Hakikat Keterampilan Berbahasa KAJIAN TEORETIK

7

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Hakikat Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu 1. Keterampilan menyimak listening skills; 2. Keterampilan berbicara speaking skills; 3. Keterampilan membaca reading skills; 4. Keterampilan menulis writing skills; Keempat keterampilan di atas berkaitan sangat erat. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan. Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses- proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. 1 Pembahasan pada skirpsi ini hanya membahas keterampilan menulis saja, yaitu menulis paragraf persuasif.

1. Menulis Paragraf

Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk 1 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa Bandung: Angkasa, 2008, hlm. 1. menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. 2 Paragraf adalah bagian bab di suatu karangan biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru. 3 Paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata Inggris paragraph, sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Kata belanda itu sendiri berasal dari kata latin a linea, yang berarti „mulai dari baris baru’. Kata Inggris paragraph terbentuk dari kata Yunani para-, yang berarti „sebelum,’ dan –grafien, „menulis, menggores’. 3 Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. 4 Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non- fiksi biasanya dimulai dengan umumdan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Untuk memahami pengertian paragraf sebagai satuan yang lebih kecil dari wacana, lebih dahulu baca dan perhatikanlah kutipan berikut ini Kutipan 1 Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan 2 Djago Tarigan, Membina Ketermpilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya Bandung: Angkasa, 1987, hlm. 13. 3 Dekdikbud, KBBI Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 648. 4 Zaenal Arifin, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Jakarta: Akademika Pressindo, 2004, hlm. 113. sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh sebab itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan. Perkembangan kebudayaan Indonesia kearah peradaban modern menuntut adanya perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara eksplisit. Ciri-ciri berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi masyarakat Indonesia. Sehubungan dengan itu mutu dan kemampuan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi keagamaan perlu juga ditingkatkan. Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga ia memiliki kesanggupan menyatakan isi pikiran dengan jelas, tegas, dan eksplisit konsep-konsep yang rumit dan abstrak serta hubungan antara konsep-konsep itu satu sama lain. Dalam hubungan itu diperlukan adanya keseimbangan antara sikap bahasa yang positif, baik terhadap bahasa Indonesia maupun terhadap bahasa-bahasa daerah. Juga diperlukan perilaku berbahasa dan antara sikap bahasa perseorangan dan sikap bahasa bangsa yang dinyatakan dalam kebijaksanaan bahasa nasional. Setiap baris pertama suatu paragraf diketik agak menjorok ke dalam lima ketukan dari marjin kiri dan selalu mulai dengan garis baru ciri visual. Setiap paragraf hanya berisi satu pikiran, gagasan atau tema ciri ideal. Jika dalam satu paragraf terdapat dua tema, paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf. Terlibat bahwa kutipan di atas terbagi-bagi atas bagian-bagian 5 bagian yang dimulai dengan baris baru dan ditulis agak menjorok ke dalam. Bagian-bagian tersebut terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubung-hubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran. Itulah yang pada hakikatnya disebut paragraf. Jadi, paragraf ialah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubung- hubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran. 5 Sebuah paragraf ibarat kereta api yang membawa penumpang. Jika kereta api memiliki lokomotif, gerbong, dan rantai yang berfungsi untuk menghubungkan lokomotif dengan gerbong pertama dan dengan gerbong- gerbong lainnya, sebuah paragraf juga memiliki kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas serta mata rantai yang menghubungkan kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelasnya. Oleh sebab itu, paragraf biasanya diartikan sebagai kumpulan beberapa kalimat yang saling berkaitan. Pengertian tersebut menyatakan bahwa sebuah paragraf seharusnya terdiri atas lebih daripada satu kalimat. 6

2. Jenis Paragraf

Berdasarkan fungsinya, paragraph dapat dibedakan atas paragraf peralihan transitional paragraph, dan paragraf penekanan emphatic paragraph. Semakin paham kita akan struktur paragraf, dan semakin banyak pula kita melihat karya tulis orang lain, maka jelas semakin nyatalah kepada kita adanya berbagai jenis paragraf. a. Paragraf Peralihan Paragraf peralihan mengandung celah uraian yang kosong. Biasanya paragraf peralihan memerankan dua fungsi, yakni merangkumkan menilai bahan atau uraian terdahulu, dan membayangkan bahan atau uraian berikutnya. Paragraf peralihan memperkenalkan baik, judul, subjek, maupun pembatasan. Kadang-kadang, paragraf peralihan berbentuk pertanyaan, yang menggerakkan para pembaca dari satu gagasan ke gagasan lainnya 5 Soedjito, Mansur Hasan, Keterampilan Menulis Paragraf Bandung: Remaja karya CV Bandung, 1986, hlm. 1-3. 6 Josep Hayon, Membaca dan Menulis Wacana Jakarta: Storia Grafika, 2003, hlm. 33. dan mempunyai keunggulan tambahan dalam hal membuat para pembaca menghadapi masalah tersebut. b. Paragraf Penekanan Paragaraf penekanan terdiri atas beberapa kalimat berita singkat kadang-kadang hanya terdiri atas satu kalimat yang pada umumnya dimaksudkan untuk mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka, atau memastikan bahwa mereka memperoleh pesan yang jelas dan pokok. Paragraf penekanan secara tepat-guna mengakhiri suatu tulisan, memberikan suatu pengaruh yang tidak mudah dicapai oleh paragraf yang lebih panjang. 7

3. Syarat-syarat Penyusunan Paragraf yang Baik

Sebuah karangan tak mungkin baik jika paragrafnya tidak tersusun dengan baik. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Oleh karena itu sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang makul. 8 Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan antara unsur-unsurnya, baik itu antara gagasan utama dengan gagasan penjelasnya ataupun antara kalimat-kalimatnya. Dalam paragraf yang baik tidak ada satupun gagasan penjelas ataupun kalimat yang menyimpang dari gagasan utamanya. Semuanya mendukung secara kompak pada satu fokus permasalahan. Paragraf yang baik harus memenuhi tiga syarat, yaitu kesatuan, koherensi, dan pengembangan. Sebuah paragraf memenuhi kesatuan yang baik jika semua kalimat yang membangunnya hanya menyatukan satu 7 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa Bandung: Angkasa, 2008, hlm. 99-101. 8 Adjat Sakri, Paragraf Bandung: ITB, 1990, hlm. 1. pikirangagasan pokok satu ide, satu tema. Koherensi adalah kepaduankekompakan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Pengembangan ialah rincian pikiran pokok ke dalam pikiran- pikiran penjelas dan pengurutannya secara teratur. 9

4. Pola Pengembangan Paragraf

Yang dimaksud dengan pola pengembangan paragraf ialah cara penulis merangkai informasi yang dihimpunnya menurut kerangka dan runtutan tertentu. 10 Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yaitu: 1. Kemampuan merinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan- gagasan penjelas, dan 2. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas ke dalam urutan yang teratur. Gagasan utama paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai antara lain ditentukan oleh gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis narasi atau proses eksposisi. Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab akibat suatu kejadian, maka pola yang dipilih adalah pola kausalitas eksposisi, argumentasi. Pemilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikan.

4. 1. Paragraf Deskripsi

Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga 9 Soedjito, Mansur Hasan, Keterampilan menulis paragraf Bandung: Remaja karya CV Bandung, 1986, hlm. 30. 10 Adjat Sakri, Bangun Paragraf Bahasa Indonesia Bandung: ITB, 1992, hlm. 11. objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. 11 Deskripsi atau pemerian merupakan bentuk tulisan yang berusaha memberikan perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatannya dan perasaannya kepada pembaca melalui tulisan. Tulisan deskripsi bertujuan: Deskripsi sugesti, yaitu menciptakan dan memungkinkan daya khayal imajinasi pada para pembaca dengan perantara tenaga rangkaian kata-kata yang dipilih penulis untuk menggambarkan ciri, sifat, watak objek. Deskripsi ini bertujuan menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca. Pengalaman karena perkenalan langsung dengan objek. Deskripsi ekspositoristeknis, yaitu memberikan identifikasi atau informasi mengenai objek hingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tersebut. 12

4. 2. Paragraf Eksposisi

Paragraf eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. 13 Eksposisi atau pemaparan adalah bentuk tulisan yang berusaha menerangkan dan menguraikan suatu pokok bahasan yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. 14 Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi para pembaca. Kesimpulan 11 Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II Jakarta: Grasindo, 1995, hlm. 16. 12 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo, 2007, hlm. 158. 13 Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…………., hlm. 7. 14 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi………….., hlm. 160-161. yang diberikan hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat diterima atau ditolak pembaca.

4. 3. Paragraf Persuasif

Persuasi adalah suatu bentuk wacana yang merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Karena itu persuasi lebih condong menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk mempengaruhi orang lain. 15 4. 4. Paragraf Argumentasi Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. 16 Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang diargumentasikan itu. Argumentasi dilihat dari sudut proses berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan kesimpulan serta menerapkannya pada suatu kasus dalam perdebatan. Menulis argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan intelektualnya, bukan sekedar mana suka atau pendekatan emosional. Penulis harus berusaha menyelidiki; apa persoalan itu, apa ada tujuan yang tersembunyi, apa ada keuntungan atau kerugian untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan mana yang kiranya mendapat manfaat dan 15 Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…………., hlm. 14. 16 Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…………., hlm. 10. bagaimana cara mengatasinya. Pendeknya, penulis harus berusaha menyampaikan pendapatnya secara teratur dan kritis. 17

4. 5. Paragraf Narasi

Narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh para pembaca. Narasi menyajikan peristiwa dalam sebuah rangkaian peristiwa kecil yang bertalian. Ia mengisahkan sebuah atau suatu kelompok aksi sedemikian rupa untuk menghasilkan sesuatu yang secara populer disebut ceritera. 18

B. Paragraf Persuasif