Konsep Zikir dalam Al-Qur’an dan Tafsir Al-Misbah

menyebut-nyebut Allah atau apa yang berkaitan dengan-Nya, seperti mengucapkan tasbih subhanallah wa bihamdih, mengucapkan tahmid alhamdulillah, takbir Allahu Akbar dan hauqalah Laa haula walaa quwwata illa billah. 7 Sedangkan pelaksanaannya sama sekali tak ada batasan baik dalam metode, jumlah, atau waktu berzikir. Pembatasan terhadap metode yang berkaitan dengan beberapa amal wajib tertentu tidak dibahas di sini, misalnya salat. Syariat cukup jelas dan setiap orang mengetahui kewajiban ini. Bahkan, Nabi saw bersabda bahwa para penghuni surga hanya menyesali satu hal, yakni tidak cukup banyak mengingat Allah selama di dunia. 8

E. Konsep Zikir dalam Al-Qur’an dan Tafsir Al-Misbah

Tentu saja sebagian orang tidak keliru jika berkata dalam konteks zikir yang diajarkan dan dianjurkan agama bahwa yang harus diingat dan disebut adalah Allah, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Namun, kalau merujuk kepada al-Qur’an, maka akan ditemukan dari ayat-ayat yang menggunakan redaksi perintah berzikir, cukup banyak yang disebut-Nya sebagai objek zikir, antara lain: 9 1. Allah Dalam arti sifat-sifat, perbuatan, dan kebesaran Allah, bukan dzat-Nya. Inilah yang pertama dan utama, serta dari dan kepada-Nyalah berpangkal dan berpusat semua zikir. Dalam QS. al-Ahzab [33]: 41, Allah berfirman: 7 Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tentang Zikir dan Doa, h. 14. 8 Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Energi Zikir dan Salawat, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007, h. 10. 9 Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tentang Zikir dan Doa, h. 14. “Hai orang-orang yang beriman, berzikir sebut-sebut nama Allah dan renungkanlah kebesaran-Nya dengan zikir yang sebanyak-banyaknya.” QS. al- Ahzab: 41 Kemudian dalam surat lain Allah berfirman: ]9 _ ? ? 6 Q`a 9R Yb cX Qd01 “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” QS. al- Baqarah: 152 Maksudnya: Karena itu yakni karena aneka nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kamu, maka, berzikiringatlah kepada-Ku dengan lidah, pikiran, hati, dan anggota badan. Lidah menyucikan dan memuji-Ku, pikiran dan hati dengan memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan anggota badan dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Ku, jika itu kamu lakukan niscaya Aku ingat juga kepada kamu , sehingga Aku akan selalu bersama kamu saat suka dan dukamu dan bersyukurlah kepada-Ku dengan hati, lidah, dan perbuatan kamu pula, niscaya Ku- tambah nikmat-nikmat-Ku dan janganlah kamu mengingkari keesaan dan nikmat-Ku agar siksa-Ku tidak menipu kamu. 10 10 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2000, vol.1, h. 339. 2. Hari-Hari Allah Dalam QS. Ibrahim [14]: 5, Allah berfirman memerintahkan Nabi Musa as. e 6f… h:K 6 -, ? i N -O APQJ 9RS T VJ 7?jkZ Jm 2 n W Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” QS. Ibrahim: 5 Maksudnya: Keluarkanlah kaummu yakni sampaikanlah tuntunan Allah dan bimbinglah mereka agar dapat keluar dari aneka gelap gulita seperti kesesatan kaidah, kebodohan, khurafat, kebejatan, akhlak, dan lain-lain menuju cahaya Ilahi dan tuntunan-tuntunan-Nya yang terang benderang; dan ingatkanlah mereka tentang hari- hari Allah yakni peristiwa-peristiwa yang dialami oleh umat-umat yang lalu, baik yang positif maupun yang negatif. Sesungguhnya pada yang demikian itu yakni di dalam wadah peringatan tentang hari-hari itu yang mencakup banyak hal, suka dan duka, demikian juga dalam upaya mengeluarkan manusia dari aneka kegelapan menuju terang benderang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang penyabar dan banyak bersyukur . 11 Hari-hari Allah yang dimaksud adalah hari-hari di mana terjadi peristiwa- peristiwa penting yang dialami baik yang positifnikmat maupun yang negatifsiksa. Itulah sebabnya mengapa Allah Swt. mengingatkan umat Nabi Muhammad Saw. agar berzikir, yakni merenung dan mengingat tentang keadaan dan situasi yang pernah mereka alami. Antara lain dengan firman-Nya: 11 Ibid., vol. VII, h. 23 d QZ S opq 6 rs4A X Qd- at Duv 9 wx?Tpy e _ X 6 1d z-I D { { J ? 1| n_ - m 6 }w 2 ~ h -P T KL M N `•4 zJ ?Q` A- J X 1a€ +, - “Dan ingatlah hai para muhajirin ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi Mekah, kamu takut orang-orang Mekah akan menculik kamu, Maka Allah memberi kamu tempat menetap Madinah dan dijadikan-Nya kamu Kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” QS. al-Anfaal: 26 Maksudnya: Dan ingatlah wahai seluruh kaum Muslim, lebih-lebih para Muhajirinpendatang dari Makkah ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas oleh aneka faktor di muka bumi, yakni di Makkah, atau di mana saja di persada bumi ini. Kamu semua walau dalam keadaan menyatu apalagi sendirian merasa takut, jangan sampai orang-orang yang menguasai kota Makkah atau di mana saja menculik kamu satu persatu lalu dengan anugrah-Nya Allah memberi kamu tempat menetap yakni di Madinah atau di mana saja yang ditetapkan Allah dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang bermacam-macam dan yang baik-baik agar kamu bersyukur . 