Dampak Penerapan Rspo Terhadap Pendapatan Di PT. Bakrie Sumatera Plantation, TBK

(1)

DAMPAK PENERAPAN RSPO TERHADAP PENDAPATAN DI

PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATION, TBK

SKRIPSI

OLEH :

NUR FEBRINI 100304131 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAMPAK PENERAPAN RSPO TERHADAP PENDAPATAN DI

PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATION, TBK

SKRIPSI

OLEH : NUR FEBRINI

100304131 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan. Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si)

NIP : 195702171986032001 NIP: 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

DAMPAK PENERAPAN RSPO TERHADAP PENDAPATAN DI

PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATION, TBK

SKRIPSI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

OLEH :

NUR FEBRINI 100304131 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

ABSTRAK

Nur Febrini (100304131) dengan judul skripsi “ Dampak Penerapan RSPO Terhadap Pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk’’ yang dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui apa saja prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk dan untuk mengetahui dampak penerapan RSPO terhadap pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis uji beda rata-rata. Untuk pengambilan data digunakan pengambilan data sekunder yakni data tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK serta keuntungan penjualan CPO dan PK di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober di Kota Kisaran, Kabupaten Asahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk dalam menerapkan RSPO ; 2) Ada perbedaan pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sebelum dan sesudah menerapkan RSPO.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Nur Febrini dilahirkan di Kota Kisaran pada tanggal 08 Oktober 1992 dari Bapak Ir. Effendi dan Ibu Hasly Yenni. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun1997, masuk Taman Kanak-Kanak Yayasan Perguruan Diponegoro Kisaran tamat tahun 1998.

2. Tahun 1998, masuk Sekolah Dasar Yayasan Perguruan Diponegoro Kisaran tamat tahun 2004.

3. Tahun 2004, masuk Sekolah Menengah Pertama Yayasan Perguruan Diponegoro Kisaran tamat tahun 2007.

4. Tahun 2007, masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kisaran tamat tahun 2010.

5. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melaui jalur SPMPRM ( Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Reguler Mandiri).

6. Bulan Juli Sampai Agustus Tahun 2013, mengikuti (PKL) Praktek Kerja Lapangan di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

7. Bulan Oktober Tahun 2014, melakukan penelitian di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.


(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah serta limpahan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Dampak Penerapan RSPO Terhadap Pendapatan DI PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan serta kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si selaku anggota pembimbing skripsi, yang telah banyak membimbing, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama masa pendidikan dan beserta Pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada orang tua tercinta Ir. Effendi dan Ibunda Hasly Yenni, abang-abang saya yang tercinta M. Yuri Ramadhan dan M. Yandriza Fani, STP, saya ucapkan terimakasih atas segala keikhlasannya dalam dukungan yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan semangat dan perhatian untuk pendidikan saya sampai saat ini.

5. Kepada bapak dan ibu staff di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk dan seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan.

6. Kepada sahabat tercinta shela, denis, wiwiek, ari dan richard yang selalu memberikan dukungan serta selalu membantu di situasi dan kondisi apapun.

7. Kepada rekan-rekan mahasiswa angkatan tahun 2010 yang tidak dapat disebut namanya satu persatu terimakasih yang setulusnya penulis ucapkan


(7)

yang telah banyak memberikan dukungannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya dengan senang hati penulis menerima kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELTIAN ... 8

2.1Defenisi RSPO ... 8

2.1.1 Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi ... 10

2.1.2 Prinsip 2: Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku 11 2.1.3 Prinsip 3: Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keungan jangka panjang ... 12

2.1.4 Prinsip 4: Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik ... 13

2.1.5 Prinsip 5: Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati ... 17

2.1.6 Prinsip 6: Tanggung jawab kepada pekerja, individu- individu dan komunitas dari kebun dan pabrik ... 21

2.1.7 Prinsip 7: Pengembangan perkebunan secara bertanggung jawab ... 27

2.1.8 Prinsip 8: komitmen terhadap perbaikan terus menerus pada wilayah-wilayah utama aktifitas ... 30

2.2 Landasan Teori ... 31

2.3 Kerangka Pemikiran ... 32

2.4 Hipotesis Peneltian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 36

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.3 Metode Analisis Data ... 37


(9)

3.4.1 Defenisi ... 39

3.4.2 Batasan Operasional... 40

BAB IV PROFIL PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk ... 41

4.1 Profil PT. Bakrie Sumatera Plantaion, Tbk ... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

5.1 Prinsip-prinsip yang harus di penuhi dalam penerapan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk ... 48

5.2

Dampak Penerapan RSPO Terhadap Pendapatan Di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal.

1. Pangsa Konsumsi Minyak Nabati Dunia... 3 2. Perkembangan Luas Areal Perkebunan di Indonesia ... 3 3. Perkembangan Produksi Komoditi Perkebunan di Indonesia ... 3 4. Daftar Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Bakrie Sumatera

Plantation, Tbk yang memperoleh sertifikat RSPO ... 36 5. Data Sekunder Yang Dikumpulkan ...

6. Identitas Umum Perusahaan PT. BSP Unit Sumut 1... 44 37

7. Letak Geografis PT. BSP Unit Sumut 1... 44 8. Data Luas Lahan dan Status Areal ... 45 9. Rincian jumlah unit fasilitas umum PT. BSP Unit Sumut 1 ... 46 10. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Keuntungan Produk CPO di

PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah

Menerapkan RSPO Dengan Menggunakan SPSS ... 51 11. Hasil Analisis Uji beda rata-rata keuntungan produk PK di

PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Produksi global minyak kelapa sawit tahun 2008 ... 2 2. Skema kerangka pemikiran ... 34


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Struktur Organisasi Afdeling Kebun PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk 2. Struktur Organisasi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

3. Penjualan CPO Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

4. Penjualan PK Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

5. Harga Jual CPO Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

6. Harga Jual PK Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

7. Keuntungan CPO Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

8. Keuntungan PK Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

9. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada Tingkat Penjualan Produk PK di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO

10.Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada Tingkat Penjualan Produk CPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO


(13)

11.Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada Tingkat Harga Jual Produk CPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO

12.Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada Tingkat Harga Jual Produk PK di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO


(14)

ABSTRAK

Nur Febrini (100304131) dengan judul skripsi “ Dampak Penerapan RSPO Terhadap Pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk’’ yang dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui apa saja prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk dan untuk mengetahui dampak penerapan RSPO terhadap pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis uji beda rata-rata. Untuk pengambilan data digunakan pengambilan data sekunder yakni data tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK serta keuntungan penjualan CPO dan PK di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober di Kota Kisaran, Kabupaten Asahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk dalam menerapkan RSPO ; 2) Ada perbedaan pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sebelum dan sesudah menerapkan RSPO.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun keberadaan tanaman ini telah masuk hampir ke semua sektor kehidupan. Kondisi ini telah mendorong semakin meluasnya areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Selama kurang lebih 50 tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang menguntungkan secara global dan ekspansi dari perkebunan kelapa sawit telah hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara (Fauzi dkk, 2002).

Dalam 5 (lima) tahun terakhir ini terjadi pergeseran pasar (market) minyak nabati dunia, dari sebelumnya didominasi konsumsi minyak kedelai yang diproduksi di negara maju (Eropa) menjadi minyak sawit yang diproduksi di negara berkembang (Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Nigeria, Ghana dll). Dari sisi suplai tahun 2007, pasokan produksi Indonesia menjadi yang terbesar (44 persen) menggeser pasokan Malaysia (41 persen) untuk konsumsi minyak sawit dunia. Harga minyak mentah (crude oil) yang naik di luar perkiraan juga membuat minyak sawit selalu menjadi pembicaraan sebagai substitusi dalam bentuk biofuel.


(16)

Data-data tersebut mengukuhkan bagaimana strategisnya komoditi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dalam perekonomian Indonesia (Bakrie, 2011).

Luasan tanaman kelapa sawit Indonesia pada tahun 1991 hanya 1,12 juta ha, pada tahun 2007 telah mencapai 6,78 juta ha. Data ini menunjukan laju peningkatan luas kebun kelapa sawit Indonesia sekitar 12,3% per tahun. Sejalan dengan laju peningkatan luas perkebunan tersebut, produksi CPO pada dekade terakhir melaju 12,5% per tahun. Pada tahun 1991, produksi CPO Indonesia adalah 2.658 ribu ton dan meningkat cepat menjadi 17.374 ribu ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Perkebunan 2008). Peningkatan produksi yang demikian cepat disebabkan oleh konsumsi di pasar domestik dan internasional yang meningkat pesat, dan diperkirakan permintaan akan semakin besar dengan digunakannya sebagian minyak sawit untuk biodiesel. Hanya saja, meningkatnya konsumsi produk kelapa sawit berkorelasi dengan peningkatan luas perkebunan dan ditengarai akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang signifikan.


