BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara potong lintang
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan mulai Juli 2011 sd Januari 2012, di Ruang Rawat Penyakit Dalam RS H.Adam Malik Medan
Penelitian ini telah mendapat persetujuan Health Research Ethical Committee Sumatera Utara.
3.3 Populasi dan Sampel terjangkau
Populasi adalah semua penderita hepatitis B dan C kronik Sampel adalah semua populasi penderita hepatitis B dan C kronik yang
dirawat di Rumah Sakit H Adam Malik Medan
3.4 Besar Sampel
Perkiraan besar sampel 25 orang Sampel tunggal
Rumus yang digunakan N = [
Zα + Zβ ]
2
0,5 In 1 + r 1 – r + 3
Untuk menentukan besar sampel tunggal minimal pada uji hipotesa dengan menggunakan koefisien korelasi r diperlukan informasi :
1. Perkiraan koefisien korelasi r dari pustaka 2. Tingkat kemaknaan ditetapkan peneliti sampel tunggal
3. Power atau Zβ ditetapkan peneliti
r = 0,35 Zα= 1,96 α=0,005
Z β= 1,036 β=0,15
Universitas Sumatera Utara
3.5 Kriteria inklusi
Penderita penyakit hati kronik,yang disebabkan oleh hepatitis B atau C dengan viral marker + dan belum pernah mendapat pengobatan hepatitis
sebelumnya,baik wanita maupun pria berusia 18 tahun ke atas dan bersedia ikut dalam penelitian
3.6 Kriteria eksklusi
Penderita Sirosis Hati stadium dekompensata yang ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium dan USG, peminum alkohol 30 gram hari,
penyakit hati metabolik, HCC dan penyakit infeksi selain hepatitis kronis HBV, HCV.
3.7 Definisi Operasional 3.7.1 Penyakit hati kronik
Penyakit hati kronik adalah suatu keadaan terjadinya peradangan dan nekrosis di hati, dapat ditandai secara klinis : lekas capek,
hepatomegali dan kelainan laboratorium yaitu meningkatnya transaminase dan bilirubin baik terus menerus ataupun berfluktuasi
selama 6 bulan
3.7.2 Fibrosis Hati
Fibrosis hati merupakan suatu keadaan patologis yang terjadi akibat kerusakan hati yang kronis dan adanya ketidakseimbangan
antara sintesis, dan perusakan serabut kolagen. Bila sintesis lebih meningkat, fibrosis akan progresif. Struktur lobulus hati masih
utuh karena belum dijumpai bentuk pseudolobule.
3.7.3 Trombosit
Trombosit merupakan komponen darah yang dihasilkan dari megakariosit sumsum tulang, suatu sel besar dengan 8 sampai 32
nukleu. Secara fisiologis berperan dalam hemostatis, berfungsi menghentikan perdarahan pada permulaan dan pada luka kecil
dapat menyebabkan hemostatis yang menetap. Trombosit tidak melekat pada sel endotel vaskular normal, tapi pada daerah endotel
yang mengalami kerusakan.
Universitas Sumatera Utara
3.7.4 AST
AST Aspartate Aminotransferase adalah enzim yang terdapat dalam sel hati tetapi terdapat juga dalam sel jantung, otot skletal,
ginjal otak, pankreas, limpa dan paru. Enzim ini akan dikeluarkan ke sirkulasi apabila terjadi kerusakan atau kematian sel. Tingginya
kadar enzim ini berhubungan langsung dengan jumlah kerusakan sel. Kerusakan sel akan diikuti dengan peningkatan kadar AST
dalam 12 jam dan tetap meningkat selama 5 hari.
3.7.5 FibroScan
FibroScan merupakan suatu teknologi elastrograpfi yang mampu menentukan stadium fibrosis hati lebih sensitif dengan mengukur
rerata kekakuan hati dimana kekakuan hati dihubungkan dengan derajat fibrosis.
3.7.6 APRI
APRI AST to platelet Ratio Index adalah suatu pemeriksaan nonivasif sebagai petanda awal fibrosis hati dengan menggunakan
variable AST dan jumlah trombosit. Rumus untuk menghitung skor adalah :
APRI = Kadar AST batas atas normal AST Trombosit 10
x 100
9
Skor 0,5 adalah bukan fibrosis, skor antara 0,5-1,5 adalah fibrosis dan skor 1,5 adalah sirosis.
