LATAR BELAKANG Good corporate governance dan nilai perusahaan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei) RINGKASAN Revisi

commit to user GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Sitti Mukarromah Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jl. Ir. Sutami Solo E-mail: mukarromahst15gmail.com Abstrack This study examines the influence of corporate governance to the firm value in companies listed on the Indonesian Stock Exchange BEI in 2009-2013. Good Corporate Governance GCG which is proxied by the size of the Board of Directors, Managerial Ownership, Institutional Ownership, the size of Audit Committee and the proportion of independent commissioners. While the firms value is measured by using a ratio of Tobins Q. As well as additional control variables that influence proxy with firm size, the ratio of R D expendituressales ratio of capital expendituresassets ratio of property-plants-equipmentsales, growth, the ratio of EBITsales and leverage. The sample selection was done by purposive sampling and selected 110 companies. The analytical method used is the panel data regression analysis with Eviews software version 8.1. The results show Good Corporate Governance GCG simultaneously affect the value of the company amounted to 7,24 and the rest is explained by other factors outside the research. Such conditions due to market response to the implementation of good corporate governance can not be directly, but it takes time. Keywords: Good Corporate Governance, Firm Value, Tobins Q.

A. LATAR BELAKANG

Krisis ekonomi di Indonesia dan beberapa negara Asia sekitar tahun 1997, berawal dari terjadinya penurunan nilai mata uang lokal, naiknya suku bunga bank, meningkatnya kredit macet, dan anjloknya indek harga saham Arya dan Soebowo, 2004 dalam Sukrisno, 2009. Krisis ekonomi juga dialami Amerika Serikat dari kasus manipulasi dan kebangkrutan perusahaan tahun 2000-an menimpa seperti Enron, Tyco, Adelphia, Global Crossing, Williams Companies, WorldCom, Dynegy, JP Morgan, dan lain sebagainya Tuanakotta, 2007 dalam Sukrisno, 2009. Kemudian krisis ekonomi global kembali melanda dunia tahun 2008, berawal dari kebangkrutan salah satu bank investasi raksasa di Amerika Serikat AS yaitu Lehman Brothers, akibat pengembalian kredit yang disalurkan macet pada sektor real estate secara tidak terkendali. Namun, krisis ekonomi yang kedua ini berdampak besar pada kelesuan ekonomi dan pasar modal di berbagai negara berkembang dan negara maju. Krisis ekonomi yang terjadi disinyalir karena kurangnya penerapan Good Corporate Governance GCG di beberapa negara-negara tersebut Nuswandari, 2009; Carningsih, 2012. Good Corporate Governance GCG atau tata kelola perusahaan yang baik menjadi satu hal penting yang harus diperhatikan perusahaan-perusahaan, baik BUMN maupun swasta. Khususnya bagi emiten yang memiliki kewajiban transparansi informasi kepada publik, terutama investor sahamnya. GCG bisa menentukan kredibilitas perusahaan di mata semua stakeholders-nya. Namun untuk implementasinya, stakeholders harus dilibatkan supaya GCG commit to user satu perusahaan dapat terlaksana. Mengingat pada tahun 2015 ASEAN Economic Community AEC akan dimulai, maka pasti akan lebih banyak lagi perusahaan Indonesia yang berusaha “go ASEAN”, sehingga perusahaan kita sangat perlu memiliki GCG. Karena GCG merupakan keniscayaan bagi perusahaan multinasional. Apalagi negara lain sudah lebih concern terhadap GCG http:swa.co.id , 2014. Implementasi perjanjian ASEAN Economic Community AEC sudah dimulai tahun 2015 yang lalu. Meskipun demikian, menjadi keharusan manajemen untuk senantiasa menunjukkan kinerja optimal agar tetap bertahan dalam persaingan tersebut. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI berkenaan bentuk Dewan pada perusahaan, terdapat dua sistem yang berbeda dari dua sistem hukum yang berbeda, yaitu 1 Sistem Hukum Anglon Saxon, mempunyai Sistem Satu Tingkat One Tier System atau satu Dewan Direksi, pengguna sistem tersebut seperti Amerika Serikat dan Inggris. 2 Sistem Hukum Kontinental Eropa, mempunyai Sistem Dua Tingkat Two Tier System, perusahaan memiliki dua badan terpisah, yaitu Dewan Pengawas Dewan Komisaris dan Dewan Manajemen Dewan Direksi. Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang menganut sistem tersebut. Sedangkan sistem hukum perusahaan di Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam perusahaan, karena sistem hukum Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda. Suatu perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan untuk memperoleh keuntungan dan kemakmuran semaksimal mungkin bagi pemegang saham. Proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang disebut agency problem Retno Prihatinah, 2012. Pedoman manajer dalam mengelola perusahaan secara best practice berupa Corporate governance. Manajer membuat keputusan keuangan yang mampu memberi keuntungan untuk semua pihak stakeholder. Efektif dan efisiennya manajer dalam bekerja akan dapat menurunkan biaya modal dan mampu meminimalkan risiko. Usaha tersebut diharapkan mampu menghasilkan profitabilitas yang tinggi, sehingga investor akan memperoleh pendapatan return sesuai dengan harapan. Laba per saham meningkat, maka saham perusahaan akan banyak diminati investor. Hal ini mengakibatkan nilai perusahaan mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Good Corporate Governance GCG terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Good Corporate Governance GCG dalam penelitian ini diproksikan dengan Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Komite Audit dan Proporsi Komisaris Independen. Sedangkan nilai perusahaan diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q.

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS