Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Penerapan Metode Depresiasi Pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, TBK.

(1)

SKRIPSI

PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENERAPAN METODE DEPRESIASI PADA PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK.

OLEH:

SHANTI MELLISA 080522062

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perlakuan Akuntansi terhadap Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah dimuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 15 Juni 2011 Yang Membuat Pernyataan,

Shanti Mellisa NIM : 080522062


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai dan membimbing penulis, sehingga skripsi sebagai tugas akhir pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara ini dapat diselesaikan. Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak diberi bimbingan, saran, dukungan, doa, dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran, dan dukungan selama proses penyusunan dan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Bapak Iskandar Muda, S.E., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding/ Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.


(4)

memberikan data serta informasi sehubungan dengan penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis, Syahrir Hakim Nasution, M.Si. dan Tiktik Mustikawaty serta adik-adik penulis yang telah memberikan segenap kasih sayang, dorongan, semangat, dan doa kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis belumlah cukup untuk menyempurnakan skripsi ini. Dengan demikian penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, 15 Juni 2011 Penulis,

Shanti Mellisa NIM : 080522062


(5)

ABSTRAK

PT. Bakrie Sumatera Plantations,Tbk. merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, perusahaan memerlukan berbagai faktor produksi. Salah satu faktor produksi yang diperlukan untuk memfasilitasi dan memperlancar aktifitas operasional yang nilainya cukup besar adalah aktiva tetap. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membahas penelitian mengenai metode penyusutan aktiva tetap. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan metode depresiasi aktiva tetap pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dan deduktif yakni mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, menginterpretasikan, mengolah dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran masalah yang diteliti berdasarkan pemikiran logika dan diterima umum dalam rangka pengambilan keputusan dari fakta yang sedang diamati, kemudian memberikan saran atas dasar kesimpulan.Sedangkan jenis data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti.

Setelah melakukan analisis, dapat disimpulkan bahwa metode penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap. Dengan menggunakan metode ini perhitungan beban penyusutan akan sama setiap periode selama masa manfaatnya baik apabila dihitung per bulan maupun per tahun. Pada akhir periode perusahaan melakukan rekonsiliasi atas perbedaan pembebanan penyusutan tersebut, dan atas perbedaan yang ditimbulkan, perusahaan mencatat dengan alokasi komprehensif dengan metode penangguhan. Saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian antara lain (1) Dalam menghitung dan menentukan penyusutan aktiva tetap, hendaknya perusahaan memperhitungkan nilai residu dari suatu aktiva sebagai jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi (2) Mengingat nilai tanaman perkebunan yang cukup materil dan mendominasi jalannya kegiatan operasional perusahaan, sebaiknya segera diasuransikan oleh perusahaan asuransi yang dapat memberikan nilai pertanggungan yang wajar. Dengan demikian kebijakan akuntansi aktiva tetap sesuai dengan teori.


(6)

ABSTRACT

PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. is a company engaged in oil palm and rubber plantations. In order to achieve company goals that have been defined, companies need a variety of factors of production. One of the factors of production necessary to facilitate and streamline operational activities whose value is sufficiently large fixed assets. In preparing this thesis, the author discusses research on the method of depreciation of fixed assets. The purpose of this study was to determine whether the accounting treatment of fixed assets and depreciation method of fixed assets at PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. are in accordance with Financial Accounting Standards.

The research method that used writer is descriptive and deductive methods which collect data, organize, classify, interpret, process and analyze data to obtain a picture of the issues, based on logical thinking and generally accepted within the framework of decision making from the fact that is being observed, then giving advice on the basis of conclusions. While this type of data collected is the data that are qualitative and quantitative data consisting of primary and secondary data. Techniques of data collection in this study is library research (Library Research), the writing is done through library materials in the form of scientific writings, journals and research reports that have anything to do with the topic under study.

After doing the analysis, it can be concluded that the method of depreciation is computed using the straight-line method (straight line method), based on the estimated useful lives of fixed assets.By using this method of calculation of depreciation expense will be the same each period during the useful both when calculated per month and per year. At the end of the period the company to reconcile the difference in the depreciation charge, and for differences generated, the company recorded a comprehensive allocation by the suspension method. Suggestions that could be suggested from the findings include (1) In calculating and determining the depreciation of fixed assets, the company should take into account the residual value of an asset as the amount estimated to be realized when the assets are not used anymore (2) Given the considerable value of plantation crops material and dominated the company's operations, should be insured by an insurance company that can provide a reasonable coverage. Thus the fixed assets accounting policy in accordance with the theory.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……….…...…………...….... i

KATA PENGANTAR ……….………... ii

ABSTRAK ………....………... iv

ABSTRACT ………...………..…..………....… v

DAFTAR ISI ………...……….………….……... vi

DAFTAR TABEL ………...………..………..………..….... viii

DAFTAR GAMBAR ………...…………...……….……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ………...………..………..…………... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …...………...………..………... 1

B. Perumusan Masalah …………...………..…. 4

C. Tujuan Penelitian ………...………..……. 4

D. Manfaat Penelitian ………...………..…... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis …………...……..………...…….. 5

1. Pengertian Akuntansi ……...………..…………. 5

2. Pengertian Dan Penggolongan Aktiva Tetap ….…………. 6

3. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap ………...…..………… 9

4. Metode Penyusutan Aktiva Tetap ………..….. … 14

5. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan ….…. 26 B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ………... 33

B. Jenis Data Dan Sumber Data …...……….…..…...……. 33

C. Teknik Pengumpulan Data ………...………….…………... 34

D. Metode Analisa Data ………...……...……....…... 34

E. Jadwal Dan Lokasi Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ……….……...…... 36

1. Sejarah Singkat Perusahaan ………....….. 36

2. Struktur Organisasi Perusahaan ………..…...………...… 41

3. Perolehan Aktiva Tetap ………...…… 46

4. Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan PSAK ………….. 52

5. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan …….. 59

B. Analisis Hasil Penelitian ………..…….. ....…… 62

1. Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan PSAK ……..….... 62

2. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan …….. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …...………..……….…... 66

B. Saran …………...……….………….……….. 68

DAFTAR PUSTAKA ……..……..……….….... 69


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus ... 20

2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun ... 21

2.3 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun ……...………... 22

2.4 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda ... 23

2.5 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca ………...………...…. 28

2.6 Penelitian Terdahulu ………..…... 30

3.1 Jadwal Penelitian ………...…... 35

4.1 Anak Perusahaan, Lokasi, dan Kegiatan Operasional ……...………….... 41


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

i Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2010 ... 71

ii Neraca Konsolidasian 31 Desember 2010 ... 79

iii Laporan Laba Rugi Konsolidasian 31 Desember 2010 ………... 82

iv Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian 31 Desember 2010 ... 83


(12)

ABSTRAK

PT. Bakrie Sumatera Plantations,Tbk. merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, perusahaan memerlukan berbagai faktor produksi. Salah satu faktor produksi yang diperlukan untuk memfasilitasi dan memperlancar aktifitas operasional yang nilainya cukup besar adalah aktiva tetap. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membahas penelitian mengenai metode penyusutan aktiva tetap. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan metode depresiasi aktiva tetap pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dan deduktif yakni mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, menginterpretasikan, mengolah dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran masalah yang diteliti berdasarkan pemikiran logika dan diterima umum dalam rangka pengambilan keputusan dari fakta yang sedang diamati, kemudian memberikan saran atas dasar kesimpulan.Sedangkan jenis data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti.

