LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

commit to user satu perusahaan dapat terlaksana. Mengingat pada tahun 2015 ASEAN Economic Community AEC akan dimulai, maka pasti akan lebih banyak lagi perusahaan Indonesia yang berusaha “go ASEAN”, sehingga perusahaan kita sangat perlu memiliki GCG. Karena GCG merupakan keniscayaan bagi perusahaan multinasional. Apalagi negara lain sudah lebih concern terhadap GCG http:swa.co.id , 2014. Implementasi perjanjian ASEAN Economic Community AEC sudah dimulai tahun 2015 yang lalu. Meskipun demikian, menjadi keharusan manajemen untuk senantiasa menunjukkan kinerja optimal agar tetap bertahan dalam persaingan tersebut. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI berkenaan bentuk Dewan pada perusahaan, terdapat dua sistem yang berbeda dari dua sistem hukum yang berbeda, yaitu 1 Sistem Hukum Anglon Saxon, mempunyai Sistem Satu Tingkat One Tier System atau satu Dewan Direksi, pengguna sistem tersebut seperti Amerika Serikat dan Inggris. 2 Sistem Hukum Kontinental Eropa, mempunyai Sistem Dua Tingkat Two Tier System, perusahaan memiliki dua badan terpisah, yaitu Dewan Pengawas Dewan Komisaris dan Dewan Manajemen Dewan Direksi. Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang menganut sistem tersebut. Sedangkan sistem hukum perusahaan di Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam perusahaan, karena sistem hukum Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda. Suatu perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan untuk memperoleh keuntungan dan kemakmuran semaksimal mungkin bagi pemegang saham. Proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang disebut agency problem Retno Prihatinah, 2012. Pedoman manajer dalam mengelola perusahaan secara best practice berupa Corporate governance. Manajer membuat keputusan keuangan yang mampu memberi keuntungan untuk semua pihak stakeholder. Efektif dan efisiennya manajer dalam bekerja akan dapat menurunkan biaya modal dan mampu meminimalkan risiko. Usaha tersebut diharapkan mampu menghasilkan profitabilitas yang tinggi, sehingga investor akan memperoleh pendapatan return sesuai dengan harapan. Laba per saham meningkat, maka saham perusahaan akan banyak diminati investor. Hal ini mengakibatkan nilai perusahaan mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Good Corporate Governance GCG terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Good Corporate Governance GCG dalam penelitian ini diproksikan dengan Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Komite Audit dan Proporsi Komisaris Independen. Sedangkan nilai perusahaan diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q.

