Faktor dan Potensi Bahaya

63

BAB IV PEMBAHASAN

A. Faktor dan Potensi Bahaya

1. Faktor Bahaya a. Faktor Fisik 1 Penerangan Penerangan untuk pekerjaan di kantor maupun di tambang menggunakan dua sumber penerangan yaitu penerangan alami dan penerangan buatan. Untuk pekerjaan di kantor misalnya, pekerjaan dilakukan pada pagi sampai sore hari yang mendapat penerangan campuran yaitu alami dan buatan. Pekerjaan yang dilakukan di kantor adalah aktivitas menulis dan berdiskusi dengan penerangan buatan menggunakan lampu TL sebagai sumber cahaya. Sedangkan penerangan di tambang yang dilakukan selama 24 jam dengan menggunakan penerangan alami dari sinar matahari pada siang hari dan penerangan buatan dari lampu fluoresensi pada malam hari. Untuk pekerjaan di kantor merupakan pekerjaan teliti dan menurut PMP No. 7 Tahun 1964 tentang Ketentuan Besar Intensitas Penerangan dimana penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan contrast yang sedang dan dalam waktu yang lama seperti pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama dan teliti harus mempunyai kekuatan antara 500 sampai 1000 lux 50 sampai 100 ft.candles. 64 PT. Cipta Kridatam site Mahakam Sumber Jaya sudah melakukan pengukuran intensitas penerangan hanya di area office. Sedangkan untuk pengukuran intensitas penerangan di area tambang belum dilakukan. Hasil dari pengukuran intensitas penerangan di area office masih dalam proses pengerjaan oleh pihak Dinas Balai K3 yang melakukan pengukuran penerangan tersebut. 2 Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan yang pernah dilakukan oleh Dinas Balai K3 pada tahun 2008 tetapi hanya mencakup area workshop. Sedangkan untuk pengukuran intensitas kebisingan di area tambang, sudah dilakukan pada bulan Desmber tahun 2009. Namun ketika laporan ini dibuat, data hasil pengukuran intensitas kebisingan di area tambang PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya tahun 2009 masih berada di Kantor Dinas Balai K3 Samarinda. Hasil pengukuran intensitas kebisingan pada area workshop Tahun 2008 adalah antara 65,1dB – 81,0 dB untuk pekerjaan 8 jam perhari. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51MEN1999 tentang NAB Faktor Fisik di Tempat Kerja untuk pekerjaan selama 8 jam per hari atau 40 jam per minggu adalah 85 dBA. Dengan demikian hasil pengukuran intensitas kebisingan pada area workshop tahun 2008 masih di bawah NAB sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51MEN1999 tentang NAB Faktor Fisik di Tempat Kerja 3 Iklim Kerja 65 Pengukuran tekanan panas atau iklim kerja yang telah dilakukan PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya pada tahun 2008 hanya mencakup area workshop . Sedangkan untuk area office maupun area tambang belum dilakukan pengukuran. Dari hasil pengukuran iklim kerja di area workshop yang dilaksanakan pada bulan April 2008, ISBB Indeks Suhu Basah dan Bola adalah 24,8ºC di out door dengan kriteria kerja beban sedang. Jam kerja karyawan harus disesuaikan dengan iklim kerja yang dialami dengan menyesuaikan kategori pekerjaan masing- masing sesuai dengan Kepmenaker No. 51MEN1999. Berdasarkan Kepmenaker No. 51MEN1999 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola, hasil dari pengukuran iklim kerja di area workshop PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya masih di bawah NAB yaitu 28,0 o C jadi, jam kerja karyawan harus diatur yaitu 75 jam kerja dan 25 jam istirahat. Tabel 5. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola ISSB C Pengaturan waktu kerja setiap jam Beban kerja Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus 8 jamhari 75 50 25 - 25 50 75 30.0 30.6 31.4 32.2 26.7 28.0 29.4 31.1 25.5 25.9 27.9 30.0 Sumber: Kepmenaker No. 51MEN1999 66 4 Getaran PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah melakukan pengukuran intensitas getaran pada bulan Desember tahun 2009. Tetapi data hasil pengukuran getaran ketika laporan ini ditulis, masih berada di Dinas Balai K3 Samarinda yang melakukan pengukuran getran tersebut. Sumber getaran yang terdapat di PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya berasal dari mesin-mesin, misalnya kendaraan dan alat-alat mekanis berat. Jenis getaran yang terdapat di PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya meliputi: a Getaran seluruh badan whole body vibration yang dapat ditemui pada operator kendaraan atau peralatan berat dan operator mesin. Perlindungan dari getaran ini dengan sifat peredaman bantal. b Sedangkan Getaran alat-lengan tool hand vibration dapat ditemui pada operator mesin gerinda, mesin bor dan gergaji listrik. Menurut Suma’mur, apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian terhadap dampak dari getaran, maka akan mengakibatkan munculnya efek getaran mekanis yang berupa: 1 Gangguan kenikmatan, getaran hanya pada terganggunya nikmat kerja. 