(17)

Tabel 1. Pangsa Konsumsi Minyak Nabati Dunia

Uraian 1993-1997 1998-2001 2003-2007 2007-2012 Prod (000 ton) 90.501 104.281 118.061 132.234

Pangsa (%)

Minyak sawit dan inti 17,0 19,2 21,4 22,5

Minyak kedelai 19,7 19,3 18,9 19,0

Minyak rape seed 11,1 11,3 11,5 11,7

Minyak kelapa 9,2 9,2 9,2 9,2

Minyak lain-lain 43,0 41,0 41,0 37,7 Sumber : Oil World

Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Perkebunan di Indonesia Komoditas

Perkebunan

Luas areal (Ha)

2008 2009 2010 2011 2012*) 2013**) Karet 3.424.217 3.435.270 3.445.415 3.456.127 3.484.073 3.492.042

Kelapa Sawit 7.363.847 7.873.294 8.385.394 3.456.127 9.074.621 9.149.919

Kelapa 3.783.074 3.799.124 3.739.350 3.767.704 3.787.724 3.796.149

Kopi 1.295.110 1.266.235 1.210.365 1.233.698 1.233.982 1.235.802

Kakao 1.425.216 1.587.136 1.650.621 1.732.641 1.732.954 1.736.403

Sumber : Dirjen Perkebunan Keterangan :

*) : angka sementara **) : angka estimasi

Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditi Perkebunan di Indonesia Komoditas

Perkebunan

Luas areal (Ha)

2008 2009 2010 2011 2012*) 2013**) Karet 2.754.356 2.440.347 2.734.854 2.990.184 3.040.376 3.180.297

Kelapa Sawit 17.539.788 19.324.293 21.958.120 23.096.541 23.521.071 24.431.640

Kelapa 3.239.672 3.257.969 3.166.666 3.174.379 3.176.223 3.177.343

Kopi 698.016 682.690 686.921 638.647 657.138 666.046

Kakao 803.594 809.583 837.918 712.231 936.266 938.843


(18)

Konversi hutan terjadi untuk kegiatan usaha pertanian dan perkebunan termasuk kelapa sawit. Sebagian hutan yang dikonversi tersebut bernilai konservasi tinggi (high conservation value forests – Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi/ KBKT), karena mengandung keanekaragaman hayati yangtinggi dan mempunyai fungsi ekologis dan lingkungan (ecological and environmental functions) yang penting. Hutan bernilai konservasi tinggi adalah kawasan hutan yang mengandung nilai-nilai pentingsecara nasional, regional dan global dan dalam keadaan kritis. Nilai-nilai di dalam kawasan tersebut adalah nilai keanekaragaman hayati, ekosistem langka dan terancam, jasa-jasa lingkungan dan sosial budaya masyarakat. KBKT (Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi) adalah kawasan atau areal (hutan, kebun kelapa sawit, kawasan tambang)yang dianggap penting dan kritis karena tingginya nilai lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya, keanekaragaman hayati, dan bentang alam yang melekat padanya. KBKT dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan iklim di tingkat lokal, sebagai daerah tangkapan air, habitat bagi spesies yang terancam punah, ataupun merupakan tempat bermukim dan tempat sakral bagi masyarakat asli yang hidup di dalam dan di sekitar hutan.

Pentingnya nilai-nilai tersebut dipertahankan mendorong lahirnya konsep High Conservation Value Forest (HCVF) yang disusun oleh Forest Stewardship Council. Konsep ini mengintegrasikan pemanfaatan hutan dengan isu konservasi lingkungan, sosial dan kulturdalam suatu unit pengelolaan. Dengan demikian diharapkan keberlangsungan pembangunan atau produksi dari suatu unit


(19)

pengelolaan sejalan dengan manfaat lainnya yaitu terjaganya nilai-nilai penting dari suatu kawasan (RSPO, 2009).

Secara regulasi pemerintah mengharuskan pembangunan perkebunan di Indonesia mengikuti Undang-undang (UU) Perkebunan Nomor 18 Tahun 2004 pasal 2 yang menyatakan bahwa perkebunan diselenggarakan berdasarkan atas azas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan. Tujuan pembangunan perkebunan yang tercantum dalam pasal 3 antara lain juga menyatakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan menyediakan lapangan kerja. Demikian juga UU No 40 tahun 2007 tentang perseroaan terbatas pasal 74 bahwa perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pembangunan sub sektor perkebunan kelapa sawit saat ini disepakati agar pembangunan dilaksanakan dengan cara berkelanjutan (sustainability development). Kesepakatan tersebut dihasilkan melalui beberapa kali pertemuan Meja Bundar Multistakeholders Menuju Kebun Sawit Berkelanjutan (Roundtable on Sustainable Palm Oil atau RSPO) Pertemuan RSPO di Singapura bulan November 2005 telah disepakati bahwa perusahaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan harus menerapkan Prinsip dan Kriteria RSPO yang mengandung 8 prinsip dan 39 kriteria. Pada prinsip 5 dan 7 terdapat kriteria perlindungan terhadap NKT (Nilai Konservasi Tinggi). Disamping Prinsip dan Kriteria RSPO, Undang-Undang Republik Indonesia No. 18, 2004, Pasal 2 mengharuskan pembangunan perkebunan diselenggarakan berdasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan.


(20)

Sehubungan dengan hal tersebut, perusahaan perlu mengikuti undang-undang/peraturan terkait dan mengadopsi Prinsip dan Kriteria RSPO maka perusahaan memerlukan analisis dampak sosial dari pembangunan perkebunan. Perusahaan perkebunan sawit juga berkepentingan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial jangka panjang yang positif dan saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang menjadi pemangku kepentingan bagi kegiatan-kegiatan operasionalnya. Untuk membangun hubungan sosial yang baik, maka diperlukan pengetahuan tentang social impact analysis yang meliputi pemetaan para pemangku kepentingan yang ada di sekitar lokasi perusahaan. Pemetaan mengenai kepentingan, persepsi dan harapan dari para pemangku kepentingan merupakan informasi penting bagi perusahaan untuk mengelola hubungan dengan para pemangku kepentingan (Bakrie, 2011).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang didapat antara lain :

1. Apa saja prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi dalam penerapan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk ?

2. Bagaimana dampak penerapan RSPO terhadap pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk ?


(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja prinsip yang harus dipenuhi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.

2. Untuk mengetahui dampak penerapan RSPO terhadap pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas maka kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan sertifikasi RSPO oleh perkebunan yang belum bersertifikat RSPO.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi RSPO

RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang kebun sawit yang berkelanjutan. Diinisiasi oleh WWF, Aarhus, Golden Hope, MPOA, Migros, Sainsbury, dan Unilever untuk merespon perhatian dalam sektor makanan dan kosmetik. RSPO ditetapkan pada tanggal 8 April 2004 sebagai organisasi non profit dibawah Article 60 UU Sipil Swiss. Sekretariat RSPO berlokasi di Kuala Lumpur Malaysia dan didukung oleh anggota pendana mewakili pihak-pihak yang terkait (Bakrie, 2012).

Visi RSPO yaitu menjamin minyak sawit memberikan kontribusi untuk dunia yang lebih baik. Misi RSPO adalah mempromosikan produksi, pembelian dan penggunaan minyak sawit yang lestari melalui pembangunan, penerapan dan verifikasi dengan menggunakan standar global yang kredibel, didukung oleh perjanjian dan komunikasi pada seluruh pihak dalam rantai supply. Tujuan RSPO yaitu untuk mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui kerjasama di sepanjang rantai pasok (supply chain) dan dialog terbuka dengan para pemangku kepentingan (TUV, 2008).

Beberapa karakteristik RSPO antara lain yaitu: a. Multistakeholder membership.


(23)

c. Transparan.

d. Berorientasi pada aksi dan hasil yang nyata.

e. Berkomitmen pada produksi dan penggunaan kelapa sawit yang lestari. Yang termasuk anggota RSPO adalah:

a. Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit. b. Perusahaan pengolah Kelapa Sawit. c. Penjual produk kelapa sawit. d. LSM Lingkungan, LSM Sosial. e. Retailer.

f. Bank dan Investor.

g. Pihak lain yang berkepentingan terhadap Palm Oil Persyaratan untuk sertifikasi RSPO:

1. Terdiri dari 8 prinsip mencakup isu-isu : Pertanian, Ekonomi, Legal Lingkungan, Keanekaragaman hayati, Bahan beracun, Pekerja, Masyarakat dan Sosial

2. Didukung oleh 39 kriteria yang memberikan panduan spesifik pada 8 prinsip RSPO

3. Indikator pengukuran (139) untuk menjamin isi dan hasil yang dapat diukur. Prinsip dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi menurut (RSPO, 2008) yaitu:

1. Prinsip 1 Kriteria 1.1, 1.2 2. Prinsip 2 kriteria 2.1, 2.2, 2.3 3. Prinsip 3 kriteria 3.1

4. Prinsip 4 kriteria 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6, 4.7, 4.8 5. Prinsip 5 kriteria 5.1, 5.2, 5.3, 5.4, 5.5, 5.6


(24)

6. Prinsip 6 kriteria 6.1, 6.2, 6.3, 6.4, 6.5, 6.6, 6.7, 6.8, 6.9, 6.10, 6.11 7. Prinsip 7 kriteria 7.1, 7.2, 7.3, 7,4, 7.5, 7.6, 7.7

8. Prinsip 8 kriteria 8.1

2.1.1 Prinsip 1 : Komitmen terhadap transparansi

Kriteria 1.1.

Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit memberikan informasi yang memadai kepada stakeholder lainnya mengenai isu lingkungan,sosial dan hukum yang relevan dengan kriteria RSPO dalam bahasa dan bentuk yang sesuai, untuk memungkinkan adanya partisipasi efektif dalam pengambilan keputusan.

Indikator Major:

• Rekaman permintaan informasi.