Setelah melakukan analisis, dapat disimpulkan bahwa metode penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap. Dengan menggunakan metode ini perhitungan beban penyusutan akan sama setiap periode selama masa manfaatnya baik apabila dihitung per bulan maupun per tahun. Pada akhir periode perusahaan melakukan rekonsiliasi atas perbedaan pembebanan penyusutan tersebut, dan atas perbedaan yang ditimbulkan, perusahaan mencatat dengan alokasi komprehensif dengan metode penangguhan. Saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian antara lain (1) Dalam menghitung dan menentukan penyusutan aktiva tetap, hendaknya perusahaan memperhitungkan nilai residu dari suatu aktiva sebagai jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi (2) Mengingat nilai tanaman perkebunan yang cukup materil dan mendominasi jalannya kegiatan operasional perusahaan, sebaiknya segera diasuransikan oleh perusahaan asuransi yang dapat memberikan nilai pertanggungan yang wajar. Dengan demikian kebijakan akuntansi aktiva tetap sesuai dengan teori.


(13)

ABSTRACT

PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. is a company engaged in oil palm and rubber plantations. In order to achieve company goals that have been defined, companies need a variety of factors of production. One of the factors of production necessary to facilitate and streamline operational activities whose value is sufficiently large fixed assets. In preparing this thesis, the author discusses research on the method of depreciation of fixed assets. The purpose of this study was to determine whether the accounting treatment of fixed assets and depreciation method of fixed assets at PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. are in accordance with Financial Accounting Standards.

The research method that used writer is descriptive and deductive methods which collect data, organize, classify, interpret, process and analyze data to obtain a picture of the issues, based on logical thinking and generally accepted within the framework of decision making from the fact that is being observed, then giving advice on the basis of conclusions. While this type of data collected is the data that are qualitative and quantitative data consisting of primary and secondary data. Techniques of data collection in this study is library research (Library Research), the writing is done through library materials in the form of scientific writings, journals and research reports that have anything to do with the topic under study.

After doing the analysis, it can be concluded that the method of depreciation is computed using the straight-line method (straight line method), based on the estimated useful lives of fixed assets.By using this method of calculation of depreciation expense will be the same each period during the useful both when calculated per month and per year. At the end of the period the company to reconcile the difference in the depreciation charge, and for differences generated, the company recorded a comprehensive allocation by the suspension method. Suggestions that could be suggested from the findings include (1) In calculating and determining the depreciation of fixed assets, the company should take into account the residual value of an asset as the amount estimated to be realized when the assets are not used anymore (2) Given the considerable value of plantation crops material and dominated the company's operations, should be insured by an insurance company that can provide a reasonable coverage. Thus the fixed assets accounting policy in accordance with the theory.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha yang semakin maju sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka waktu yang panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kegiatan-kegiatan yang ada di dalam perusahaan menjadi bertambah banyak, baik jenis kegiatan maupun volume kegitan yang dilaksanakan. Seluruh kegiatan di dalam perusahaan merupakan kegiatan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kegagalan melaksanakan salah satu kegiatan akan berakibat terhadap kegiatan lainnya baik dalam suatu bagian, maupun dengan bagian yang lain di dalam perusahaan.

Untuk mengetahui perusahaan berjalan sesuai dengan kriteria, perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa. Faktor produksi ini antara lain seperti aktiva tetap yang nilainya cukup material dalam memfasilitasi dan memperlancar aktifitas operasional perusahaan guna pencapaian tujuan. Aktiva tetap adalah salah satu bagian utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode akuntansi (accounting period). Menurut Mulyadi (2002 : 179) Aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat


(15)

ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan beberapa cara seperti membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran, pertukaran, penerbitan surat berharga, dibangun sendiri, sewa guna usaha atau leasing dan donasi. Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan semua aktiva tetap yang digunakan di dalam perusahaan, baik yang masih baru dipakai maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar manfaat aktiva tetap tersebut sesuai dengan perencanaan. Oleh sebab itu harus diadakan penyusutan harta tetap sesuai dengan umurnya dan masa manfaatnya.

Aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis yaitu lebih dari satu periode akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengolahan yang efektif dan kebutuhan yang sangat tepat dalam penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatannya. Aktiva tetap dalam suatu perusahaan merupakan komponen aset yang nilainya relatif lebih besar dari aktiva lainnya. Untuk itu dibutuhkan kebijakan aktiva yang tepat, yang dinilai dari kebijakan cara memperoleh dan penentuan harga perolehannya, estimasi umur ekonomis, metode penyusutan yang digunakan, perbaikan dan penilaian kembali. Perlu diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap tersebut seperti yang ditulis oleh pendapat Warren, Reeve, dan Fees (2005 : 395) “Penurunan harga perolehan karena menurunnya kegunaan sejalan


(16)

Dalam menghitung besarnya beban penyusutan yang dapat dibebankan oleh suatu perusahaan dalam suatu periode akuntansi, perusahaan dapat menggunakan metode-metode penyusutan berdasarkan ketentuan standar akuntansi keuangan yang berlaku secara umum dan digunakan secara konsisten sehingga laporan keuangan yang disajikan adalah wajar.

PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. merupakan perusahaaan yang usahanya bergerak dibidang perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit yang memproduksi sendiri hasil perkebunannya. Perusahaan tersebut memiliki berbagai jenis aktiva. Salah satu aktiva yang sangat penting bagi kegiatan usaha perusahaan adalah tanaman menghasilkan (TM).

Dalam penelitian awal yang dilakukan, diketahui bahwa metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan untuk kepentingan komersial adalah metode garis lurus (straight line method). Fenomena yang terjadi pada PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. menyangkut perhitungan dan penentuan penyusutan aktiva tetap untuk kepentingan komersial, dimana perusahaan tidak memperhitungkan nilai residu dari suatu aktiva.

Menurut pengamatan penulis menilai bahwa penyusutan aktiva tetap dan penyusutan dalam akuntansi akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk masalah aktiva tetap ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Perlakuan Akuntansi terhadap Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.”.


(17)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut ”Apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan metode depresiasi pada PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan metode depresiasi aktiva tetap pada PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagi banyak pihak antara lain :

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang akuntansi aktiva tetap dan juga sebagai bahan untuk studi perbandingan antara teori yang diperoleh diperkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai perbedaan penghasilan yang diakibatkan oleh perbedaan penerapan metode penyusutan aktiva tetap.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Akuntansi

Ada banyak pengertian akuntansi yang diartikan oleh para ahli akuntansi, sehingga memberikan pengetian yang berbeda sesuai pandangan mereka masing-masing. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12)

Akuntansi adalah keseluruhan pengetahuan dan yang berhubungan dengan penciptaan, pengolahan, penyimpulan, penganalisaan, penafsiran, dan penyajian informasi yang dapat dipercaya dan penting artinya terhadap sistematika mengenai transaksi-transaksi yang bersifat keuangan dan diperlukan oleh pimpinan untuk operasi suatu badan dan untuk laporan yang harus diajukan guna mengenai hal tadi dan guna untuk memenuhi pertanggungjawaban yang bersifat keuangan atau lainnya.

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokkan dan peringkaskan transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang kemudian membuat interpretasinya. Akuntansi sebagai teknologi/perekayasaan dapat diartikan sebagai rekayasa informasi dan pengendalian keuangan atau accounting is a technology, a modified statistical technology. Pengertian diatas

memberi makna yang cakupannya lebih luas dan terlihat bahwa akuntansi itu tidak berbeda dari tata buku (book keeping) dimana tata buku hanyalan suatu teknik pencatatan. Selain itu defenisi melihat semua transaksi yang bersifat keuangan, transaksi keuangan dalam hal ini diartikan sebagai suatu kejadian atau keadaan yang mempunyai nilai uang dan harus tercatat sesuai dengan transaksi.


