Definisi standar dari periklanan menurut Sutisna mengandung enam
elemen yaitu :
1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar, walaupun beberapa
bentuk periklanan seperti iklan layanan masyarakat, biasanya menggunakan ruang khusus yang gratis atau walaupun harus membayar
tapi dengan jumlah yang sedikit. 2.
Dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan hanya menampilkan pesan mengenai kehebata produk yang ditawarkan, tapi juga
sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan.
3. Periklanan merupakan upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen.
4. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai media penyampai
pesan. 5.
Periklanan memiliki sifat non personal bukan pribadi. 6.
Audience. Tanpa identifikasi audience yang jelas, pesan yang disampaikan dalam iklan tidak akan efektif Sutisna, 2003:275-276.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa periklanan merupakan bentuk komunikasi non personal yang dibayar dari sponsor yang
terindetifikasi yang menggunakan media massa untuk membujuk atau mempengaruhi audience sasaran. Pembuatan program periklanan harus selalu
dimulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian
membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan, yang disebut lima Kotler 2000:578.
1. Mission misi : Apakah tujuan periklanan ?
2. Money uang : Berapa banyak yang dapat dibelanjakan ?
3. Messsage pesan : Pesan apa yang harus disampaikan ?
4. Media media : Media yang akan digunakan ?
5. Measurement pengukuran : Bagaimana mengevaluasi hasilnya ?
2.1.1.2. Manfaat Dan Fungsi Iklan
Kasali menyebutkan ada beberapa manfaat iklan, antara lain : 1.
Iklan memperluas alternatif bagi konsumen. 2.
Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi konsumennya. 3.
Iklan membuat orang kenal, ingat dan percaya. Kasali, 1995:16 Seiring dengan menjamurnya penawaran-penawaran produk melalui
berbagai media maka konsumen juga dipermudah dalam memilih produk sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Konsumen juga dengan
mudah dapat membandingkan dan memilih produk mana yang lebih baik. Melalui iklan penyampaian pesan dalam penjualan produk akan efektif. Jika
sebelumnya produsen menjual produknya dengan cara bertatap muka secara terbatas oleh ruang dan waktu melalui iklan produsen, dapat mempromosikan
produknya mengenai manfaat, memperlihatkan fisik produk, harga dan sebagainya di berbagai media.
Terlebih lagi jika dalam tayangan iklan tersebut ditampilkan tokoh yang sudah dikenal oleh public, sehingga public akan semakin percaya kepada
perusahaan. Dari tayangan iklan juga konsumen akan mengenal, meningkat dan mempercayai produk yang akhirnya pada perusahaan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menayangkan iklan dengan frekuensi berulang-ulang, sehingga konsumen akan cepat mengenal, selalu ingat dan percaya pada
produk. Wright, dkk, 1978 mengatakan, dalam periklanan mencangkup
beberapa fungsi, antara lain : 1.
Fungsi pemasaran. 2.
Fungsi komunikasi. 3.
Fungsi pendidikan. 4.
Fungsi ekonomi. 5.
Fungsi sosial. 6.
Fungsi yang ditinjau dari segi komunikator dan komunikasi. Wright dalam Liliweri, 1992:52.
Fungsi pemasaran dalam periklanan merupakan fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barang
ataupun jasa serta gagasan yang diperlukannya. Melihat fungsi komunikasi dalam periklanan, semua bentuk iklan memang mengkomunikasikan melalui
media berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang terdiri atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya. Pada umumnya orang belajar
sesuatu dari iklan yang dibacanya, ditonton dan didengarnya hal tersebut yang menjadikan periklanan memiliki fungsi pendidikan.
Selain itu iklan mengakibatkan orang semakin tahu tentang produk tertentu, pelayanan jasa maupun kebutuhan serta memperluas ide yang
mendatangkan keuntungan financial, tentunya hal ini pula yang menyebabkan dalam periklanan mencangkup fungsi ekonomi. Sifat manusia yang ingin terus
maju dan menjadi lebih baik dalam iklan juga memiliki fungsi sosial yang membantu menggerakan sesuatu perubahan standar hidup yang ditentukan
oleh kebutuhan manusia di seluruh dunia. Jika fungsi periklanan ditinjau dari segi komunikator dan komunikan terdiri dari menambah frekuensi
penggunaanya, menambah frekuensi penggantian benda yang sama, menambah volume pembelian dari barang atau jasa yang dianjurkan,
menambah dan memperluas musim penggunaan barang atau jasa.
2.1.1.3. Tujuan Kegiatan Periklanan
Tujuan periklanan dapat digolongkan menurut sasarannya. Menurut Kotler, 2002:659, mengatakan bahwasannya iklan itu untuk membujuk,
menginformasikan, atau mengingatkan. Periklanan informatve biasanya dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk.
Tujuannya adalah membentuk permintaan pertama. Periklanan persuasive penting dilakukan pada tahap kompetitif tujuannya adalah membentuk
permintaan selektif untuk suatu merek tertentu.
Beberapa periklanan persuasive telah beralih ke jenis periklanan perbandingan Comparative Advertising, yang berusaha untuk membentuk
keunggulan suatu merek melalui perbandingan atribut spesifik dengan satu atau beberapa merek lain di jenis produk yang sama. Iklan pengingat sangat
penting untuk produk yang sudah mapan. Bentuk iklan ini adalah iklan penguat Reinforcement Advertising, yang bertujuan meyakinkan pembeli.
2.1.1.4. Strategi Kreatif Pesan Iklan
Strategi kreatif pesan iklan diuraikan oleh Durianto, Sugiarto, Widjaja dan Supratikno 2003:25-30 dengan menjawab pertanyaan “How to Say?”,
yaitu: 1.
Directed Creativity Ada 14 teknik visual untuk membuat naskah iklan yang dramatis:
a. Spokes Person
Suatu teknik dimana seseorang langsung berhadapan dengan kamera yang menampilkan pandangan atau pendapatnya tentang suatu produk
kepada pemirsa televisi. b.