• Rekaman tanggapan terhadap permintaan informasi.

• Rekaman permintaan dan tanggapan informasi disimpan dengan masa simpan yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan kepentingannya. Kriteria 1.2.

Dokumen perusahaan tersedia secara umum, kecuali jika dokumen tersebut dilindungi oleh kerahasiaan komersial atau bilamana pengungkapan informasi tersebut akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan sosial.

Indikator Major:

1. Jenis informasi dan tanggapan yang diberikan mencakup dokumen yang sesuai peraturan nasional yang berlaku, misalnya (dokumen legal, dokumen lingkungan, dok aktivitas sosial dan hubungan dengan masyarakat).


(25)

2. Rekaman permintaan dan tanggapan informasi disimpan dengan masa simpan yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan kepentingannya.

2.1.2 Prinsip 2: Memenuhi Hukum dan peraturan yang berlaku

Kriteria 2.1

Adanya kepatuhan terhadap semua hukum dan peraturan yang berlaku baik lokal, nasional maupun internasional yang diratifikasi.

Indikator major:

1. Bukti kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku dan terkait dengan operasional perkebunan kelapa sawit.

2. Bukti adanya usaha untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan peraturan.

Indikator Minor:

1. Bukti adanya sistem yang terdokumentasi yang berisi informasi tentang persyaratan hukum dan peraturan yang harus dipenuhi oleh perusahaan perkebunan.

2. Mekanisme evaluasi pelaksanaan pemenuhan persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku dan terkait.

Kriteria 2.2

Hak untuk menguasai dan menggunakan tanah dapat dibuktikan dan tidak dituntut secara sah oleh komunitas lokal dengan hak-hak yang dapat dibuktikan

Indikator Major:

Dokumen yang menunjukan penguasaan tanah yang sesuai peraturan perundangan yang berlaku.


(26)

Indikator Minor:

1. Bukti penyelesaian pembebasan lahan dengan Free Prior and Informed Consent.

2. Tersedianya mekanisme penyelesaian konflik yang diterima oleh Para pihak.

Kriteria 2.3

Penggunaan lahan untuk kelapa sawit tidak mengurangi hak berdasarkan hukum dan hak tradisional pengguna lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari mereka. Indikator Major:

Rekaman proses negosiasi antara pemilik hak tradisional jika ada dengan pengusaha kebun yang dilengkapi dengan peta.

2.1.3 Prinsip 3 : Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang

Kriteria 3.1

Terdapat rencana manajemen yang diimplementasikan yang ditujukan untuk mencapai keamanan ekonomi dan keuangan dalam jangka panjang.

Indikator Major:

Dokumen rencana kerja perusahaan untuk jangka waktu minimum 3 tahun. Indikator Minor:

Rencana program replanting tahunan, dimana berlaku, untuk minimum 5 tahun ke depan yang setiap tahun dilakukan kaji ulang.


(27)

2.1.4. Prinsip 4 : Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.1

Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten.

Indikator Major:

1. SOP kebun mulai dari LC (land clearing) sampai dengan panen tersedia. 2. SOP pabrik mulai dari penerimaan TBS sampai dengan dispatch CPO &

PKO tersedia.

3. SOP pengelolaan limbah tersedia. Indikator Minor:

1. Terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan kegiatan operasional minimal satu kali setahun.

2. Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia. Kriteria 4.2

Praktek-praktek mempertahankan kesuburan tanah, atau bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada tingkat yang memberikan hasil optimal dan berkelanjutan.

Indikator Minor:

1. Rekaman kegiatan analisa tanah, daun dan visual secara berkala.

2. Rekaman kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah (melalui pemupukan, tanaman kacangan, aplikasi janjang kosong, land aplikasi) berdasarkan hasil analisa pada (1).


(28)

Kriteria 4.3

Praktek-Praktek meminimalisasi dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah. Indikator Minor:

1. Peta tanah yang marjinal tersedia.

2. Strategi pengelolaan untuk penanaman pada areal dengan kemiringan tertentu (dengan mempertimbangkan kondisi tanah dan iklim setempat) tersedia.

3. Tersedianya program pemeliharaan jalan.

4. Program pengelolaan tinggi muka air pada lahan gambut untuk meminimumkan penurunan permukaan tanah gambut tersedia. 5. Strategi pengelolaan tanah marjinal dan tanah kritis lainnya (tanah berpasir, tanah mengandung sulfat masam, kandungan bahan organik rendah) tersedia. Kriteria 4.4

Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Indikator Major:

1. Tersedianya sistem tata air dan perlindungan areal lahan basah, termasuk menjaga dan memelihara daerah sepanjang aliran sungai pada saat replanting.

2. Rekaman analisis mutu BOD limbah cair sesuai peraturan perudang-undangan.

3. Rekaman catatan penggunaan air di pabrik. Indikator Minor:


(29)

2. Rekaman pemantauan BOD limbah cair Pabrik.

3. Rekaman pemantauan penggunaan air untuk pabrik per ton TBS. Kriteria 4.5

Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang memadai.

Indikator Major:

Program PHT yang terdokumentasi dan terkini. Indikator Minor:

1. Rekaman monitoring luasan PHT dan termasuk trainingnya.

2. Rekaman monitoring toksisitas pestisida unit (bahan aktif/LD50 per ton TBS atau per Hektar).

Kriteria 4.6

Bahan kimia pertanian digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan dan lingkungan. Bahan yang bersifat propilaktiktidak digunakan dan apabila bahan kimia pertania yang digunakan tergolong sebagai Tipe 1A atau 1B menurut WHO atau bahan-bahan yang termasuk dalam daftar konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, maka perkebunan secara aktif mencari alternatif dan proses ini didokumentasikan.

Indikator Major:

1. Hanya menggunakan bahan kimia pertanian (agrochemicals) yang terdaftar dan diijinkan oleh instansi yang berwenang.


(30)

2. Penggunaan bahan kimia pertanian (agrochemical) sesuai dengan target species, dosis dan dilaksanakan oleh petugas yang terlatih sesuai dengan petunjuk penggunaan dan penyimpanannya serta terdokumentasi.

Indikator minor:

1. Bukti-bukti dokumentasi yang menunjukkan bahwa bahan-bahan kimia yang dikategorikan sebagai Tipe 1A atau 1B WHO atau bahan-bahan yang termasuk dalam daftar Konvensi Stockholm dan Rotterdam, serta paraquat dikurangi atau dihilangkan penggunaannya.

2. Rekaman hasil pemeriksaan kesehatan bagi operator.

3. Rekaman tidak ada tenaga penyemprot wanita yang sedang hamil atau menyusui.

Kriteria 4.7

Rencana kesehatan dan keselamatan kerja didokumentasikan, disebarluaskan dan diimplementasikan secara efektif.

Indikator Major:

1. Tersediannya SOP K3 dan pelaksanaanya yang terdokumentasi.

2. Penanggung jawab K3 ditetapkan dan harus ada catatan tentang pertemuan berkala antara penanggung jawab dan para pekerja yang membicarakan masalah kesehatan,keselamatan dan kesejahteraan pekerja.

3. Catatan kejadian kecelakaan kerja. Indikator Minor:

1. Tersedia asuransi kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.

2. Pemeriksaan berkala bagi karyawan yang bekerja di stasiun-stasiun atau pekerjaan yang beresiko tinggi oleh dokter.


(31)

3. Rekaman analisis resiko untuk program kesehatan dan keselamatan kerja. 4. Rekaman training atau pelatihan program kesehatan dan keselamatan

kerja.

5. Prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat.

6. Bukti pemenuhan peralatan program kesehatan dan keselamatan kerja dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di lokasi kerja. 7. Para pekerja yang telah mendapatkan pelatihan pertolongan pertama pada

kecelakaan (P3K) harus berada dalam kegiatan operasional di lapangan dan pabrik.

8. Rekaman tentang kecelakaan kerja yang terjadi harus disimpan dengan baik dan secara berkala ditinjau kembali.

Kriteria 4.8

Seluruh staf, karyawan, petani dan kontraktor harus terlatih secara memadai. Indikator Major:

1. Program pelatihan yang berkesinambungan untuk staff, karyawan dan petani, sesuai dengan kompetensi masing-masing jabatan dan terdokumentasi.

2. Realisasi pelaksanaan program pelatihan terdokumentasi. 3. Bukti bahwa perusahaan menggunakan kontraktor yang terlatih.

2.1.5. Prinsip 5 : Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Kriteria 5.1.

Aspek manajemen perkebunan dan pabrik yang menimbulkan dampak lingkungan yang diidentifikasi, dan rencana –rencana untuk mengurangi/mencegah dampak


(32)

negatif dan mendorong dampak positif dibuat, diimplementasikan dan dimonitor untuk memperlihatkan kemajuan yang kontinu.

Indikator Major:

1. Tersedia dokumen pengelolaan lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Rekaman pelaksanaan dan pelaporan pengelolaan lingkungan secara berkala sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Indikator Minor:

1. Revisi terhadap dokumen pengelolaan lingkungan jika ada perubahan dalam hal areal operasional ataupun kegiatan perusahaan.

Kriteria 5.2

Status spesies-spesies langka, terancam atau hampir punah dan habitat dengan nilai konservasi tinggi, jika ada didalam perkebunan atau yang dapat terkena dampak oleh manajemen kebun dan pabrik harus diidentifikasi dan konservasinya diperhatikan dalam rencana dan operasi manajemen.

