B.
1,10
2.6.4. Coronary Artery Bypass Surgery