Pemlastis Teori Plastisasi Teori Pelumasan

yang keras, memiliki kekuatan tarik 5000-9000 psi dan perpanjangan hanya 2-40 numun bila ditambahkan 50-100 bagian berat plasticizer ester phthalat akan merubah plasticizer menjadi polimer-terplastis yang memiliki kekuatan tarik 1500-3500 psi dan perpanjangan 200-450 Bilmeyer, 1984 dan Rudin, 1982.

2.6.1. Pemlastis

Persyaratan mendasar yang harus dipenuhi oleh pemlastis adalah bahwa semua gaya antar molekul antara pemlastis-pemlastis, polimer-polimer dan antara yang efisien maka suatu senyawa dengan berat molekul rendah harus memiliki affinitas yang cukup untuk mengatasi interaksi. Untuk memberikan fleksibilitas yang baik pada suhu rendah, senyawa ini juga harus memiliki mobilitas yang cukup untuk berpartisipasi dalam kesetimbangan sistem dan harus dapat berdifusi melalui sistem tersebut Rudin, 1982 dan Frenkel, 1975. Pemlatis yang paling banyak digunakan untuk PVC, biasanya mengandung ester-ester dari asam organik seperti dop dioctyl phthalate, doa di octyl phthalate, diop di iso octyl phth alate, tpc tri cresyl phospate, totm tri alkyl tri mellitate, top tri octyl phthalate, dos di octyl sebacate gibbon dan kusy,1998.

2.6.2. Teori Plastisasi

Dalam pengolahan membentuk bahan jadi atau setengah jadi kedalam bahan polimer murni biasanya ditambahkan suatu zat cair atau padat untuk meningkatkan sifat plastisitasnya. Proses ini dikenal dengan plastisasi, sedangkan zat yang ditambahkan disebut pemlastis. Plastisasi akan mempengaruhi sifat fisik dan sifat mekanis bahan polimer seperti kekuatan tarik, kelenturan, kemuluran, sifat listrik, suhu alir dan suhu transisi gelas Tg. Beberapa teori yang menjelaskan peristiwa plastisasi dan akan diuraikan berikut ini. Universitas Sumatera Utara

2.6.3. Teori Pelumasan

Dalam teori ini pemlastis dipandang sebagai sebuah pelumas yang tidak menunjukkan gaya-gaya ikatan dengan polimer. Molekul pemlastis hanya terdispersi diantara fase polimer sehingga menentukan gaya-gaya intermolekuler pada rantai polimer dan oleh karenanya hanya menyebabkan plastisasi partial. jika pemlastis memiliki gaya interaksi dengan polimer, proses dispersi akan berlangsung dalam skala molekul dan terbentuk larutan polimer-pemlastis. Dalam hal ini, polimer dan pemlastis disebut bersifat kompatibel. Senyawa-senyawa pemlastis yang bertindak sebagai pelumas bukan merupakan pemlastis yang efektif karena hanya menurunkan viskositas lelehan sehingga hanya mempermudah proses pengolahan bahan polimer namun tidak berpengaruh terhadap sifat-sifat mekanis bahan polimer. Pemlastis seperti ini hanya digunakan dalam jumlah yang sedikit dan disebut sebagai bahan pembantu pengolahan atau processing aids Wirjosentono, dkk, 1995 ; Meier; 1990.

2.6.4. Teori Solvasi.