Indikator Major:

1. Rekaman hasil identifikasi spesies hewan, tanaman dan habitat yang perlu dilindungi.

2. Jika terdapat habitat dan spesies yang dilindungi, maka perlu ada program perlindungan termasuk mitigasi konflik dan bekerjasama dengan instansi terkait (BKSDA).

3. Ketentuan perlindungan satwa dan habitatnya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(33)

Indikator Minor:

1. Adanya poster-poster, papan peringatan mengenai spesies yang dilindungi, dipubikasikan, diedarkan dan disosialisasikan kepada seluruh karyawan dan masyarakat, beserta informasi penanganannya.

2. Adanya petugas khusus dan terlatih dalam struktur perusahaan untuk mengawasi rencana dan kegiatan di atas.

Kriteria 5.3

Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai kembali, dan dibuang dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara lingkungan dan sosial.

Indikator Major:

1. Identifikasi sumber-sumber limbah dan pencemaran, dan terdokumentasi. 2. Rencana pengelolaan limbah terdokumentasi dan diimplemtasikan

berdasarkan hasil identifikasi untuk menghindari dan mengurangi polusi Indikator Minor:

1. Tersedianya rencana pengelolaan limbah B3 serta petunjuk pembuangan limbah agro kimia dan wadahnya sesuai dengan acuan yang ada di kemasan dan peraturan yang berlaku.

2. Tersedianya rekaman monitoring/analisis limbah. Kriteria 5.4

Efisiensi penggunaan energi dan penggunaan energi terbarukan dimaksimalkan. Indikator Minor:

1. Tersedianya rekaman monitoring penggunaan energi terbarukan serta analisis efisiensinya (energi/ton CPO, atau energi/ton produk kelapa sawit).


(34)

2. Tersedianya rekaman monitoring pengunaan bahan bakar fosil untuk kepentingan operasional serta analisis efisiensinya.

Kriteria 5.5

Penggunaan api untuk pemusnahan limbah dan untuk penyiapan lahan, guna penanaman kembali dihindari kecuali dalam kondisi spesifik sebagaimana tercantum dalam kebijakan tanpa bakar ASEAN atau panduan lokal serupa.

Indikator Major:

1. Perusahaan memiliki kebijakan tidak membakar (Zero Burning) saat Replanting, kecuali untuk kasus khusus seperti yang tercantum dalam ASEAN policy on zero burning atau ketentuan regional.

2. Perusahaan memiliki rekaman pelaksanaan zero burning.

3. Prosedur dan rekaman tanggap darurat untuk kebakaran lahan. Indikator Minor:

Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran lahan sesuai tingkat kerawanannya.

Kriteria 5.6

Rencana-rencana untuk mengurangi pencemaran dan emisi, termasuk gas rumah kaca disusun, diimplementasikan dan dimonitor.

Indikator Major:

1. Bukti identifikasi sumber emisi di Pabrik Kelapa Sawit. 2. Pemantauan kualitas emisi dari sumber emisi tersebut. Indikator Minor:

1. Rekaman upaya dan rencana pengurangan polusi dan emisi.


(35)

2.1.6 Prinsip 6: Tanggung jawab kepada pekerja, individu-individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.1

Aspek manajemen perkebunan dan pabrik yang mempunyai dampak negatif sosial diidentifikasi dengan cara partisipatif dan rencana penanganan dampak negatif dan pengembangan dampak positif disusun, dilaksanakan dan dimonitor untuk menunjukan perbaikan yang berkelanjutan.

Indikator Major:

Perusahaan memiliki dokumen pengelolaan lingkungan, yang isinya antara lain aspek positif dan negatif sosial dan partisipasi pihak-pihak yang terkena dampak (masyarakat lokal).

Indikator Minor:

1. Rekaman rencana pengelolaan dan pemantauan dampak sosial dengan partisipasi masyarakat yang dilakukan secara berkala.

2. Hasil revisi dokumen pengelolaan lingkungan yang mencakup analisis dampak sosial jika ada perubahan ruang lingkup operasi perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkala dan terjadwal.

4. Perhatian khusus atas dampak terhadap skema petani plasma (bila perkebunan memiliki skema ini).


(36)

Kriteria 6.2

Terdapat metode terbuka dan transparan untuk komunikasi dan konsultasi antara pihak perkebunan dan tau pabrik, masyarakat lokal, dan kelompok lain yang terkena dampak atau kepentingan.

Indikator Major:

Prosedur dan rekaman komunikasi dan konsultasi dengan masyarakat. Indikator Minor:

1. Perusahaan memiliki daftar stakeholder.

2. Perusahaan memiliki rekaman aspirasi masyarakat dan tanggapan/tindak-lanjut oleh perusahaan.

3. Perusahaan memiliki petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan konsultasi dan komunikasi dengan masyarakat.

Kriteria 6.3

Terdapat sistem yang disepakati dan didokumentasikan bersama untuk mengurus keluhan dan ketidakpuasan, yang diimplementasikan dan diterima oleh semua pihak.

Indikator Major:

Perusahaan menyediakan sarana dan mekanisme yang terbuka untuk menerima keluhan dan menyelesaikan perselisihan sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Indikator Minor:

1. Adanya rekaman, penanganan keluhan/keberatan.

2. Prosedur untuk mengidentifikasi dan menghitung kompensasi yang adil untuk kehilangan hak legal atau hak tradisional atas tanah, dengan


(37)

perlibatan perwakilan masyarakat lokal dan lembaga terkait dan tersedia untuk umum.

Kriteria 6.4

Setiap perundingan menyangkut kompensasi atas kehilangan hak legal atau hak adat dilakukan melalui sistem terdokumentasi yang memungkinkan komunitas adat dan stakeholder dan memberikan pandangan-pandangannya melalui institusi perwakilan mereka sendiri.

Indikator Major:

Prosedur identifikasi, kalkulasi dan pemberian ganti rugi atas kehilangan hak legal dan hak adat dengan melibatkan wakil masyarakat dan instansi terkait.

Indikator Minor:

1. Rekaman identifikasi pihak-pihak yang menerima ganti rugi.

2. Rekaman proses negosiasi dan/ atau hasil kesepakatan ganti rugi secara umum tersedia.

3. Rekaman pelaksanaan pembayaran ganti rugi. Kriteria 6.5

Upah dan persyaratan-persyaratan kerja bagi karyawan dan karyawan dari kontraktor harus selalu memenuhi paling tidak standar minum industri atau hukum, dan cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar pekerja dan untuk memberikan pendapatan tambahan.

Indikator Major:

1. Daftar Upah Karyawan

2. Memiliki/peraturan perusahaan/PKB yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(38)

Indikator Minor:

1. Pada kondisi dimana sarana umum tidak tersedia dan tidak dapat diakses oleh karyawan, maka perusahaan menyediakan sarana tempat tinggal, pendidikan, air bersih, kesehatan, dan fasilitas umum yang memadai. 2. Perjanjian/kontrak kerja dengan kontraktor mensyaratkan kontraktor

mentaati peraturan yang berlaku dalam hal ketenagakerjaan. Kriteria 6.6

Perusahaan menghormati hak seluruh karyawan untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja sesuai dengan pilihan mereka dan untuk tawar menawar secara kolektif. Ketika hak kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat secara kolektif dibatasi oleh hukum, maka perusahaan memfasilitasi pendamping yang tidak berpihak, gratis dan melakukan tawar menawar bagi seluruh karyawan. Indikator Major:

Rekaman kebijakan perusahaan yang memberikan kebebasan pada pekerja untuk berserikat.

Indikator Minor:

Adanya rekaman pertemuan dengan serikat pekerja, jika ada. Kriteria 6.7

Tidak memperkerjakan anak-anak. Anak-anak tidak boleh terpapar oleh kondisi kerja membahayakan. Pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak hanya diperbolehkan pada perkebunan keluarga, di bawah pengawasan orang dewasa dan tidak menggangu program pendidikan mereka.


(39)

Kebijakan perusahaan mengenai persyaratan umur pekerja sesuai dengan peraturan nasional dan terdokumentasi.

Indikator Minor:

Rekaman pelaksanaan kebijakan perusahaan mengenai persyaratan umur pekerja Kriteria 6.8

Perusahaan tidak boleh terlibat atau mendukung diskriminasi berdasarkan ras, kasta, kebangsaan, agama, cacat, jender, orientasi seksual, keanggotaan serikat, afiliasi politik atau umur.

Indikator Major:

Kebijakan perusahaan tentang peluang dan pelakuan yang sama dalam kesempatan kerja dan terdokumentasi.

Indikator Minor:

Rekaman bukti pemberian peluang dan perlakuan yang sama dalam kesempatan kerja.

Kriteria 6.9

Kebijakan untuk mencegah pelecehan seksual dan berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan untuk melindungi hak reproduksinya, disusun dan diaplikasikan.

Indikator Major:

1. Kebijakan perusahaan tentang pencegahan pelecehan seksual dan kekerasan dan terdokumentasi.

2. Kebijakan perusahaan tentang perlindungan hak-hak reproduksi dan terdokumentasi.


(40)

Indikator Minor:

1. Rekaman bukti implementasi kebijakan pencegahan pelecehan seksual. 2. Rekaman bukti implementasi kebijakan perlindungan hak-hak reproduksi

dan terdokumentasi.

3. Mekanisme penanganan keluhan secara khusus tersedia. Kriteria 6.10

Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit berurusan secara adil dan transparan dengan petani dan bisnis lokal lainnya.

Indikator Major:

1. Rekaman harga TBS

2. Rekaman mekanisme penentuan harga dengan petani plasma binaan. 3. Rekaman bukti kontrak dengan petani dan bisnis lokal lainnya. Indikator Minor:

1. Bukti bahwa semua pihak memahami kesepakatan kontrak yang mereka lakukan, dan bahwa kontrak-kontrak tersebut adil, legal dan transparan. 2. Pembayaran yang telah disepakati harus dilakukan tepat waktu. Kriteria 6.11

Perkebunan dan pabrik kelapa sawit berkontribusi terhadap pembangunan lokal yang berkelanjutan bilamana dianggap memadai.

Indikator Minor:


(41)

2.1.7 Prinsip 7: Pengembangan Perkebunan Secara bertanggung Jawab

Kriteria 7.1

Dilakukan analisis Dampak Sosial dan Lingkungan hidup secara komprehensif dan partisipatif sebelum membangun Kebun atau operasi baru memperluas perkebunan yang sudah ada dan hasilnya dimasukan ke dalam perencanaan, pengelolaan dan operasi.

Indikator Major:

Perusahaan memiliki dokumen pengelolaan lingkungan yang isinya antara lain analisa aspek positif dan negatif sosial dan lingkungan, serta partisipasi pihak-pihak yang terkena dampak (masyarakat lokal).

Indikator Minor:

1. Rencana pengelolaan dan prosedur operasional yang memadai (RKL/RPL).

2. Tersedianya rekaman implementasi program pembinaan petani plasma, sesuai skema dan perundang-undangan yang berlaku (jika ada plasma). Kriteria 7.2

Menggunakan survai tanah dan informasi topografi untuk merencanakan lokasi pengembangan perkebunan baru dan hasilnya digabungkan kedalam perencanaan dan operasi.

Indikator Major:

Tersedianya rekaman kesesuaian lahan sebagai hasil dari survei tanah yang mencakup informasi topografi, iklim, jenis tanah, kesuburan tanah, kedalaman air tanah dan drainase.


(42)

Indikator Minor:

Tersedianya rekaman pelaksanaan pengembangan kebun berdasarkan kesesuaian lahan.

Kriteria 7.3

Penanaman baru sejak November 2005(sejak diadopsi RSPO) tidak dilakukan di hutan primer atau setiap areal yang memiliki satu atau lebih HCV.

Indikator Major:

1. Rekaman identifikasi HCV sebelum areal dibuka yang dimuat dalam dokumen AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Rekaman Peta Rencana dan realisasi pembukaan lahan sesuai dengan identifikasi HCV.

Kriteria 7.4

Penanaman berlebihan pada lahan yang curam, dan atau ditanah marjinal serta rapuh (mudah longsor) harus dihindari.

Indikator Minor:

1. Peta tanah marjinal dan mudah longsor, termasuk kemiringan yang curam dan tanah gambut tersedia dalam skala yang memadai.

2. Bila direncanakan penanaman terbatas di tanah rapuh dan marginal, rencana terdokumentasi dibuat dan diterapkan untuk melindungi tanah-tanah ini tanpa menimbulkan dampak yang merugikan.

Kriteria 7.5

Tidak ada penanaman baru dilakukan di tanah masyarakat lokal tanpa persetujuan terlebih dahulu dari mereka, yang dilakukan melalui suatu sistem yang terdokumentasi sehingga memungkinkan masyarakat adat dan masyarakat lokal


(43)

serta para pihak lainnya bisa mengeluarkan pandangan mereka melalui institusi perwakilan mereka sendiri.

Indikator Major:

1. Perusahaan memiliki dokumen AMDAL yang isinya antara lainanalisis aspek positif dan negatif sosial dan lingkungan, serta partisipasi pihak-pihak yang terkena dampak (masyarakat lokal).

2. Rekaman sosialisasi rencana pembukaan usaha perkebunan

3. Rekaman kesepakatan ganti rugi/penyerahan lahan dari pemilik lahan untuk pembukaan perkebunan.

Kriteria 7.6

Masyarakat setempat diberikan kompensasi atas setiap pengambilalihan lahan dan pelepasan hak yang disepakati dengan persetujuansukarela yang diberitahukan sebelumnya dan kesepakatan yang telah dirundingkan.

Indikator Major:

1. Rekaman identifikasi penilaian atas hak berdasarkan hukum dan hak tradisional dengan melibatkan instansi pemerintah terkait dan masyarakat setempat.

2. Prosedur identifikasi pihak-pihak yang berhak menerima kompensasi. Indikator Minor:

1. Rekaman proses negosiasi dan/ atau hasil kesepakatan kompensasi secara umum tersedia.


(44)

3. Masyarakat yang kehilangan akses dan hak atas tanah untuk perluasan perkebunan diberikan kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari pembangunan perkebunan.

4. Proses dan hasil klaim kompensasi harus didokumentasikan dan tersedia untuk umum.

Kriteria 7.7

Dilarang membuka perkebunan baru dengan membakar, kecuali dalam keadaan khusus sebagaimana dalam ASEAN Guidelines atau regional Best Practices

lainnya.

Indikator Major:

1. Perusahaan memiliki kebijakan tidak membakar (Zero Burning) saat LC, kecuali untuk kasus khusus seperti yang tercantum dalam ASEAN Policy on Zero Burning atau ketentuan regional.

2. Perusahaan memiliki bukti pelaksanaan zero burning.

3. Prosedur dan rekaman tanggap darurat untuk kebakaran lahan. Indikator Minor:

Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran lahan sesuai tingkat kerawanannya.

2.1.8. Prinsip 8: Komitmen terhadap perbaikan terus menerus pada wilayah-wilayah utama aktifitas

Kriteria 8.1

Perkebunan dan pabrik kelapa sawit secara teratur memonitor dan mengkaji ulang aktifitas mereka dan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi


(45)

yang memungkinkan adanya perbaikan nyata yang kontinu pada operasi-oparasi utama.

Indikator Major:

Tersedia rencana aksi pemantauanyang berdasarkan pertimbangan AMDAL dan evaluasi rutin untuk kegiatan kebun dan PKS.

Indikator Minor:

Rekaman tindak lanjut terhadap temuan audit RSPO, jika ada.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Harga

Untuk menetapkan harga harga yang cerdik, manajemen harus tahu bagaimana biayanya bervariasi dengan berbagai tingkat produksi. Penetapan harga harga berdasarkan kurva pengalaman mengandung resiko besar. Penetapan harga agresif biasanya memberikan citra murah pada produk. Strategi ini juga mengasumsikan bahwa pesaing adalah pengikut yang lemah. Strategi ini menyebabkan perusahaan membangun lebih banyak pabrik untuk memenuhi permintaan, tetapi pesaing dapat memilih untuk berinovasi dengan teknologi biaya yang lebih rendah (Kotler, 2009).

Penjualan identik dengan harga karena pada umumnya harga merupakan faktor yang dominan yang akan menentukan pertimbangan bagi pembeli. Dapat dikatakan bahwa harga merupakan jumlah yang dibayar oleh pembeli atas barang dan jasa yang ditawarkan oleh penjual. Harga mempunyai mempunyai empat macam fungsi yakni :


(46)

a) Sebagai pembayaran kepada lembaga saluran pemasaran atas jasa-jasa yang ditawarkan.

b) Sebagai senjata dalam persaingan.

c) Sebagai alat untuk mengadakan komunikasi. d) Sebagai alat pengawasan saluran pemasaran. 2.2.2. Keuntungan

Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan produsen nilainya adalah positif maka diperoleh keuntungan/ pendapatan. Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan kegiatan-kegiatan seperti : menghadapi resiko ketidakpastian di masa yang akan datang, melakukan inovasi /pembaruan didalam berbagai kegiatan ekonomi dan mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar ( Sukirno,1994).

Menurut Mankiw (2009), jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari penjualan output disebut pendapatan total (Total Revenue-TR). Jumlah pengeluaran yang harus dilakukan suatu perusahaan untuk membeli input disebut biaya total (Total Cost-TC). Jadi, keuntungan (profit) dinyatakan sebagai pendapatan total dikurangi dengan biaya total. Dengan demikian, Keuntungan = TR (Total Revenue) – TC(Total Cost).

2.3 Kerangka Pemikiran

Perkebunan bersertifikat RSPO adalah perkebunan yang sudah menerapkan RSPO untuk perusahan perkebunannya. Perusahaan perkebunan ini melakukan proses


(47)

produksi untuk menghasilkan CPO dan PK setelah proses produksi maka akan menghasilkan output yakni CPO (Crude Palm Oil) dan PK yang kemudian dijual. Dari hasil penjualan CPO dan PK ini maka perusahaan mendapatkan penerimaan. Perkebunan bersertifikat RSPO merupakan perusahaan yang komit terhadap minyak sawit berkelanjutan yang peduli terhadap sistem lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja dan sosial kemasyarakatan.

Perkebunan belum bersertifikat RSPO adalah perkebunan yang belum memperoleh sertifikat RSPO dan belum menerapkannya. Sama halnya dengan perkebunan bersertifikat RSPO, perkebunan tidak bersertifikat RSPO juga akan memperoleh penerimaan dan pendapatan. Perkebunan belum bersertifikat RSPO merupakan perusahaan yang belum komit terhadap minyak sawit berkelanjutan yang peduli terhadap sistem lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja dan sosial kemasyarakatan.

