BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELA
KANG
Suatu adaptasi kreatif merupakan satu-satunya kemungkinan bagi suatu
bangsa yang sedang berkembang untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan
yang terjadi dan berbagai problema yang semakin kompleks As’adie, 2007. Sebagai pribadi, maupun sebagai kelompok atau suatu bangsa, individu harus
mampu memikirkan, membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif, agar dapat survive dan tidak hanyut atau tenggelam dalam
persaingan antarbangsa dan negara. Menjadi kreatif adalah sebuah keputusan diri, yaitu sebuah pilihan
seseorang akan bertindak kreatif atau tidak Naqiyah, 2005. Kreativitas juga begitu bermakna dalam hidup. Maslow dalam Munandar, 2009 menyatakan
bahwa dengan berkreasi individu dapat mengaktualisasikan dirinya, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup
manusia. Kreativitas atau berfikir kreatif dapat membawa individu pada berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dan memberikan
kepuasan. Kreativitas juga memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup yang bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide-ide baru, penemuan-
penemuan baru, dan teknologi baru Izzati, 2009.
Kreativitas merupakan faktor yang sangat penting dihayati perkembangannya karena sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.
Kreativitas dapat diwujudkan dimana saja oleh siapa saja karena potensi ada pada masing-masing individu tergantung cara mengembangkannya. Kreativitas
merupakan fenomena yang melekat dengan kehidupan manusia dan merupakan hasil interaksi antar manusia dengan lingkungan atau kebudayaan dan sejarah
dimana kreativitas dapat tumbuh dan meningkat tergantung kepada kondusif kebudayaan dan orangnya Munandar, 2009
Getzel, Jakson dan Gough 2002 menyatakan kreativitas dipengaruhi oleh berbagai faktor emosi seperti humor, rasa bertanggung jawab, percaya diri,
motivasi, minat, rasa ingin tahu dan lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa kreativitas juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri individu seperti hambatan
sosial, organisasi dan kepemimpinan dan dari dalam diri individu seperti motivasi Kusumah, 2008. Berdasarkan Goleman 2009, kemampuan memotivasi diri
merupakan salah satu aspek kecerdasan emosional. Emosi menurut Wang dan Ahmed 2003 adalah konstruk psikologis dari
aktivitas atau arousal, ekspresi motoris, komponen motivasional termasuk didalamnya niat berperilaku atau kesiapan aksi berperilaku, dan komponen dari
kondisi perasaan subjektif. Emosi adalah keadaan yang menunjukkan manusia hidup, dan untuk mengaturnya dibutuhkan kecerdasan emosional.
Goleman 2009 mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki individu dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional, individu dapat
menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan dan mengatur suasana hati. Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat
menanggulangi emosi mereka sendiri dengan baik, dan memperhatikan kondisi emosinya, serta merespon dengan benar emosinya untuk orang lain
Pengendalian emosi dibutuhkan dalam setiap bidang seni, terutama dalam hal performa yang membutuhkan kreativitas untuk menciptakan hal-hal baru.
Kondisi emosi yang tidak baik serta ketidakmampuan individu mengendalikan emosi dapat menghalangi kemampuan individu berkreasi. Fenomena yang terjadi
pada musisi adalah kurangnya kemampuan pengendalian emosi yang baik dalam melakukan berbagai kegiatan untuk dapat mewujudkan suatu kreativitas. Hal ini
dapat terlihat dari hasil wawancara interpersonal berikut: “anak band sini yang muda-muda sering ugal-ugalan, jejeritan, screamo,
yang mustinya bagus, tertata, jadi berantakan dan tidak enak di apresiasi, mana kreatif itu. Itu justru ngebuat sulit untuk menciptakan sesuatu, terlalu
meluap-luap malah bisa merusak penampilan” Wawancara interpersonal, 2010
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Altenmüller dan Jabusch 2009 yang menemukan fakta adanya kasus kehilangan kontrol gerakan secara tiba-tiba yang
sering terjadi pada musisi yang tidak mampu mengendalikan emosi yang meluap- luap.
Keterkaitan antara emosi dan kreativitas pada musisi juga tergambar pada penelitian Lund dan Kranz 1994 yang menyatakan bahwa terdapat keterlibatan
emosional dalam tahap kreativitas musisi. Para musisi yang menjadi subjek penelitian melaporkan adanya pengaruh emosi yang kuat yang terjadi selama
proses kreatif, seperti keadaan emosi yang tidak beraturan dan meluap-luap yang menghambat kreativitas. Agar proses kreatif dapat berlangsung dengan baik,
dibutuhkan adanya kecerdasan emosional untuk mengatur dan mengendalikan emosi pada musisi.
Munandar 2009 menyatakan bahwa faktor emosional merupakan salah satu kendala dalam mencapai kreativitas. Kendala emosional tersebut dapat
berupa semangat yang berlebih yang cenderung terjadi pada musisi, ketakutan dalam mengambil resiko dan kesalahan, serta kesulitan untuk rileks atau inkubasi.