(19)

2. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva operasional yang digunakan oleh setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang maupun jasa.

Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-1) memberi definisi sebagai berikut “Aset tetap adalah aset berwujud yang : (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”.

Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap, ada beberapa defenisi aktiva tetap yang dikemukakan oleh penulis akuntasi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan di bawah ini yaitu menurut Mulyadi (2002 : 179) aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”. Menurut Soemarso (2005 : 20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”. Warren, Reeve, Fess (2005 : 492) “aktiva tetap sebagai aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen, yang dapat disebut juga dengan aktiva berwujud (tangible assets)”.


(20)

tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak“.

Dari ketiga defenisi yang dikemukakan di atas aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Mempunyai bentuk fisik

2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan 3. Dimiliki tidak sebagai investasi

4. Tidak untuk dimiliki

5. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi/lebih dari satu tahun)

6. Memberi manfaat di masa yang akan datang

Menurut pendapat Harahap (2002 : 22) “aktiva tetap dapat dikelompokkan ataupun digolongkan berdasarkan substansi aktiva tetap dan dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan”.

1) Dari sudut pandang substansinya a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik, dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal perusahaan sepanjang masih baik.


(21)

Aktiva tetap berwujud dibagi beberapa bagian, antara lain : • Tanah

• Bangunan • Kendaraan • Mesin • Peralatan • Inventaris

b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari :

• Patent • Copyright • Goodwill • Trademark

• Hak cipta, dan lain-lain

2) Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan

a. Depreciated Plant Assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, dan lain-lain


(22)

3. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap

Banyak cara yang dilakukan perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap, harga perolehan tersebut meliputi seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Menurut Smith dan Skousen (2003 : 443) ”Biaya atau harga perolehan aktiva tetap tidak hanya meliputi harga pembelian atau nilai setaranya tetapi juga pengeluaran lain yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkan agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan”.

Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain : membeli dengan tunai, membeli dengan angsuran, pertukaran, sewa guna usaha/leasing, penerbitan surat-surat berharga, dibangun sendiri, dan pemberian atau hibah.

a) Membeli dengan tunai

Dalam Standar Akuntansi Keuangan dinyatakan bahwa “aktiva tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat dengan harga beli ditambah dengan biaya yang terjadi untuk menempatkan aktiva itu pada kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan”.

Namun tidak demikian dengan ketentuan pajak, perolehan aktiva tetap diakui tergantung dari status hubungan antara pembeli dan penjual sebagaimana dinyatakan Gunadi (2002 : 49) “dalam ketentuan perpajakan, tergantung dari


(23)

terlibat dalam transaksi pembelian aktiva dipisahkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan yang tidak”.

Selanjutnya dijelaskan “harga beli aktiva antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa (misalnya penjual memiliki paling sedikit 25% saham badan pembeli) dapat dihitung kembali sesuai dengan nilai pasar (wajar)”. Maksud dari kutipan diatas adalah hubungan pembeli dan penjual dikaitkan adanya hubungan istimewa dan ini ada terkait kepemilikan saham pada perusahaan yang bersangkutan.

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran untuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur.

b) Pertukaran

Pertukaran adalah peroleh aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap yang dimiliki untuk ditukarkan dengan aktiva tetap yang baru (baru disini bukan berarti senantiasa belum pernah dipakai). Aktiva tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak sejenis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap antara lain : • Harga peroleh aktiva yang dilepas

• Harga aktiva yang diperoleh


(24)

• Harga pasar yang wajar

• Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah Dalam hal pertukaran aktiva ini Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 16.6) memberikan batasan-batasan pertukaran yaitu sebagai berikut :

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam ini diukur pada nilai wajar yang dilepaskan atau diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka perolehan aktiva tetap dalam pertukaran pencatatannya dilakukan sebesar nilai wajar aktiva yang diperoleh atau disebarkan. Dalam hal ini, jika terdapat laba pertukaran, laba tersebut baru diakui apabila aktiva tetap tersebut dijual, sebaliknya jika terdapat kerugian atas pertukaran aktiva tetap, maka kerugian tersebut diakui sebagai kerugian.

c) Sewa Guna Usaha/Leasing

Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk

mempergunakan aktiva yang dimiliki lessor selama suatu periode waktu tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau yang memberikan sewa

guna usaha. Sedangkan lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aktiva tetap. Menurut Harahap (2002 : 170) defenisi leasing sebagai berikut “Leasing adalah suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentuu dalam jangka waktu tertentu”.


(25)

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 30.1) dalam PSAK memberikan defenisi leasing sebagai berikut :

Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati.

Sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir sewa guna usaha.

d) Penerbitan Surat-Surat Berharga

Memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau harga lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar harga pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.

e) Membuat Sendiri

Ada saatnya perusahaan memutuskan untuk membangun sendiri aktiva tetap mereka. Beberapa pertimbangan yang diambil perusahaan untuk pembangunan sendiri antara lain :


(26)

• Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai yaitu kapasitas menganggur di dalam perusahaan

• Anggapan menghemat biaya atau adanya cost saving yang diharapkan perusahaan tersebut

• Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik dari yang ada

• Untuk memenuhi kebutuhan, karena perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi tepat pada saat diperlukan

Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan atas pertimbangan sendiri untuk membuat aktiva tetap yang akan digunakan dengan beberapa alasan seperi yang diungkapkan oleh Smith dan Skousen yaitu (2003 : 447) “untuk menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitas yang menganggur, untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi”. Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah seluruh biaya-biaya pembuatannya yaitu mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tida langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari. Jika harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih tinggi dari harga perolehannya dicatat menurut harga pasar maka selisihnya sebagai kerugian dan sebaliknya bukan dihitung laba.

f) Pemberian atau Hibah

Seandainya aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai dasar penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Meskipun pengeluaran tertentu


(27)

mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut, tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diperoleh : Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 16.7) mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.

4. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan di dalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Menurut Warren (2005 : 496) penurunan produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu, faktor fisik dan faktor fungsional.

a. Faktor Fisik

Faktor fisik terjadi karena kerusakan, keausan dan karena cuaca ketika digunakan perusahaan tersebut.

b. Faktor Fungsional

Faktor fungsional terjadi karena :

1) Tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan

2) Perubahan modal, mutu dan lain-lain permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan

3) Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi, atau tidak sanggup bersaing


(28)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 16.2) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison, Robinson, dan Secokusumo (2001 : 509) yaitu : “Tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”.

Masa manfaat menurut PSAK No. 17 (2004 : 17.2) adalah : 1. Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan

2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan

Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dikenal dengan tiga macam istilah yaitu, penyusutan, deplesi, dan amortisasi.

1) Penyusutan

Istilah ini digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh : gedung, pabrik, dan lain-lain.


(29)

2) Deplesi

Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai secara berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, contoh : lokasi tambang.

3) Amortisasi

Istilah amortisasi untuk aktiva tidak berwujud, contoh : paten, goodwill, dan copyright.

Melihat semua keterangan di atas dapat disimpulkan ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu, nilai perolehan, nilai residual, dan masa manfaat.

1. Harga Perolehan (Historical Cost)

Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai.

2. Nilai Residual atau Nilai Sisa

Nilai residual adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.

3. Masa Manfaat

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.2) dalam PSAK No. 17 masa manfaat adalah “periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.


(30)

Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (2004 : 5) penyusutan adalah “alokasi secara sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat”.

Sesuai dengan aktiva yang akan di susutkan, maka istilah yang digunakan berbeda-beda, berikut ini penjelasannya :

1) Depresiasi

Menurut Zaki Baridwan (2004 : 305) bahwa : “Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode tertentu”.

Sedangkan depresiasi menurut Haryono Yusuf (2001 : 162) bahwa : “Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis”.

Dari keterangan di atas jelas bahwa depresiasi bukanlah suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti aktiva tetapi suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi.

2) Deplesi

Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan aktiva tetap berwujud yang tidak dapat diganti seperti sumber-sumber alam. Menurut Zaki Baridwan (1999 : 324) bahwa deplesi adalah : “Berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam seperti tambang dan


(31)

hutan kayu yang di sebabkan oleh perubahan-perubahan (pengelolan) sumber-sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan”.

Sedangkan menurut Haryono Yusuf (2001 : 205) dikatakan bahwa : “Deplesi adalah penghapusan harga perolehan sumber alam secara sistematis”.

3) Amortisasi

Menurut Henry Simamora (2002 ; 323) bahwa : “Alokasi sistematis biaya perolehan aktiva tak berwujud selam masa manfaatnya”. Amortisasi adalah istilah yang digunakan untuk menghapus aktiva tak berwujud. Berbeda dengan aktiva lancer amortisasi aktiva tak berwujud hanya mengenal satu metode yaitu metode garis lurus.

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan metode penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria (PSAK No. 17 : paragraf 9) :

1. Berdasarkan waktu

a) Metode garis lurus (straight line method)

Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaannya. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu peiode ke


(32)

periode berikutnya akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.

Menurut Zaki Baridwan (2001 : 309) depresiasi yang konstan setiap periode seolah-olah menunjukan bahwa kemampuan aktiva relatif sama dalam suatu periode padahal aktiva tetap semakin lama mempunyai kemampuan semakin menurun dan karenanya sangat tidak logis kalau beban penyusutan diperlakukan sama dengan peiode sebelumnya.

Besarnya penyusutan tiap periode ditentukan dengan rumus berikut :

Dimana :

D = depreciation (beban penyusutan) C = cost (harga perolehan)

S = salvage value (nilai residu)

n = useful life (taksiran masa manfaat) Contoh :

Pada awal tahun 2000 PT Nusa Citra Perdana membeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp 10.000.000,- Masa manfaat aktiva tersebut diestimasi selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 500.000,-

Dari data tersebut maka penyusutan setiap tahunnya dihitung sebagai berikut: Penyusutan = Rp 10.000.000 – 500.000

5 = Rp 1.900.000

D = C - S n


(33)

Besarnya penyusutan aktiva tersebut sampai dengan akhir masa manfaatnya disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus

Akhir Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp 10.000.000 2000 1.900.000 1.900.000 8.100.000 2001 1.900.000 3.800.000 6.200.000 2002 1.900.000 5.700.000 4.300.000 2003 1.900.000 7.600.000 2.400.000 2004 1.900.000 9.500.000 500.000 Sumber : Penulis, 2011

Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan perusahaan yang produknya dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami fluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, maka penggunaan metode ini kurang sesuai, karena pengahapusan selalu sama setiap tahun. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyusutan mempengaruhi tingkat penjualan, pada saat pasar sedang sepi dimana produksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah.

b) Metode pembebanan menurun (decreasing charge depreciation) Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)

Metode ini beban penyusutan akan menurun secara bertahap dari tahun ke tahun, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva


(34)

sedangkan penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai akhir. Misal suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

n n + 1 2

Contoh :

Dari contoh sebelumnya, maka penyebut pecahannya adalah :

5 5 + 1 = 15 2

Besarnya penyusutan aktiva tersebut dengan menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun Akhir

Tahun

Penyusutan Akumulasi

Penyusutan

Nilai Buku 10.000.000 2000 5/15 x 9.500.000 = 3.166.667 3.166.667 6.833.333 2001 4/15 x 9.500.000 = 2.533.333 5.700.000 4.300.000 2002 3/15 x 9.500.000 = 1.900.000 7.600.000 2.400.000 2003 2/15 x 9.500.000 = 1.266.667 8.866.667 1.133.333 2004 1/15 x 9.500.000 = 633.333 9.500.000 500.000 Sumber : Penulis, 2011

Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (declining / double declining balance method)

Metode Saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan dalam satu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap.


(35)

Penetapan tarif penyusutan dalam metode ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n S Dimana :

r = 1 - C r = rate (tarif penyusutan)

Contoh :

Berdasarkan contoh sebelumnya, maka tarif penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode ini adalah :

n S r = 1 - C

5 Rp 500.000 = 1 - 10.000.000

= 1 - 0.55 = 0,45

= 45%

Besarnya beban penyusutan aktiva tersebut untuk setiap tahun dengan menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.3 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Akhir

Tahun

Penyusutan Akumulasi

Penyusutan

Nilai Buku 10.000.000 2000 45 % x 10.000.000 = 4.500.000 4.500.000 5.500.000 2001 45 % x 5.500.000 = 2.475.000 6.975.000 3.025.000 2002 45 % x 3.025.000 = 1.361.250 8.336.250 1.663.750 2003 45 % x 1.663.750 = 748.688 9.084.938 915.062 2004 45 % x 915.062 = 411.778 9.496.716 503.284


(36)

Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun yang mengalokasikan harga perolehan dengan tarif tetap dengan nilai buku. Perbedaannya adalah pada penentuan tarif penyusutan. Tarif penyusutan pada metode ini adalah dua kali dari tarif metode garis lurus dengan tidak memperhitungkan nilai sisa. Keuntungan dari metode ini adalah apabila aktiva tersebut rusak atau dihentikan pemakaiannya sebelum masa manfaatnya habis, jumlah penyusutan yang telah dibebankan sudah cukup besar, sehingga kerugian yang diderita tidak terlalu besar dibandingkan dengan metode garis lurus.

Contoh :

Dari contoh sebelumnya, diketahui masa manfaat aktiva adalah 5 tahun, maka tarif penyusutan menurut metode garis lurus adalah : 100% x 5 = 20 %. Untuk memperoleh tarif penyusutan saldo menurun ganda, tarif tersebut dikalikan dua. Maka, tarif penyusutannya adalah 20 % x 2 = 40 %

Besarnya beban penyusutan aktiva tersebut untuk setiap tahun dengan menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.4 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda

Akhir Tahun Penyusutan Akumulasi

Penyusutan

Nilai Buku 10.000.000 2000 40% x 10.000.000 = 4.000.000 4.000.000 6.000.000 2001 40% x 6.000.000 = 2.400.000 6.400.000 3.600.000 2002 40% x 3.600.000 = 1.440.000 7.840.000 2.160.000 2003 40% x 2.160.000 = 864.000 8.704.000 1.296.000 2004 40% x 1.296.000 = 518.400 9.222.400 777.600 Sumber : Penulis, 2011


(37)

1. Berdasarkan penggunaan

a) Metode jam jasa (service hour method)

Metode di atas diasumsikan bahwa penurunan umur aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga dalam estimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode di atas adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam.

Perhitungan besar beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut : Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa / Jumlah Jam Jasa

Contoh :

PT. XYZ membeli sebuah pesawat terbang dengan harga Rp. 200.000.000, - nilai sisa 10%. Jumlah jam jasa pesawat terbang tersebut diestimasi sebesar 1000 jam. Beban penyusutan pesawat terbang per jam dapat dihitung sebagai berikut : Penyusutan = Rp. 200.000.000 – Rp. 20.000.000 / 1000 jam = 180.000/jam

Jika dalam tahun pertama pesawat terbang tersebut telah bekerja selama 100 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100 jam x 180.000 jam = Rp. 18.000.000,-

b) Metode jumlah unit produksi (productive output method)

Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Perbedaannya pada metode sebelumnya menggunakan jam sebagai dasar maka pada metode unit produksi jumlah jam tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah sebagai berikut :


(38)

Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa / Output

Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah jumlah produksi setahun dikali besarnya penyusutan per unit.