Ada perbedaan antara tingkat penjualan produk CPO, harga produk (CPO) dan manfaat antara perkebunan yang belum menerapkan RSPO dengan perkebunan yang sudah menerapkan RSPO. Bagi perusahaan yang sudah menerapkan RSPO akan lebih mudah memasuki pasar internasional sehingga pendapatan yang di terima oleh perusahaan dapat meningkat. Sedangkan perusahaan yang belum menerapkan RSPO sulit untuk memasuki pasar internasional sehingga pendapatan yang di terima oleh perusahaan lebih kecil dibandingkan perusahaan yang bersertifikat RSPO.

Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar :


(48)

Keterangan Gambar : : Menyatakan pengaruh

Gambar 2. Skema kerangka pemikiran

RSPO Prinsip dan

Kriteria

Perkebunan sebelum menerapkan

RSPO

Perkebunan sesudah menerapkan

RSPO

- Penjualan produk CPO dan PK

- Harga produk CPO dan PK

- Manfaat

- Penjualan produk CPO dan PK

- Harga produk CPO dan PK

- Manfaat

- Pertanian - Ekonomi - Lingkungan

- Keanekaragamanhayati - Bahan Beracun

- Pekerja -Masyarakat -Sosial


(49)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang sudah dibangun, maka disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Dalam penerapannya PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sudah menerapkan prinsip dan kriteria RSPO.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Objek penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) berdasarkan kriteria dari perusahaan perkebunan yang telah mendapatkan sertifikat dan sudah menerapkan RSPO.

Tabel 4. Daftar perkebunan kelapa sawit di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbkyang memperoleh sertifikat RSPO

Nama pabrik / kebun Lokasi Tanggal Penerimaan Sertifikat RSPO Pabrik Bakrie Sumatera Desa Sei Baleh, Kec. Sei Baleh

Plantation Kab. Batu Bara, Sumut 14-06-2010 Kebun Tanah Raja Desa Sei Renggas Kec. Kisaran

Barat, Kab. Asahan, Sumut 14-06-2010 Kebun Gurach Batu Desa Grak Tani, Kec. Meranti,

Kab.Asahan, Sumut 14-06-2010 Kebun Kuala Piasa Desa Tinggi Raja, Kec.Tinggi Raja,

Kab. Asahan, Sumut 14-06-2010 Kebun Serbangan Desa Rawang Lama, Kec.Panca

Arga, Kab.Asahan, Sumut 14-06-2010 Kebun Sei Baleh Desa Sei Baleh, Kec.Sei Baleh,

Kab. Batu Bara, Sumut 14-06-2010 Sumber : RSPO

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini meninjau tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK, dan keuntungan perusahaan dalam jangka waktu 3 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah diterapkannya RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Hal ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk


(51)

CPO dan PK, dan keuntungan dalam beberapa kurun waktu, sehingga dapat tergambarkan secara signifikansi perbedaan sebelum dan sesudah penerapan RSPO.

Tabel 5. Data sekunder yang dikumpulkan

No Jenis Data Sumber Data

1. Data jumlah produksi CPO dan PK 2

Pabrik kelapa sawit POM Sei Baleh

Harga penjualan CPO dan PK

3.

Finance & Accounting Dept. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

Keuntungan penjualan CPO dan PK Finance & Accounting Dept. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

3.3 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan mengetahui prinsip dan kriteria apa saja yang harus dipenuhi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk dalam menerapkan RSPO.

Untuk menguji hipotesis 2, ada perbedaan pada tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK serta keuntungan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sebelum dan sesudah diterapkannya RSPO , digunakan Uji beda rata-rata (Compare Means). Alasan Penggunaan uji beda rata-rata ini adalah karena penelitian ini melihat perbedaan tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga CPO dan PK serta keuntungan sebelum dan sesudah menerapkan RSPO. Karena berasal dari dua sampel yang sama maka Uji beda rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Dependent sample T-test (Paired sample T-test) memiliki rumus :


(52)

(

)

(

)

        +         − + − + − − = 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 η η η η η η χ χ S S t Keterangan :

X1 = rata-rata tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK serta keuntungan sebelum menerapkan RSPO

X2 = rata-rata tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK serta keuntungan sesudah menerapkan RSPO

2 1

S = varians tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK serta keuntungan sebelum menerapkan RSPO

2 2

S = varians penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK serta keuntungan sesudah menerapkan RSPO

n1 dan n2 = jumlah observasi data pertama dan kedua Dengan kriteria uji:

Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima dan H1 Jika t-hitung > t-tabel, maka H

tidak diterima. 0 tidak diterima dan H1

Dengan α 0,05

diterima.

Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : tidak ada perbedaan tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO dan PK serta keuntungan sebelum dan sesudah menerapkan RSPO. H1 : ada perbedaan tingkat penjualan produk CPO dan PK, harga produk CPO


(53)

3.4 Definisi Dan Batasan Operasional 3.4.1. Defenisi

Agar tidak terjadi kekeliruan pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan defenisi-defenisi sebagai berikut:

1. CPO (crude palm oil) adalah minyak sawit mentah yang dihasilkan kelapa sawit.

2. PK (palm kernel) adalah inti sawit

3. HCVF (high conservation value forest) adalah kawasan hutan bernilai konservasi tinggi yang mencakup nilai perlindungan keanekaragaman flora dan fauna, nilai jasa ekosistem, dan nilai bagi kepentingan sosial dan budaya. 4. RSPO (rountable suistanable palm oil) merupakan inisiatif dari multi

stakeholder dari banyak negara tentang kebun sawit yang berkelanjutan dalam pengelolaan dan operasi yang legal, layak secara ekonomi, berwawasan lingkungan dan bermanfaat secara sosial.

5. SOP (standard operation prosedur) adalah standar operasi kerja. 6. TBS adalah tandan buah segar.

7. AMDAL adalah analisis dampak lingkungan.

8. Perkebunan bersertifikat RSPO adalah perkebunan yang telah lulus proses sertifikasi serta sudah menerapkannya.

9. Perkebunan tidak bersertifikat RSPO adalah perkebunan yang belum melewati proses sertifikasi dan belum menerapkannya.

10. Harga produk CPO adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk CPO yang diproduksi perkebunan dalam satuan Rp/Kg.


(54)

11.Harga produk PK adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk PK yang diproduksi perkebunan dalam Rp/Kg.

12. Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari perkalian total produksi dengan harga jual dalam satuan Rp.

13.Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya dalam satuan Rp.

3.4.2. Batasan Operasional

Pembatasan didalam penelitian ini telah ditetapkan melalui suatu batasan operasional sebagai berikut :

1. Daerah penelitian adalah PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. 2. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014.


(55)

DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Profil PT.Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk adalah salah satu anggota kelompok usaha Bakrie yang termasuk perusahaan swasta nasional pertama di Indonesia. Nama PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk merupakan salah satu dari sekian perubahan nama yang mengakibatkan pula beberapa kali pergantian kepemilikan. Perusahaan didirikan pada tahun 1911 oleh NV. Hollandsch Americaansche Plantage Maatschappij (NV. HAPM) melalui usaha perkebunan tembakau. Namun dalam perjalanan selanjutnya, secara bertahap beralih ke perkebunan karet dan kelapa sawit.

Tahun 1957, perusahaan menjadi unit usaha milik Uniroyal Inc dan berubah namanya menjadi PT. United States Rubber Sumatra Plantations. Tahun 1970, namanya berubah kembali, kali ini PT. Uniroyal Sumatera Plantation dan memperoleh status Penanaman Modal Asing (PMA) dengan kepemilikan tetap berada pada Uniroyal Inc. Pada tahun 1986, Bakrie Group mengambil alih kepemilikan dan nama berganti menjadi PT. United Sumatra Plantations. Langkah tersebut menadai awal masuknya Kelompok Usaha Bakrie kedalam bidang usaha perkebunan dan menjadikan salah satu pelaku utama di sektor Agribisnis di Indonesia.

Diakhir 1989, perusahaan memperoleh izin menawarkan 30% sahamnya kepada public di Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) dan Surabaya ( BES ) dengan nama PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Perubahan nama tersebut disetujui oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 11 Mei 1993 berdasarkan Surat No. C2 – 3004. HT. 01.04.TH’93.


(56)

Pada tahun 1993 perusahaan mulai mengganti sebagian tanamannya yang ada di Kisaran Sumatera Utara, menjadi perkebunan kelapa sawit. Keputusan ini didasarkan pada kebutuhan untuk melaksanakan diversifikasi usaha. Pada tanggal 03 Oktober 2005 dilakukan kegiatan peletakan batu pertama pabrik pengolahan sawit dimana pelaksanaan peresmian Palm Oil Mill ( POM ) Kisaran dilakukan tanggal 09 Agustus 2007.

Dalam pengelolaan Bakrie Sumatera Plantation Group, PT. BSP Unit Sumut 1 dikelola dalam satu manajemen yang dipimpin oleh Head of Business Unit (HBU) yang berkedudukan di Kisaran Asahan.

