SalinanKutipanGrosse yang
otentik dari
Minuta Risalah
Lelang ditandatangani, diberikan teraan capstempel dan diberi tanggal pengeluaran oleh
Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II yang bersangkutan. Kutipan Risalah Lelang untuk lelang tanah atau tanah dan bangunan ditandatangani oleh Kepala
KPKNLPejabat Lelang Kelas II setelah Pembeli menyerahkan bukti pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Pembangunan BPHTB. Grosse Risalah Lelang
yang berkepala Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat diberikan atas permintaan Pembeli.
Dalam rangka kepentingan proses peradilan, fotocopy Minuta Risalah Lelang danatau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Risalah lelang dapat diberikan
kepada penyidik, penuntut umum atau hakim, dengan persetujuan Superintenden Pengawas Lelang bagi Pejabat Lelang Kelas II atau Kepala KPKNL bagi Pejabat
Lelang Kelas I. Atas pengambilan fotocopi Minuta Risalah Lelang danatau surat- surat sebagaimana dimaksud dibuat Berita Acara Penyerahannya.
118
B. Kekuatan Risalah Lelang Pada Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Kredit
Bank Swasta Melalui Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa risalah lelang dibuat
dengan prosedur pembuatan suatu akta yaitu di hadapan Pejabat Lelang dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL yang telah mendapat izin dari
Menteri Keuangan di wilayah hukumnya, sehingga dengan demikian risalah lelang
118
Lihat, Pasal 63 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150PMK.062007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40PMK.072006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
Universitas Sumatera Utara
adalah merupakan akta otentik, yang berguna untuk: bagi penjual, sebagai bukti bahwa penjual telah melaksanakan penjualan sesuai prosedur lelang, bagi
peminatpeserta lelang sebagai bukti pembelian, dan bagi pihak ketiga, misalnya Kantor Pertanahan, merupakan dasar hukum untuk balik nama atas tanah, demikian
juga bagi administrasi lelang sendiri adalah sebagai dasar perhitungan bea lelang serta pertanggungjawaban lelang pengawasan pelaksanaan peraturan lelang.
Demikian juga halnya dalam pelaksanaan lelang barang jaminan kredit pada bank swasta melalui Balai Lelang Swasta maka setiap selesai pelaksanaan lelang bagi
pemenang lelang diberikan Risalah Lelang. Di mana risalah lelang ini ditandatangani oleh Pejabat Lelang Kelas II yang ditunjuk pada Balai Lelang Swasta.
Menurut keterangan nara sumber dari balai lelang swasta yang dijadikan objek penelitian, menyatakan Pejabat Lelang Kelas II yang ditunjukan Balai Lelang
Swasta tersebut adalah berasal atau pegawai pada KPKNL diwilayah Balai Lelang Swasta berada. Jadi Pejabat Lelang pada Balai Lelang Swasta tersebut memang telah
diberi izin dan punya kewenangan untuk melaksanakan lelang tersebut.
119
Dengan demikian Risalah Lelang yang dikeluarkan Balai Lelang Swasta adalah mempunyai kekuatan mengikat sebagai akta otentik bagi pemegangnya karena
dibuat atau ditandantangani Pejabat Lelang Kelas II dari KPKNL. Akan tetapi pelaksanaan lelang jaminan kredit bank swasta berupa tanah dan bangunan melalui
119
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Ali Amran Tanjung, S.H., M.Hum., selaku Direktur Utama PT. Balai Lelang Sukses Mandiri, tanggal 26 Maret 2010 di Medan
Universitas Sumatera Utara
Balai Lelang Swasta mendapat hambatan dalam hal pengosongan tanah dan bangunan walaupun telah ada risalah lelang.