12 Di tempat lain Allah memerintahkan mereka mengingat nikmat Allah dalam peristiwa yang dilukiskan oleh firman-Nya: 12 Ibid., vol. V, h. 65 • V =N-O q n ?Q` 4A B S ‚-7 ƒ„? X 6 ] z…u?` ? 1 \JS o†  6 ‡ 1_ o†  6 ?Q` QS{ W 9 n cs D \_A_ e V O J . “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu untuk berbuat jahat, Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. dan bertakwalah kepada Allah, dan Hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.” QS. al-Maidah: 11 Maksudnya: Hai orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, ingatlah nikmat Allah yang dianugrahkan-Nya kepada kamu, sewaktu suatu kaum yang mempunyai kekuatan dan kemampuan yang melebihi kekuatan dan kemampuanmu bermaksud dengan sungguh-sungguh hendak menggerakan tangan-tangan mereka kepada kamu yakni untuk berbuat jahat, membunuh atau memerangi kamu, maka Allah menahan tangan-tangan mereka dari kamu , sehingga mereka gagal mencapai maksud mereka. Tanpa nikmat Allah itu niscaya kamu akan mengalami kesulitan, karena itu maka bersyukur dan bertawakallah kepada Allah setiap waktu dan tempat serta kondisi dan hanya kepada Allah sajalah , tidak kepada selain-Nya orang-orang mukmin harus bertawakkal yakni, berserah diri sambil berusaha sekuat kemampuan. 13 13 Ibid., vol. III, h. 43 Dengan demikian, mengingat-ingat nikmat Allah yang berupa keselamatan dari bencana atau perolehan anugerah yang pernah dialami pada salah satu saat dalam perjalanan hidup manusia, merupakan salah satu objek zikir. Dengan kata lain, sejarah merupakan salah satu objek zikir, guna menjadi pelajaran, yakni guna ditelusuri sebab- sebabnya lalu diteladani bila dampaknya baik dan dihindari bila buruk. 3. Diri Manusia Cukup banyak ayat al-Qur’an yang yang menyebut manusia sebagai objek zikir. Salah satu dari sekian banyak yang ditekankan al-Qur’an untuk diingat dan direnungkan menyangkut manusia adalah bahwa satu ketika dia pernah tidak hadir di pentas bumi. Allah berfirman: Yb 6 QZ04 L =uqNˆ q 6 + V SA-K L s?` oJ Q, ‰n 4 ی ﻡ -2 “Tidakkah manusia mengingat berfikir bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia sebelum diciptakan itu, dahulu tidak ada sama sekali dalam wujud ini?” QS. Maryam: 67 Di tempat lain Allah berfirman: ?s-7 W9 Š 6 9 wL =u‹Nˆ r [ + KL M :7Œ ?J L 1 ‰n 4 T 04{ 3 , “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa yang berkepanjangan ini, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? yakni belum terciptalahir.” QS. al-Insan: 1 Ayat-ayat di atas dan semacamnya merupakan perintah kepada manusia untuk merenungkan asal kejadiannya serta perjalanan hidupnya. Bertebaran ayat-ayat serupa yang menjadi objek zikir. Di sisi lain Allah Swt. mengecam orang-orang yang melupakan dirinya. Sebagaimana firman-Nya: X Ž_ 6 ˆ{ {VJ ••J J 2 X? =uV ? 1=uQdq 6 ?pq 6 X AD =A Dj1 J W Y_ 6 X A•S “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan diri kewajiban mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab Taurat? Maka tidaklah kamu berpikir?” QS. al-Baqarah: 44 Dan ditegaskan-Nya bahwa semakin lupa seseorang akan kehadiran Allah, semakin besar pula kelengahannya terhadap dirinya, Allah mengingatkan bahwa: Yb q 1 …u‹ ?†J=u‹ _ ? =‘Qdq 6 W ’F J “6 7 e QSju d J 45 6 “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” QS. al-Hasyr: 19 Siapa yang melupakan kebesaran Allah dan sifat-sifat-Nya yang agung, sebagaimana tercermin dalam al-Asma’ al-Husna, yang sebagian darinya dikemukakan pada lanjutan ayat-ayat QS. al-Hasyr di atas, pastilah akan melupakan diri-Nya. Sifat- sifat Allah yang agung itu, tidak dapat dijangkau oleh manusia, dan dalam saat yang sama mempunyai dampak pada semua makhluk. Allah Yang Maha Kuasa itu, tidak membutuhkan sesuatu, tetapi semua makhluk membutuhkan-Nya. Bukan saja dalam mewujudkan makhluk itu, tetapi juga dalam kelangsungan wujudnya. Seseorang yang melupakan ini, akan merasa mampu berdiri sendiri dan ketika itu dia akan berlaku sewenang-wenang, dan lupa bahwa dia sebenarnya lemah, miskin, dan tidak berdaya. Sebaliknya seseorang yang menyadari hakikat dirinya sebagai makhluk yang tidak berdaya, dan yang tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri, pastilah akan sadar bahwa di balik wujudnya, wujud Pencipta Yang Maha Agung lagi Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nya tertuju segala harapan. Dari sini kemudian dia akan selalu mengingat-Nya dengan hati dan pikiran serta dengan lisan dan amal-amal perbuatan. Dari sini pula dapat dikatakan bahwa ayat di atas merupakan perintah untuk berzikir kepada Allah dalam pengertiannya yang luas. Itu sebabnya sehingga sarana untuk berzikir sangat luas, bahkan mencakup seluruh alam raya dan fenomenanya. Dari statemen di atas dapat disimpulkan dan diperkuat, antara lain, dengan memperhatikan penggunaan kata zikir dengan berbagai bentuknya dalam al-Qur’an.

F. Media dan Waktu Berzikir