Allah. Dengan demikian jika ada orang yang berilmu dan tidak memiliki sifat keberagamaan yang kokoh berarti ilmunya tidak bermanfaat.
13
Bahkan orang yang berilmu dan lepas dari tanggung jawabnya karena memperturuti hawa nafsunya
maka diibaratkan seperti seekor anjing yang menjulurkan lidahnya baik dihalangi maupun dibiarkan. QS. Al A‟raf 7: 175-176.
B. Perbedaan Ulama Dunia dengan Ulama Akhirat
Umat yang tidak dibimbing oleh ulama akan menjadi umat yang sesat. Mereka dapat terjerumus oleh godaan syetan ke lembah kehidupan yang hina,
oleh karena itulah betapa pentingnya kehadiran ulama di tengah-tengah masyarakat. Para ulama adalah seumpama lampu yang terang menerangi jalan
yang benar, menjadi wakil Allah di atas bumi. Ulama adalah lambang iman dan harapan umat, memberikan petunjuk dan menyelamatkan manusia dari segala
bencana. Sejarah bangsa telah mengukir berbagai peran yang diperankan oleh para
ulama. Kerukunan umat beragama pada dekade 1970-1980 an telah berhasil terbina dengan baik berkat dukungan para ulama, sehingga kerukunan itu dapat
mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa yang menjadi modal pembangunan negara dan bangsa selama ini. Ulama berperan melalui komunikasi interpersonal
yang dilakukan melalui ceramah-ceramah dan khutbah di masjid-masjid, dan di negara-negara pembangunan yang baru berkembang paling tidak ada tiga
16
Lihat M. Quraish Shihab., Wawasan al- Qur‟an, bandung: Mizan, 1996, h. 435.
kelompok pemimpin resmi pemerintah, pemimpin tidak resmi tokoh Agama, dan pemimpin adat.
Menurut al-Munawar bahwa ulama adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas tentang ayat-ayat Allah, baik bersifat kawniyyah fenomena
alam maupun bersirat Qur’aniyyah yang mengantarkan manusia kepada
pengetahuan tentang kebenaran Allah, dan memberikan pencerahan kepada masyarakat bukan memanfaatkannya.
Menurut Imam Abu Hamid Muhammad bin Ahmad al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menuturkan bahwa ulama terbagi menjadi dua, yakni ulama
dunia ulama su ‟ dan ulama akhirat.
1. Ulama dunia
ulama su’ Yang dimaksud dengan ulama dunia
ulama su’ adalah mereka yang mempergunakan ilmu pengetahuannya untuk mendapatkan kesenangan dan
kepuasan duniawi semata, menjadikan sebagai jembatan untuk mencapai pangkat dan kedudukan semata.
14
Ketahuilah bahwa pangkal kesesatan ulama su’ yaitu
pada niat dan amalan mereka, hati mereka dapat diketahui dari indikator-indikator yang nampak dari amal perbuatannya. Kita telah mengenal ulama ad-din, yakni
orang baik-baik dengan sebutan ulama akhirat, sedangkan ulama su’ adalah
mereka yang menyeleweng yang juga disebut ulama dunia Menurut Imam Ghazali, ulama dunia digambarkan oleh Allah Swt dalam
firman-Nya surat Ali Imran 3: 182
17
Imam Al-Ghazali., Ihya Ulum Al Din, Beirut: Dar Al ikr, tth, h. 61.
“Dan ingatlah, ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab yaitu: Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu
kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya, lalu mereka melemparkan janji itu[258] ke belakang punggung mereka dan mereka
menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran
yang mereka terima” QS, Ali Imran 3: 187
Setiap ulama yang diidealkan oleh al- Qur‟an bukanlah sekedar citra
manusia berilmu saja, melainkan sekaligus manusia yang bermoral. Oleh karena itu, ulama bukan orang yang yang memiliki ilmu melainkan harus disertai sikap
istislam menyerah, takut, dan tunduk kepada Allah. Rasulullah juga bersabda dalam masalah ini dalam hadisnya:
15
“Barang siapa yang mempelajari suatu ilmu hukum karena Allah, dan tidak mencarinya melainkan bukan karena Allah, maka Allah akan
menempatkan ke dalam neraka. HR. Tirmidzi
Dalam hadis yang lain beliau bersabda,
16
18
Abi Isa Muhâmmad bin Surah, Sunan Tirmidzi; Beirut: dar al-Fikr, 1994, J. IV, h. 195, Kitab Ilmi, No. Hadis 2664.
“Barang siapa yang mempelajari ilmu untuk membanggakan diri di hadapan para ulama, atau mendebat orang-orang yang bodoh, atau
mengalihkan pandangan manusia kepada dirinya, maka Allah akan memasukan dia ke nereka. HR. Tirmidzi
Di dalam kitab Akhlaq Ulama, karya Syekh Abu Bakar Muhammad al- Ghazali dijelaskan mengenai ciri-ciri ulama dunia
ulama su’ di antaranya.
17
1. Ulama yang orientasinya hanyalah demi kebahagian duniawi sebagaimana yang dilarang agama.
2. Ia ulama su’ tertimpa kefakiran dan tidak puas dengan anugerah Allah.
3. Pikiran materialistis senantiasa mengendalikan jiwanya, sedangkan kehidupan ukhrawi hampir lenyap dari ingatannya.
18
2. Ulama Akhirat
Adapun pengertian ulama akhirat adalah ulama yang tidak termasuk klasifikasi di atas. Dalam hal ini, al-Ghazali mengaitkan ulama akhirat
dengan surat Ali Imran 3: 199, yang berbunyi
19
19
Abi Isa Muhâmmad bin Surah, Sunan Tirmidzi; Beirut: dar al-Fikr, 1994, J. IV, h. 259-296, Kitab Ilmi, No. Hadis 2659
20
Imam Mawardi, ZI, Abdullah Aqih, Wahai Ulama, Kembalilah Kepada Umat, Surabaya: Pustaka Pelajar: 2002, Cet. Ke-I, h. 44-45.
21
Imam Mawardi, ZI, Abdullah Faqih, Wahai Ulama Kembalilah kepada Umat, h. 2659.
22
M. Mahfudz MD, Spiritualitas Al- Qur’an Dalam Membangun Kerajinan Umat,
Yogyakarta: UII Press, 1999, Cet, Ke-2, h. 426.
“
Dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang
diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang
sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah Amat cepat perhitungan-
Nya.” QS. Ali Imran 3: 199
Adapun karekteristik ulama akhirat menurut Imam Ghazali adalah sebagai berikut
20
: 1. Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak
memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia. QS. Ali Imran 3: 199.
2. Konsekuen terhadap perkataannya, artinya perilakunya sesuai dengan ucapannya dan tidak menyuruh orang untuk berbuat kebaikan sebelum
ia mengamalkannya. QS. Al Baqarah 2: 44
“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan diri kewajiban mu sendiri, Padahal kamu membaca
Al kitab Taurat? Maka tidaklah kamu berpikir? QS. Al Baqarah 2: 44
3. Mengamalkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senantiasa mendalami ilmu pengetahuan yang dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah, dan menjauhi perdebatan yang sia-sia.
23
al-Ghazali, Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad , Ihya ‘Ulumuddin, Mesir:
Dar al Bayan Li al Turats, 1987, Cet. Ke-I, h. 92.
4. Mengejar kehidupan dengan mengamalkan ilmunya dan menunaikan berbagai ibadah
5. Menjauhi godaan penguasa yang jahat 6. Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari
al- Qur‟an dan al Sunnah.
7. Senang terhadap ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt, cinta kepada musyahadah ilmu yang menyingkap kebesaran Allah,
muraqabah ilmu yang mencintai perintah Alah dan menjauhi larangan-Nya, dan optimis terhadap rahmat-Nya.
8. Berusaha sekuat-kuatnya untuk mencapai derajat haqqul yaqin. 9. Senantiasa khasyyah kepada Allah,
ta’dzim atas segala kebesaran- Nya,
tawadhu’ hidup sederhana dan berakhlaq mulia terhadap Allah maupun sesamanya.
10. Menjauhi ilmu yang dapat membatalkan amal dan kesucian hati. 11. Memiliki ilmu yang berpangkal dalam hati, bukan di atas kitab, ia
hanya taklid kepada hal-hal yang telah diajarkan Rasulullah Saw.
21
C. Hukum Menuntut Ilmu dan Tata cara Mencari Ilmu