penambahan pelarut organik menghasilkan 99 lemak dapat dipisahkan dari keping biji coklat. Lemak coklat yang dihasilkan mengandung tidak lebih 5
ppm pelarut organik. Ketaren, 1986 Dari dua metode tersebut pada pabrik pembuatan lemak cokelat ini
dipilih metode dengan menggunakan pelarut, alasannya adalah dengan menggunakan bantuan pelarut, 99 lemak dapat diekstrak.dari biji cokelat.
2.6 Deskripsi Pembuatan Lemak Coklat Mentah dari Biji Cokelat Kering Hasil Fermentasi
Pembuatan lemak cokelat mentah dari biji cokelat kering hasil fermentasi dilakukan dengan beberapa tahap, adapun tahap – tahap tersebut adalah :
1. Tahap penghalusan biji cokelat. Biji cokelat kering hasil fermentasi terdiri dari 6 kulit biji dan 94 keping
biji, ditempatkan dalam penyimpanan tertutup berupa gudang G-101. Melalui alur 1 menggunakan bucket elevator BE-101 biji cokelat kering
diangkut dari gudang ke pengilingan hammer mill HM-01 untuk dihancurkan. Kulit biji dan keping biji telah terpisah, menggunakan kipas F-
101 kulit biji dipisahkan beserta kotoran yang tidak dinginkan terpisah dari produk dan ditampung di bak penampung BP-01. Keping biji diangkut
bucket elevator BE-102 ke hammer mill HM-102, menghasilkan cairan
cokelat kental pasta cokelat. Hammer mill memiliki sebuah rotor yang dilengkapi dengan palu ayun, rotor berputar dengan kecepatan tinggi dalam
sebuah rumah chasing berbentuk silinder. Biji cokelat masuk pada bagian puncak chasing, lalu dihancurkan dan keluar melalui bukaan pada dasar
chasing . Ukuran partikel dari pasta cokelat adalah 150 mikron.
2. Tahap Leaching. Pasta cokelat mengandung 54 lemak dan 46 padatan. Pasta cokelat
masuk ke mixing tank MT-101 melalui alur 3 dengan bantuan gravitasi, MT-101 dilengkapi jeket pemanas steam. Pasta cokelat dipanaskan pada
temperatur 60 C dengan tujuan agar seluruh lemak yang terdapat di dalam
padatan cokelat mencair.
Universitas Sumatera Utara
Cokelat pasta keluar dari MT-101 melalui alur 4 dengan bantuan gravitasi, mengalirkan ke mixing tank MT-102 pada temperatur 60
o
C. Pada saat yang bersamaan di alur 5, pelarut dari tangki T-101 masuk melalui pompa P-
104 pada temperatur 28
o
Campuran pasta cokelat dan pelarut dikeluarkan dari mixing tank MT-102 menuju filter press FP-101 dialur 6 menggunakan pompa P-101, sehingga
fasa cair dan fasa padat terpisah. Fasa cair berupa lemak dan pelarut keluar dari dialur 7, masuk ke dalam separator S-101. S-101 dapat menampung
volume campuran selama 0,5 jam operasi, air dikeluarkan dialur 19. Padatan keluar pada bagian bawah filter press, masuk ke screw conveyor kemudian
diangkut mengunakan bucket elevator BE-103 dialur 14. C. Pada MT-102 lama pengadukkan 8-10 menit,
diharapkan seluruh lemak melarut ke dalam pelarut, kelarutan lemak dalam n- pentana adalah 20 .
3. Tahap pemisahan pelarut dari lemak cokelat. Fasa cair campuran pelarut dan lemak pada alur 8 melalui pompa P-102
dialirkan ke heat exchanger HE-101 kemudian ke menara evaporator EV- 101 dialur 9. Pelarut diuapkan dari lemak pada tekanan 1 atm dan temperatur
105
o
C. Lemak keluar melalui pompa P-103 menuju tank lemak cokelat T- 102 di alur 10, dimana kandungan pelarut yang tertinggal pada lemak tidak
lebih dari 5 ppm. Pada menara Evaporator uap pelarut keluar pada alur 11, dialirkan ke heat exchanger HE-101. Temperatur n-pentana turun tetapi
masih dalam fasa uap. Lalu masuk ke condensor dialur 12, n-pentana menjadi cair pada temperatur 28
4. Tahap pemisahan pelarut dari tepung cokelat C dialur 13 Cairan pelarut mengalir ke T-101
dengan bantuan gravitasi.
Padatan dibawa melalui bucket elevator BE-103 pada alur 14 ke unit spray dryer
SD-101. Udara panas masuk pada temperatur 150 C. Padatan
kemudian masukkan ke unit cyclone C-101 dialur 15, Uap keluar dari C- 101 pada alur 17, lalu dialirkan melalui condenser CD-02 untuk merubah n-
pentana ke fasa cair. Mengalirkan cairan n-pentana dialur 18 menuju tank pelarut T-101 dengan bantuan gravitasi. Padatan berupa bubuk cokelat
cocoa powder keluar pada alur 16 menuju bak penampung BP-102. Bubuk
Universitas Sumatera Utara
cokelat cocoa powder mengandung lemak tidak lebih dari 2 dan 5 ppm pelarut dalam berat bubuk cokelat.
2.6 Penentuan Kapasitas