Hal ini disebabkan Ketua Pengadilan Negeri tidak mau memberikan fiat pengadilan tentang eksekusi pengosongan terhadap objek jaminan kredit yang telah
laku terjual melalui Balai Lelang Swasta, sebelum pihak pemenang lelang melalui Bank terlebih dahulu mendapat surat pengantar dari kantor lelang negara KPKNL
walaupun sudah ada Risalah Lelang yang dikeluarkan setelah lelang pada Balai Lelang Swasta yang dikukuhkan oleh KPKNL.
Pihak pemenang lelang melalui bank harus mengajukan surat permohonan lagi kepada Kepala Kantor KPKNL untuk dikeluarkan surat keterangan yang isinya
mohon bantuan kepada Bapak Ketua Pengadilan Negeri Medan kiranya dapat mengabulkan permohonan pemenang lelang untuk melakukan eksekusi pengosongan
atas objek tanahbangunan sesuai dengan kewenangan yang ada pada Pengadilan Negeri Medan. Akibatnya, tidak efisiennya waktu dan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan oleh bank dalam lelang tersebut.
120
Padahal Risalah Lelang yang diterbitkan Balai Lelang Swasta tersebut adalah dibuat Pejabat Lelang Kelas II dari KPKNL, yang diberi kewenangan Pasal 1
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119PMK.072005 tentang Pejabat Lelang Kelas II, bahwa Pejabat Lelang Kelas II adalah orang yang khusus diberi wewenang
oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang atas
120
Hasil wawancara dengan Bapak Susandi Limanaga, selaku Administrasi KreditLegal PT. Bank Dipo Internasional Cabang Medan, tanggal 25 Maret 2010 di Medan.
Universitas Sumatera Utara
permohonan Balai Lelang selaku kuasa dari Pemilik Barang yang berkedudukan di Kantor Pejabat Lelang Kelas II atau KPKNL.
Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan tersebut menyatakan Pejabat Lelang Kelas II berwenang melaksanakan lelang atas permohonan Balai
Lelang, yang memiliki wewenang sebagai berikut: a. Melakukan analisis yuridis terhadap dokumen persyaratan lelang dan dokumen
barang yang akan dilelang b. Menegur danatau mengeluarkan peserta dan atau pengunjung lelang apabila
melanggar tata tertib pelaksanaan lelang; c. Menghentikan pelaksanaan lelang untuk sementara waktu apabila diperlukan
dalam rangka menjaga ketertiban pelaksanaan lelang; d. Menolak melaksanakan lelang apabila tidak yakin akan kebenaran formal berkas
persyaratan lelang; e. Melihat barang yang akan dilelang;
f. Meminta bantuan aparat keamanan apabila diperlukan; g. Mengesahkan Pembeli Lelang danatau
h. Membatalkan Pembeli Lelang yang wanprestasi. Kemudian secara tegas dinyatakan dalam Pasal 11 butir d, e, g dan butir h Peraturan
Menteri Keuangan tersebut bahwa Pejabat Lelang Kelas II dalam melaksanakan jabatannya berkewajiban:
a. Membuat bagian Kepala Risalah Lelang sebelum Lelang dimulai b. Membacakan bagian Kepala Risalah Lelang di hadapan peserta lelang sebelum
lelang dimulai, kecuali dalam lelang yang dilakukan melalui media elektronik;
Universitas Sumatera Utara
c. Membuat Minuta Risalah Lelang dan menyimpannya. d. Membuat Salinan dan Kutipan Risalah Lelang dan menyerahkan kepada Balai
Lelang. Oleh karena itu, atas dasar Risalah Lelang ini seharusnya Ketua Pengadilan
Negeri dapat mengabulkan eksekusi pengosongan yang dimohonkan oleh pihak Bank, karena Risalah Lelang adalah akta otentik sebagai bukti yang sempurna atas
berpindahnya hak atas objek lelang kepada pemenang lelang, walaupun lelang itu dilaksanakan melalui Balai Lelang Swasta, karena pejabat lelang yang
menandatangani Risalah Lelang tersebut adalah Pejabat Lelang Kelas II dari KPKNL yang berwenang untuk itu, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 119PMK.072005 tentang Pejabat Lelang Kelas II. Akan tetapi dalam prakteknya Ketua Pengadilan Negeri hanya akan memberikan fiat pengadilan untuk
eksekusi pengosongan yang dimohonkan oleh Balai Lelang Swasta itu apabila telah ada Surat Keterangan dari KPKNL.