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Keagenan Teori keagenan sebuah model mengenai suatu hubungan kontraktual antara manajemen agent dengan pemilik principal. Hubungan kontraktual tersebut manajer berkewajiban menginformasikan kepada pemilik. Informasi yang diberikan manajemen kepada pemilik terkadang tidak sesuai dengan kenyataan keadaan perusahaan, sehingga dapat menimbulkan konflik kepentingan atau konflik keagenan agency conflict Jensen Meckling, 1976. Munculnya kepentingan masing-masing diantara mereka membuat asimetri informasi semakin kuat. Menurut Scott 2000, asimetris informasi terdiri dari 1 moral hazard yaitu kegiatan commit to user yang dilakukan para manajer tidak diketahui seluruhnya oleh pemegang saham. 2 adverse selection yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar. Corporate Governance Pengertian dalam arti sempit, menurut Organization for Economic Cooperation and Development OECD-dalam Tjager et al. 2004- mendefinisikan GCG sebagai: “suatu struktur yang terdiri atas para pemegang saham, direktur, manajer, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan dan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja”. Sedangkan pengertian dalam arti luas, menurut Cadbury Committee of United Kingdom, mendefinisikan GCG sebagai: “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”. Jika disimpulkan pengertian Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang berfungsi menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam menentukan arahan kinerja dan pengendalian perusahaan. Definisi tentang Corporate Governance yang beraneka ragam masih ditemui hingga saat ini, namun demikian umumnya memiliki maksud dan pengertian yang sama. Asas Good Corporate Governance GCG menurut Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, 2006 yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha sustainability perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan stakeholders. Tujuan penerapan Good Corporate Governance GCG merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah peluang praktik manipulasi dalam pengelolaan kegiatan organisasi. Konsep ini merupakan upaya perbaikan sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan suatu organisasi. Dewan Direksi Dewan Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama KNKG, 2006. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, sehubungan dengan sistem hukum terkait dengan organ Direksi dan Komisaris, yaitu 1 Anglon Saxon. Sistem hukum ini mempunyai Sistem Satu Tingkat One Tier System, perusahaan dengan satu Dewan Direksi kombinasi antara manajer atau pengurus senior Direktur Eksekutif dan Direktur Independen yang bekerja paruh waktu Non Direktur Eksekutif. Direktur Independen diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Amerika Serikat dan Inggris merupakan commit to user negara-negara pengguna sistem tersebut. 2 Kontinental Eropa. Sistem hukum ini mempunyai Sistem Dua Tingkat Two Tier System, perusahaan memiliki dua badan terpisah, yaitu Dewan Pengawas Dewan Komisaris dan Dewan Manajemen Dewan Direksi. Dewan Direksi mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan Dewan Komisaris. Anggota Dewan Direksi diangkat dan badan pengawas Dewan Komisaris sewaktu-waktu dapat mengantikannya. Keanggotaan Dewan Komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang merupakan negara- negara pengguna sistem tersebut. Karena sistem hukum Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam perusahaan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan-perbedaan cukup penting terkait hak dan kewajiban Dewan Komisaris. Dalam keadaan yang umum, menunjuk dan memberhentikan direksi tidak termasuk kewenangan Dewan Komisaris. Direksi sebagai pengelola dan Komisaris sebagai pihak yang melakukan pengawasan. Dewan direksi dan komisaris, selain berperan pemberi saran, berperan juga sebagai mekanisme internal yang mengontrol manajemen agar bertindak sesuai kepentingan pemegang saham. Informasi struktur dewan mendukung prinsip transparansi, akuntabilitas dan independensikemandirian. Informasi terkait ukuran dewan, profil anggota dewan termasuk komite-komite yang dibentuknya mencerminkan kualitas praktek corporate governance dalam suatu perusahaan. Jumlah anggota Direksi dan komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan KNKG, 2006. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 84PBI2006 dalam Kantiasih 2010, jumlah dewan direksi minimal 3 orang, sedangkan jumlah komisaris sekurang-kurangnya 3 orang dan maksimal sebanyak jumlah dewan direksi bagi perusahaan perbankan. Komisaris Independen Komisaris Independen adalah pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Komisaris Independen menunjukkan keberadaan wakil dari pemengang saham secara independen dan mewakili kepentingan investor. Keberadaan komisaris independen dan profil anggota dewan menjadi salah satu sumber informasi pendukung independensi. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30 dari seluruh anggota Dewan Komisaris dalam. Komite Audit Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen KNKG, 2006. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, jumlah anggota Komite Audit disesuaikan besar-kecilnya organisasi dan tanggung jawab, biasanya tiga sampai lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal. Menurut Sam’ani 2008 dan Widiawati 2011, jumlah komite audit yang semakin banyak maka semakin baik pula kinerja perusahaan, hal ini dikarenakan komite audit bertanggung jawab mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal perusahaan sehingga dapat menggurangi sifat opportunistic manajemen commit to user yang melakukan manajemen laba. Peran komite audit dalam meningkatkan kinerja perusahaan utamanya pada aspek pengendalian. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Manajerial diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan Direktur dan Komisaris. Kepemilikan Manajerial digunakan untuk mengetahui manfaat kepemilikan dalam mekanisme mengurangi konflik keagenan, sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila seseorang manajer sekaligus sebagai seorang pemilik Muhadi, 2011; Kantiasih, 2010. Kepemilikan Institusional Kepemilikan Institusional adalah saham yang dimiliki pihak institusi atau lembaga lain di luar perusahaan seperti pemerintahan, perusahaan investasi, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, dan perwakilan serta institusi lainnya. Kepemilikan institusi dari luar perusahaan akan melakukan pengawasan ketat terhadap pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen sehingga akan mendorong manajemen untuk menampilkan kinerja yang lebih baik dan melakukan pengelolaan yang transparan Donnelly Mulcahy, 2008; Tampubolon Santoso, 2013. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan menunjukkan kinerja manajemen dalam pengelolaan kekayaannya, hal ini ditunjukkan dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan selalu berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya, peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar Adu, 2014; Retno dan Priantinah, 2012. Pengukuran kinerja perusahaan dengan Tobin’s Q memberikan gambaran mengenai penilaian pasar terhadap perusahaan, karena Tobin’s Q didapat dari nilai pasar ekuitas ditambah nilai buku hutang dibagi dengan nilai buku aktiva. Tobin’s Q memberikan gambaran tidak hanya pada aspek fundamental, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor Hastuti, 2005. Pengembangan Hipotesis Beberapa penelitian yang terkait dengan pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan seperti penelitian Ammann, Oesch, dan Schmid 2011; Garay dan Gonzalez 2008; Kusumawati dan Riyanto 2005, menunjukkan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu: H1: Good Corporate Governance berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

C. METODOLOGI PENELITIAN