2. Berdasarkan kriteria lainnya

a) Metode kelompok dan gabungan (combine and group method) Pada pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa beban penyusutan dihubungkan dengan aktiva individual dan diperlakukan sebagai unit yang terpisah. Praktik ini disebut dengan penyusutan per unit. Dari sudut pandang praktis, dimungkinkan untu menghitung penyusutan atas sekelompok aktiva solah-olah kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva. Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut sejenis atau misalkan semua mobil van perusahaan dan penyusutan gabungan. Jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda-beda (misalnya meja, kursi dan komputer perusahaan).

b) Metode Anuitas (annuity method)

Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokan atau jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Angka yang


(39)

dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode ini sangat cocok digunakan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing

c) Sistem persediaan (inventory system)

Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk menilai sejumlah aktiva tetap yang nilainya relatif kecil, seperti perkakas, peralatan dan lain-lain. Metode persediaan ini cukup ringkas digunakan, namun tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir tahun.

5. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Menurut buku Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 1.3) laporan keuangan yang lengkap meliputi komponen-komponen berikut ini :

1) Neraca

2) Laporan laba rugi

3) Laporan perubahan ekuitas 4) Laporan arus kas


(40)

Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut penulis Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunakan oleh perusahaan adalah :

1. Di neraca hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara global.

2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangan. Disini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan akumulasi penyusutan masing-masing.

3. Informasi lebih lanjut dan lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.


(41)

Tabel 2.5 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca

PT. MAJU Neraca 31 Desember 200A

(Rp)

ASET KEWAJIBAN dan EKUITAS

Aset Lancar :

Kas dan setara kas Rp. xxx Surat berharga Rp. xxx Piutang usaha Rp. xxx Piutang dagang Rp. xxx

Persediaan Rp. xxx Perlengkapan Rp. xxx

Asuransi dibayar dimuka Rp. xxx

Jumlah Aset Lancar Rp. xxx Aset Tidak Lancar :

Tanah Rp. xxx Gedung Rp. xxx Peralatan Rp. xxx Akumulasi penyusutan Rp. xxx

Jumlah Aset Tidak Lancar Rp. xxx Jumlah Aset Rp. xxx

Kewajiban Lancar :

Hutang wesel Rp. xxx Hutang usaha Rp. xxx Hutang bank jangka pendek Rp. xxx Hutang gaji Rp. xxx Hutang bunga Rp. xxx Jumlah Kewajiban Lancar Rp. xxx Kewajiban Tidak Lancar :

Hutang obligasi Rp. xxx Jumlah Kewajiban Tidak Lancar Rp. xxx Ekuitas :

Modal disetor Rp. xxx Laba ditahan Rp. xxx Ekuitas - Bersih Rp. xxx Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Rp. xxx


(42)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1. Nurlela A. (2004)

Judul penelitian “Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Provinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhdap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.

2. Tampubolon (2005)

Judul penelitian “Analisa Penggunaan, Penghentian Aktiva Tetap, dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan pada PT. Musim Mas Medan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan dalam menentukan capital expenditure atau revenue expenditure dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam empat bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode garis lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap temasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sdh cukup baik.


(43)

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Penelitian Perumusan Masalah Hasil Penelitian

Ramot Nurlela A. 2004

Erni M. Tampubolon 2005 Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar

Provinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara Analisa Penggunaan, Penghentian Aktiva Tetap, dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan pada PT. Musim Mas Medan

Bagaimana perlakuan akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap

pada perusahaan jasa angkutan darat antar kota antar provinsi di lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia?

Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya

dalam laporan keuangan telah sesuai

dengan PSAK No. 16?

Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhdap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan

akuntansi selama penggunaan aktiva tetap

yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.

Kebijakan perusahaan dalam menentukan capital expenditure atau revenue expenditure dalam hal biaya

pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan

mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam empat

bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode garis lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap temasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sdh cukup baik.


(44)

C. Kerangka Konseptual

Gambar di bawah ini untuk merumuskan permasalahan sesuai dengan latar belakang masalah penelitian, penulis menguraikan kerangka konseptual dalam permasalahan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

AKTIVA TETAP PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK.

Perolehan Aktiva Tetap

Pengeluaran Setelah Perolehan Aktiva Tetap

Pelepasan Aktiva Tetap Penyusutan Aktiva Tetap

Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan Sesuai SAK


(45)

Penjelasan Kerangka Konseptual :

Kebijakan akuntansi aktiva tetap yaitu kebijakan dalam pemilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk menentukan :

1. Cara perolehan aktiva tetap 2. Pengeluaran aktiva tetap

3. Metode penyusutan aktiva tetap 4. Penarikan aktiva tetap

5. Pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap 6. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan

Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK No. 16 dan PSAK No. 17.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang berbentuk deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang berasal dari hasil penelitian berupa fakta-fakta verbal dari keterangan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan bidang-bidang kerja.

2. Data kuantitatif merupakan data berbentuk angka-angka baik secara langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala interval, seperti laporan keuangan perusahaan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data yang diterbitkan oleh PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.


(47)

diperoleh dari artikel, buku-buku dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian seperti struktur organisasi perusahaan, laporan keuangan dan daftar aktiva tetap.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan meneliti dokumen berupa laporan keuangan.

D. Metode Analisa Data

Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis dan mengevaluasi data adalah:

1. Metode deskriptif, yaitu data yang sudah diperoleh dijelaskan dengan kata-kata yang sistematis sehingga penelitian dapat diterangkan secara objektif. Metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, menginterpretasikan, mengolah dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran masalah yang diteliti.

2. Metode deduktif, yaitu suatu metode berdasarkan pemikiran logika dan diterima umum dalam rangka pengambilan keputusan dari fakta yang sedang diamati, kemudian memberikan saran atas dasar kesimpulan.


(48)

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung mulai Februari 2011 sampai dengan selesai, dilakukan penulis di berbagai tempat yang mendukung studi kepustakaan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Februari 2011

Maret 2011

April 2011

Mei 2011

Juni 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Proposal Skripsi

Bimbingan Proposal

Seminar Proposal Skripsi

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bimbingan Skripsi

Penyelesaian Laporan Penelitian


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. didirikan di Republik Indonesia pada tahun 1911 dengan nama “NV Hollandsch Amerikanse Plantage Maatschappij”. Nama Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan yang

menandakan beberapa kali penggantian kepemilikan. PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. adalah salah satu anggota Kelompok Usaha Bakrie yang termasuk perusahaan swasta nasional pertama di Indonesia. Kelompok Usaha Bakrie didirikan oleh almarhum Achmad Bakrie pada tahun 1942 dengan nama Bakrie & Brothers General Merchant and Commission Agent di Lampung.

Awalnya NV HAPM merupakan sebuah departemen yang dibentuk khusus untuk meneliti tanaman dan penyakit tanaman serta mencari obatnya yang berlokasi di Bunut, Kisaran. Pada bulan Maret 1942 (masa perang pasifik) tentara Jepang mendarat di desa Perupuk Batubara dan kemudian mengambil alih perusahaan perkebunan NV HAPM tersebut seluruhnya dan menamakannya Noyen Korin Kyoku. Pada bulan Agusutus 1945 setelah Jepang menyerah, perusahaan perkebunan Noren Korin Kyoku diambil alih oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia dan dinamakan perusahaan Perkebunan NRI Cabang IV. Akan tetapi, pada bulan Juli 1947 semasa revolusi atau perang melawan Belanda,


(50)

Perkebuanan NRI Cabang IV direbut oleh tentara Belanda dan kemudian merubah namanya menjadi PT United States Rubber Sumatera Plantations (PT USRSP).

