Pendapat Muhaditsin tentang Keutamaan Ilmu dan Ulama

55 orang yang mengaji kitab fiqih, dan bukan pula ditentukan oleh jubah dan sorban besar. 4

A. Pendapat Muhaditsin tentang Keutamaan Ilmu dan Ulama

Adapun menurut pendapat ulama hadis tentang keutamaan ilmu dan ulama sebagai berikut: 1. Imam Malik mengemukakan tentang keutamaan ilmu dan ulama dalam kitabnya Al Muwatha bahwa sanya ilmu bukanlah karena banyak menghafal riwayat hadis, bahkan ilmu adalah Nur yang dinyalakan Allah dalam hati seseorang yang dikehendaki-Nya. 2. Sufyan Tsauri berpendapat mengenai tentang ciri-ciri Ulama menurutnya terdapat tiga macam: a. Alim yang mengenal Allah dan mengerjakan perintah Allah. b. Alim mengenal Allah tetapi tidak mengenal perintah Allah. c. Alim yang mengenal perintah tetapi tidak mengenal Allah. Adapun alim yang mengenal Allah dan mengenal perintah Allah, ialah yang takut kepada Allah dan mengenal batas-batas dan perintah serta larangan, alim yang menmgenal Allah tetapi tidak mengenal perintah Allah ialah yang takut kepada Allah tetapi tidak melaksanakan perintah Allah. Alim yang mengenal perintah Allah tetapi 4 Hamka, Tafsir Al-azhar Jakarta: Pustaka Panjimas 1988, Juz 22, h. 242-243. 56 tidak mengenal Allah ialah yang sangat tahu batas dan perintah Allah tetapi tidak ada rasa takut kepada Allah. 5 Dapat dikatakan bahwa orang alim yang mengenal perintah tetapi tidak mengenal Allah inilah yang banyak sekarang. Sehingga nur cahaya itu di cabut oleh Allah dari dirinya, sehingga pengetahuannya dari hal halal dan haram, hanyalah laksana pengetahuan sekedar saja yang dapat memutar-mutar ayat sebagaimana yang disenangi hati orang yang menanyakan. 3. At-Thayyibi berpendapat: Seorang ulama yang selalu berusaha keras menjauhi segala yang haram dengan ilmunya, lebih berat bagi syaitan untuk menggodanya dari pada seribu kali ahli ibadah yang giat beribadah, akan tetapi tidak tahu apa yang berkaitan dengan ibadahnya. Hal itu disebabkan syaitan setiap kali membuka pintu hawa nafsu kepada orang banyak dan menjadikan syahwat indah dalam hati mereka. Oleh karena itu orang yang memiliki ilmu atau faqih ia tidak akan tertipu. 6 4. Ali bin Abi Thalib berkata: barang siapa memandang kepada wajah orang alim dengan sekali pandang, sehingga ia gembira dengannya. Maka Allah menciptakan dari pandangan itu seorang malaikat yang memohon ampun baginya. Pandangan wajah ke arah orang yang alim adalah ibadah dan menimbulkan cahaya dalam pandangan dan cahaya di dalam hati. 5 Imam Ghazali, Mukasyafatul Qulub Surabaya: Darul Fikri, Tth, h. 288. 6 Muhammad bin Umar An Nawawi, Tanqihul Qaul al-Hatsîts Fi Syarhi Lubabil Hadis, Surabaya: Mutiara Islam, 1995, h. 27. 57

B. Korelasi Ilmu dan Iman