Latar belakang masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Dewasa ini kita sudah terbiasa atau mendengar kata utama dan keutamaan terhadap yang dianggap mulia seerti kata ilmu dan ulama, sangat berharga dan sangat diagungkan oleh banyak orang. Namun memahami kata keutamaan ini tentu sudah jelas memiliki makna yang bernilai tinggi dibandingkan dengan padanan-padanan kata yang bermakna lain. Selanjutnya juga pandanan kata yang sederhana ini banyak sekali dijumpai pada sesuatu yang diyakini memiliki keutamaan dan keistimewaan jika memang sudah dianggap memiliki nilai lebih dibandingkan dengan yang lain. Nilai lebih yang terkandung bisa dilihat dari sejarahnya atau pendapat pula peristiwa-peristiwa yang menyertainya. Karena sudah dianggap memiliki nilai yang sangat berharga, maka bermacam cara dilakukan demi menghormati sesuatu yang diagungkan dan dihormati itu. Adakalanya sesuatu yang diagungkan tersebut memiliki beragam keistimewaan di dalamnya, sehingga tidak sedikitpun orang yang dengan sengaja memanfaatkan sesuatu yang diagungkan itu untuk menjalani ritual-ritual yang menurut keyakinan mereka akan dapat mendatangkan balasan atau sesuatu yang menguntungkan bagi mereka. Melihat adanya keutamaan ilmu dan ulama yang terkandung di dalamnya, membuat banyak hal 1 dapat dikatakan memiliki keistimewaan. Dalam dua pokok ajaran Islam yaitu al- Qur’an 2 dan hadis 3 yang menyebutkan dan menjelaskan makna kandungan dari ilmu dan ulama dan menguraikan keutamaanya. Dari penjelasan di atas yang diuraikan dalam dua pokok pedoman ajaran Islam tersebut, terutama dalam beberapa hadis nabi banyak menyebutkan prihal tersebut. Dalam beberapa hadis dikatakan bahwa keutamaan ilmu dan ulama memuat beragam nilai yang tinggi. Kemajaun suatu zaman mengakibatkan terjadinya perubahan. Kehidupan sosial, pemikiran, dan kebutuhan manusia ikut berubah sesuai dengan kemajuan zaman tersebut. Akan tetapi, kemajuan dan perubahan itu tidak lantas berkontradiksi dengan kesempurnaan Islam untuk tetap menjadi agama yang relevan di tiap tempat maupun zaman. 4 Sejarah telah mencatat betapa besar sumbangan para ulama dengan ilmunya dalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Bukan saja ilmu pengetahuan agama dalam arti sempit seperti aqidah, syariáh akhlak dan tasawuf, tetapi juga filsafat dan science seperti matimatika, fisika, biologi, astronomi, kedokteran, sosiologi, ekonmi, politik. Kalau pada zaman yunani kuno 1 Meliputi segala aspek, seperti benda-benda yang dianggap keramat, tempat atau lokasi yang memilki nilai sejarah yang tinggi, makhluk ciptaan tuhan yang mempunyai kedudukan dan peranan yang penting dalam kehidupan, sejara yang menghantarkan manusia melongok masa lalu dan semua hal yang dianggap memiliki keistimewaan tersendiri. 2 Dalam al- Qur’an terdapat ayat yang menyebutkan bahwa” Allah akan mengangkat orang- orang yang beriman dan berilmu ini keutamaan ilmu” pada surat al-Mujâdalah ayat 11. 3 Dalam hadis nabi ada beberapa ditemukan hadis-hadis yang menerangkan tentang keutamaan tentang Ilmu dan Ulama menurut Syakh Abdul Aziz al-Badri. Lihat al-Aslamu bainal Ulama wal hukaam Madinah ; Maktabah ilmiyah, h. 44. 