2 Terganggunya tugas karena terjadi bersamaan dengan kelelahan. 3 Bahaya terhadap kesehatan baik fisik ataupun psikis. Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf g tentang Syarat-Syarat Keselamatan Kerja yaitu “mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran”. Upaya pengendalian telah diwujudkan 67 PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah sesuai dengan Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf g tentang Syarat-Syarat Keselamatan Kerja karena telah melengkapi alat peredam yang terdapat pada jok, pijakan kaki dan genggaman lengan yang pada semua unit kerja. Selain itu juga dilakukan inspeksi kelengkapan unit sebelum pengoperasia unit tersebut dan merawat serta memperbaiki unit yang rusak agar tidak menimbulkan getaran yang berlebih. b. Faktor Kimia 1 Debu Dari hasil pengukuran kadar debu lingkungan yang terdapat di area workshop PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya adalah 0,1289 mgm 3 . Sedangkan untuk pengukuran debu di area tambang atau khusus batubara belum pernah dilakukan baik oleh pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal. Menurut SE Menaker No. 1MEN1997 tentang NAB bahan kimia di udara tempat kerja, NAB untuk debu lingkungan adalah 10 mgm 3 . Dengan demikian hasil pengukuran debu di area workshop yang dilakukan oleh Balai K3 Samarinda adalah masih di bawah NAB sesuai dengan SE Menaker No. 1MEN1997 tentang NAB bahan kimia di udara tempat kerja. Sedangkan untuk nilai SO 2 atau sulfur dioksida sebagai parameter pengukuran kualitas udara kimia adalah 0,0038 mgm 3 berdasarkan SE Menaker 68 No.1MEN1997 tentang NAB bahan kimia di udara tempat kerja untuk NAB SO 2 adalah 5,2 mgm 3 . Untuk nilai NO 2 atau nitrogen dioksida setalah dilakukan pengukuran adalah 0,0022 mgm 3 . Berdasarkan SE Menaker No.1MEN1997 tentang NAB bahan kimia di udara tempat kerja untuk NAB SO 2 adalah 5,6 mgm 3 . Kemudian untuk nilai hasil pengukuran terhadap CO atau karbon monoksida yang merupakan parameter pengukuran kualitas udara kimia di area workshop PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya adalah 2,6991 mgm 3 . Berdasarkan SE Menaker No.1MEN1997 tentang NAB bahan kimia di udara tempat kerja untuk NAB SO 2 adalah 29 mgm 3 . Dengan demikian untuk nilai SO 2 , NO 2 dan CO setelah dilakukan pengukuran oleh Dinas Balai K3 hasilnya masih di bawah NAB sesuai dengan SE Menaker No.1MEN1997 tentang NAB bahan kimia di udara tempat kerja 2 Bahan-bahan Kimia lain PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah memasang label untuk semua jenis bahan kimia dan memasang MSDS untuk setiap bahan kimia yang terdapat di PT. Cipta Kridatama sebagai tindakan pencegahan dan penanggulangan bahan kimia. PT. Cipta Kridatama juga menyediakan alat pelindung diri untuk bahaya kimia sesuai dengan tingkat bahaya yang ditimbulkan masing-masing bahan. 69 Dalam Kepmenaker No. Kep 187MEN1999 pasal 3 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja menyebutkan bahwa Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi : a Penyediaan lembar data keselamatan bahan LDKB dan label; b Penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. Dengan demikian untuk pengendalian yang telah dilakukan oleh PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep 187MEN1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja pasal 3. Karena telah memasang MSDS dan label pada bahan kimia yang diproduksi. Walaupun belum memiliki petugas K3 Kimia, tetapi sudah pernah dilakukan training atau pelatihan tentang bahan kimia. c. Faktor Fisiologis Faktor bahaya fisiologis bisa timbul bila terjadi ketidakserasian antara alat dengan kemampuan tubuh. Namun karena sebagian besar alat kerja yang digunakan PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya bisa disesuaikan dengan operator menjadikan faktor bahaya fisiologis ini tidak menjadi masalah yang mempengaruhi kinerja karyawan. Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja Bab 3 pasal 3 ayat 1 huruf m disebutkan tentang syarat-syarat keselamatan kerja yaitu “memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja” . 70 Dengan demikian tindakan pengendalian terhadap faktor fisiologis di PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah sesuai Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja Bab 3 pasal 3 ayat 1 huruf m tentang syarat- syarat keselamatan kerja yaitu “memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja”. Karena untuk semua alat kerja telah dilakukan penyesuaian terhadap tempat kerja dan anthopometri setiap karyawannya. d. Faktor Mental Psikologis Lokasi tempat kerja yang berada jauh dari pemukiman penduduk bisa menjadi faktor bahaya berupa gangguan mental psikologis bagi karyawannya. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak faktor mental psikologis yang ada di perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER 15MENVII2005 Tentang Waktu Kerja dan Istirahat Pada Sektor Usaha Pertambangan Umum Pada Daerah Operasi Tertentu. Karena \perusahaan telah memberlakukan sistem kerja cuti supaya karyawan bisa berkumpul dengan keluarga dan membaur dengan masyarakat sebagai upaya pengendalian faktor bahaya mental psikologis yang bisa dialami karyawannya. 2. Potensi Bahaya a. Peledakan Untuk mengantisipasi potensi bahaya peledakan yang ada, pihak manajemen melakukan upaya pengendalian secara administrasi dan pemakaian APD. Dalam Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 sub c tentang mencegah dan mengurangi peledakan. Dengan demikian usaha yang 71 dilakukan PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah sesuai dengan Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 sub c tentang mencegah dan mengurangi peledakan.karena telah memasangan rambu “Dilarang Masuk Bagi Yang Tidak Berkepentingan” dan “Dilarang Merokok” di lokasi gudang handak serta menyediakan alat pemadam seperti hidran dan APAR. Sedangkan pada aktivitas peledakan di lokasi tambang, petugas peledakan selalu menginformasikan terkait adanya peledakan. lokasi dan waktu peledakan. b. Kebakaran Potensi bahaya kebakaran bukan menjadi potensi bahaya yang sering terjadi pada daerah penambangan batubara ini. Namun bahaya kebakaran dari batubara itu sendiri juga memungkinkan untuk terjadi. Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 dan 4 ayat 1 sub b tentang mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Dengan demikian usaha yang dilakukan ole perusahaan telah sesuai dengan dengan Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 dan 4 ayat 1 sub b tentang mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Karena perusahaan telah memisahkan batubara yang sudah terbakar dari batubara yang belum terbakar dengan menggunakan excavator karena pengendalian kebakaran dengan menggunakan air akan memperparah kebakaran. Kemudian memasang rambu-rambu “Dilarang Masuk Bagi Yang Tidak Berkepentingan” dan 72 “Dilarang Merokok” pada lokasi yang mudah terbakar dan menyediakan alat pemadam api berupa APAR atau hidrant sesuai dengan klasifikasi apinya. c. Terjatuh, Terbentur, Terpotong dan Terpeleset Potensi bahaya tertimpa meterial bisa terjadi saat aktivitas loading atau pada saat dilakukannya blasting. Untuk menghindari potensi bahaya ini, pihak manajemen telah mengantisipasinya ketika safety induksi yang memaparkan radius aman saat adanya aktivitas blasting agar tidak terkena material. Dan dengan mewajibkan tenaga kerja memakai APD yang diwajibkan untuk mencegah resiko lebih besar bila kemungkinan kejatuhan benda tidak dapat dihindari serta melengkapi Standard Operational Procedure SOP kerja yang aman. Hal ini juga sesuai dengan Kepmentamben No. 555.K26M.PE1995 pasal 468 bahwa “Setiap orang yang harus memakai topi pengaman apabila berada didalam tambang bawah tanah atau di sekitar tambang atau pabrik yang terdapat potensi bahaya kejatuhan benda atau terbentur”. d. Kecelakaan Lalulintas Tambang Kecelakaan lalulintas tambang merupakan jenis potensi bahaya yang sering terjadi. Berbagai upaya telah dilakukan manajemen berupa aturan-aturan yang harus dipatuhi semua driver. Berdasarkan Kepmentamben No. 555.K26M.PE 1995 pasal 136 ayat 1-4 yaitu pada pasal 1 