10
Selama proses penetasan kondisi suhu selalu dikontrol agar tetap stabil yaitu pada kisaran 28-31
C. Jika suhu dibawah 28 C maka heater dinyalakan dan jika
suhu 31 C maka heater dimatikan. Telur akan menetas berkisar antara 28-28 jam
pada suhu 28-29 C Siregar, 2001.
Setelah telur menetas, wadah penetasan di bersihkan dengan cara menyipon cangakang dan telur yang tidak menetas. Wadah yang digunakan untuk penetasan
dapat juga digunakan sebagai pemeliharaan larva dengan cara membuang air hingga 90. Tetapi sebaiknya larva dipelihara pada wadah dan media yang baru
agar lebih steril.
4. Pemeliharaan Larva
Larva ikan patin dapat dipelihara di dalam akuarium, setiap akuarium dipasang 1 titik aerasi. Ketinggian air pada saat pemeliharaan 20 cm dan sejalan
pertumbuhannya air ditinggikan menjadi 30 cm. Ruangan yang digunakan tertutup rapat untuk menjaga suhu agar tidak fluktuatif. Pada akuarium yang diletakan pada
ruangan tertutup digunakan kompor untuk memanaskan ruangan serta air di akuarium. Untuk menjaga kualitas air dilakukan penyiponan pada pagi hari dan
pergantian air sebanyak 60-70 setiap 2-3 hari sekali Khairuman dan Sudenda, 2002.
Pada saat larva berumur 1-2 hari, belum di beri pakan karena masih memiliki yolk sac sebagai cadangan makanannya. Larva yang telah berumur 3 hari diberi
pakan berupa Artemia sp. yang diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 2 jam sekali. Setelah larva berumur 4 hari dapat diberi pakan alami berupa kutu air Dapnia
sp. dan Moina sp. dan cacing sutra Tubifex yang dicacah terlebih dahulu, diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 3-4 jam sekali.
11
Larva yang berumur lebih dari 5 hari, di berikan pakan berupa cacing sutra Tubifex yang dicacah terlebih dahulu, diberikan secara adlibitum dengan frekuensi
3-4 jam sekali. Pemeliharaan larva ini berlangsung hingga umur 15 hari. Larva yang berumur 15 hari dengan menggunakan pakan Tubifex dapat mencapai ukuran 0,75
inchi.
5. Panen Benih
Pemanenan larva patin dilakukan saat larva telah berumur 15 hari.. Panen dilakukan dengan cara air pada akuarium dikurangi sebanyak 70-80, kemudian
diambil dengan menggunakan skopnet dan ditampung kedalam waskom. Setelah larva terkumpul, kemudian dimasukkan dalam jaring untuk dilakukan
greding. Setelah larva dalam jaring, kemudian air dipercik-percikkan agar larva yang berukuran lebih kecil keluar dari jaring. Sedangkan larva yang tertampung dalam
jaring dipindahakan kedalam akuarium lain. Kegiatan tersebut dilakukan terus menerus sampai semua larva tergreding semua.
Ikan yang berukuran kecil akan keluar dari jaring sedangkan yang berukuran yang lebih besar akan terperangkap dalam jaring. Ikan yang lolos dikembalikan
dalam akuarium untuk dibesarkan kembali. Sedangkan ikan yang terperangkap ditampung juga dalam wadah yang terpisah. Setelah semua benih di greding,
kemudian larva di pindahkan ke wadah pemeliharaan untuk didederkan.
6. Penanganan Penyakit