Pengertian Konsep dan Zikir

BAB II KERANGKA TEORI TENTANG ZIKIR

D. Pengertian Konsep dan Zikir

a. Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain berarti rancangan, konsep juga bermakna ide atau pengertian yang di abtraksikan dari peristiwa-peristiwa konkrit atau gambaran mental dan obyek proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal lain. 2 Sedangkan menurut Ibrahim Madkur, kata konsep Inggris concept dipadankan dengan istilah makna kulli Arab, yang artinya pikiran gagasan yang bersifat umum, yang dapat menenima generalisasi.11 Sedangkan dengan makna-makna tersebut, maka konsep yang dimaksudkan dalam pengertian ini, ialah sejumlah gagasan, ide-ide, pemikiran, pandangan ataupun teori-teori yang dalam konteks ini dimaksudkan ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang zikir. b. Zikir Kata zikir diambil dari bahasa arab yang berarti “ingat atau mengingat.” Sedangkan menurut istilah zikir adalah suatu perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengingat Tuhan yang telah menciptakannya. Kata zikir dalam berbagai bentuknya ditemukan dalam al-Qur’an tidak kurang dari 280 kali. Kata tersebut pada mulanya digunakan oleh pengguna bahasa Arab dalam arti sinonim “lupa.” Ada juga sebagian pakar yang berpendapat bahwa kata itu pada mulanya berarti “mengucapkan dengan lidahmenyebut sesuatu.” Makna ini kemudian berkembang menjadi “mengingat”, karena mengingat sesuatu seringkali mengantar lidah 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, h. 520. menyebutnya. Demikian juga, menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu. 3 Kalau kata “menyebut” dikaitkan dengan sesuatu, maka apa yang disebut itu adalah namanya. Pada sisi lain, bila nama sesuatu telah terucapkan, maka pemilik nama itu diingat atau disebut sifat, atau peristiwa yang berkaitan dengannya. Dari sini kata zikrullah dapat mencakup penyebutan nama Allah atau ingatan menyangkut sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan Allah, surga atau neraka-Nya, rahmat atau siksa-Nya, perintah atau larangan-Nya dan juga wahyu-wahyu-Nya, bahkan segala yang dikaitkan dengan- Nya. 4 Mengingat adalah suatu nikmat yang sangat besar, sebagaimana lupa pun merupakan nikmat yang tidak kurang besarnya. Ini tergantung dari objek yang diingat. Sungguh besar nikmat lupa bila yang dilupakan adalah kesalahan orang lain, atau kesedihan atau luputnya nikmat. Dan sungguh besar pula keistimewaan mengingat jika ingatan tertuju kepada hal-hal yang diperintahkan Allah untuk diingat. Dari sini zikir dapat dipersamakan dengan “menghafal”, hanya saja yang ini tekanannya lebih pada upaya memperoleh pengetahuan dan menyimpannya dalam benak, sedang zikir adalah menghadirkan kembali apa yang tadinya telah berada dalam benak. Atas dasar ini, maka zikir dapat terjadi dengan hati atau dengan lisan, baik karena sesuatu telah dilupakan maupun karena ingin memantapkannya dalam benak. Sedangkan zikir menurut pendapat yang lain diistilahkan dengan kata meditasi, yang tujuannya semata-mata untuk memudahkan pemahaman awal dan membandingkan zikir dengan bentuk meditasi lainnya. 3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tentang Zikir dan Doa, Jakarta: Lentera Hati, 2006 cet. ke-2, h. 10. 4 Ibid., Dengan menyebut zikir sebagai Meditasi Dasar, maka dapat memberi gambaran bahwa: 1. Zikir dengan menyeru nama-nama Dzat Allah zikir ismu Dzat sebagai zikir dasar yang akan menjadi pondasi zikir lanjutannya. 2. Adapun zikir lanjutan antara lain tasbih, doa, tadabbur qur’an, tadabbur alam, tafakur, dan yang lebih sempurna dan yang paling luar biasa adalah shalat. Zikir disebut dasar karena sederhana, terbuka, dan telah diajarkan sejak Nabi Adam sampai Rasulullah saw, dan terus tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk meditasi untuk berbagai tujuan. 5 Kemudian ada juga yang berpendapat bahwa zikir adalah mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun lewat lisan. Ini bisa dilakukan dengan mengingat lafal jalalah Allah, sifat-Nya, hukum-Nya, perbuatan-Nya, atau suatu tindakan yang serupa. 6 Dari tiga pengertian zikir di atas, dapat di artikan bahwa zikir tidak hanya bermakna pada pengucapan melalui lisan mengenai kalimat-kalimat tauhid Allah saja, akan tetapi lebih mencakup pada tataran penghayatan yang dilakukan oleh hati. Kemudian pemahaman yang sama juga diungkapkan oleh Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, seperti ia tulis dalam bukunya “Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa”. “Zikir dalam pengertian luas adalah keadaan tentang kehadiran Allah dimana dan kapan saja serta kesadaran akan kebersamaan-Nya dengan makhluk. Sedang zikir dalam pengertian sempit adalah yang dilakukan dengan lidah saja. Zikir dengan lidah ini adalah 5 HM Munadi bin Zubaidi, The Power of Dzikir: Terapi Dzikir Untuk Kesembuhan dan Ketenangan , Klaten: Image Press, 2007, cet. ke-1, h. xi. 6 Ibn ‘Atha’illah, Zikir: Penentram Hati, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006, cet. ke-2, h. 29. menyebut-nyebut Allah atau apa yang berkaitan dengan-Nya, seperti mengucapkan tasbih subhanallah wa bihamdih, mengucapkan tahmid alhamdulillah, takbir Allahu Akbar dan hauqalah Laa haula walaa quwwata illa billah. 7 Sedangkan pelaksanaannya sama sekali tak ada batasan baik dalam metode, jumlah, atau waktu berzikir. Pembatasan terhadap metode yang berkaitan dengan beberapa amal wajib tertentu tidak dibahas di sini, misalnya salat. Syariat cukup jelas dan setiap orang mengetahui kewajiban ini. Bahkan, Nabi saw bersabda bahwa para penghuni surga hanya menyesali satu hal, yakni tidak cukup banyak mengingat Allah selama di dunia. 8

E. Konsep Zikir dalam Al-Qur’an dan Tafsir Al-Misbah