Testimonial Teknik ini menggunakan artis untuk memberikan kesaksiannya setelah
menggunakan suatu produk.
c. Demonstrasi
Periklanan yang memakai teknik ini menggambarkan dengan jelas bagaimana suatu produk bekerja.
d. Close-ups
Teknik ini membuat gambar menjadi lebih hidup. Contohnya adalah foto-foto gambar makanan yang ada di restoran-restoran,
menggambarkan kelezatan makanan yang ada dalam foto tersebut, sehingga terlihat lebih indah dan lebih menyentuh jika dibandingkan
dengan aslinya. e.
Story line Iklan yang menggunakan teknik ini dibuat dalam bentuk cerita yang
pendek untuk menggambarkan merek yang di iklankan. f.
Direct Product Comparison Teknik ini langsung membandingkan merek suatu produk dengan
merek pesaingnya. Di Indonesia, teknik ini tidak bisa dibandingkan langsung antara dua merek yang sedang bertarung di pasaran.
Biasanya, pemasar menyiasatinya dengan membuat perbandingan tidak langsung, seperti dengan menutup merek dari pesaing yang akan
dibandingkan. g.
Humor Banyak iklan yang menggunakan teknik humor karena biasanya lebih
diingat oleh konsumen.
h. Slice of Life
Iklan dengan teknik ini menggambarkan penggalan kehidupan sehari- hari yang dimulai dengan adanya masalah, pemecahan masalah, dan
diakhiri dengan happy ending. i.
Customer Interview Iklan dengan teknik ini berisi wawancara langsung dengan konsumen
yang telah mengkonsumsi produk yang telah di iklankan. Biasanya konsumen akan menceritakan pengalaman dan pendapatnya tentang
produk tersebut. j.
Vignettesa and Situations Dalam iklan dengan teknik ini digambarkan seseorang yang sedang
menikmati suatu produk diiringi dengan iringan musik. k.
Animation Iklan yang menggunakan teknik animasi biasanya ditujukan kepada
konsumen anak-anak. l.
Stop Motion Jika teknik story line berisi sebuah cerita pendek, maka stop motion
berisi rangkaian cerita bersambung. m.
Rotoscope Teknik ini menggabungkan animasi dengan gambar nyata.
n. Combination
Gabungan dari teknik-teknik diatas.
2. Brand Name Exposure
Brand name exposure terdiri dari individual brand name dan company brand name. Brand name exposure dianggap penting karena bertujuan
untuk mendapatkan brand awareness. Bila terlalu mementingkan kreativitas iklan dan mengabaikan brand name exposure maka akan
mengalami kegagalan karena konsumen hanya mengingat kreativitas iklannya misal, slogannya saja tanpa mengingat mereknya.
3. Positive Uniquness
Iklan yang efektif harus mampu menciptakan asosiasi yang positif. Jangan sampai setelah melihat iklan, konsumen justru memiliki asosiasi yang
salah atau bahkan melenceng. Pertama-tama iklan harus efektif, kemudian kreatif, karena akan sia-sia bila iklan dibuat sekreatif mungkin namun
tidak efektif mencapai konsumen sasarannya. 4.
Selectivity Berkaitan dengan:
a. Message sources, yaitu pembawa pesan product endorser yang
terbagi menjadi: expertise ahli, trustworthness dipercaya, dan likability disukai. Karakter product endorser harus disesuaikan
dengan jenis produk yang akan diiklankan. b.
Message structure Yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Conclusion maksudnya: apakah perusahaan yang akan membuat
kesimpulan sendiri atau menyerahkan langsung kepada konsumen untuk menarik kesimpulan.
2. Argumentation, maksudnya: menjelaskan argumen yang mendukung pesan perusahaan. Umumnya, jenis iklan argumentasi
hanya one side, artinya mendukung dengan argumentasi yang baik. Tetapi, ada juga yang mendukung dengan two side, artinya
mendukung sisi yang baik. 3. Climax, maksudnya: apakah suatu iklan akan menampilkan
klimaks di depan atau di akhir iklan. Pada umumnya, iklan yang banyak dibuat memunculkan klimaks di akhir.
c. Message content
Isi pesan dalam iklan biasanya terdiri dari: 1. Rational,
untuk industry goods. 2.
Emotional, untuk consumer goods. 3.
Moral, untuk iklan layanan masyarakat.
2.1.2 Periklanan sebagai
Bentuk Komunikasi Massa
Menurut Harold Lasswell, unsur-unsur komunikasi massa terdiri dari sumber source, pesan message, saluran channel, penerima receiver, dan efek effect
S-M-C-R-E. Sumber disini tidak lain adalah pengiklan itu sendiri atau
komunikatororang-orang kreatif di biro iklan. Unsur pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber pengiklan tersebut. Unsur pesan ini memiliki sifat
terbuka untuk umum publicity, singkat dan simultan rapid, segera dan sekali pakai transient. Unsur saluran menyangkut media yang dipakai untuk menyebarluaskan
pesan-pesan surat kabar, majalah, radio, televisi, dan internet. Unsur penerima adalah khalayak sasaran mass audience dari pesan komunikasi massa yang
disampaikan melalui media. Sifat-sifat dari khalayak sasaran ini antara lain : luas dan banyak large, beragam heterogen, antara sasaran dengan dengan komunikator
tidak saling kenal anonim. Untuk itu, dalam strategi pemilihan media iklan dan strategi kreatif periklanan dikenal tahapan identifikasi dan segmentasi khalayak
sasaran untuk membuat pesan dan media yang dipilih menjadi lebih fokus dan spesifik. Unsur efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada khalayak sasaran
setelah menerima pesan tersebut. Identifikasi efek perubahan dalam tiga kecenderungan perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku.
Untuk itu, dalam strategi periklanan harus ada upaya-upaya : a.
Merubah pengetahuan baru bagi khalayak, dengan cara menginformasikan produk baru dan atau kelebihan produk tersebut
b. Merubah sikap khalayak sehingga sasaran menjadi tertarik dan menyukai
c. Merubah perilaku sehingga khalayak sasaran memutuskan untuk membeli
produk yang diiklankan. Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi
fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka apa yang harus
dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus mampu membujuk khalayak ramai agar
berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Periklanan harus mampu mengarahkan
konsumen membeli produk-produk yang oleh departemen pemasaran dirancang sedemikian rupa, sehingga diyakini dapat memenihi kebutuhan dan keinginan
pembeli. Singkatnya, periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli Jefkins, 1996 : 15.
2.1.3 Iklan Televisi TVC television commercial
Iklan bisa didefinisikan sebagai semua bentuk presentasi non personal yang mempromosikan gagasan, barang dan jasa yang dibiayai pihak sponsor tertentu.
Sponsor iklan dalam hal ini tidak terbatas pada perusahaan, namun mencakup semua pihak yang menyebarkan pesannya pada publik sasaran termasuk sekolah, organisasi,
amal dan lembaga pemerintahan. Iklan merupakan cara efektif untuk menyebarkan pesan, apakah itu bertujuan membangun preferensi merek atau mengedukasi
masyarakat. Secara garis besar iklan mempunyai 3 tujuan yaitu : 1 iklan informatif, iklan ini umumnya dianggap sangat penting untuk peluncuran produk baru, dimana
tujuannya adalah merangsang permintaan awal, 2 iklan persuasive, sangat penting apabila mulai tercipta tahap persaingan, dimana tujuan iklan adalah membangun
preferensi pada merek tertentu, 3 iklan yang bertujuan mengingatkan remainder advertising lebih cocok untuk produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan
lanjutan dari iklan pengingat ini adalah reinforcement advertising yang bertujuan meyakinkan konsumen atau calon konsumen bahwa mereka membeli produk yang
tepat. Tujuan iklan semestinya merupakan kelanjutan atau turunan dari keputusan perusahaan sebelumnya tentang pasar sasaran, positioning dan bauran pemasaran.
Selain itu, tujuan iklan harus didasarkan pada analisa mendalam situasi pasar terkini. Jika produknya sudah masuk tahap kedewasaan, perusahaan juga pemimpin pasar,
tapi penggunaan mereknya masih rendah, maka tujuan yang lebih tepat adalah mendorong penggunaan usage lebih besar lagi. Sulaksana, 2005 : 92-93.
Iklan menjadi wacana penting dalam bisnis, terutama dalam proses membangun merek atau branding. Kegiatan periklanan yang efektif dipandang
mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat. Tindakan mengkonsumsi secara berulang repeat buying adalah salah satu tujuan dalam
pemasaran. Iklan yang efektif juga akan mengubah pengetahuan publik mengenai ketersediaan dan karakteristik sebuah produk product knowladge, elastisitas
permintaan produk akan sangat dipengaruhi aktivitas periklanan. Iklan televisi atau TVC sesungguhnya hanyalah bagian kecil dalam proses branding. Masih banyak
elemen-elemen lain dalam mencapai sebuah merek yang kuat dan diharapkan mempunyai brand life cycle yang panjang bahkan abadi.
http:www.makin.co.id Dalam membuat iklan yang cerdas, harus kreatif sekaligus menjual artinya
dari segi pendekatan bahasa komunikasinya visual atau verbal iklan tersebut mampu menarik target audience untuk melihat stopping power, mengerti dan
kemudian mengambil tindakan yang diharapkan. Jadi iklan yang cerdas bukan hanya
tertanam kuat dalam benak konsumen reminding tetapi juga mampu menggerakkan calon konsumen untuk mengambil keputusan action. Majalah Cakram edisi khusus
Juni-Juli 2005. Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan suatu
perusahaan khususnya produk konsumsi consumer goods untuk mengarahkan komunikasi yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi
perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merk. Tujuan ini bermuara pada upaya
mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli. Meskipun tidak secara langsung berdampak pada pembelian, iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang
efektif dalam menjalin komunikasi antara perusahaan ke konsumen dan sebagai upaya perusahaan dalam menghadapi pesaing. Kemampuan ini muncul karena adanya
suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Bagaimanapun bagusnya suatu produk, jika dirahasiakan dari konsumen maka tidak ada gunanya. Konsumen yang
tidak mengetahui keberadaan suatu produk tidak akan menghargai produk tersebut. Penggunaan televisi dalam mengkampanyekan iklan mempunyai kemampuan
dalam membangun citra, iklan televisi mempunyai cakupan, jangkauan dan repetisi yang tinggi dan dapat menampilkan pesan multimedia suara, gambar, dan animasi
yang dapat mempertajam ingatan. Biaya iklan televisi per tampil relatif murah dibanding iklan di majalah atau koran. Meskipun demikian, biasanya biaya
keseluruhan iklan televisi lebih besar dan kurang tersegmentasi. Suyanto,2005:4-5
Penggunaan televisi sebagai media beriklan bukanlah sebuah ruang kosong yang hampa makna, tetapi merupakan sederet penanda signifiers yang membawa
bersama sederet penanda atau makna signifieds, menyangkut gaya hidup, karakter manusia, nilai kepemimpinan, hingga wajah realitas sosial masyarakat
www.kompas.comkompas mediacetak030817seni495655.htm Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan
menyampai pesannya dibatasi oleh durasi jam, menit, detik. Pesan dari televisi memiliki kelebihan tersendiri tidak hanya didengar tetapi juga dapat dilihat dalam
gambar yang bergerak audio visual. Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang mempunyai
unsur audio dan visual sehingga para pengiklan percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media lain. Televisi juga diyakini sangat
berorientasi mengingatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang disampaikan Kasali, 1992:172.
2.1.4 Strategi Dalam Merancang Iklan Televisi
Pertimbangan dalam strategi merancang iklan televisi adalah cerita atas narasi iklan. Hal ini penting mengingat cerita bisa menjadi daya tarik sebuah iklan. Pada era
dimana iklan menjadi komoditas hiburan, maka unsur cerita atau narasi akan semakin kuat. Memang tidak semua pengiklan membuat cerita menjadi kekuatan iklan. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah atribut-atribut dalam iklan seperti logo, warna, slogan,tagline, suara dan message. Kreatifitas iklan memang benar-benar diuji saat
semua atribut tersebut bisa ditangkap dengan mudah oleh audiens dan kemudian recall. Strategi yang lain yang perlu diperhatikan adalah melihat perilaku sikap
konsumen atau calon konsumen yang berhubungan dengan iklan tersebut. Dalam experimental merketing, yang perlu diperhatikan adalah melihat perilaku sikap
konsumen atau calon konsumen pada tahap ini meliputi sense, feel, dan think. Tujuannya adalah agar audience bisa merespon iklan tersebut. Kemampuan
memberikan rangsangan ini perlu diperhatikan karena bisa membuat konsumen atau calon konsumen tidak jadi berpindah channel televisinya. Perilaku seseorang
terhadap iklan juga mencakup apa yang terlintas di otak pada saat melihat iklan ditayangkan seperti rasa bangga, rasa percaya, kemegahan dan lain sebagainya. Hal
ini khususnya iklan yang ingin menancapkan image apa yang dipikirkan audience, pada saat melihat iklan menjadi penting majalah marketing, hal:34-35,maret 2007
Pertimbangan yang lain dalam strategi dalam merancang iklan televisi harus berdasarkan prinsip-prinsip dasar dengan menggunakan teknik dalam membuat
sebuah karya film. Beberapa perimbangan dalam membuat iklan televisi : 1.
Memahami penglihatan, suara dan gerakan. Masing-masing tersebut harus berhubungan dengan persepsi dari pesan yang diinginkan penonton, yaitu
membuat kepastian bahwa produk yang di iklankan menampilkan audio yang sesuai dengan gambar yang ditampilkan.
2. Kata yang ditampilkan dalam iklan mengitepretasikan gambar dan
pemikirannya selanjutnya.
3. Tampilan iklan televisi umumnya lebih efektif dalam penampilan daripada
perkataan. Untuk itu karena kemampuan video untuk berkomunikasi dengan penonton harus lebih menonjol.
4. Sejumlah adegan harus direncanakan secara hati-hati karena jika adegan
terlalu banyak akan membuat penonton bingung. 5.
Tampilan iklan televisi harus merupakan acara yang mengalir sehingga penonton akan mengikuti dengan mudah.
6. Pada dasarnya televisi adalah media yang close-up. Layar televisi umumnya
terlalu kecil untuk mengungkapkan secara rinci adegan dalam iklan. Long lebih efektif untuk membangun latar belakan tetapi tidak efektif untuk
menampilkan keunggulan produk. 7.
Waktu yang difungsikan dengan baik. Adegan yang ditampilkan iklan televisi membutuhkan lebih banyak waktu daripada copy narasi oleh pengisi suara
secara langsung. Karena itu, iklan harus banyak menampilkan adegan dibandingkan pembacaan naskah.
8. Menggunakan slogantagline sebagai tema dasar, sehingga penonton melihat
dan mendengar keunggulan produk yang diiklankan. 9.
Jika memungkinkan iklan dapat menampilkan nama merek dengan menonjolkan bidikan kamera pada kemasan atau logo untuk membangun
identifikasi merek Suyanto, 2005: 153-154.
2.1.5 Seksualitas Dalam Media Massa Seksualitas merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan karena menyangkut
banyak aspek kehidupan dan diekspresikan dalam bentuk perilaku yang beraneka ragam. Sedangkan kesehatan seksual telah didefinisikan oleh WHO 1975 sebagai
“pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dengan cara yang positif, memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta”.
Ternyata kebanyakan orang memahami sexualitas sebatas istilas sex, padahal antara sex dengan sexualitas merupakan hal yang berbeda. Menurut Zawid 1994,
kata sex sering digunakan dalam dua hal, yaitu: a aktivitas sexsual genital, dan b sebagai label jender jenis kelamin.
Sedangkan seksualitas memiliki arti yang lebih luas karena meliputi bagaimana seseorang merasa tentang bagaimana seseoarang merasa tentang diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunuksikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau
melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata.
Lebih lanjut Menurut Raharjo yang dikutip oleh Nurhadmo 1999 menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu konsep, kontruksi sosial terhadap nilai, orientasi,
dan aperilaku yang berkaitan dengan seks.
2.1.5.1. Dimensi seksualitas
Banyaknya variasi seksualitas dan perilaku seksual membutuhkan perspektif yang holistik menyeluruh. Bagaimanapun seksualitas dan kesehatan seksual
memiliki banyak dimensi antara lain: dimensi sosiokultural, agama etika, psikologis, dan biologis.
a. Dimensi Sosiokultural
Merupakan dimensi yang melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan
tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.
Dengan kata laian seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah perilaku tersebut diterima atau tidak
berdasarkan kultur yang ada. Sehingga keragaman kultural secara global menyebabkan variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan
menghadirkan spektrum tentang keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya: perilaku yang diperbolehkan selama pacaran, hal-hal yang dianggap
merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual, atau menentukan orang yang boleh dan tidak boleh untuk dinikahi.
Contoh lain tradisi seksual kultural adalah sirkumsisi. Meskipun di AS masih merupakan masalah kontroversial, akan tetapi hampir 80
neonatus laki-laki disana disirkumsisi dengan alasan higienis atau simbol keagamaan dan identitas etnik tertentu. Demikian pula pada wanita, dalam
budaya beberapa negara sirkumsisi pada wanita merupakan tanda fisik kedewasaan seorang wanita, simbol kontrol sosial terhadap kesenangan
seksual dan reproduksi mereka. Survei definitif dan komprehensif mengenai keyakinan dan praktek
seksual di Amerika yang dilakukan oleh para peneliti Universitas Chicago menunjukan bahwa seorang individu dipengaruhi oleh jaringan sosial
mereka dan cenderung untuk melakukan apa yang digariskan oleh lingkungan sosial mereka Michael et al, 1994. Hal ini diperkuat dengan
hasil penelitian kualitatif mengenai perilaku seksual anak jalanan di stasiun kereta api Lempuyangan Jogjakarta. Lingkungan sosial yang bersifat
permisif membuat mereka dengan usia yang sangat muda telah akrab dengan berbagai aktivitas seksual, mulai dari meilhat sampai dengan
melakukan hubungan intim. Purnawan, 2004. Singkatnya, setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat
dalam membentuk nilai dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya. Misalnya
bagi bangsa timur, khususnya Indonesia, melakukan hubungan intim senggama di luar nikah merupakan sebuah aib walaupun sekarang mulai
memudar, akan tetapi bagi masyarakat Barat hal tersebut merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi.
b. Dimensi Agama dan Etik
Seksualitas berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik Jika keputusan seksual yang ia buat melawati batas kode etik individu maka
akan menimbulkan konflik internal, seperti perasaan bersalah, berdosa dan lain-lain. Spektrum sikap mengenai seksualitas memiliki rentang mulai dari
pandangan tradisional hubungan seks hanya boleh dalam perkawinan sampai dengan sikap yang memperbolehkan sesuai dengan keyakinan
individu tentang perbuatannya. Akan tetapi meskipun agama memegang peranaan penting, akan
tetapi keputusan seksual pada akhirnya diserahkan pada individu, sehingga sering timbul pelanggaran etik atau agama. Seperti yang dikemukakan
Denney Quadagno 1992 bahwa seseorang dapat menyatakan pada publik bahwa ia meyakini sistem sosial tertentu tetapi berperilaku cukup
berbeda secara pribadi. Misalnya: Seseorang meyakini kalau hubungan sex diluar nikah itu tidak diperbolehkan menurut agama atau etika, tapi karena
kurang bisa mengendalikan diri, ia tetap melakukan juga. Michael et al 1994 membagi sikap dan keyakinan individu tentang
seksualitas menjadi 3 kategori: 1
Tradisional :
keyakinan keagamaan selalu dijadikan pedoman bagi perilaku seksual mereka. Dengan demikian
homoseksual, aborsi, dan hubungan seks pranikah dan diluar nikah selalu dianggap sebagai sesuatu yang salah.
2 Relasional :
berkeyakinan bahwa sex harus menjadi bagian dari hubungan saling mencintai, tetapi tidak harus dalam ikatan
pernikahan. 3
Rekreasional :
menyatakan bahwa kebutuhan seks tidak ada kaitannya dengan cinta.
c. Dimensi biologis
Merupakan dimensi yang berkaitan dengan anatomi dan fungsional organ reproduksi termasuk didalamnya bagaimana menjag kesehatan dan
memfungsikan secara optimal. d.
Dimensi psikologis Seksualitas mengandung perilaku yang dipelajari sejak dini dalam
kehidupannya melalui pengamatan terhadap perilaku orang tuanya. Untuk itulah orang tua memiliki pengaruh secara signifikan terhadap seksualitas
anak-anaknya. Seringkali bagimana seseorang memandang diri mereka sebagai mahluk seksual berhubungan dengan apa yang telah orang tua
tunjukan tentang tubuh dan tindakan mereka. Menurut Deney Quadagno hasil penelitian menunjukan
kecenderungan orang tua memperlakukan anak perempuan dan laki-laki secara berbeda, mendekorasi kamar secara berbeda, dan demikian pula
respon terhadap tindakan mereka. Orang tua juga akan memberikan penghargaan terhadap anak lak-
laki yang melakukan eksplorasi dan mandiri, sedangjan anak perempuan
sering didorong untuk menjadi penolong dan meminta bantuan. Lebih lanjut orang tua cenderung mempertegas permaian sesuai dengan jenis kelamin
pada anak-anak prasekolah mereka. Kesimpulannya orang tua memperlakukan anaknya sesuai dengan jender.
2.1.5.2. Identitas seksual
a. Identitas biologis Perbedaan biologis antara pria dan wanita ditentukan pada masa
konsepsi. Janin perempuan menerima kromosom X satu dari setiap orang tuanya, sedangkan janin laki laki menerima satu kromosom X dari ibunya dan
satu kromosom Y dari ayahnya. Walaupun awalnya genitalia janin belum bisa dibedakan, tetapi pada
saat hormon seks mulai mempengaruhi janin, genitalia membentuk karakteristik pria atau wanita. Pada saat pubertas wanita mengalami putaran siklus
menstruasi dan karakteristik seks skunder. Sedangkan pada anak laki-laki mengalami pembentukan sperma dan karakteristik seks skunder pria.
b. Identitas Jender Jender adalah suatu ciri yang melekat pada kaum lelaki maupun
perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural Faqih, 1996. Sedangkan Identitas Jender merupakan rasa menjadi feminin atau maskulin.
Dimana segera setelah bayi lahir orang tua dan komunitasnya akan memberikan label sebagai perempuan atau laki-laki. Kemudian orang dewasa
akan memperlakukan secara berbeda antara bayi laki-laki dengan perempuan. Pola interaksi yang berbeda inilah yang kemudian mempengaruhi bayi
mengembangkan rasa identitas jendernya. Pada usia tiga tahun, anak-anak sudah menyadari bahwa mereka akan
menjadi anak perempuan atau anak-laki-laki. Pengenalan ini merupakan bagian dari perkembangan konsep diri.
c. Peran Jender Peran jender merupakan cara dimana seseorang bertindak sebagai wanita
atau pria. Ternyata faktor lingkungan orang tua, teman sebaya, media massa dll bukan satu-stunnya faktor yang membentuk perbedaan perilaku seksual
individu, beberapa peneliti berkeyakinan hormon seks yang mempengaruhi perkembangan otak janin, ikut membentuk terbentuknya peran jender tersebut.
Sehngga perilaku seksual merupakan hasil kombinasi fakor lingkungan dan biologis.
Selanjutnya faktor kultural juga merupakan elemen penting dalam menentukan peran seks atau jender. Ada kultur yang secara ketat
menggambarkan peranaan sebagai feminin atau maskulin misal: pencari nafkah dan koordinator finansial rumah tangga sebagai peran maskulin; sedangkan
pemberi perawatan anak dan memasak adalah peran feminin. Kelompok kultur lain mungkin lebih fleksibel dalam mendefinisikan peran jender mendorong
wanita maupun pria untuk menggali berbagai peran atau perilaku tanpa memberikan label tertentu yang berkaitan dengan seks.
2.1.5.3. Orientasi Seksual
Orientasi seksual merupakan preferensi yang jelas, persisten, dan erotik seseorang untuk jenis kelaminnya atau orang lain. Dengan kata lain orientasi
seksual adalah keteratarikan emosional, romatik, seksual, atau rasa sayang yang bertahan lama terhadap orang lain
Orientasi seksual memiliki rentang dari Homoseksual murni sampai dengan Heteroseksual murni termasuk didalamnya Biseksual. Sebagian besar
orang termasuk heteroseksual yang memiliki ketertarikan hanya dengan lawan jenis. Sedangkan sebagian kecil termasuk homoseksual atau biseksual.
Homoseksual merupakan orang yang mengalami ketertarikan emosional, romantik, seksual, atau rasa sayang pada sejenis, sedangkan biseksual merasa
nyaman melakukan hubungan seksual dengan kedua jenis kelamin. Kaum
homoseksual disebut gay bila laki-laki atau lesbian perempuan.
Rentang ini memberikan model konseptual tentang orientasi seksual dalam masyarakat dan komplesitas perilaku manusia. Sehingga ada
kemungkinan individu mempunyai perasaan erotik yang ditujukan pada seseorang dengan jenis kelamin yang sama tanpa melakukan aksi terhadap
perasaan itu. Gaya hidup gay atau lesbian sangat dipengaruhi oleh bagaimana mereka
memutuskan untuk merahasiakan atau terbuka tentang orientasi seksualnya. Hal ini berkaitan dengan proses penghargaan diri, penerimaan diri, dan keterbukaan
diri. Melihat kenyataan diatas maka bukan sesuatu yang benar jika kemudian
pria gay selalu berkelakuan agak feminin atau memiliki keinginan menjadi seorang wanita, atau sebaliknya wanita lesbian tidak mesti maskulin atau
memiliki keinginan untuk jadi pria. Sebagian besar dari mereka merasa puas dengan jender dan peran sosial mereka, dan hanya memiliki keinginan untuk
bersama dengan anggota jenis kelamin mereka sendiri
2.1.5.4. Variasi dalam expresi seksual
Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau jender nya berlawanan dengan sex biologisnya. Seorang pria mungkin berfikir tentang
dirinya sebagai seorang wanita dalam tubuh pria, atau seorang wanita mungkin menggambarkan dirinya sebagai pria yang terperangkap dalam tubuh wanita.
Perasaan ’terperangkap’ ini disebut juga dengan ’disforia jender’. Transvetit biasanya adalah pria heteroseksual secara periodik berpakaian
seperti wanita untuk pemuasan pikologis dan seksual. Sikap ini bersifat sangat pribadi bahkan bagi orang yang terdekat sekalipun.
2.1.7 Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna meaning memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning, Ogden dan
Richards telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam
bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistic dalam penjelasan Umberto Ecco,
makna dari sebuah wahana tanda sign-vehicle adalah satuan cultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta dengan begitu secara
semantic mempertunjukkan pula ketidaktergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya.
Makna, merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat daripada teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato
mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas
merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai respons yang dikeluarkan dari Skinner. “Tetapi, kata Jerold Katz dalam Fiser setiap usaha untuk memberikan
jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa, seperti misalnya jawaban Plato telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban yang salah.
Dari mana datangnya makna? Makna ada dalam diri manusia, “kata Devito. Menurutnya, makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. “kata, “
lanjut Devito, menggunakan kata-kata yang mendekati makna yang kita ingin komunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap
menggambarkan makan yang dimaksudkan. Demikian pula makna yang didapat dari pendengar dari pesan-pesan, akan
sangat berbeda dengan makna yang ingin kita gunakan untuk memproduksi di benak pendengar, apa yang ada dalam benak kita. Reproduksi ini hanyalah sebuah proses
parsial dan selalu bisa salah.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni : 1 Menjelaskan makna
secara ilmiah, 2 mendeskripsikan kalimat secara alamiah, 3 menjelaskan makna dalam proses komunikasi Muhajir, dalam Sobur, 2003 : 256
Menurut Muhajir,
terjemah merupakan upaya mengemukakan materi atau
subtansi yang sama dengan media berbeda, media tersebut mungkin berupa bahasa yang satu ke bahasa yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran
setiap berpegang materi yang ada, dicari latar belakangnya, konteks agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas. Eksplorasi lebih menekankan pada
kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal di balik yang tersajikan. Sedangkam memberi makna merupakan upaya yang lebih jauh dari penafsiran yang
mempunyai kesejajaran dengan eksplorasi. Pemaknaan lebih menuntut pada kemampuan intregative manusia, indrawinya, daya pemikirannya dan akal budinya.
Materi yang disajikan seperti juga eksplorasi dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Hanya saja eksplorasi terbatas dalam arti
empirik, logic sedangkan dalam pemaknaan dapat menjangkau yang etik maupun transendental Sobur, 2003 : 256.
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model proses makna Johnson dalam Devito 1997 : 123-125 sebagai berikut :
a. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada
manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap
menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk mereproduksi, dibenak pendengar, apa yang ada di benak kita.
Reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bisa salah. b.
Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun lalu. Tetapi makna dari kata-kata ini terus berubah dan
khususnya terjadi pada dimensi emosional makna. c.
Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan
dunia atau lingkungan eksternal. d.
Penyitaan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan yang timbul akibat penyingkatan yang berlebihan tanpa mengkaitkan dengan
acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan konsep-konsep yang lain yang serupa tanpa mengkaitkannya
dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.
e. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu tertentu, jumlah kata dalam suatu
bahasa terbatas, tetapi maknnya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila sebuah kata
diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi. f.
Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian
saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna
tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita. Karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak
pernah tercapai Sobur, 2003 : 285-259.
2.1.8. Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dan makna Sobur, 2006:15. Sebuah tanda menunjuk pada sesuatu selain dirinya sendiri
yang mewakili barang atau sesuatu yang lain itu, dan sebuah makna merupakan penghubung antara suatu objek dengan suatu tanda Hartoko dan Rahmanto,
1986:131 . Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani ‘semeion’ yang berarti “tanda” Sudjiman dan Van Zoest, 1996:vii atau ‘seme’ yang berarti ‘penafsir
tanda’ Cobley dan Jansz, 1999:4. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atau seni logika, retorika, dan poetika Kurniawan, 2001:49. ‘Tanda’ pada masa itu
masih bermakna sesuatu hal yng menunjuk pada adanya hal lain. John Fiske memperkenalkan konsep the codes of television atau kode- kode
televise. Dalam konsep tersebut menunjukkan kode yang digunakan dan muncul pada sebuah tayangan televisi dan bagaimana kode- kode tersebut saling
berhubungan dalam membentuk sebuah makna. Menurut Fiske, sebuah kode tidak ada begitu saja. Namun sebuah kode dipahami secara komunal oleh komunitas
penggunanya. Lebih lanjut mengenai teori ini, kode digunakan sebagai penghubung antara produser, teks dan penonton.
Menurut teori ini pula, sebuah realitas tidaklah muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul. Namun juga diolah melalui pengindraan serta referensi
yang telah dimiliki oleh pemirsa. Dalam artian, sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang yang berbeda pula.
Teori yang dikemukakan John Fiske dalam The Codes of Television Fiske, 1987 menyatakan bahwa peristiwa yang telah dinyatakan telah diencode
oleh kode- kode social adalah sebagai berikut : 1.
Level Realitas Level ini menjelaskan suatu peristiwa yang dikonstruksikan sebagai realitas
oleh media, yang berhubungan dengan kode- kode social antara lain : Penampilan appearance, kostum dress, riasan make up, lingkungan
environment, kelakuan behavior, dialog speech, gerakan gesture, ekspresi expression, dan suara sound.
2. Level Representasi
Di sini kita menggunakan perangkat secara teknis. Dalam bahasa tulis, alat tulis itu adalah kata, kalimat atau proposisi, grafik, dan sebagainya. Level ini
berhubungan dengan kode- kode social antara lain: kamera camera, pencahayaan lightning, perevisian editing, music music, dan suara
sound. 3.
Level Ideologi Bagaimana kode- kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke
dalam koherensi social, seperti kelas social atau kepercayaan dominan yang ada di dalam masyarakat seperti individualism, patriarki, ras, kelas,
materialisme, kapitalisme, dan lain sebagainya. Menurut Fiske, ketika kita
melakukan representasi tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan ideology tersebut.
2.1.8.1. Respon Psikologi warna
Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan dalam suatu hal. Warna juga dianggap sebagai satu fenomena psikologi. Respon psikologi dari masing-
masing warna : 1.
Merah : Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya. Merah jika dikombinasikan dengan putih, akan mempunyai arti “Bahagia” di budaya
oriental, menggairahkan, merangsang, melindungi. 2.
Biru : Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan.
3. Hijau : Alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan.
4. Kuning : Optimis, Harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut untuk budaya
Barat, pengkhianat. 5.
UnguJingga: Spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan.
6. Orange : Energi, keseimbangan, kehangatan.
7. Coklat : TanahBumi, Reliability, comfort, daya tahan.
8. Abu-abu : Intelektual, Masa depan kaya warna millennium, keserdehanaan,
kesedihan.
9. Putih: Kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidakbersalahan, kematian,
ketakutan, kesedihan, keanggunan http:www.toekangweb.or.id07-tips-
bentukwarna1.html
2.1.8.2. Tipe-tipe Shot pada Kamera
Pada pembuatan video, film dan industri televisi kita akan mengenal beberapa tipe- tipe pengambilan gambar agar hasil yang dicapai nantinya optimal sesuai dengan
keinginan. Bagi yang pengen mendalami dunia videografi tentunya harus memahami teknik ini.
Barangkali kita sudah sering melakukan teknik yang sudah benar, tetapi taukah nama dari teknik pengambilan tersebut ? Saya akan sharing sedikit mengenai istilah-istilah
dalam pengambilan gambar tersebut. Ada beberapa istilah yang akan dibahas, sbb :
Teknik ini adalah teknik mengambil gambar sangat jauh dari subyek yang mungkin tidak akan kelihatan dengan jelas. Teknik ini bertujuan untuk menunjukan lingkungan
disekitar subjek dan dirancang untuk menunjukan pendengar di mana tempat tindakan diambil. EWS juga disebut dengan istilah extra long shot or extreme long show.
VWS Very Wide Shot
Teknik ini sudah mengambil lebih dekat dengan lingkungan disekitar subjek. Subjek akan terlihat berada di lingkungan seperti apa. Teknik ini juga bisa
memfokuskan pada satu objek seperti jendela atau berada dibagian apa dalam lingkunganya.
WS Wide Shot
Teknik ini mengambil subyek dalam bingkai yang penuh. Kita mengambil dari gambar kaki subjek dan juga mengambil pada bagian kepala hampir pada bagian
atas frame. Teknik ini sungguh sulit untuk dikerjakan, karena dari awal sampai akhir harus selalu mengikuti pergerakan subjek. Kalo tidak kita akan
mendapatkan gambar yang terpotong dari subjek.
MS Mid Shot
Teknik pengambilan ini bertujuan untuk menunjukan subyek lebih detail, dan juga bisa menunjukan emosi yang ditampulkan oleh subjek. Teknik ini banyak
digunakan pada penyampaian berita televisi oleh presenter, wartawan yang akan mewawancara sehingga subjek dengan leluasa mengeluarkan expresinya, seperti
gerak tangan, dll.
MCU Medium Close Up
Teknik yang mengambil gambar dari dada sampai atas kepala untuk menunjukan ekspresi wajah lebih jelas.
CU Close Up
Teknik mengambil gambar hanya pada bagian wajah close up. Teknik ini lebih menonjolkan pada ekspresi wajah dari subjek. Close-up juga dapat digunakan
sebagai teknik cut-in. Dengan teknik ini penonton dapat menggambar atau merasakan bahwa pribadinyalah yang menjadi sebagai subjek.
ECU Extreme Close Up
Pengambilan gambar dengan teknik ini akan menunjukkan secara detil ekspresi dari subjek, seperti linangan air mata dan luapan kegembiraan terpancarkan dari
wajah atau mata subjek.
CA Cutaway
Teknik yang mengambil pergerakan dan reaksi dari sekitar subjek atau menekankan sesuatu milik dari subjek, contoh gambar kucing adalah objek dari
pemiliknya.
Cut-In
Hampir mirip dengan Cutaway, bedanya hanya menjelaskan bagian dari subejk secara lebih jelas, contoh pengambilan tangan yang menunjukan berupa luapan
emosi, grogi, takut, dll.
Two-Shot
Ini merupakan variasi pengambilan gambar. Pada saat interview atau wawancara bisa dilakukan pengambilan presenter dan subjek atau hanya presenter saja dan
juga hanya subjek saja yang akan di ambil. Dengan teknik ini bisa membuat suasana wawancara menjadi lebih hidup dan tidak terjadi kekosongan objek
disekitarnya.
OSS Over-the-Shoulder Shot
Teknik ini merupakan teknik pengambilan subjek dari sisi belakang orang lain. Pengambilan gambar dilakukan dengan memotong frame dari belakang telinga
sekitar 13 dari lebar frame dan orang yang diambil harus menduduki kira-kira 23 dari lebar frame. Subjek yang diambil harus terlihat dengan jelas dan
usahakan juga bahunya terambil.
Noddy Shot
Sering digunakan pada wawancara, penonton akan terlihat mendengarkan dan berinteraksi dengan subjek.
Weather Shot
Teknik yang mengambil suasana dari cuaca hari ini, biasanya akan mengambil paling sedikit 23 dari frame untuk ditampilkan. Cara ini menunjukan bagaimana
cuara yang sedang terjadi pada saat program acara dilakukan, seperti olahraga.
2.1.9. Representasi
Representasi merupakan tindakan yang menghadirkan sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau symbol.Piliang, Yasraf amir,
2006:24. Representasi adalah proses dan hasil yang memberi makna khusus pada tanda.
http: kunci.or.idesainws04representasi.htm. Melaluirepresentasi, ide-ide
ideologis dan abstrak mendapat bentuk abstraknya. Representasi juga berarti sebuah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui system penandaan
yang tersedia:dialog, tulisan, video, film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa. http: Ada empat komponen dasar dalam
industri media yang mengemas pesan dan produk: 1.
Khalayak yang memperoleh pesan dan menkonsumsi produk 2.
Pesan atau produk itu sendiri 3.
Teknologi yang selalu berubah, yang membentuk baik industri maupun bagaimana pesan tersebut dikomunikasikan.
4. Dan penampakan akhir dari produk tersebut.
Menurut Struat Hall 1977 representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas,
kebudayaan menyangkut pengalaman berbagi. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman
yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam bahasanya yang sama dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.
Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memahami sesuatu, memprooduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini
karena ia beroperasi sebagai sistem representasi lewat bahasa simbol-simbol dalam tanda tertulis, lisan atau gambar kita mengungkapkan pikiran, konsep dan ide-ide
tentang sesuatu, makna sesuatu tergantung dari cara kita merepresentasikannya.
Dengan mengamati kata-kata dan image yang kita gunakan dalam merepresentasikan sesuatu atau bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu tersebut.
Untuk menjelaskan bagaimana representasi makna lewat bahasa bekerja, kita bisa memaknai representasi. Pertama adalah pendekatan reflektif. Di sini bahasa
berfungsi sebagai cermin yang merefleksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Kedua, pendekatan intensional di mana kita menggunakan
bahasa untuk mengkomuinikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Sedangkan yang ketiga, adalah pendekatan konstruksionis, pendekatan ini
kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna lewat bahasa yang kita pakai. Bagi Struart Hall, ada dua proses representasi. Pertama mental yaitu konsep
tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing peta konseptual. Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua bahasa
berperan penting pada proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat
menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol- simbol tertentu.
Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dini dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatundengan sistem peta
konseptual kita. Dalam proses kedua kita mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara peta konseptual dengan bahasa atau simbol yang berfungsi
dalam bahasa atau simbol adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang dinamakan
representasi. Juliastuti, 2000: http kunci.or.id teks 04rep2.htm Konsep representasi pada penelitian ini merujuk pada pengertian tentang
bagaimana seseorang, sebuah kelompok atau sebuah gagasan ditujukan dalam media massa Eriyanto, 2001:113.
2.2 Kerangka Berpikir
Iklan televisi sebagai agen pencipta dunia imaji telah menjadi media ampuh bagi perusahaan dalam mempromosikan produk. Agar tampak di mata pemirsa
televis, maka sudah menjadi rahasia umum jika dibutuhkan talent atau endorser berikut segala macam bentuk atau imagi yang diciptakan sebagai penyampai pesan.
Tanpa kehadirannya, mustahil sebuah iklan televisi akan memperoleh perhatian pemirsa.
Dalam penelitian ini , peneliti melakukan pemaknaan mendalam mengenai makna pesan komunikasi yang disampaikan dalam iklan kondom Sutra versi goyang
kamasutra dilakukan dengan pendekatan analisis semiotik John Fiske yang membagi film iklan menjadi tiga level utama yaitu pada realitas, level representasi, dan level
ideologi. Serta analisis semiologi dari Roland Barthes dalam proses pemaknaan tataran kedua second-order of signification melalui petanda dan penanta serta
dengan menggunakan kode pembacaan yang terdiri dari lima kode. Kelima kode
tersebut meliputi, kode Kode Hermenutik atau kode teka-teki, kode Semik, kode kultural, kode Paretik, kode Simbolik dalam - gambar dalam iklan kondom Sutra
versi goyang kamasutra di televisi sehingga di dapat pemaknaan menyeluruh dari tampilan iklan tersebut.
Adapun hasil kerangka berpikir diatas digambarkan dalam bentuk bagan :
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir penelitian tentang pemaknaan iklan kondom Sutra
versi goyang kamasutra
Iklan kondom Sutra versi
goyang kamasutra
Analisis semiologi John Fiske melalui tiga
tingkatan dalam proses pemaknaan tataran kedua
melalui penanda dan petanda dalam tiap scene
iklan kondom Sutra versi goyang kamasutra
Hasil pemaknaan
iklan kondom Sutra versi
goyang kamasutra