Latar Belakang Masalah Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengawasan Dinas Ketenagakerjaan Kota Salatiga terhadap Pengguna Pekerja Anak di Sektor Informal T1 312012027 BAB I

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakikatnya anak merupakan anugerah dalam keluarga dan sebagai generasi penerus bangsa. Dengan demikian segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh anak Negara mempunyai tanggung jawab serta melindungi, mengawasi hak-hak anak baik itu hak sipil, sosial, politik, budaya maupun ekonomi. Bentuk dari perlindungan terhadap anak yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan di sahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Didalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang dikatakan Anak adalah “seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ”. 1 Dengan demikian ketika seseorang yang belum mencapai usia 18 tahun maka Negara yang menjamin dan memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak dari gangguan baik itu gangguan dari dalam maupun gangguan dari luar. Apabila melihat pada realita yang terjadi tidak jarang anak turut serta dalam menunjang perekonomian dalam keluarga. Sebagaimana hak-hak anak yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak adalah: 1. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 6 menyatakan “Setiap Anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan Orang Tua atau Wali ”. 1 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. 2. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 9 menyatakan “Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, danatau pihak lain. Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan Anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus ”. 3. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 114 menyatakan “Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan danatau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi Anak dan merupakan pertimbangan terakhir ”. 4. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 115 menyatakan “Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari: penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan, pelibatan dalam peperangan, dan kejahatan seksual ”. Apabila berbicara mengenai anak, anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai macam tindakan yang menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang kehidupan. Karena pada dasarnya pola berfikir anak berbeda dengan orang dewasa, dalam hal memahami keadaan yang ada disekitarnya. Dengan demikian maka pemerintah daerah yang berwenang wajib menjamin akan perlindungan dan melakukan pengawasan terhadap anak dari pihak manapun. Namun pada kenyataannya pelaksanaan undang-undang tersebut masih kurang dipahami oleh sebagian besar anak karena ketidaktahuan anak tersebut akan hak-hak yang telah dijamin oleh Negara berdasarkan undang-undang. Dengan demikian anak harus dibantu oleh orang lain dalam membantu dirinya, dengan mengingat situasi dan kondisinya, khususnya dalam pelaksanaan peradilan pidana anak yang asing bagi dirinya. 2 Sebagaimana pada ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan: “Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak ”. Koordinasi kerjasama kegiatan perlindungan anak perlu dilakukan dalam rangka mencegah ketidak-keseimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan. Dengan demikian kewajiban dan tanggung jawab Negara dan pemerintah dalam usaha perlindungan anak diatur dalam Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yaitu : a. Menghormati dan menajmin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak dan konsisi fisik danatau mental pasal 21; b. Member dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak pasal 22; c. Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, ayau orang lain yang secara umum bertanggungjawab terhadap anak dan mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak pasal 23; 2 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam sistem peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2010, h. 2. d. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak pasal 24. Pada dasarnya Negara memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak. Dalam pasal 1 Nomor 32 Tahun 2003 Undang-Undang Ketenagakerjaan pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan, sedangkan Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial. perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak di usahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. 