Davis 1999 dalam Encyclopedia of Creativity juga menyebutkan adanya halangan emosional yang menghambat kreativitas, seperti rasa marah, takut,
cemas, benci, bahkan cinta. Pada musisi yang tergabung dalam sebuah kelompok, atau seringkali
disebut sebagai band, pengendalian emosi masing-masing anggota memiliki dampak menyeluruh terhadap berbagai aspek, seperti: chemistry antar personel,
kesatuan visi dan misi, kebersamaan, serta harmonisasi, yang jika terganggu akan menyulitkan suatu kelompok menciptakan karya kreatif. Hal tersebut tergambar
dari hasil wawancara berikut: “anak band lebih repot daripada solois, musti ada chemistry, kesamaan
pendapat, kebersamaan, harmonisasi, yang kompak-kompak lah kan mau
buat lagu sama-sama, mau manggung sama-sama, kalo gak cocok yah payah lah mau bikin lagu, improv.” Wawancara interpersonal, 2010
Aspek-aspek yang dijelaskan tersebut tergambar dalam dimensi “membina hubungan” pada kecerdasan emosional yang terdiri dari kemampuan
berkomunikasi, kepemimpinan, serta kemampuan memahami keinginan individu lain Goleman, 2009. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Livingstone 2007
yang menyatakan bahwa emosi merupakan kunci mencapai kreativitas. Emosi juga diperlukan dalam hal mengekspresikan suatu karya seni yang
kreatif. Suatu pertunjukan seni selalu memiliki muatan emosional dengan porsi yang berbeda-beda Deboer, 2008. Salah satu narasumber menyatakan bahwa:
“band rock ya beda sama jazz ato mellow, kalo main rock kan kita harus atur emosi supaya emosi bisa jadi energi dan ngasi semangat. Kalo jazz ya
emosi juga harus ditahan jangan sampe kayak ngamuk karena lagunya biasanya santai” Wawancara Interpersonal, 2010
Berdasarkan wawancara tersebut, dapat terlihat bahwa pada musisi yang memainkan musik rock dibutuhkan muatan emosi yang lebih besar dibandingkan
dengan musik jazz, seperti luapan emosi dengan porsi sesuai untuk memberi nyawa pada musik yang dibawakan. Untuk dapat maksimal, dibutuhkan
kecerdasan emosi pada musisi agar dapat mengatur porsi emosi yang dikeluarkan agar tidak berlebihan mapun kurang.Kemampuan mengatur emosi terdapat dalam
aspek kecerdasan emosional yaitu mengelola emosi. Musisi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
orang yang mencipta, memainkan, ataupun menampilkan musik. Musisi dapat
terdiri dari satu hingga beberapa personil yang tergabung dalam suatu grup untuk mencapai suatu harmonisasi musik. Musisi yang tergabung dalam kelompok
disebut band The American Heritage Dictionary of the English Language, 2000.Suatu kelompok musisi dapat dikategorikan sebagai band jika minimal
terdiri dari 2 orang, dengan masing-masing memegang alat musik yang berbeda Wikipedia, 2010.
Musisi band, sebagai salah satu pelaku seni cenderung berada dalam suatu komunitas sesama dimana mereka dapat saling berbagi informasi mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan dunia musik. Sekelompok musisi band membuat pertunjukan, menciptakan lagu, memberikan apresiasi satu sama lain agar
menjaga keberlangsungan kreativitas dari masa kemasa. Untuk itulah dibutuhkan adanya suatu wadah yang mampu menampung sejumlah musisi band di Kota
Medan. Di Kota Medan, Taman Budaya merupakan pusat kesenian sebagai tempat
berkumpulnya para seniman kota Medan, baik musisi maupun pekerja seni lainnya Hidayat, 2009. Seniman dari berbagai latar belakang keahlian, tergabung
dalam sanggar-sanggar seperti sanggar tari, musik, teater, dan kegiatan seni lainnya Hidayat, 2009. Untuk lebih menumbuh kembangkan dunia seni,
terutama seni musik, sangat dibutuhkan kegiatan yang dapat merangsang daya kreativitas para musisi serta meningkatkan apresiasi masyarakat sebagai penikmat
Melayu Online, 2008.
Sebagaimana kota-kota besar lain di Indonesia, Medan merupakan kota metropolitan di mana masyarakat urban menjadi salah satu elemen penting bagi
pertumbuhan sosial dan budayanya. Beragam kesenian sebagai bentuk ekspresi komunal masyarakat dari berbagai etnik yang tumbuh dan berkembang
merupakan sebuah potensi yang sangat luar biasa dari sisi kekayaan kultural. Taman Budaya Sumatera Utara hadir sebagai suatu komunitas untuk memfasilitasi
keberlanjutan seni tari, teater, musik, dan rupa yang merupakan tradisi sebagai bentuk pewarisan kreativitas “masa lalu” seiring perkembangan zaman dengan
berbagai kegiatan yang menjadi wadah pekerja seni khususnya dibidang musik untuk mengekspresikan degala aktifitas dan kreativitas mereka Melayu Online,
2008 Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut “Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara?”
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka peneliti berkeinginan untuk membuktikan dengan mengajukan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi
dengan Kreativitas pada Musisi Band di Taman Budaya Sumatera Utara”
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara
2. Mengetahui gambaran kecerdasan emosi pada musisi band di Taman
Budaya Sumatera Utara 3.
Mengetahui gambaran kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara
4. Mengetahui faktor-faktor kecerdasan emosi yang paling berpengaruh
terhadap kreativitas.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi musisi band mengenai kecerdasan emosional dan
kreativitas yang dimiliki, agar dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan. 2.
Manfaat teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan
ilmu pengetahuan sebagai kajian teoritis khususnya bidang psikologi pendidikan yang berkaitan dengan kecardasan emosi terhadap
kreativitas musisi band.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Proposal penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penelitian sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan BAB I berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang
penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori BAB II berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai
landasan dalam penelitian, antara lain mengenai kecerdasan emosional, kreativitas, dan musisi band.
BAB III : Metode Penelitian BAB III membahas mengenai metode penelitian kuantitatif yang
digunakan, yang di dalamnya secara lebih rinci dijelaskan mengenai metode pengambilan sampel, alat ukur yang
digunakan, hingga analisa data yang digunakan
BAB II LANDASAN TEORI