Pada perkembangan selanjutnya, manajemen PT USRSP diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan PT USRSP diganti menjadi Perusahaan Perkebunan Ampera II dan diganti lagi menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Karet XVIII (PPN Karet XVIII). Tanggal 30 Oktober 1967 manajemen perusahaan perkebunan karet XVIII diserahkan kepada USRSP dan diberi nama baru menjadi PT Uniroyal Sumatera Plantations, yang berkantor pusat di Middlebury Connecticut, USA. Selanjutnya, pada 21 April 1986 saham-saham PT Uniroyal Sumatera Plantations dibeli oleh Bakrie & Brothers sehingga statusnya berubah dari Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sesuai dengan surat keputusan Dalam Negeri No. N66/HGU/DA/85/A/G tertanggal 10 Desember 1986 menjadi PT United Sumatera Plantations. Langkah tersebut menandai awal masuknya kelompok usaha tersebut dalam bidang usaha perkebunan dan menjadikannya salah satu pelaku utama di sektor usaha agribisnis.

Anggaran dasar Perusahaan pertama kali diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 14 tanggal 18 Februari 1941, Tambahan No. 101. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan akta Notaris Sutjipto, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta, No. 98 tanggal 14 Mei 2008 mengenai perubahan seluruh anggaran dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian terhadap Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan tersebut telah mendapat


(51)

persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-03156.AH.01.02 Tahun 2009 tanggal 14 Januari 2009.

Anggaran dasar Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan akta Notaris Aulia Taufani, S.H., Notaris pengganti dari Sutjipto, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta, No. 1 tanggal 1 Oktober 2010 mengenai perubahan anggaran dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian terhadap Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. IX.J.1 sebagai Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik. Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-49342.AH.01.02 Tahun 2010 tanggal 20 Oktober 2010.

Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang perkebunan, pengolahan, perdagangan dan pengangkutan hasil tanaman dan produk industri, serta pabrik kertas. Saat ini, Perusahaan bergerak di bidang perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman dan industri.

Dalam upaya mengembangkan suatu basis kepemilikan yang luas, maka tahun 1989 perusahaan menawarkan 30% dari sahamnya untuk umum. Luas tanaman perkebunan Perusahaan dan Anak Perusahaan adalah 124.063 hektar.


(52)

November 1990 PT United Sumatera Plantations telah melaksanakan usaha patungan dengan pihak Globe, USA utuk mendirikan pabrik benang karet dengan nama PT Bakrie Rubber Industry, pabrik ini ditargetkan akan berproduksi pada tahun 1993. Kemudian pada tahun 1991 perusahaan telah mengembangkan sayapnya dengan rencana membuka 40.000 Ha perkebunan kelapa sawit di Pasaman Sumatera Barat.

Sejak tanggal 11 Mei 1993 PT United Sumatera Plantations telah berubah menjadi PT Bakrie Sumatera Plantations, yang disahkan melalui surat keputusan Menteri Kehakiman RI No. 02-3004.HT.01.TH.93. PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Kisaran (selanjutnya disebut PT BSP) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha perkebunan, pengolahan dari hasil tanaman dan produksi industri serta perdagangan hasil industri. Perkebunan yang diusahakan PT BSP adalah perkebunan karet dan kelapa sawit. Pada mulanya perusahaan hanya bergerak di bidang perkebunan karet. Namun pada tahun 1992 perusahaan mulai melaksanakan konversi atas sebagian perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit.

Keputusan untuk memasukan kelapa sawit ke dalam bisnis inti didasari pertimbangan bahwa bisnis ini menguntungkan. Disamping itu kelapa sawit dikenal sebagai tanaman yang memiliki produktivitas tinggi dibanding komoditas perkebunan lainnya. Perusahaan berdomisili di Kisaran dengan kantor pusat berlokasi di Jl. H. Juanda, Kisaran 21202, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, sedangkan perkebunan serta pabriknya berlokasi di Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Sementara untuk pengolahan kelapa sawit, perusahaan


(53)

menitipkannya kepada pihak ketiga karena perusahaan tidak memiliki pabrik sendiri.

Seluruh jenis tanaman perkebunan PT BSP tersebar dalam beberapa divisi yaitu divisi :

1. Kebun Serbangan 2. Kebun Sei Baleh 3. Kebun Gurach batu 4. Kebun Tanah Radja 5. Kebun Kwala Piasa 6. Kebun Aek Salabat

Seluruh hasil tanaman tersebut dikirim ke pabrik yang berlokasi di Bunut, Kisaran. Kemudian dilakukan pengolahan sehingga menghasilkan produk yang siap dipasarkan.


(54)

2. Struktur Organisasi Perusahaan

a) Struktur Perusahaan dan Anak Perusahaan

Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan memiliki Anak Perusahaan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Anak Perusahaan, Lokasi, dan Kegiatan Operasional

AnakPerusahaan Lokasi Kegiatan Operasional

Agri Int Resources Pte., Ltd. Agri Resources B.V. BSP Finance B.V.

PT Agro Mitra Madani PT Agrowiyana

PT Bakrie Pasaman Plantations

PT Bakrie Rekin Bio Energy PT Grahadura Leidong Prima

Singapura Belanda Belanda Jambi Jambi Sumatera Barat Batam Sumatera Utara Perusahaan investasi Perusahaan investasi

Jasa keuangan, didirikan dalam rangka penerbitan hutang obligasi Senior Notes

Pengolahan minyak kelapa sawit Perkebunan kelapa sawit di Tungkal Ulu, Jambi seluas 4.686 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2039 Perkebunan kelapa sawit di Air Balam dan Sungai Aur, Pasaman, Sumatera Barat masing-masing seluas 5.350 hektar dan 4.370 hektar dengan masa umur HGU

masing-masing sampai dengan tahun 2038 dan tahun 2039, dan pengolahan minyak kelapa sawit Bio diesel

Perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya yang terletak di Sukarame Baru, Kecamatan Kuala Hulu, Aek Kanopan, Labuhan Batu, Sumatera Utara seluas 8.323 hektar dengan masa umur HGU sampai


(55)

PT Huma Indah Mekar

PT Nibung Arthamulia

PT Sumbertama Nusapertiwi

BSP Netherland Finance B.V. BSP Liberia B.V.

Int Rubber Investment Pte. Ltd. AI Finance B.V.

Bookwise Investments Ltd.

Fordways Management Ltd. Great Four Int Invest Co. Ltd. PT Air Muring

Lampung Palembang Jambi Belanda Belanda Singapura Belanda Belanda

Kep. Virgin Brit Raya Kep. Virgin Brit Raya Mauritius

Perkebunan karet dan pengolahannya di Panumangan Baru, Tulang Bawang Tengah, Lampung seluas 4.407 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2010 dan 2019. HGU yang masa umurnya habis pada

tahun 2010 masih dalam proses perpanjangan

Pengolahan dan perdagangan hasil

perkebunan karet

Perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang terletak di Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi seluas 7.555 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2025

Perusahaan investasi Perusahaan investasi Perusahaan investasi Jasa keuangan

Jasa keuangan, didirikan untuk tujuan administrasi hutang obligasi Senior Notes yang diterbitkan oleh BSP Finance B.V.

