5.2. Pembahasan
Bayi muda yang mengalami diare lebih rentan untuk jatuh ke dehidrasi dan membutuhkan perawatan di rumah sakit Katcher et al In Ukarapol et al, 2002.
Murthy 2006, menyatakan bahwa tingginya insiden diare pada bayi muda dapat disebabkan karena, pemberhentian ASI, penurunan antibodi maternal, penurunan
imunitas aktif pada bayi dan kontak dengan sumber infeksi pada saat bayi mulai merangkak. Menurut Ukarapol et al 2002, rata-rata anak yang mengalami diare
dengan dehidrasi berumur 19,4 bulan, dimana 50,9 terjadi pada anak perempuan dan 49 pada anak laki-laki. Sedangkan penelitian yang dilakukan
Plaisier et al 2010, menunjukkan bahwa mayoritas pasien adalah anak berumur di bawah 2 tahun yaitu 57,4. Pada penelitian tersebut juga didapati pada anak laki-
laki kejadian dehidrasi akibat diare sebanyak 54,4 dan 45,5 pada anak perempuan. Pada penelitian ini didapati hasil yang tidak jauh berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ukarapol et al 2002 dan Plaisier et al 2010 mengenai umur pasien yang mengalami dehidrasi akibat diare, dimana yang
paling sering mengalami dehidrasi akibat diare adalah anak berumur 1 bulan – 2 tahun yaitu 31 79,5 dan juga didapati perbedaan jenis kelamin pada anak yang
mengalami dehidrasi akibat diare dimana laki-laki lebih sering daripada perempuan.
Pada diare, dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran tinja yang berulang-ulang. Pada penelitian yang dilakukan Plaisier et at 2010
didapati kejadian dehidrasi ringansedang sebanyak 63,23, dan dehidrasi berat 36,7. Pada penelitian ini didapati hasil yang sama dimana kejadian terbanyak
adalah dehidrasi ringansedang yaitu 30 76,9 sampel. Selain dehidrasi, gangguan elektrolit merupakan hal penting yang harus
diperhatikan pada pasien yang mengalami dehidrasi akibat diare. Selama episode diare cairan dan elektrolit natrium, kalium, klorida hilang bersama tinja cair,
keringat, dan urin. Behrman et al menyatakah bahwa, pada sekitar 70 penderita kehilangan air dan natrium sebanding sehingga terjadi dehidrasi isonatremik.
Dehidrasi hiponatremik dijumpai pada sekitar 10-15 penderita diare. Hal ini terjadi bila sejumlah besar elektrolit terutama natrium, hilang dari tinja, melebihi
Universitas Sumatera Utara
kehilangan cairan. Hiponatremia dapat diperberat atau ditimbulkan bila pada masa diare diberikan sejumlah besar masukan cairan rendah atau bebas elektrolit
peroral. Sedangkan dehidrasi hipernatremia dijumpai pada sekitar 15-20 penderita diare dan dapat terjadi bila selama diare diberikan larutan elektrolit
rumah tangga dengan konsentrasi garam tinggi, atau bayi diberi makan susu skim mendidih yang menimbulkan beban solut ginjal yang tinggi dan peningkatan
kehilangan air urin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shah et al 2007 didapati gangguan natrium terbanyak adalah hiponatremia yaitu 56, dibandingkan
hipernatremia 10. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Murthy 2006, kejadian terbanyak adalah isonatremia 84,4, diikuti hiponatremia 12,06 dan
hipernatremia 3,4. Pada penelitian ini didapati hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan Shah et al 2007, dimana kejadian terbanyak adalah
hiponatremia yaitu berjumlah 19 48,7 sampel. Selain natrium, kalium merupakan elektrolit yang juga banyak hilang
selama episode diare. Penurunan konsentrasi kalium serum 1 mEqL akibat kehilangan kalium biasanya sebanding dengan kehilangan 10-30 kalium tubuh
Behrman, 2000. Penelitian yang dilakukan Jurnalis, dkk. 2008, menunjukkan bahwa gangguan kalium serum terbanyak pada anak yang mengalami dehidrasi
akibat diare adalah hipokalemia, yaitu 62. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Majeed et al 2006, didapati kejadian terbanyak adalah normokalemia yaitu
62,85 dan hanya 37,14 kejadian hipokalemia. Pada penelitian ini didapati hasil yang sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Jurnalis, dkk. 2008,
dimana pada penelitian ini mayoritas pasien mengalami hipokalemia yaitu berjumlah 29 74,4 sampel. Tingginya kejadian hipokalemia pada penelitian ini
dapat disebabkan karena kebanyakan anak yang mengalami diare pada penelitian ini juga mengalami malnutrisi.
Selain natrium dan kalium, elektrolit yang juga mengalami gangguan selama diare adalah klorida. Gangguan klorida dapat berupa hipokloremia ataupun
hiperkloremia. Menurut Murthy 2006, kejadian hiperkloremia pada anak yang mengalami dehidrasi akibat diare dapat disebabkan karena pemberian sejumlah
besar cairan yang mengandung klorida seperti garam fisiologis saline normal,
Universitas Sumatera Utara
dan ringer laktat pada resusitasi cairan akut. Pada penelitiannya didapati 89,65 anak mengalami normokloremia. Pada penelitian ini didapati hasil yang berbeda,
dimana kejadian terbanyak adalah hiperkloremia yaitu berjumlah 21 53,8 sampel. Kejadian hipokloremia dan hiperkloremia biasanya disertai dengan
hiponatremia dan hipernatremia yang sebanding Behrman et al, 2000. Hal ini dijumpai pada penelitian yang dilakukan oleh Murthy 2006, dimana kejadian
hiperkloremia sebanding dengan kejadian hipernatremia. Pada penelitian ini tidak dijumpai hal demikian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu, gambaran profil elektrolit pada pasien diare dengan komplikasi dehidrasi, baik dehidrasi
ringansedang maupun berat adalah hiponatremia 48,7, hipokalemia 74,4 dan hiperkloremia 53,8.
6.2. Saran
a. Adapun saran yang dapat diberikan penulis, kepada bagian rekam medis
agar dalam mengentri data ke sistem komputer lebih teliti lagi. Sehingga dapat mempermudah dalam pencarian data untuk peneliti-peneliti
berikutnya. b.
Bagi orang tua sebaiknya mengikutimelaksanaan pemeriksaan elektrolit bagi anaknya jika anak tersebut mengalami dehidrasi, sehingga dapat
ditatalaksana sebaik mungkin dan menghindari terjadinya komplikasi. c.
Kepada orang tua ibu agar memberikan cairan yang isotonis kepada anaknya yang mengalami diare, agar anak tidak mengalami dehidrasi
hiponatremia dan hipernatremia. d.
Kepada ibu – ibu yang memiliki anak yang mengalami diare agar dipantau gizi anak dan asupan nutrisi selama anak mengalami diare agar anak tidak
mengalami malnutrisi, sehingga anak tidak mengalami hipokalemia. e.
Kepada dinas kesehatan agar dilakukan penyuluhan tentang pemberian cairan yang tepat, serta penyuluhan tentang pembuatan oralit untuk anak
yang mengalami diare.
Universitas Sumatera Utara