44
4. Kasus kesusilaan
Pada Senin 26 Oktober 2015, Arzetti Bilbina Huzaimi Setiwan
tertangkap sedang berada di kamar Hotel Arjuna di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur bersama Dandim Sidoarjo Jawa Timur Letkol Kav
Rizeki. Keduanya lalu diamankan di Markas Denpom Divif 2 Malang. Arzetti Bilbina dan Dandim Sidoarjo telah membantah dirinya melakukan
tindakan terlarang. Bahkan, Arzetti mengaku tidak pernah berduaan di dalam kamar, karena hanya membicarakan bantuan untuk Panti Asuhan di Sidoarjo.
Dengan masih tingginya jumlah kasus hukum yang melibatkan banyak anggota DPR, maka kinerja DPR pada saat kehadiran MKD juga belum dapat
dikatakan lebih baik. Jadi, pergantian alat kelengkapan DPR yang pada awalnya BK menjadi MKD tidak membawa dampak positif bagi kinerja
maupun citra DPR dimata masyarakat.
E. Perbandingan DPR Dengan Lembaga Profesi Lainnya
Dalam masyarakat beredar pandangan bahwa kriteria bagi suatu profesi adalah apakah bidang yang ditekuninya itu sebagai pekerjaan untuk hidupnya.
Kriteria seperti ini disebut sebagai kriteria komunitas, artinya kriteria yang
45
ditentukan oleh masyarakat umum.
20
Hal ini terjadi karena biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh
seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut sebagai profesi. Termasuk DPR yang jika kita tilik lebih mendalam bukanlah
merupakan suatu profesi. Profesi merupakan suatu konsep yang lebih spesifik dibandingkan
dengan pekerjaan. Dengan kata lain, pekerjaan memiliki konotasi yang lebih luas dari suatu profesi. Suatu profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan adalah profesi.
21
Profesi adalah pekerjaan yang dilandasi dengan persiapan atau pendidikan khusus yang formil dan landasan kerja yang ideal serta didukung
oleh cita-cita etis masyarakat. Sehingga pemegang profesi dituntut mengutamakan profesinya secara bertanggung jawab.
22
Lebih lanjut profesi mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut sebagai profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang,
akan tetapi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangan khusus untuk itu.
23
Dapat dikatakan bahwa sebuah profesi menuntut keahlian yang dimiliki para pemangkunya.
20
Munir Fuady, Profesi Mulia : Etika Profesi Hukum Bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator dan Pengurus, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, h.3.
21
Sidharta, Moralitas Profesi Hukum : Suatu Tawaran Kerangka Berpikir, Penerbit Replika Aditama, Bandung, 2006, h.110.
22
Ibid, h.23.
23
Kuat Puji Prayitno, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, Penerbit Kanwa Publisher, Yogyakarta, 2010, h.29-30.
46
Oxford Dictionary merumuskan bahwa:
“Profession is: type of job that needs special knowledge, as medicine or law.”
Pengertian diatas memberikan pemahaman bahwa profesi sebagai suatu pekerjaan atau keahlian yang memerlukan pendidikan dan pelatihan
yang mahir requiring advanced education and training, mempunyai pengetahuan khusus, termasuk kemampuan intelektual, misalnya dokter,
hukum, tekhnik, dan pengajar.
24
Menurut Brandeis, untuk dapat disebutkan sebagai profesi, maka
pekerjaan itu sendiri harus mencerminkan adanya dukungan berupa: 1.
Ciri-ciri pengetahuan Intellectual Character; 2.
Diabdikan untuk kepentingan orang lain; 3.
Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan finansial; 4.
Didukung oleh adanya organisasi association profesi dan organisasi profesi tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang
merupakan kode etik serta pula bertanggung jawab dalam memajukan profesi yang bersangkutan; dan
5. Ditentukan adanya standar kulifikasi profesi.
Memperluas makna profesi, Myer dalam buku karya Kartono
Muhammad mengatakan bahwa selain memerlukan pendidikan khusus, profesi juga mempunyai manfaat positif bagi masyarakat, mempunyai sikap
yang didasari sifat “Alturistic”, yaitu mengutamakan kepentingan orang lain masyarakat diatas kepentingan pribadi. Dan yang tak kalah penting adalah
kemandirian.
25
24
Kuat Puji Prayitno, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, Op.Cit., h.24.
25
Ibid, h.25.
47
Salah satu ciri profesi yang paling menonjol adalah adanya unsur pendukung yang menopang keberadaannya, yaitu suatu organisasi yang
dikelola secara profesional. Organisasi profesi merupakan self-regulatory body yang berkewajiban menetapkan norma-norma yang melayani
kepentingan masyarakat pengguna jasa dari profesi tersebut.
26
Keberadaan organisasi profesi dipandang penting dalam rangka melahirkan kode etik.
Kode etik adalah prinsip-prinsip moral yang melekat pada suatu profesi yang disusun secara sistematis.
27
Misalnya dalam profesi Notaris, ada dua lembaga yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap notaris, yaitu Majelis Pengawas
Notaris yang dibentuk oleh Menteri dan Dewan Kehormatan yang merupakan salah satu alat kelengkapan dalam organisasi notaris, dalam hal
ini tentunya Ikatan Notaris Indonesia INI. Kedua lembaga tersebut berwenang untuk mengawasi notaris sampai dengan menjatuhkan sanksi
bagi notaris yang dinyatakan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan- ketentuan yang berlaku.
28
Organisasi profesi
merupakan self-regulatory
body yang
berkewajiban menetapkan norma-norma yang melayani kepentingan masyarakat pengguna jasa dari profesi tersebut. Jadi, keberadaan
organisasi profesi ini dipandang penting dalam rangka melahirkan kode
26
Kuat Puji Prayitno, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, Op.Cit.,, h.108.
27
Ibid, h.10.
28
Informasi Hukum dan IPTEK , “Ikatan Notaris Indonesia dalam Kaitannya dengan
Majelis Pengawas
dan Kode
Etik Notaris”
19 Oktober
2009, http:www.facebook.compermalink.php?story_fbid=159609803913id=144559728756.
Dikunjungi pada 01 Juni 2015 Pukul 08.11.
48
etik profesi. Kode etik adalah prinsip-prinsip moral yang melekat pada suatu profesi.
29
Seperti telah disebutkan diatas, bahwa Profesi tidak dapat dipegang oleh sembarangan orang, tetapi memerlukan suatu persiapan melalui
pendidikan dan pelatihan yang dikembangan khusus untuk itu. Dalam hal ini, DPR tidak memenuhi unsur tersebut, karena keanggotaan DPR dipilih
oleh masyarakat melalui sistem Pemilihan umum Pemilu, bukan melalui suatu pendidikan dan pelatihan seperti halnya yang dilakukan oleh
organisasi profesi lainnya seperti Notaris yang harus melalui proses pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu.
Berdasarkan pemaparan diatas, jika kita bandingkan antara DPR dan lembaga profesi lainnya, seperti halnya organisasi Notaris akan memiliki
banyak unsur yang tidak dimiliki oleh DPR sehuingga berbeda dengan lembaga profesi lainnya. Selain itu, jika dilihat dari segi unsur pendukung,
ada beberapa unsur pendukung yang tidak terpenuhi oleh DPR, sehingga DPR sangat berbeda dengan lembaga profesi lainnya.
II. PEMBAHASAN
A. Kewenangan Yang Dimiliki Oleh MKD Sangat Berlebihan