Visi Perusahaan adalah menjadi perusahaan agribisnis terintegrasi nomor satu dan paling dikagumi di Indonesia. Misi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk yaitu mengembangkan dan menjaga kesinambungan kesejahteraan komunitas dengan melakukan ekstraksi penciptaan nilai optimal melalui kegiatan operasi yang ramah lingkungan dan memanfaatkan keahlian kunci dalam operasi multi tanaman dan operasi global. Nilai Inti ( Core Values ) dalam perusahaan ini adalah memperjuangkan harmoni menuju arah yang sama.

• BSP is our home : BSP adalah rumah kita.

Rasa memiliki yang kuat, senantiasa menjunjung kerja sama tim, sikap saling menghargai, dan komunikasi terbuka; merawat perusahaan layaknya rumah sendiri; mengembangkan rasa nyaman seperti di rumah sendiri; bertenggang rasa.


(57)

Diartikan setiap unit usaha dan insan P T . BSP harus proaktif mengejar Visi dan Misi, dan dibekali dengan pemberdayaan, tetapi harus dapat dipertanggung jawabkan.

• Sense of Mission : Semangat dalam menjalankan misi

Diartikan sebagai keselarasan vertikal dan horizontal dalam organisasi BSP, baik antara “atasan” dan “bawahan”, “corporate” dengan “business units” maupun antar fungsi baik di corporate level maupun business units dalam menjalankan tugas untuk mencapai Visi dan Misi.

• Adaptive to and Driving Change : Mampu beradaptasi dan mendorong perubahan

Selalu berpikiran terbuka, bertindak inovatif. Insan PT. BSP diharapkan mampu bersikap seperti diatas untuk dapat menerima perubahan dan menjadi motor penggerak perubahan dalam rangka mencapai Visi dan Misi PT. BSP.

PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk bertempat di Jln. Ir. H. Juanda no.1 Kisaran, Asahan. Luas Kantor : 370 Ha (termasuk luas pemukiman/perumahan karyawan). Batas wilayah :

• Sebelah Utara : Desa Sukarame Kecamatan Sei Baleh Kab. Batubara

• Sebelah Selatan : Kebun PTPN 3 Kecamatan Air Batu Kab. Asahan

• Sebelah Barat : Desa Sei Puleh Kecamatan Pulo Bandring Kab. Asahan

• Sebelah Timur : Desa Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kab. Asahan


(58)

Nama perusahaan Jenis badan Hukum Alamat perusahaan No.telepon

Website

Status permodalan Bidang usaha

PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Perseroan Terbatas

Kisaran, Asahan, Sumatera Utara

0623-42434, 41508, 41635, 41733, 41006 www.bakriesumatera.com

Penanaman modal dalam negeri - Perkebunan dan pabrik kelapa sawit - Perkebunan dan pabrik karet

PT. Bakrie Sumatera Plantation,Tbk Area Sumut 1 memiliki total luas lahan 22.178 Ha dengan mengusahakan komoditi Karet dan Kelapa Sawit. Pada komoditi karet total luas lahannya adalah 10.252 Ha (Produksi 6.840 Ha, Immature 3.412 Ha), pada komoditi kelapa sawit luas lahannya adalah 9.852 Ha (Produksi 8.880 Ha, Immature 972 Ha), dan pada fasilitas umum digunakan lahan seluas 2.074 Ha.

Tabel 7. Letak Geografis PT. BSP Unit Sumut 1

Estate Kebun PT. BSP Kisaran Letak Geografis

PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS Tbk 30LU-99,600

SERBANGAN ESTATE 3

BT 0

LU-99.600

S.BALEH ESTATE 3

BT 0

LU-99.590

G.BATU ESTATE 3

BT 0

LU-99.580

T.RAJA ESTATE 3

BT 0

LU-99.590

KW.PIASA ESTATE 3

BT 0

LU-99.580

AEK SALABAT ESTATE 2,9

BT 0


(59)

PT. BSP mengelola lahan dengan optimal termasuk dalam pengadaan fasilitas umum seperti jalan utama, jalan produksi, kantor, rumah staff, rumah karyawan, mesjid, gereja, dan sekolah dasar. Total luas lahan yang digunakan dalam membuat fasilitas umum tersebut adalah 2.074 Ha.

Tabel 8. Data Luas Lahan dan Status Areal

No. Data Lahan Luas

(Ha) Status Areal (TM/TBM, Kosong/Pembibitan/Emplasmen t) Tahun mulai ditanam/U sia Tanaman Produk si Rata-Rata/B ulan

1. Serbangan 1.336 TM (1.255 Ha) & TBM (81 Ha) 1996 184 ton

2. Sei Baleh 1.591 TM (1.418 Ha) & TBM (173

Ha)

1997 195 ton

3. Gurach Batu 2.467 TM (2.219 Ha) & TBM (248

Ha)

1997 279 ton

4. Tanah Raja 1.774 TM (896 Ha) & TBM (861 Ha) 1998 97

ton

5. Kuala Piasa 450 TM (450 Ha) 1999 70

ton

6. Aek Salabat 2.499 TM (602 Ha) & TBM (1.897

Ha)

1994 53

ton

7. Other Lands

• Pengembangan Kotip

• Tanah Garapan

• Unplantable

• Reserve

• Building Sites

• Roads, Rivers,

Railroads

• Tanah yg dipinjam

untuk Kantor Pemerintah

• Tanah yang dipinjam

untuk Jalan Umum

1.332 32 387 95 27 370 400 1 20


(60)

Tabel 9. Rincian jumlah unit fasilitas umum PT. BSP Unit Sumut 1

No. Jenis Kegiatan Satuan Keterangan 1. Areal Kebun yang Sudah di Buka 20.256 Ha Tahun 1985 s/d Tahun 2013

2. Luas/JumlahBangunan Dan Fasilitas

Jalan Utama 392 KM Jalan Produksi 212 KM Kantor 9 Unit Rumah Staf 93 Unit Rumah Karyawan 1.615 Unit Mesjid 22 Unit Gereja 4 Unit Sekolah Dasar 2 Unit


(61)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Dampak Penerapan RSPO Terhadap Pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

Untuk melihat bagaimana dampak penerapan RSPO terhadap pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sebelum dan sesudah menerapkan RSPO dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata. Berikut ini merupakan tabel hasil analisis uji beda rata-rata keuntungan CPO dan PK sebelum dan sesudah menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk:

Tabel 10. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Keuntungan Produk CPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO Dengan Menggunakan SPSS

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sebelum RSPO 7.111E11 3 6.37812E10 3.68241E10

Sesudah RSPO 3.677E11 3 1.36517E10 7.88180E10

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig.

(2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Sebelum RSPO –


(62)

Tabel 11. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Keuntungan Produk CPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO Dengan Menggunakan SPSS

Dari hasil analisis uji beda rata-rata pada tingkat keuntungan produk CPO dan PK di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sebelum dan sesudah menerapkan RSPO maka dapat dilihat bahwa keuntungan CPO dan PK setelah penerapan RSPO menurun dibandingkan sebelum penerapan RSPO. Hal ini disebabkan karena adanya krisis manajemen di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sehingga pihak perusahaan memutuskan untuk tidak membeli pupuk untuk tanaman kelapa sawit yang ditanam agar mengurangi biaya produksi. Aturan yang mengenai perintah kerja dalam pelaksaan pemupukan di lapangan ada pada prinsip 4 mengenai

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig.

(2-tailed) Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Sebelum RSPO –

Sesudah RSPO

3.363E10 2.5928E10 1.49706E10 -3.07791E10 9.80471E10 2.247 2 .154 Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sebelum RSPO 8.316E10 3 1.20645E10 6.96542E9


(63)

penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik yang ada pada peraturan SOP kebun mulai dari LC (Land Clearing) sampai dengan panen tersedia dengan nomor dokumen BMEOP-WI-18. Akibat dari pemupukan yang tidak dilakukan ini maka produksi TBS menjadi semakin menurun karena tanaman kelapa sawit yang tidak diberi pupuk. Setelah penerapan RSPO harga CPO naik sebesar 2% dan harga PK naik sebesar 16%. Hal ini tidak berdampak positif terhadap keuntungan produk CPO dan PK yang menurun akibat produksi TBS yang sangat menurun. Sehingga penerapan RSPO ini tidak berdampak pada keuntungan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.

Walaupun RSPO tidak berdampak terhadap pendapatan, masih ada dampak positif dari penerapan dan sertifikasi RSPO bagi perusahaan perkebunan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk antara lain sebagai berikut :

A. Dari segi operasional:

Melalui sertifikasi RSPO perusahaan memperoleh manfaat yaitu:

• Memperbaiki dan melengkapi dokumen-dokumen yang ada pada perusahaan perkebunan serta menyesuaikan dan menyeragamkan kegiatan operasional dan dokumen di seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit, • Penurunan biaya pemakaian rutin herbisida dan pestisida dikerenakan pada

prinsip 4 mengatur tentang :

1. Catatan penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang digunakan, daerah tempat pestisida digunakan, jumlah yang digunakan per ha dan jumlah penerapan).

2. Bukti-bukti dokumentasi yang menunjukkan bahwa bahan-bahan kimia yang dikategorikan sebagai Tipe 1A atau 1B WHO atau


(64)

bahan-bahan yang termasuk dalam daftar Konvensi Stockholm dan Rotterdam, serta paraquat (sejenis herbisida) dikurangi atau dihilangkan penggunaannya.