4 DR. Muhammad ‘Imarah. Perang Terminologi Islam Versus Barat, terj. Musthalah Maufur, M.A, Jakarta: Robbani Press, 1998, h. 238. kita mengenal para filosof dan ilmuan seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Eukledios dan Archimedes. Seseorang akan mulia dan terhormat dalam pandangan orang lain ketika ia memiliki harkat dan martabat dalam dirinya, untuk mengukur dan menilainya tidak cukup hanya melihat kepada satu sisi saja, apalagi hal tersebut berupa materi dan jabatan. Akan tetapi penilain tersebut akan lebih tepat apabila dilihat dari sudut pandang lain yang lebih dapat diterima oleh segala lapisan. Seandainya materi dan jabatan yang menjadi alat untuk mengukur dan menilainya, maka orang-orang yang berkesempatan untuk memiliki keduanya tidak akan pernah disebut sebagai orang yang berharkat dan bermartabat. Lain halnya apabila ilmu yang dijadikan alat ukurnya, maka semakin bertambah ilmu yang dimilki seseorang, maka bertambah pulalah rasa hormat dan simpati orang lain terhadapnya. Dalam hal ini ilmu dan ulama sangat berperan penting untuk menentukan setatus sosial sesorang dengan demekian kebesaran dan kewibawaan seseorang ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya, dan juga sebaliknya ia kan menjadi hina dan kecil tanpa memiliki ilmu. Adalah satu kejutan bagi dunia yang tertutup awan kejahilan dengan datangnya wahyu atau petunjuk ilahi yang diawali dengan perintah membaca dan mempergunakan kalam untuk menulis, sebagai persiapan untuk menjelaskan cakrawala baru yang sebelumnya manusia tidak mengenalnya. Di isyaratkan dalam ayat-ayat yang diawali surat al-Alaq yang mana pengertian iqra ialah “bacalah” sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur’an mengandung makna penelitian dan pendalaman yang akan membuahkan berbagai macam kreasi dan inovasi dalam kehidupan manusia, sejarah menyaksikan betapa wahyu ini mengubah sejarah dunia menjadi terang benderang karena banyaknya manusia yang dapat menikmati ilmu pengetahuan. Sehingga banyak pola pemikiran yang berbeda-beda satu sama yang lainnya, karna banyaknya ilmu pengetahuan yang tak terbatas, Sebenarnya ilmu membentuk kerangka yang menjadi batasan yang membedakan manusia dan semua makhluk yang telah diciptakan oleh sang khâliq Allah. Tanpa petunjuk dari Allah manusia tidak akan mampu meningkatkan pemahamannya tentang alam semesta kecuali dengan ilmu pengetahuan dengan akal yang telah diberikan oleh Allah, manusia dapat mengembamgkan ilmu tersebut dan dapat memahami tentang alam semesta ini, akan tetapi ilmu pengetahuan akan dapat berkembang di dalam kerterbatasan manusia itu sendiri 5 Ilmu merupakan inti kebahagian di dunia maupun diakhirat, dan buah dari ilmu adalah meraih kedekatan kepada Allah, ilmu dapat menimbulkan kemuliaan di dunia dan akhirat sebagaimana yang telah disabdakan nabi Saw: 6 5 Fuad Amsary, Mukizat alQur’an dan as-Sunnah tentang Iptek. Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Jilid I, hal. 192. 6 Imam Ghazali, Minhazul Abidin. Wasiat imam Ghazali. Jakarta: Darul ulum Press, h. 5-6. “Barang siapa yang melalui jalan untuk menuntut ilmu Allah, maka Allah akan mudahkan jalan baginya untuk kesurga danmalaikat selalu meletakan sayapnya menaungi para pelajar karena senang perbuatan mereka dan seorang yang alim di mintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi serta ikan-ikan di dalamnya. Keutamaan seorang alim terhadap seorang ahli ibadah adalah laksana keutamaan bulan terhadap bintang dimalam bulan purnama, ulama itu pewaris nabi sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu dan barang siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengabil bagian yang melimpah. ” 7 Ilmu Merupakan cahaya yang dianugrahkan oleh Allah kepada hamba- Nya yang dikehendaki, karena memang, ilmu itu adalah anugrah yang dicurahkan oleh Allah kedalam hati sebagai cahaya, tentu keberadaan ilmu ini dapat menerangi jalan yang ditempuh oleh pemiliknya sehingga ia dapat melihatnya secara jelas dan akan membawa pemiliknya kepada tujuan akhir yang terpuji. Akan tetapi sering kali asap kedurhakaan menguap menyusup kedalam hati dan hawa nafsu yang memenuhinya sehingga menghalangi pandangan yang benar, dimana seharusnya seorang hamba itu melihat kebaikan sebagai kebaikan dan melihat keburukan sebagai keburukan. 7 Lihat al-Hafidz Abi Abdullah Muhammad bin Yazid al-qarwini, Sunan Ibnu Majjaah, ttp: Dar al Fikri, tth, jilid 1, h. 81 bab kitab Muqaddimah, No Hadis 223. Lihat. HR Al tirmidzi 547 kitab Al Ilmi, 2682, Abu Daud. 3317, kitab al ilmi,No. 3641, Al Darimi, 1110 dalam Al Muqaddimah, No. 342, dan dishahihkan oleh al-Bani dalam Shahih al-Jami No 6397 Hal ini menunjukan keberadaan cahaya ilmu di dalam hati yang di tunjukan dengan adanya amal yang shaleh dan perasaan takut kepada Allah. Keutamaan para ulama yang menguasai ilmu, mengamalkan dengan cara menyebar luaskan ilmu agama Islam dan menjadi petunjuk bagi manusia lainnya. Dari keterangan diatas maka di jelaskan bahwa Allah telah mengangkat derajat para ulama yang mengenal Alla h dan mengamalkan syari’at-Nya, ketingkat yang tidak akan dicapai oleh selain mereka. Bahkan kesaksian merekapun ditempatkan setelah kesaksian malaikat. Ulama dikatakan sebagai pewaris para nabi, karena mereka telah menyampaikan risalah ajaran yang dibawa oleh para nabi kepada para pengikutnya setelah mereka berhasil menyebar luaskan agama Islam. 8 Sedangkan mereka dikatakan sebagai wakil para nabi, karena mereka telah menyampaikan risalah ajaran yang dibawa oleh para nabi kepada generasi setelah mereka yang mana hal ini telah tercapai. 9 Para ulama itu kunci surga dan wakil para nabi, mereka dikatakan sebagai kunci surga karena mereka telah menunjukan jalan menuju surga dengan petunjuk yang mereka telah ajarkan kepada orang lain. 8 Itthiaq Husen Qureshi. “Posisi ulama dalam Masyarakat Muslim,” dalam Kalim Siddiqi et. Al. Gerbang kebangkitan. terj. AE. Priono. Dkk. Yogyaarta. Shalahuddin Press. 1984. h. 79- 80. 9 Itthiaq husen Qureshi. “Posisi ulama dalam Masyarakat Muslim,” dalam Kalim Siddiqi et. Al. Gerbang kebangkitan. terj. AE. Priono. Dkk. h. 79-80. Hal ini membuktikan kemuliaan serta keutamaan ahli ilmu dan ulama merupakan faktor yang meluruskan karekter yang membiasakan mereka berbuat baik dan membuat mereka mudah menerima kearifan. 10 Setiap ulama harus memiliki akhlaq yang mulia dan ilmu yang luas yang berdasarkan hukum-hukum dan prinsip agama hal ini bertujuan untuk membersihkan jiwa agar berada diatas landasan wahyu ilahi. 11 Dewasa ini kaum muslimin di seluruh dunia merasa kesulitan menemukan figur ulama yang menjadi pemimpin serta mampu memberikan solusi terhadap akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan. Manusia adalah makhluk hidup yang bersifat sosial yang begitu penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi. 12 Dalam rangka menyampaikan ilmu seorang ulama tidaklah pantas berprilaku tidak senonoh yang membuat kepribadiannya tercemarkan karena ulahnya yang tidak mencerminkan sebagai ulama. Pendidik ulama yang baik merupakan penunjuk jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat 13 Ilmu-ilmu pengetahuan alam yang dulu dikuasai oleh umat Islam, ketika ulama-ulama terdahulu telah wafat kini umat Islam hanya menjadi pengekornya saja, inilah yang terjadi dalam dunia keilmuan umat Islam sekarang. 14 10 Lihat Ibnu Miskawaih , Tahdziibu al-akhlaq wa Tathhiru al- a’raaq Tahqiiq Ibn al- Khatiib Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, h. 40. 11 Al-Akhlaq Fil Islam Akhlaq dalam Islam. Dr. Abdul LAthif Al- ‘Abd 12 Ismai Raji’ al-Faruqi, Islam dan Kebudayaan, Bandung : Mizan, 1984, h. 37. 13 Fathiyah Hasan Sulaiman, Pandangan Ibn Khaldun tentang Ilmu dan Pendidikan, penyuting H.M.D. Dahlan, Bandung : CV. Diponegoro, 1987, h. 15-22. Sekarang ini kita semakin sulit menemukan ulama yang memiliki ilmu sekaligus integritas moral, akibatnya, citra ulama semakin redup. Berkenaan dengan kemuliaan dan keutamaan para ulama ini, Hasan Al- Bashri telah ber kata, “ Kematian seorang alim itu menimbulkan suatu keretakan pada Islam yang tidak dapat ditambal dalam jangka waktu sehari semalam.” Dalam hadis marfu yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi dan Imam Thabrani dan kitab al- Kabir di katakana bahwa, “Kematian seorang alim itu merupakan musibah yang tidak ada pelipurnya dan keretakan yang tidak ada tambalannya. 15 ” Meskipun kajian yang penulis angkat merupakan kajian klasik yang sudah sering kali dibahas, akan tetapi, penulis merasa perlu mengangkatnya kepermukaan mengingat kajian ini cukup menarik untuk penulis sajikan ke dalam pembahasan ini. Sebagian besar sudut pandang manusia khususnya para pengikut nabi Muhammad yakni umat Islam mungkin melihatnya hanyalah sebagai titik kecil yang hanya memiliki kandungan makna yang sangat sederhana atas pembahasan ini, akan tetapi yang membuat penulis harus mengkaji kembali adalah penulis ingin menguak berbagai rahasia mengenai keutamaan ilmu dan ulama yang sering kali masyarakat abaikan. Maka sesuatu yang dianggap kecil merupakan hal yang disepelekan dan tidak memiliki kandungan yang penting. Maka hal tersebut dikarenakan makna yang terkandung di dalamnya sederhana dan biasa-biasa saja. Namun tidak dengan ilmu dan ulama yang memiliki kharisma yang tinggi serta memiliki makna 14 Muhammad Syahrurr, Nahw Ushul al-Jadidah li al-Fiqh al-Islami Damaskus: al- Ahlali li ath- Thiba’ah wa a-Nasyr wa at-Tawzi, 2000, h. 45-46. 15 Abu Bakar Al Jazairy, Ilmu dan Ulama, Pelita kehdupan dunia akhirat Daar Al Kutub : Cairo , 2000, h. 55 yang sangat istimewa. Oleh karena itu, penulis sengaja mengambil dan mengangkatnya ke dalam pembahasan ini sebagai pembuktian bahwasanya tiada sesuatu yang lebih tinggi dibanding ilmu dan ulama. Sungguh benar segala kelebihan dan keistimewaan serta kesempurnaan hanyalah milik sang pencipta alam semesta Allah dan pemilik segala kekurangan hanyalah para makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Berangkat dari permasalahan inilah penulis memilih tema skripsi tentang “Keutamaan ilmu dan Ulama Persfektif Hadis” A. Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengingat luasnya pembahasan mengenai judul diatas, maka penulis membatasi permasalahan diatas seputar studi analisis hadis nabi Saw tentang keutamaan ilmu dan ulama. Penulis hanya membatasi pada kitab hadis Shahih Bukhari dan Ahmad Ibn Hanbal. Adapun kitab-kitab hadis yang lainnya hanya penulis jadikan sebagai pendukung semata, dengan mengkaji hadis-hadisnya secara tematik. Dalam mengartikan atau menterjemahkan hadis penulis bersumber pada kitab terjemah kitab-kitab yang sembilan Kutub al- Tis’ah dan kamus-kamus lainnya yang berkaitan dengan pembahasan diatas. Agar skripsi ini tersaji dengan komprehensif dan terarah, penulis membuat rumusan. 1. “Apa keutamaan Ilmu dan Ulama menurut hadis”?

B. Tujuan Penelitian