Jasa keuangan Perusahaan investasi

Perkebunan karet dan pengolahannya yang terletak di Jalan Desa Air Muring, Putri Hijau Sebelat, Bengkulu Utara seluas 3.639 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun


(56)

PT Domas Sawitinti Perdana

PT Flora Sawita Chemindo

PT Sarana Industama Perkasa

PT Domas Agrointi Perkasa

PT Domas Agrointi Prima

PT Sawitmas Agro Perkasa

PT Citalaras Cipta Indonesia

PT Monrad Intan Barakat

Bengkulu Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Barat

Fasilitas pengolahan oleokimia dengan kapasitas 165.000 ton per tahun yang terletak di Desa Kuala Tanjung, Asahan, Sumatera Utara

Bergerak di bidang industri pengolahan fatty acid 1 dengan kapasitas 49.500 ton per tahun di Tanjung Morawa dan 82.500 ton per tahun di Kuala Tanjung, Sumatera Utara

Pengelolaan kawasan industri yang terletak di Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara

Bergerak di bidang industri pengolahan olein dengan kapasitas 490.500 ton per tahun yang terletak di Desa Kuala Tanjung, Sumatera Utara

Bergerak di bidang fatty alcohol dengan kapasitas 36.264 ton per tahun dan fatty acid dengan kapasitas 90.000 ton per tahun yang berlokasi di Kuala Tanjung Bergerak di bidang fatty alcohol dengan kapasitas 108.791 ton per tahun yang berlokasi di Kuala Tanjung

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Desa Indrapura, Sumatera Barat seluas 4.000 hektar dengan masa umur HGU sampai

dengan tahun 2033

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Astambul dan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan seluas 10.000 hektar dan saat ini sedang mengajukan proses


(57)

PT Julang Oca Permana

PT Inti Kemitraan Perdana

PT Eramitra Agrolestari

PT Jambi Agrowijaya

PT Guntung Idamannusa

Solegna B.V.

PT Multrada Multi Maju

PT Padang Bolakjaya

Kalimantan Selatan Bengkulu Jakarta Jambi Jambi Riau Belanda Sumatera Selatan sertifikasi HGU

Perkebunan karet yang terletak di Jalan Desa Bukit Harapan, Kecamatan Ketahun, Bengkulu Utara seluas 3.525 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2021

Perkebunan karet yang terletak di

Kabupaten Musi Rawas, seluas 19.000 hektar yang telah memperoleh ijin lokasi dari Bupati Musi Rawas dan saat ini sedang mengajukan proses sertifikasi HGU

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 6.348 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2037

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Jambi seluas 4.710 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2035

Perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya yang terletak di Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau seluas 12.547 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2038

Perusahaan investasi

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 8.171 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2029

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 5.669 hektar


(58)

PT Perjapin Prima

PT Trimitra Sumberperkasa

Sumatera Selatan

Sumatera Selatan

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 2.073 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2029

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 4.525 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2025

b) Dewan Komisaris dan Direksi, Komite Audit dan Karyawan Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan adalah sebagai berikut :

Komisaris

Komisaris Utama dan Komisaris Independen : Soedjai Kartasasmita

Komisaris dan Komisaris Independen : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih Komisaris dan Komisaris Independen : Dr. Ir . Anton Apriyantono

Komisaris : Ir. Gafur Sulistyo Umar

Komisaris : Yuanita Rohali, Skom., MM

Direksi

Direktur Utama : Ambono Janurianto

Direktur Keuangan : Harry Mohamad Nadir Direktur Produksi dan Komersial : Bambang Aria Wisena Direktur Operasional dan Kebun : Howard James Sargeant

Direktur Pengembangan Usaha : Ir. Muhammad Iqbal Zainuddin Direktur Sumber Daya Manusia : Drs. Rudi Sarwono, MM


(59)

Dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan diperlukan pendelegasian wewenang dan tugas kepada bawahan dengan benar. Dalam hal ini, batas-batas wewenang dan tanggung jawab harus jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi setiap fungsi perusahaan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Agar pimpinan perusahaan dapat mengawasi pekerjaan bawahan yang telah ditetapkan dan pertanggungjawabannya, maka diperlukan struktur organisasi. PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. memiliki struktur organisasi yang berbentuk garis dan staff.

Struktur organisasi yang diperlukan perusahaan tersebut dibentuk berdasarkan fungsi yang ada di perusahaan. Dewan Komisaris sebagai pemegang saham dan pemilik perusahaan yang memberikan wewenang kepada direksi untuk menjalankan perusahaan yang dibantu oleh manajer yang memberikan perintah kepada bawahan masing-masing sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Dengan demikian, diharapkan wewenang dan tanggung jawab yang ada pada setiap karyawan dan atasan yang ada di perusahaan tersebut semakin jelas hubungannya.

3. Perolehan Aktiva Tetap

PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. merupakan perusahaan yang usahanya bergerak dibidang perkebunan karet dan kelapa sawit, serta memproduksi sendiri hasil perkebunannya. Perusahaan memiliki berbagai jenis akitva tetap. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan mengelompokkan aktiva


(60)

1) Tanaman Perkebunan (Plantations)

Yaitu aktiva tetap yang berbentuk tanaman, baik tanaman perkebunan karet maupun tanaman perkebunan kelapa sawit. Tanaman perkebunan dibedakan menjadi :

a. Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman menghasilkan disusutkan dengan metode garis lurus dengan perkiraan masa manfaat 20 tahun sampai 30 tahun.

b. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehan yang terdiri dari biaya pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan serta alokasi biaya tidak langsung. Tanaman belum menghasilkan akan direklasifikasi ke dalam tanaman menghasilkan dan mulai disusutkan apabila sudah memenuhi kriteria sebagai berikut :

• Tanaman karet dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila 70% dari jumlah seluruh pohon per blok sudah dapat dideres dan mempunyai ukuran lilit batang 45 cm atau lebih pada ketinggian 160 cm dari permukaan tanah.

• Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila 60% dari jumlah seluruh pohon per blok telah menghasilkan tandan buah dan dua lingkaran tandan telah matang atau berat rata-rata buah per tandan telah mencapai 3 (tiga) kg atau lebih.


(61)

2) Bukan Tanaman Perkebunan (NonPlantations)

Yaitu seluruh aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan selain tanaman. Aktiva ini terdiri dari:

a. Tanah

b. Jalan, Jembatan dan Saluran Air c. Bangunan dan Prasarana

d. Mesin dan Peralatan e. Alat Pengangkutan

f. Peralatan dan Perabotan Kantor

Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, seluruh aset tetap Perusahaan dan Anak Perusahaan kecuali NAM, GLP, GIN dan BRBE, digunakan sebagai jaminan atas hutang obligasi - Senior Notes yang diterbitkan BSP Finance B.V. dengan nilai buku masing-masing sebesar Rp 291,02 miliar dan Rp 356,03 miliar. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, aset tetap berupa tanah dan bangunan senilai Rp 3,25 miliar dan mesin pabrik senilai Rp 5 miliar milik NAM digunakan sebagai jaminan atas hutang bank yang diperoleh dari PT Bank ClMB Niaga Tbk. Pada tanggal 31 Desember 2010, aset tetap DAIP, DSIP dan FSC digunakan sebagai jaminan atas pinjaman jangka panjang yang diperoleh dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Aktiva tetap yang dimiliki oleh PT BSP dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan tersebut akan mempengaruhi


(62)

perhitungan harga perolehan dan penilaian aktiva tersebut. Pada umumnya aktiva perusahaan diperoleh dengan cara :

1. Pembelian secara tunai

Cara ini dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk membuat sendiri baik dari segi kemampuan sumber daya maupun waktu, serta nilainya tidak terlalu besar. Manajemen memperhitungkan bahwa akan lebih efisien jika aktiva tersebut dibeli secara tunai. Aktiva tersebut dinilai berdasarkan harga perolehannya. Harga perolehan aktiva tetap terdiri dari harga yang tercantum dalam faktur pembelian ditambah dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk aktiva tersebut sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan oleh perusahaan untuk memberikan manfaat pada perusahaan.