L
3.8 Kerangka Operasional
Gambar 3.1 Kerangka Operasional Hepatitis B dan C kronik
Anamnesa Pemeriksaan fisik
Darah rutin LFT
Viral marker USG
FIBROSCAN Skor APRI
Universitas Sumatera Utara
3.9. Bahan Dan Prosedur Penelitian 3.9.1
. Pemeriksaan trombosit oleh petugas laboratorium RS.HAM
a. Sampel yang diperlukan darah EDTA atau darah kapiler b. Isi pipet dengan darah sampai garis 0,5 bila diketahui
trombositopenia diisi sampai garis I c. Sambil menahan dengan ujung jari, isi pipet dengan Rees Ecker
sampai garis 101, kemudian letakkan horizontal d. Sambil menekan kedua ujung pipet, pipet digoyang selama 3 - menit
e. Isi kamar yang twelah ditutup dengan larutan tersebut setelah terlebih dahulu membuang 3 tetes pertama larutan tersebut.
f. Biarkan kamar hitung selama 2 menit, kemudian trombosit dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x. Bidang yang dihitung
adalah semua bidang kecil sebanyak 25 buah E. Perhitungan trombosit n x 10 x 200mm3
3.9.2. AST oleh petugas laboratorium RS.HAM
Bahan : Serum plasma heparin EDTA Alat yang digunakan : Spektrofometer
Dengan start reagent 1. Serum plasma 100 uL
2. Larutan Reagent 1000 uL 3. Campur, sesudah 1 menit tambahkan : Start reagent 250 uL
4. Campurkan dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit.
5. Perhit ungan : Aktivitas enzym = Δ Amin x F IU F: 2143
3.9.3. Pemeriksaan fibroScan
a. Lobus kanan dari liver dinilai melalui bidang intercostal sementara pasien berbaring dalam posisi terlentang dengan lengan kanan pada
abduksi maksimum. b. Operator menempatkan tranluser ke kulit, yang telah diberi dengan
gel.Dibantu dengan isyarat waktu ultrasound dan pencitraan mode-A. c. Operator menempatkan satu posisi liver pada ketebalan setidaknya
60 mm dan menekan tombol akuisisi setelah area pengukuran
Universitas Sumatera Utara
ditentukan dengan tepat. Kedalaman pengukuran adalah antara 25 dan 65 mm.
d. Hasil ini hanya dapat dipercaya setelah dilakukan sepuluh tindakan yang berhasil dan lebih dari 65 tingkat keberhasilan dari
pengukuran diperoleh.
3.9.4. Skor APRI
APRI = Kadar AST batas atas normal AST Trombosit 10
x 100
9
L
3.10. Analisa Statistik
Untuk melihat hubungan hasil pengukuran fibroscan dengan skor APRI. Korelasi Pearson digunakan apabila data kedua kelompok berdistribusi
normal. Apabila tidak berdistribusi normal maka digunakan korelasi Spearman.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian dengan cara potong lintang di ruang rawat penyakit dalam RSUP H.Adam Malik di Medan pada bulan Maret 2013.
Dilakukan screening terhadap hepatitis B atau C dengan viral marker +. Terdapat 52 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimana 37 orang merupakan
pasien Hepatitis B dan 15 orang lainnya merupakan pasien hepatitis C. Karakter klinis, biokimia dan derajat fibrosis hati telah disimpulkan pada tabel 4.1. seluruh
data yang telah didapat kemudian dilakukan uji tes normalitas Kolmogorv- Smirnov untuk melihat distribusi dari data data tersebut. Dari hasil uji tes
normalitas diperoleh data yang memiliki distribusi normal sehingga dipilih mean sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi SD sebagai ukuran penyebaran.
Umur rata rata pasien adalah 47,12±12,649 tahun, dengan jenis kelamin pria lebih banyak dibandingkan wanita yaitu 33 orang dengan persentase 63,5 tabel
4.1. Seluruh pasien tidak berada dalam keadaan sirosis hepatis dekompensata. Prevalensi infeksi HBV di Indonesia berkisar antara 2,5 di Banjarmasin
sampai 36 di Dili . Indonesia masuk dalam kelompok prevalensi sedang sampai tinggi Zain, 2006 . Pada penelitian ini didapatkan 37 orang dengan
hepatitis B kronik, sedangkan 15 orang sisanya menderita hepatitis C kronik.
Universitas Sumatera Utara