3 Indonesia merupakan salah satu Negara yang meratifikasi konvensi Perserikatan Bangsa- bangsa PBB tentang Hak-Hak anak, melalui keputusan presiden kepres No. 360 tanggal 25 Agustus 1990, dan pada tahun 1999 meratifikasi konvensi International Labour Organization ILO No. 182 larangan dan tindakan penghapusan bentuk-bentuk terburuk pekerja anak, Dengan demikian berarti secara hukum, Negara Indonesia berkewajiban melindungi dan memnuhi hak- hak anak, baik hak sipil, politik, sosial, budaya, dan ekonomi. Upaya untuk mewujudkan pengawasan dan perlindungan hukum terhadap hak seseorang untuk memperoleh pekerjaan dan bekerja, yaitu dengan dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan salah satu prinsip dasar yang terdapat dalam undang- undang ini, bahwa siapapun warga Negara berhak untuk bekerja dan memperoleh pekerjaan 3 Ibid., h. 33. dengan mendapat upah yang layak serta meperoleh perilaku yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Seorang pekerja dalam melakukan pekerjaan dapat berupa pekerjaan yang bergerak dalam sektor formal atau informal. Sektor formal dapat berupa buruh pabrik, pegawai perusahaan, dan lain-lain. Sedangka dalam sektor informal pekerjaannya berupa loper Koran, pramuwisma, dan lain-lain. Sektor usaha informal merupakan bentuk usaha yang paling banyak kita temukan di masyarakat. Bentu usaha yang ini banyak dilakukkan oleh masyarakat yang tidak berpendidikan, bermodal kecil, dilakukkan oleh masyarakat golongan bawah dan tidak mempunyai tempat usaha yang tetap. Sektor usaha informal terbuka bagi siapa saja dan sangat mudah mendirikannya, sehingga jumlahnya tidak dapat di hitung, dengan banyaknya usaha ini berarti akaan menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. 4 Dalam hal dikatitkan dengan pekerja di sektor informal maupun formal dalam perkembangannya tidak hanya dilakukan oleh orang yang sudah dewasa saja karena apabila melihat pada relaitanya anak yang masih dapat dikatakan dibawah umur juga ikut melakukan pekerjaan yang notabenya dilakukan oleh orang dewasa. Dengan demikian diperlukan suatu kebijakan pemerintah guna melindungi dan mengawasi para pekerja yang tidak hanya pekerja yang dinyatakan sudah dewasa menurut undang-undang tetapi juga melindungi pekerja yang dinyatakan masih dibawah umur. Bellamy mengatakan bahwa : anak-anak yang bekerja di usia dini, yang biasanya berasal dari keluarga miskin, dengan pendidikan yang terabaikan, sesungguhnya akan melestarikan kemiskinan, karena anak yang bekerja tumbuh menjadi seorang dewasa yang terjebak dalam pekerjaan yang tak terlatih, dan dengan upah yang sangat buruk. Hal serupa dikemukakan oleh Thapa, Chhetry dan Aryal , bahwa membiarkan anak-anak 4 Imam soepomo.Penghantar Hukum perburuhan . Djambatan, Jakarta. 1999, h. 27. bekerja sebagai pengganti sekolah dapat membuat „lingkaran setan‟ vicious circle; awalnya, bekerja menimbulkan dampak buruk bagi sekolah, selanju tnya berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan samasekali dapat mengakibatkan berlanjutnya pekerja anak. 5 Melihat pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut UUK ini adalah menyangkut perlindungan hukum terhadap pengupahan dan kesejahteraan pekerja anak yang di cantumkan di dalam ketentuan Pasal 68 sampai dengan ketentuan Pasal 75 UUK. 1. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 68 Pengusaha dilarang mempekerjakan anak. 2. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 69 1 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak berumur antara 13 tiga belas tahun sampai dengan 15 lima belas tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial. 2 Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi persyaratan : a. izin tertulis dari orang tua atau wali; b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. waktu kerja maksimum 3 tiga jam; d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;e. keselamatan dan kesehatan kerja; f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf a, b, f dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya. 3. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 70 1 Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. 2 Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 paling sedikitberumur 14 empat belas tahun. 3 Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dilakukan dengan syarat : a. diberi petunjuk yang jelas 5 Hardius Usman dan Nachrowi Djalal Nachrowi, pekerja anak di Indonesia, kondisi, determinan,dan eksploitasi kajian kuantitatif gramedia Widiasrana Indonesia,anggota ikapi, Jakarta, 2004 h 1-2 . tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan pengawasan dalam melaksanakan pekerjaan; dan b. diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 71 1 Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya. 2 Pengusaha yang mempekerjakan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib memenuhi syarat : a. di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali; b. waktu kerja paling lama 3 tiga jam sehari; dan c. kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah. 3 Ketentuan mengenai anak yang bekerja untuk mengembangkan bakat dan minat sebagaimana dimaksud daam ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan Keputusan Menteri. 5. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 72 Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerjaburuh dewasa. 6. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 73 Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. 7. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 74 1 Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk. 2 Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat 1 meliputi: a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya; b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian; c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; danatau d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak. 3 Jenis-jenis pekerjaaan yang membahayakan kesehatan,keselamatan, atau moral anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf d ditetapkan dengan Keputusan Menteri. 8. Berddasarkan pada ketentuan Pasal 75 1 Pemerintah berkewajiban melakukan upaya penanggulangan anak yang bekerja di luar hubungan kerja. 2 Upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dengan demikian Anak harus dilindungi dari segala bentuk kekejaman dan penindasan dalam bentuk apapun, mereka tidak diperbolehkan menjadi bahan perdagangan. Dengan alasan apapun mereka tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat merugikan kesehatan atau pendidikan mereka, maupun yang dapat mempengaruhi perkembangan tubuh mental atau akhlak mereka. 6 Persoalan pekerja anak pada dasarnya bukan persoalan perlu tidaknya anak di larang bekerja, melainkan persoalan lemahnya kedudukan anak dalam pekerjaan. Pekerja anak kurang terawasi dan terlindungi dalam kondisi dimana anak bekerja. Konsentrasi pada upaya memperkenalkan langkah-langkah perlindungan akan memungkinkan anak-anak tumbuh dan berkembang secara normal. 7 Padahal apabila kita sadari bersama, anak-anak adalah sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, dan agar setiap anak mampu memilkul tanggung jawab tersebut. Maka anak berhak mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang dengan wajar baik rohani jasmani, maupun sosialnya. Tetapi pada kenyatanya anak-anak banyak yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tenaga kerja anak juga yang dikenal pekerja anak atau dalam bahasa inggris yakni, child labour adalah sebuah istilah mempekerjakan anak kecil. Istilah pekerja anak dapat diartikan adalah anak yang melakukan semua jenis kegiatan yang membahayakan kesehatan dan menghambat proses belajar serta tumbuh kembang. Istilah pekerja anak dapat memiliki konotasi pengekploitasian anak kecil atas tenaga mereka, dengan gaji yang kecil atau pertimbangan bagi perkembangan kepribadian mereka , keamanannya, kesehatan, dan prospek masa depan 8 6 . Mulyana W kusuma, hukum dan hak-hak anak, C.V. rajawali, Jakarta, h 20. 7 Dwiyanti Hanandini, “Tindak kekerasan Di Lingkungan Pekerja Anak Sektor Informal Padang”. Jurnal sosiologi SIGAL, Vol 6 No, 9, februari 2005, padang Universitas Andalan, h 94-95. 8 Kutipan dari Tesis Eka Tjahjanto, Implementasi Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Sebagai UpayanPerlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Pekerja Anak,hal:xiii. Menurut hasil wawancara yang diperoleh penulis dari salah satu anak dibawah umur yang bekerja di Kota Salatiga, penulis melakukan wawancara kepada pekerja anak bernama Alen yang bekerja disalah satu usaha pencucian Motor 2 Domba di Kota Salatiga. Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis menyebutkan bahwa pelaku pekerja anak tersebut melakukan pekerjaan disebabkan oleh keterpaksaan, karena himpitan ekonomi keluarga dan juga broken home. pekerja anak tersebut bekerja dari jam 09.00 sampai jam 16.00 sore setiap hari senin sampai dengan hari jumat, pekerja anak tersebut mendapatkan upah Rp. 2.500,00 dalam sekali cuci motor, dan dalam sehari juga mendapatkan uang makan Rp, 5.000,00, dari hasil wawancara, pekerja anak tersebut juga kurang mengetahui hak-hak anak yang sebgaimana telah dijamin oleh undang-undang. 9 Devinisi pekerja sektor informal adalah merupakan bentuk usaha yang paling banyak kita temukan di masyarakat. Bentu usaha yang ini banyak dilakukkan oleh masyarakat yang tidak berpendidikan, bermodal kecil, dilakukkan oleh masyarakat golongan bawah dan tidak mempunyai tempat usaha yang tetap. Sektor usaha informal terbuka bagi siapa saja dan sangat mudah mendirikannya, sehingga jumlahnya tidak dapat di hitung, dengan banyaknya usaha ini berarti akaan menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Penulis tidak hanya melakukan wawancara terhadap pekerja anak saja tetapi juga penulis melakukan wawancara kepada pelaku usahanya bernama Ibu Rut Agus. Dalam hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada pelaku usaha tersebut, pelaku usaha hanya sebatas mengetahui bahwa memperkejakan anak dilarang undang-undang, tanpa mengetahui hak-hak yang diperoleh anak ketika melakukan pekerjaan sebagaimana telah dijamin oleh undang-undang, pelaku usaha tersebut tidak mencari pekerja, anak yang bernama Alen tersebut yang ingin bekerja di Cucian 9 Wawancara dengan Alen selaku pekerja anak dibawah umur di cucian motor 2 domba 15 November 2015. Motor 2 Domba, alasan pelaku usaha tersebut mempekerjakan anak karena merasa kasihan dan ingin menolong dari pada anak tersebut tidak bekerja, dan sekolah. 