2. Pembelian secara kredit

Pembelian secara kredit dilakukan, apabila harga aktiva tersebut relatif besar. Aktiva tetap yang diperoleh secara kredit sesuai dengan harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tersebut.

3. Membangun sendiri

Sebagian aktiva yang dimiliki oleh PT BSP diperoleh dengan cara membangun sendiri. Membangun sendiri dilakukan dalam rangka memberdayakan sumber daya yang ada, disamping kebutuhan mutu yang lebih terjamin dengan alasan efisien. Dalam hal ini perusahaan mencatat harga perolehan aktiva tetap dengan menjumlahkan semua pengeluaran sehubungan dengan pembuatan / pembangunan aktiva tetap tersebut


(63)

hingga selesai dan dapat digunakan. Salah satu aktiva terbesar yang dimiliki perusahaan dengan cara membangun sendiri adalah tanaman. Tanaman produksi dibedakan menjadi tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Sebelum menjadi TM aktiva itu berbentuk TBM.

Harga perolehan tanaman menghasilkan diperoleh dari seluruh jumlah biaya yang telah dikeluarkan pada saat tanaman tersebut akan mulai ditanam sampai tanaman tersebut dinyatakan telah menghasilkan oleh manajer kebun. Kemudian manajer keuangan menyatakan bahwa tanaman menghasilkan tersebut sudah dapat disusutkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya pembibitan, persiapan lahan, biaya penanaman, biaya pemupukan, biaya membasmi gulma / lalang / penyakit, sensus, jalan/jembatan dan alokasi biaya tidak langsung seperti gaji mandor, biaya keamanan, biaya administrasi kantor, rugi selisih kurs yang timbul dari pinjaman yang digunakan untuk mendanai tanaman menghasilkan.

Misalkan biaya yang telah dikeluarkan untuk TBM karet adalah sebagai berikut :

• Pembibitan Rp 1.750.000.000

• Persiapan Lahan Rp 78.000.000

• Penanaman Rp 188.000.000

• Pemupukan Rp 3.100.000.000

• Basmi gulma/lalang Rp 1.450.000.000

• Sensus Rp 7.700.000


(64)

Maka pencatatan pada saat pembebanan biaya tersebut sebagai berikut : TBM Karet - By. Pembibitan Rp 1.750.000.000 TBM Karet - By. Persiapan Lahan Rp 78.000.000 TBM Karet - By. Penanaman Rp 188.000.000 TBM Karet - By. Pemupukan Rp 3.100.000.000 TBM Karet - By. Basmi gulma/lalang Rp 1.450.000.000 TBM Karet - By. Sensus Rp 7.700.000 TBM Karet - By. Perlengkapan Rp 120.000.000 TBM Karet - By. Tidak langsung Rp 1.900.000.000

Kas/Hutang Rp 8.593.700.000

Pada saat tanaman dinyatakan telah menghasilkan, maka perusahaan akan mencatatnya sebagai berikut:

TM Karet Rp 8.593.700.000

TBM Karet - By. Pembibitan Rp 1.750.000.000 TBM Karet - By. Persiapan Lahan Rp 78.000.000 TBM Karet - By. Penanaman Rp 188.000.000 TBM Karet - By. Pemupukan Rp 3.100.000.000 TBM Karet - By. Basmi gulma/lalang Rp 1.450.000.000 TBM Karet - By. Sensus Rp 7.700.000 TBM Karet - By. Perlengkapan Rp 120.000.000 TBM Karet - By. Tidak langsung Rp 1.900.000.000


(65)

4. Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2007), “Aset Tetap” (“PSAK 16 Revisi”). Berdasarkan PSAK 16 Revisi, suatu entitas harus memilih antara model biaya dan model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi pengukuran atas aset tetap. Perusahaan dan Anak Perusahaan telah memilih untuk menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran atas aset tetapnya. Aset tetap dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan, kecuali tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidakdisusutkan.

Umur dan metode penyusutan aset ditelaah, dan disesuaikan jika layak, pada setiap akhir tahun. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap dalam neraca konsolidasian. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing akun aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan.

Beban perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian pada saat terjadinya, biaya pemugaran dan penambahan dalam jumlah signifikan dikapitalisasi pada saat terjadinya dan jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke Perusahaan dan Anak Perusahaan, dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau ketika tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset


(66)

dimasukkan dalam laporan laba rugi konsolidasian pada periode aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Nilai aset ditelaah terhadap kemungkinan adanya penurunan nilai pada saat kejadian-kejadian atau perubahan-perubahan keadaan mengindikasikan nilai tercatatnya mungkin tidak dapat dipulihkan kembali. Apabila nilai tercatat aset melebihi jumlah yang dapat diperoleh kembali, maka selisihnya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan. Nilai yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto dengan nilai pakai suatu aset.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap, sebagai

berikut:

Tahun / Years

Jalan, jembatan dan saluran air (Roads, bridges and drainage) 10 – 30 Bangunan dan prasarana (Buildings and improvements) 8 – 20 Mesin dan peralatan (Machinery and equipment) 5 – 10 Alat pengangkutan (Transportation equipment) :

Kendaraan di atas rel (Railroad equipment) 20 Mobil dan truk (Vehicles and truck) 5 Peralatan dan perabotan kantor (Office furniture and equipment) 5 Dengan menggunakan metode ini perhitungan beban penyusutan akan sama setiap periode selama masa manfaatnya baik apabila dihitung per bulan maupun per tahun.


(67)

Untuk menentukan besarnya penyusutan per tahun, perusahaan menetapkan tarif (rate) penyusutan untuk tiap-tiap aktiva tetap sesuai umur pemakaian yang diestimasi oleh manajemen. Taksiran umur aktiva ini ditentukan oleh perusahaan untuk menghitung besarnya persentase penyusutan aktiva tetap per tahun, dengan ketentuan bahwa setiap aktiva tetap mempunyai nilai 100%. Persentase tersebut akan dibagi dengan taksiran umur aktiva tetap sehingga akan diperoleh tarif penyusutan untuk masing-masing jenis aktiva.

Total aktiva tetap per 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 serta beban penyusutan untuk masing-masing aktiva adalah sebagai berikut:

1) Tanaman menghasilkan karet umur produktifnya ditaksir oleh bagian kebun berdasarkan perkembangan pertumbuhannya, sehingga umur produktif dari tanaman menghasilkan karet beraneka. Maksimal umur produktif tanaman karet adalah 25 tahun.

2) Tanaman menghasilkan kelapa sawit juga ditaksir oleh bagian kebun berdasarkan perkembangan pertumbuhannya. Tanaman kelapa sawit mempunyai umur produktif selama 24 dan 25 tahun.

3) PT Bakrie Sumatera Plantations memiliki aktiva berupa tanah dengan harga perolehan sebesar Rp 760.978.963,- akan tetapi aktiva tetap berupa tanah tidak dilakukan penyusutan.

4) Bangunan dan prasarana terdiri atas beberapa jenis, akan tetapi untuk kepentingan penyusutan dibagi atas 3 golongan, yaitu:


(1)

(2)

82

LAMPIRAN III


(3)

LAMPIRAN IV


(4)

84


(5)

LAMPIRAN V


(6)

86