Permasalahan pengosongan setelah lelang ini sebenarnya bukan hanya dialami Balai Lelang Swasta tetapi juga menjadi permasalahan dalam lelang yang
dilakukan oleh KPKNL. Oleh karena itu menurut Yohannes E. Binti selaku Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Medan, bahwa didalam menyusun undang-undang
lelang yang baru, perlu diperhatikan tentang adanya aturan-aturan hukum yang telah ada, praktek-prektek pelaksanaan lelang yang baik, yang telah dilaksanakan oleh
Kantor Lelang selama ini agar ada sinkronisasi dari peraturan perundangan yang ada tersebut serta tidak menimbulkan hal-hal yang justru dapat merugikan pihak-pihak
Universitas Sumatera Utara
yang terkait di dalam pelaksanaannya, hal-hal yang perlu mendapat perhatian tersebut, antara lain tidak adanya pengaturan tentang hubungan antara Kantor lelang
dengan Pengadilan Negeri, padahal hampir 90 dari hasil lelang, terutama yang berupa barang tetap, tidak dapat dikosongkan sedangkan pengosongan tersebut dalam
praktek selama ini diperlukan bantuan dari Pengadilan Negeri, mungkin ada solusi lain yang diperkenalkan oleh Rancangan Undang-Undang Lelang ini, namun apapun
solusi tersebut perlu dicantumkan dengan tegas di dalam Rancangan Undang-Undang Lelang, tidak cukup hanya diatur didalam peraturan Menteri.
121
Selama ini didalam praktek pengadilan adanya semacam kebiasaan yang menentukan bahwa Bank-Bank Swasta jika ingin melelang barang-barang dengan
Hak Tanggungan dilakukan melalui Pengadilan Negeri hal tersebut dirasakan lebih aman karena jika terjadi masalah masalah hukum dapat langsung ditangani oleh
Pengailan Negeri.
122
Sebelumnya Pengadilan Negeri tidak bersedia mengosongkan objek lelang yang dilakukan oleh Kantor Lelang yang bukan melalui Pengadilan Negeri sehingga
pembeli lelang tidak dapat menguasai objek lelang tersebut segera setelah dia memenangkan lelang dan jika dia mau menguasai objek lelang tersebut yang
bersangkutan harus mengajukan gugatan biasa ke Pengadilan Negeri dan hal tersebut akan memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit, sebagai akibatnya
121
Yohannes E. Binti Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Medan, Analisa Rancangan Undang-Undang Tentang Lelang Dihubungkan Dengan Praktek Pengadilan, Disampaikan dalam
Desiminasi Rancangan Undang-Undang Lelang pada 3 Juni 2010 Di Hotel Danau Toba Internasional, Medan, hal. 3.
122
Ibid., hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
animo masyarakat untuk mengikuti lelang menjadi sangat rendah sehingga tujuan dari diadakannya lelang tidak tercapai, tetapi dengan surat Wakil Ketua Mahkamah
Agung bidang Yudisial tanggal 21 Januari 2010, No. 09Wk.MA.YI2010, tentang permohonan Fatwa, yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan, pihak
pembeli lelang dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri agar Pengadilan Negeri melakukan pengosongan terhadap objek yang telah dilelang
tersebut tanpa perlu pengajukan gugatan biasa, hal tersebut merupakan hal sangat positif didalam pelaksanaan lelang dan Pembeli Lelang dalam waktu yang tidak
terlalu lama dapat menguasai barang yang dibelinya melalui lelang.
123
123
Ibid., hal. 3-4.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN