Pengertian tentang Jiw a Korps Pegaw ai Negeri Sipil

7 setingi-tingginya. Jiw a korps secara eksplisit berkaitan pula dengan budaya organisasi atau budaya kerja menuntun PNS terikat menjadi suatu kesatuan yang utuh: memiliki kompetensi tinggi, kuat, kompak dan bersatu-padu, peka dan tanggap, memiliki kesetiakaw anan tinggi, disiplin, serta sadar akan tanggung jaw abnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat sehingga visi, misi, serta strategi pemerintah untuk mew ujudkan cita-cita luhur bangsa dan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diharapkan akan dapat tercapai. Sebagai contoh, bangsa dan negara Jepang yang mengalami kehancuran di bidang ekonomi dan industri akibat perang Dunia II mampu membangun kembali bidang-bidang tersebut dalam w aktu yang relatif singkat, yakni sepuluh tahun karena mereka memiliki, mengembangkan, dan mempertahankan budaya yang kuat dan kohesif di seluruh negerinya. lni tidak terlepas dari pembinaan jiw a korps pekerja di berbagai sektor perekonomian dan industrinya, termasuk pembinaan jiw a korps pegaw ai di lingkungan organisasi pemerintahannya Wiraw an, 2007:7. Demikian pula halnya dengan Korea Selatan yang pada tahun 1960-an kondisi perekonomiannya relatif sama dengan negara Ghana di Afrika, namun pada tahun 1990-an Korea Selatan telah menjadi kekuatan ekonomi Asia yang menggetarkan dunia dan menjadi berbeda dan memiliki diskrepansi dalam segala hal dibandingkan dengan negara Ghana yang tetap tidak berbeda dengan kondisinya seperti pada tahun 1960-an

1. Pengertian tentang Jiw a Korps Pegaw ai Negeri Sipil

Diterbitkannya PP 42 Tahun 2004 dimaksudkan untuk mendorong peningkatan perjuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan PNS terhadap NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan tujuan diterbitkannya PP tersebut. a. Tujuan pembinaan jiw a korps mencakup hal-hal di baw ah ini: 1 membina karakterw atak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara kekeluargaan guna mew ujudkan kerja sama dan semangat pengabdian kepada masyarakat serta meningkatkan kemampuan, dan keteladanan Pegaw ai Negeri Sipil. 2 mendorong etos kerja Pegaw ai Negeri Sipil untuk mew ujudkan Pegaw ai Negeri Sipil yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jaw abnya sebagai unsur aparatur negara, dan abdi masyarakat; 3 menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan w aw asan kebangsaan Pegaw ai Negeri Sipil sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8 b. Pembinaan jiw a korps yang dilakukan oleh instansi pemerintah mencakup ruang lingkup: 1 peningkatan etos kerja untuk mendukung produktivitas dan profesionalitas PNS; 2 partisipasi dalam penyusunan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan PNS; 3 meningkatkan kerjasama antar PNS; 4 perlindungan hak-hak sipil atau kepentingan PNS. c. Kode etik disusun secara tertulis atas nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur perilaku moral PNS, yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap individu PNS sehingga kode etik ini berfungsi sebagai panduan perilaku PNS sehari-hari dalam pergaulan dan kedinasan agar dapat menjunjung tinggi kehormatan dan keteladanan sikap. Untuk itu dalam PP Nomor 42 Tahun 2004 menegaskan setiap instansi pemerintah dalam menyusun kode etik harus mempertimbangkan nilai-nilai dasar yang ditetapkan dalam peraturan tersebut antara lain: 1 ketakw aan kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2 kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945; 3 semangat nasionalisme; 4 mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan; 5 ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; 6 penghormatan terhadap hak asasi manusia; 7 tidak diskriminatif; 8 profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi; 9 semangat jiw a korps. 2. Pengertian tentang Etika dan Kode Etik a. Secara teoritis pengertian tentang etika dirumuskan dari 3 sumber, yakni: 1 Etika, yang berasal dari bahasa Yunani kuno etos, yang berarti adat istiadat, atau kebiasaan hidup yang dianggap baik oleh kalangan atau masyarakat tertentu. Etika dalam hal ini berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara dan aturan hidup yang baik, serta segala kebiasaan yang dianut dan diw ariskan dari satu orang kepada orang lain, atau dari satu generasi ke generasi lain. Kebiasaan ini terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. 2 Etika juga dapat dipahami dengan cara yang berbeda yaitu sebagai moralitas, yang mempunyai pengertian yang lebih luas. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai suatu filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji 9 nilai dan norma yang diberikan oleh etika dalam pengertian yang pertama. Sebagai suatu cabang filsafat, etika lalu sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat nilai dan norma serta permasalahan moral yang timbul dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat. 3 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008, etika dapat diartikan dalam 3 pengertian, yakni: a. sebagai nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya; b. sebagai suatu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kew ajiban moral akhlak; c. sebagai kumpulan asas atau nilai moral kode etik. Kode etik sebagai kumpulan asas atau nilai moral dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok dalam suatu masyarakat melalui ketentuan- ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota kelompok tersebut. Agar kode etik dapat berfungsi dengan baik maka harus disusun oleh organisasi itu sendiri dengan memperhatikan kondisi rill yang terjadi pada organisasi yang bersangkutan sehingga kode etik itu diharapkan dapat dijiw ai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang berlaku pada organisasi tersebut. Di samping itu, kode etik juga tidak bersifat statis tetapi perlu sekali-sekali dinilai kembali bahkan bila perlu direvisi atau disesuaikan dengan perubahan kondisi lingkungan yang terus berkembang. Dalam praktiknya, pelaksanaan kode etik itu perlu diaw asi secara terus menerus dan perlu dilakukan pengenaan sanksi-sanksi bagi anggota organisasi yang melanggar kode etik tersebut.

3. Beberapa Teori Tentang Etika Terdapat 3 teori utama dari Etika, yakni: