CourseLab V.2.4 KAJIAN TEORI

55 3. Merujuk pada permasalahan nomor 2 dapat disimpulkan bahwa untuk menjalankan file produk berekstensi .html ini masih tergolong sulit dan memerlukan beberapa peranti lunak pendukung yang lainnya.

F. Materi Sistem Koordinat UTM

Sesuai dengan acuan silabus pada kompetensi keahlian Teknik Survey dan Pemetaan untuk Kompetensi Dasar Memahami Dasar-Dasar Survey, materi pelajaran proyeksi dan koordinat yang dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 150, pengembang memerlukan pengumpulan data materi berupa materi untuk Sistem Koordinat UTM. Sistem Koordinat UTM atau Universal Transverse Mercator adalah salah satu sistem pemetaan yang digunakan untuk mengetahui suatu koordinat area atau wilayah yang digunakan di Indonesia. Seperti halnya sistem koordinat bujur-lintang yang umum digunakan, pada sistem koordinat UTM ini pun menggunakan cara pembacaan koordinat adalah dengan menyebutkan sumbu axsial dan absis x,y dalam hal ini berarti menyebutkan bujur dan lintangnya bujur,lintang. Perbedaan yang sangat mencolok dari sistem koordinat UTM dengan sistem koordinat bujur-lintang adalah bahwa sistem koordinat UTM menggunakan perhitungan jarak untuk menentukan suatu lokasi sedangkan sistem koordinat bujur-lintang menggunakan perhitungan lingkaran derajat, menit dan detik. Kang-Tsung. 2008 Pada sistem koordinat UTM diberikan zona bujur dan zona lintang, dimana zona bujur dibagi menjadi 20 zona dan zona lintang dibagi menjadi 60 zona dengan penamaan zona bujur yang dimulai dari huruf C sampai dengan X. 56 Gambar 8. Peta Koordinat UTM untuk seluruh dunia. Dalam penamaan zona bujur huruf I dan O tidak dipakai. Hal tersebut ditetapkan guna meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pembacaan antara angka 1 dan 0 nol. Setiap potongan 1 zona memiliki ukuran panjang 8° atau setara dengan 890 dalam kilometer dan lebar 6° atau setara dengan 667 dalam kilometer kecuali pada zona bujur X yang memiliki lebar 12° dan lebar 6°. Dalam sistem koordinat UTM garis bujurnya hanya menggunakan arah “timur” dalam bahasa Inggris ditulis “East” dan dalam peta disingkat “E” atau dalam bahasa Indonesia ditulis “Timur” dan disingkat “T”. Setiap zona UTM mempunyai sumbu pusat pada garis bujur UTM yang terletak pada 500.000m meter East timur atau dibaca dalam bahasa Indonesia m meter T timur. Sebelah kiri barat pusat zona terletak secara berurutan: 400.000 mT; 300.000 mT; 200.000 mT; 100.000 mT dan seterusnya. Sebelah kanan timur pusat zona terdapat beberapa koordinat berikut secara berurutan: 600.000; 700.000; 800.000; dan seterusnya. 57 Gambar 9. Koordinat tiap zona bujur Sedangkan untuk garis utama untuk memulai pencatatan lintang UTM adalah garis khatulistiwa. Pencatatan bagian utara bumi menggunakan garis khatulistiwa sebagai titik awal pencatatan. Garis khatulistiwa 0 meter meter, N north = utara. Makin ke utara bilangannya semakin besar, misalnya secara berurutan: 10.000 mU; 100.000 mU; 200.000 mU; dan seterusnya. Pencatatan bagian selatan bumi menggunakan garis khatulistiwa sebagai titik akhir pencatatan karena diasumsikan sebagai tempat terakhir. Garis khatulistiwa dituliskan 0 m meter N north = utara. Makin ke utara bilangan terbesar, yaitu 10.000.000 m meter N north = utara. Makin ke selatan bilangannya makin kecil, berurutan 10.000.000 mU; 9.900.000 mU; dan seterusnya. 58 Gambar 10. Koordinat tiap zona lintang Dalam penggunaan sistem koordinat UTM ini tentunya juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang dijabarkan sebagai berikut : 1. Kelebihan : a. Sistem Koordinat Universal Transverse Mercator adalah salah satu sistem koordinat yang digunakan untuk mengetahui koordinat suatu wilayah dengan bantuan garis-garis semu dan zonasi. b. Setiap zona berukuran 6° bujur x 8° lintang, kecuali pada lintang 72° LU-84°LU yang memiliki ukuran 6° bujur x 12° lintang. Penamaan zona bujur dimulai dari huruf C dan diakhiri pada huruf X. Huruf I dan O tidak digunakan dalam penamaan. c. Cara membaca koordinat pada sistem koordinat UTM adalah dengan menyebutkan zona bujur; zona lintang. Sedangkan pembacaan jarak dalam UTM menggunakan satuan meter m. d. Meskipun mudah untuk dipahami, untuk membaca koordinat di wilayah Indonesia sebaiknya tetap menggunakan 2 sistem