menyebutkan bahwa, “Pada setiap persimpangan dengan jalan raya atau jalan orang harus dilengkapi dengan rambu-rambu atau pengaman lainnya yang harus ditutup apabila angkutan sedang melintas dan tanda 73 peringatan bunyi atau visual harus dibunyikan selama melintas.” Pasal 2 menyebutkan, “Setiap angkutan yang beroperasi di permukaan maupun sebagian di bawah tanah dari suatu usaha pertambangan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dalam peraturan tambang permukaan dan setiap aturan sinyal harus konsisten pada keseluruhan sistem “ Pasal 3 menyebutkan bahwa, “Setiap sistem harus dikendalikan hanya dengan sinyal bunyi atau visual yang dikirim ke ruang masinis pada bagian permesinan dan pada waktu yang bersamaan diulang lagi pada setiap stasiun antara atau stasiun terminal. Salinan dari peraturan sinyal tersebut harus di tempelkan pada setiap darimana biasanya sinyal dikirimkan.” Pasal 4 menyebutkan bahwa, “Alat pengaman untuk lori yang berjalan tak terkendali harus dapat bekerja secara otomatis.” Dengan demikian usaha yang telah dilakukan untuk mengendalikan kecelakaan lalulintas di area tambang telah sesuai dengan Kepmentamben No. 555.K26M.PE 1995 pasal 136 ayat 1-4. Karena PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah menerapkan pengaman, menyalakan lampu, pemasangan lampu rotari pada setiap unit sarana yang digunakan di area kerja, monitoring dengan radio, pengaturan batas maksimum kecepatan, rambu-rambu lalulintas dan pemasang bendera sebagai upaya pengendalian. e. Longsor Kegiatan penambangan batu bara dalam kegiatan opearsionalnya yang dilakukan di atas permukaan tanah memiliki potensi terjadinya longsor. PT. Cipta 74 Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah memiliki standar keselamatan kerja di pertambangan. Dan untuk mencegah terjadinya longsor salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan adalah menetapkan standar kemiringan tidak kurang dari 25 dan ini telah diterapkan oleh perusahaan. Dengan demikian PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya telah sesuai dengan standar keselamatan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya longsor. f. Bahaya Akibat Listrik Adanya potensi sengatan listrik yang ditimbulkan dari pemasangan instalasi listrik yang tidak sesuai dengan standar PUIL 2000 dapat menyebabkan Arus pendek consleting seelain itu mengakibatkan kebakaran atau peledakan. Dalam Kepmenakertans No. Kep. 75MEN2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia SNI No. SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 PUIL 2000 di tempat kerja pada pasal 3 disebutkan bahwa; “Pelaksanaan terhadap pengawasan Standar Nasional Indonesia SNI No. SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum di tempat kerja dilakukan oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja spesialis bidang listrik”. Dengan demikian PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya belum sesuai dengan Kepmenakertans No. Kep. 75MEN2002. Karena pemasangan instalasi listrik dan penangkal petir belum dilakukan sesuai dengan standar PUIL 2000 dan belum memiliki tenaga khusus K3 listrik. g. Bekerja di Ketinggian 75 Bekerja di ketinggian dapat mengakibatkan terjatuh. Jenis kegiatan kerja di ketinggian di PT Cipta Kridatama antara lain bekerja dengan menggunakan tangga, di atas atap, tangki penyimpanan, tiang, pengelasan dan penggerindaan di atas unit yang besar dan sebagainya. Untuk mengendalikan potensi bahaya ini, PT Cipta Kridatama mempunyai program perlindungan dengan mengenakan alat atau sistem penahan jatuh bagi siapa saja yang bekerja di suatu ketinggian atau bila ada kemungkinan terjatuh. Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf f tentang Syarat- Syarat Keselamatan Kerja yaitu “Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja”. Adapun alat pencegah bahaya jatuh adalah: 1 Sefety harness atau tali pengaman life line. 2 Sabuk keselamatan safety belt. 3 Lanyards tali pencegah bahaya jatuh, panjangnya kurang dari 2m. Dengan demikian upaya yang dilakukan oleh PT Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya untuk menaggulangi resiko terhadap potensi bahaya bekerja di ketinggian telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf f tentang Syarat-Syarat Keselamatan Kerja.

B. Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan