Korelasi Ilmu dan Iman

57

B. Korelasi Ilmu dan Iman

Terdapat suatu pernyataan yang secara khusus berkaitan dengan ilmu yang dimiliki manusia, mayoritas pemikir Islam berpendapat bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia diperoleh dari adanya upaya belajar. Hanya orang yang mau belajarlah yang dapat memperoleh ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan dapat diperoleh seseorang hanya lewat peroses belajar mengajar. Dengan peroses belajar seorang akan mengalami pergumulan antara gagal dan berhasil. Sehingga proses tersebut dapat membangun kesadaran dan kearifan sesorang yang secara terintegrasi terwujud dalam kepribadian yang utuh. Beberapa instrumen untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sebagaimana yang telah disebutkan pada bab ke 2 dua, pada dasarnya Allah telah memberikan manusia berupa pendengaran, penglihatan hendaknya dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sarana proses belajar. Suatu hal yang perlu disyukuri oleh setiap manusia adalah berfungsinya beberapa instrumen belajar tersebut, karena harus sadar bahwa sebagian manusia ada yang dianugrahi nikmat Allah dengan berbagai instrumen tersebut secara sempurna. Namun ada sebagian diantara manusia ada yang mendapatkannya hanya sebagian saja. Walaupun demikian manusia harus pandai bersyukur karena apa yang telah dianugrahkan Allah semuanya membawa hikmah dan manfaat yang manusia sendiri tidak tahu apa sebenarnya makna di balik anugrah tersebut. 58 Menurut Murtadha Muthahari, 7 tidak mungkin seseorang dilahirkan dalam keadaan sempurna dan dapat memanfaatkan potensi intelektualnya tanpa bimbingan seorang guru yang berbentuk bimbingan dan pengalaman agar ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menyoal ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, Imam Raghib al-Asfahani menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua hal: pertama, ilmu yang mempunyai hubungan dengan hakikat sesuatu. Ilmu tersebut tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Allah, hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al Anfal ayat 60; “.....Kamu tidak mengetahuinya sedang Allah mengetahuinya .” Kedua: Ilmu ini lebih dekat pada epistimologi bagaimana ilmu pengetahuan tersebut dapat diperoleh oleh manusia. 8 Sebagaimana firman Allah dalam al- Qur’an surat al-Mumtahanah ayat 10;”.....Maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka benar-benar telah beriman .” Indikasi bahwa sesorang telah mempunyai keimanan hanya dapat dilihat dari apa yang ia kerjakan tersebut sudah sesuai dengan ajaran agama atau belum, selebihnya apa yang terkandung dalam pikiran dan hatinya bersifat abstrak. Untuk itu agar prilaku seseorang dapat diketahui dan diukur terdapat sebuah metode yang disebut dengan skala sikap seseorang terhadap dirinya, terhadap orang lain, lingkungannya, profesinya dan lain sebagainya. 7 Murtadha Muthahari,f itrah terjemahan, lentera, Jakarta, 2001, h. 33 8 Imam Raghib al-Ashfihani, Mu’jam Mufradat al-Fadzz al-Qur’n Dar al-Fikr, Beirut, hal. 355 59 Menurut Imam Ghazali untuk mengukur keimanan seseorang dapat dilihat dari seberapa besar perhatian orang tersebut terhadap amal kebaikan dan seberapa besar perhatiannya untuk tetap melakukan kejahatan. Dalam pandangannya keimanan seseorang akan meningkat kualitasnya apabila orang tersebut rajin mengerjakan kebaikan. Sebaliknya iman seseorang akan menurun jika ia sering melanggar apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Untuk itu dalam ibadah, al-Ghazali mensyaratkan pada tahap awal sesorang harus belajar syariat aturan main dan tata cara beribadah, tanpa ilmu tersebut ibadah seseorang akan sia-sia. Ilmu dan iman dalam pandangan kaum sufi adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, pergumulan antara ilmu, iman dan ma’rifatullah terus bergulir dalam kehidupan seorang sufi. Untuk itu tahapan pertama yang harus dilalui adalah mencari ilmu pengetahuan sebagai perangkat ibadah agar ibadah tidak sia-sia. Menurut Harun Nasution 9 dalam kehidupan seorang sufi, ilmu dapat menghantarkannya pada ma’rifatullah, sehinngga hatinya penuh dengan cahaya, semakin banyak orang sufi menerima ma’rifah maka makin banyak pula yang diketahuinya tentang rahasia-rahasia Allah dan ia pun semakin dekat kepada Allah SWT. Menurut Yusuf Qardhawi antar ilmu dengan iman selalu beriringan, keduanya saling melengkapi, satu ilmu adalah petunjuk iman karena ia menuntun kepada 9 Harun Nasution, 1987. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, bulan Bintang, Jakarta, hal. 75 60 kebenaran 10 . Tidak hanya itu saja, iman akan menjadi kering dan mudah digoyah apabila tidak disertai dengan bangunan ilmu yang kuat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Darda’ dinyatakan “Iman itu dalam keadan telanjang, sedang pakaiannya adalah rasa malu, dan buahnya ilmu” HR. Tirmidzi Dari hadis tersebut di atas, dapat diambil penjelasan bahwa antara iman dan ilmu saling mempunyai keterkaitan yang signifikan, untuk itu sinergitas di antara keduanya sedapat mungkin harus terjaga. Iman yang tidak disertai ilmu pengetahuan tidak kandapat menghantarkan kepada derajat ketaqwaan yang sesungguhnya, oleh karena itu barang siapa yang berpergian kesuatu tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka baginya dimudahkan jalan menuju surga. Tidak hanya itu yang dijanjikan Allah, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali pulang” HR. Tirmidzi 10 11 Tirmidzi, bab fadhlul ‘ilmi hadis 2571, juz 9, h. 244, 61 Pada hadis ini mengandung pengertian bahwa barang siapa yang bepergian untuk mencari ilmu maka ia akan mendapatkan pahala yang menyamai dengan pahala jihad. Mafhum muwafaqah hadis ini ialah ketika orang tersebut dengan ikhlas dan serius mencari ilmu tersebut kemudian ia meninggal dunia maka tiada pahala yang lain baginya kecuali mendapatkan surga karena ia berjalan di jalan Allah. Untuk itu hendaknya setiap kaum muslimin menyadari bahwa belajar dengan sungguh-sungguh dalam berbagai disiplin keilmuan dan disertai dengan sungguh-sungguh dalam berbagai disiplin keilmuan dan disertai dengan iman yang kokoh niscaya upaya tersebut akan membuahkan hasil yang positif bagi perkembangan kaum muslimin dan di dunia Islam.

C. Analisis Hadis