Ika Chastanti : Pola Multifaktor Sidik Jari Pada Penderita Obesitas Di Daerah Medan Dan Sekitarnya, 2009. USU Repository © 2009
penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral HL yang menggerakan nafsu makan awal atau pusat makan; hipotalamus ventromedial HVM yang bertugas merintangi nafsu makan
pemberhentian atau pusat kenyang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusakhancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila
dipaksa diberi makan dan minum diberi infus. Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan Mu’tadin, 2002.
Menurut Papalia et.al 2002, salah satu penyebab terjadinya kegemukan adalah karena faktor kecelakaan yang menimbulkan kerusakan otak terutama pada pusat rasa lapar.
Kerusakan syaraf otak ini menyebabkan individu tidak pernah merasa kenyang, walaupun telah makan makanan yang banyak, dan akibatnya badan individu menjadi gemuk.
2.1.5 Pola makan berlebihan
Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang kegemukan. Orang yang kegemukan biasanya lebih responsif dibanding dengan orang yang memiliki berat badan
normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Mereka cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia
lapar. Pola makan yang berlebihan inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi
berat badan Mu’tadin, 2002.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak atau keduanya menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang
menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat
dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel Hergenhann, 1996.
Ika Chastanti : Pola Multifaktor Sidik Jari Pada Penderita Obesitas Di Daerah Medan Dan Sekitarnya, 2009. USU Repository © 2009
2.1.6 Kurang gerakolahraga
Menurut Mu’tadin 2002. Berat badan berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energi tubuh. Pengeluaran energi ditentukan oleh dua faktor, yaitu: 1 tingkat aktivitas dan olah raga
secara umum; 2 angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal
memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.
Walaupun aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga dari pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang kegemukan aktivitas fisik memiliki
peran yang sangat penting. Ketika berolahraga kalori terbakar, makin sering berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem
metabolisme basal. Orang yang bekerja dengan duduk seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Jadi olah raga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak
saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal Mangoenprasodjo, 2005.
Menurut Hergenhann 1996, Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan
aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara
langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang.
2.1.7 Lingkungan