3. Penggunaan produk terpilih yang spesifik atas hama dan gulma yang menjadi target, dan yang memiliki efek minimum terhadap spesies yang tidak menjadi target harus digunakan jika ada. Namun, langkah-langkah untuk menghindari perkembangan resistensi (seperti rotasi pestisida) perlu dilakukan.

4. Pemakaian pestisida lewat metode yang telah terbukti yang dapat meminimalisir resiko dan dampak. Penyemprotan pestisida lewat udara hanya diijinkan jika ada justifikasi yang terdokumentasi

B. Dari segi hubungan masyarakat sosial

Berdasarkan hubungan masyarakat sosial, RSPO bermanfaat untuk:

1. Permasalahan konflik dengan masyarakat seperti pembebasan lahan garapan, polusi, dan sebagainya dapat dikendalikan atau menurun, 2. Meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan lokal,

termasuk pemerintah, tenaga kerja, masyarakat sipil dan pembeli. C. Dari segi perdagangan produk CPO & PK

Perusahaan lebih mudah memasuki pasar asing terutama di Eropa karena RSPO ini berkepentingan terhadap peningkatan hasil produksi sawit yang berkelanjutan dan mengkontrol seluruh proses produksi minyak sawit sesuai dengan standar kesehatan dan hukum internasional. Dengan sertifikasi yang diperoleh dari RSPO, maka PKS (Pabrik Kelapa Sawit) akan bebas dari penolakan, kritik dan boikot pasar internasional yang mengakui RSPO.


(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dampak penerapan RSPO terhadap pendapatan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sebelum dan sesudah menerapkan RSPO sebagai berikut :

a. Terdapat penurunan tingkat penjualan produk CPO sebesar 36% sesudah menerapkan RSPO.

b. Terdapat penurunan tingkat penjualan produk PK sebesar 38% sesudah menerapkan RSPO.

c. Terdapat peningkatan harga produk CPO sebesar 2% sesudah menerapkan RSPO.

d. Terdapat peningkatan harga produk PK sebesar 16% sesudah menerapkan RSPO.

e. Terdapat penurunan keuntungan produk CPO sebesar 32% sesudah menerapkan RSPO.

f. Terdapat penurunan keuntungan produk CPO sebesar 26% sesudah menerapkan RSPO.

g. RSPO tidak berpengaruh nyata terhadap keuntungan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.


(66)

6.2. Saran

Kepada PT. Bakrie Sumatera Plntation, Tbk

Setelah mendapatkan sertifikat RSPO diharapkan t tetap meningkatkan mutu dan lebih meningkatkan hasil produksi CPO dan PK serta lebih meningkatkan promosi ke pasar luar negeri agar dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Sejalan dengan penerapakan RSPO diharapkan agar tetap menjaga keberlanjutan dan kelestarian lingkungan dalam memproduksi CPO dan PK agar menghasilkan produk-produk yang lestari.

Kepada pemerintah

Kepada pemerintah diharapkan agar turut serta dalam mengawasi sistem mutu produk CPO dan PK agar kualitas dari CPO dan PK tetap terjaga sesuai standarisasi internasional. Dan diharapkan turut membantu melakukan promosi penjualan CPO dan PK di perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit ke pasar luar negeri.

Kepada peneliti selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian terhadap penerapan RSPO tiga tahun setelah diaudit, sebab dari hasil auditlah terlihat adanya dampak penerapan RSPO terhadap pendapatan di suatu perusahaan perkebunan kelapa sawit.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi dkk. 2002. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kotler, Philip dan Keller, Kepin lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta

Mankiiw, Gregory. 2009. Pengantar Ekonomi Mikro. Salemba Empat. Jakarta Notowijoyo, S.I.T. 2008. Meningkatkan Produktivitas Dan Mutu Kelapa Sawit.

Penebar Swadaya. Jakarta.

PT. Bakrie Sumatera Plantation, 2011. Social Impact Assesment. PT. Bakrie Sumatera Plantation, 2012. Awareness RSPO Unit Sumut 1. PT. TUV International Indonesia, 2008. The Rountable Sustainable Palm Oil.

Medan

RSPO, 2008. Interpretasi Nasional Prinsip Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia.

RSPO, 2009. Pedoman Pengelolaan Dan Pemantauan Niai Konservasi Tingi (NKT) Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Di Indonesia Sukirno, Sadono. 1994. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Raja Grafindo Persada.


(68)

Lampiran 1. Struktur Organisasi Afdeling Kebun PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk


(69)

(70)

Lampiran 3. Penjualan CPO Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

RSPO Tahun Penjualan CPO (ton)

Sebelum Sesudah 2008 2009 2010 2011 2012 2013 109.941,80 119.767,50 92.602,80 66.681,50 42.208,10 44.870,80

Sumber : PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

Lampiran 4. Penjualan PK Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

RSPO Tahun Penjualan PK (ton)

Sebelum Sesudah 2008 2009 2010 2011 2012 2013 23.002,70 28.964,20 21.910,30 14.617,20 9.374,00 9.387,30


(71)

Lampiran 5. Harga Jual CPO Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

RSPO Tahun Harga Jual CPO (Rp/Kg)

Sebelum Sesudah 2008 2009 2010 2011 2012 2013 7.153 5.982 6.963 7.879 6.833 6.451

Sumber : PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

Lampiran 6. Harga Jual PK Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

RSPO Tahun Harga Jual PK (Rp/Kg)

Sebelum 2008 2009 2010 3.613 2.705 4.348 Sesudah 2011 2012 2013 5.213 3.820 3.898


(72)

Lampiran 7. Keuntungan CPO Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

RSPO Tahun Keuntungan CPO (Rp)

Sebelum 2008 2009 2010 772.045.402.008,00 716.478.700.000,00 644.821.700.000,00 Sesudah 2011 2012 2013 525.395.000.000,00 288.411.300.000,00 289.474.300.000,00

Sumber : PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

Lampiran 8. Keuntungan PK Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

RSPO Tahun Keuntungan PK (Rp)

Sebelum 2008 2009 2010 83.098.200.000,00 71.139.300.000,00 95.267.900.000,00 Sesudah 2011 2012 2013 76.198.800.000,00 35.812.700.000,00 36.591.900.000,00


(73)

Lampiran 9. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada Tingkat Penjualan Produk PK di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO

Lampiran 10. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada Tingkat Penjualan Produk CPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum RSPO 2.4626E4 3 3796.50254 2191.91176

Sesudah RSPO 1.1126E4 3 3023.33087 1745.52089

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum RSPO – Sesudah RSPO

1.3499E4 5665.37498 3270.90577 -573.67163 27573.47163 4.127 2 .054

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum RSPO 1.0744E5 3 13754.43097 7941.12442


(74)

Lampiran 11.Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada Harga Jual Produk CPO Di PT . Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum RSPO –

Sesudah RSPO -3.550E2 753.44077 434.99923 -2226.65064 1516.65064 -816 2 .500 Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum RSPO –

Sesudah RSPO 5.6183E4 18646.26036 10765.42344 9864.02146 1.02504E5 5.219 2 .035

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum RSPO 6.6993E3 3 628.45074 362.83620


(75)

Lampiran 12. .Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada Harga Jual Produk PK Di PT . Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

Sebelum RSPO –

Sesudah RSPO -1.421E3 1789.17812 1032.98247 -5866.23150 -3022.89817 -1.376 2 .303 Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum RSPO 3.5553E3 3 823.01661 475.16886


(76)

(77)

(1)

Lampiran 7. Keuntungan CPO Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO di

PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

RSPO

Tahun

Keuntungan CPO (Rp)

Sebelum

2008

2009

2010

772.045.402.008,00

716.478.700.000,00

644.821.700.000,00

Sesudah

2011

2012

2013

525.395.000.000,00

288.411.300.000,00

289.474.300.000,00

Sumber : PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

Lampiran 8. Keuntungan PK Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO di

PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

RSPO

Tahun

Keuntungan PK (Rp)

Sebelum

2008

2009

2010

83.098.200.000,00

71.139.300.000,00

95.267.900.000,00

Sesudah

2011

2012

76.198.800.000,00

35.812.700.000,00


(2)

Lampiran 9. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada

Tingkat Penjualan Produk PK di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO

Lampiran 10. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada

Tingkat Penjualan Produk CPO di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum RSPO 2.4626E4 3 3796.50254 2191.91176

Sesudah RSPO 1.1126E4 3 3023.33087 1745.52089

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum RSPO – Sesudah RSPO

1.3499E4 5665.37498 3270.90577 -573.67163 27573.47163 4.127 2 .054

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum RSPO 1.0744E5 3 13754.43097 7941.12442


(3)

Lampiran 11.

Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada

Harga Jual Produk CPO Di PT . Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum

Dan Sesudah Menerapkan RSPO

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum RSPO –

Sesudah RSPO 5.6183E4 18646.26036 10765.42344 9864.02146 1.02504E5 5.219 2 .035

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum RSPO 6.6993E3 3 628.45074 362.83620


(4)

Lampiran 12

.

.

Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Penerapan RSPO Pada

Harga Jual Produk PK Di PT . Bakrie Sumatera Plantation, Tbk Sebelum

Dan Sesudah Menerapkan RSPO

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

Sebelum RSPO –

Sesudah RSPO -1.421E3 1789.17812 1032.98247 -5866.23150 -3022.89817 -1.376 2 .303

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum RSPO 3.5553E3 3 823.01661 475.16886


(5)

(6)