10 Penulis juga melakukan wawancara kepada salah satu petugas di Disnaker Kota Salatiga bernama Bapak Jamaludin selaku Pengawas Ketenagakerjaan di Disnaker Kota Salatiga. Dari hasil wawancara penulis terhadap petugas Disnaker tersebut, pihak Disnaker telah melakukan langkah Dengan mengeluarkan Keputusan Walikota Salatiga nomor : 463 257 2012 tentang ”KOMITE AKSI PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJA TERBURUK UNTUK ANAK. Dan dari data yang penulis dapat dari Disnaker, pada tahun 2012 jumlah anak yang bekerja di Kota Salatiga ada 4 orang anak yang bekerja di Toko Roti Maju, pada Tahun 2013 jumlah anak yang bekerja di Kota Salatiga ada 2 orang di Toko Niki Way. Dan ditahun 2014, 2015 dan 2016 pihak Disnaker belum melakukan survey terhadap pekerja anak yang berada di Salatiga mengingat menurunya jumlah pekrja anak di Kota Salatiga. Pihak Disnaker sendiri dalam kaitannya mengenai pekerja anak telah melakukan sosialisasi mengundang para pelaku usaha yang berada di Salatiga untuk melakukan perlindungan tehadap pekerja anak misalnya dalam pelaku usaha tersebut mempekerjakan anak harus mendapatkan ijin dari kedua orang tua dan harus ada surat keterangan Rt Rw setempat, serta anak tersebut harus mendapatkan kekhususan, seperti jam kerjanya paling lama 3 jam per hari dan 12 jam per minggu, tidak boleh bekerja di tempat yang berbahaya, dan secara riil pelaku usaha harus lapor ke Disnaker supaya perlindungan anak tersebut tepantau dan terjamin. 11 Agar supaya para pekerja anak di Kota Salatiga bisa terlindungi dan bisa bekerja sesuai jam yang di tetapkan di Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Adapun 10 Wawancara dengan ibu Rut Agus pelaku usaha di cucian motor 2 domba 15 november 2015. 11 Wawancara dengan bapak Jamaludin selaku pengawas ketenaga kerjaan di Disnaker kota salatiga 21 oktober 2015. pekerja anak khususnya di Kota Salatiga. dari hasil wawancarara peneliti dengan bapak Jamaludin bahwa Dinas Tenaga kerja hanya memiliki data tabel pekerja anak di tahun 2012. Melihat kondisi pekerja anak di Salatiga seharusnya pekerja anak tersebut bekerja sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, namun pada kenyataannya peneliti melihat dalam lapangan masih banyak oknum-oknum pengusaha baik itu di pertokoan, tempat cucian mobil, bengkel dan di pasar yang mempekerjakan anak tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku, oleh karena itu pengawasan dinas Tenaga kerja seharusnya melakukan perlindungan terhadap pekerja anak agar para pekerja anak dapat bekerja sesuai undang-undang Nomor 13 tahun 2003. Keaslian Penelitian Ada skripsi yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pekerja, skripsi yang ditulis oleh Anka Okyulan Nonandi dengan judul “PERLINDUNGAN PENGUPAHAN TERHADAP PEKERJA TOKO CAHAYA CELL DAN TOKO VALESCA CAKE AND BAKERY AMBARAWA”. Rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah perlindungan pengupahan terhadap pekerja di Toko Cahaya Cell dan Toko Valesca Cake and Bakery di Ambarawa, serta apakah yang menjadi sebab belum diberikannya perlindungan hukum pengupahan di Ambarawa. Maka berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, Penulis bermaksud menulis skripsi dengan judul “PENGAWASAN DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA SALATIGA TERHADAP PENGGUNAAN PEKERJA ANAK DI SEKTOR INFORMAL”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengawasan Dinas Ketenagakerjaan Kota Salatiga terhadap Pengguna Pekerja Anak di Sektor Informal T1 312012027 BAB II

0 1 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengawasan Dinas Ketenagakerjaan Kota Salatiga terhadap Pengguna Pekerja Anak di Sektor Informal

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Salatiga dalam Upaya Penanganan Pengamen Anak T1 312009052 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Salatiga dalam Upaya Penanganan Pengamen Anak T1 312009052 BAB II

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Salatiga dalam Upaya Penanganan Pengamen Anak T1 312009052 BAB IV

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Penggunaan Mariyuana Bagi Mantan Pengguna di Kota Salatiga T1 132009701 BAB I

0 0 7

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga terhadap Keberadaan Pasar Tiban di Jalan Lingkar Salatiga T1 BAB I

0 0 19

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Pengguna Jasa Karaoke Keluarga Kota Salatiga T1 BAB I

0 0 18

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB I

0 0 11

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB I

0 0 6