Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak dapat disangkal bahwa era dewasa ini adalah era kegelisahan. Problem hidup terlihat dan dirasakan di mana-mana, bukan saja karena kebutuhan meningkat , tetapi juga karena ulah sementara pihak mengusik kedamaian dengan berbagai dalih atau menawarkan aneka ide yang saling bertentangan dan membingungkan. Dengan zikir, optimalisasi lahir, dan itulah yang dapat mengusik kegelisahan. Dan saat ini adalah saat yang paling tepat untuk kembali memohon kepada Tuhan, karena meningkatkan kekerasan, perpecahan, dan kerusakan, juga karena berpaling dari Tuhan. Kesadaran tentang adanya Tuhan yang telah terbangun sejak dalam kandungan, sedikit demi sedikit bisa terkikis. Akan tetapi kesadaran tersebut bisa juga bertambah dan terus bertambah. Realitas tersebut menunjukan sifat kesadaran ilahiah keimanan seseorang yang labil. Ia bisa berkurang yanqush dan bisa pula bertambah yazid. Agar keimanan seseorang bisa stabil dan terus bertambah, maka diperlukan sebuah media untuk selalu mengingat-Nya. Itulah yang disebut dengan dzikrullah. Karena zikir merupakan salah satu proses stabilisasi keimanan. Bagi umat Islam ajakan ini bukanlah sesuatu yang baru. Ajakan berzikir merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam yang dipraktikan sepanjang saat dan dalam seluruh kondisi dan situasi oleh Nabi Muhammad Saw. serta para sahabat beliau. Dalam kitab suci al-Qur’an bertebaran ayat-ayat yang mengajarkan zikir untuk berbagai situasi dan kondisi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti halnya di bawah ini: Zikir sebagai proses stabilitasi keimanan, terlihat jelas dalam firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 41-43 yang berbunyi:  +,-. 012 34 5 6 7 8 9:;= ? 1 4A B C+D1F A 2 1-G:I 4 J KL M N -O APQJ 9RS T VJ W X YZ [ O J 2 O\ + T - “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya memohonkan ampunan untukmu, supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang. dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. QS. al-Ahzab: 41- 43. 1 Ini semakin memperjelas bahwa segala ibadah yang dilakukan sebagai hamba adalah untuk diri sendiri, sekaligus sebagai tanda cinta dan kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya. Memang sebagian orang lengah dengan tuntunan al-Qur’an; sebagian umat juga tidak memahami apa yang dimaksud dengan zikir; sebagian hanya memahami zikir 1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2000, vol. II, h. 287-289. dalam bentuk kalimat yang diulang-ulang membacanya tanpa pemahaman atau penghayatan. Sedangkan arti zikir secara harfiah berarti “mengingat”. Kegiatan “mengingat” memiliki dampak yang luar biasa dalam kehidupan. Ketika ingat sesuatu, maka ia akan mengingatkan pula pada rangkaian-rangkaian yang terkait dengannya. Ingatan bisa muncul karena kita punya keinginan, kepentingan, harapan, dan kerinduan terhadap apa yang kita ingat. Kegiatan “mengingat” juga bisa memicu lahirnya ide-ide dan kreativitas baru. Kalau hanya dengan mengingat sesuatu yang ada di alam ini bisa memicu munculnya bentuk kreativitas, bagaimana dengan mengingat Allah yang Maha kreatif dan kekuasaan-Nya tak terbatas? Secara logika tentu akan memberikan dampak positif luar biasa bagi kehidupan. Hanya persoalannya, tidak semua orang mudah mengingat- Nya, walaupun potensi untuk itu ada pada setiap kita. Disinilah potensi “mengingat” Allah perlu digali dengan cara selalu menyebut-nyebut nama-Nya. Dan untuk menggali potensi mengingat Allah berzikir tersebut tentunya harus dengan kekhusuan yang tinggi, karena dengan kekhusuan ini maka ingatan tersebut akan terserap oleh hati dan akan membuahkan tindakan-tindakan yang positif. Dan hal ini hanya dapat dirasakan oleh seringnya berzikir mengingat kebesaran dan keagungan Allah swt karena dengan seringnya berzikir maka hati akan senantiasa terjaga dari perbuatan maksiat dan akan tetap suci sebagaimana ketika manusia dilahirkan kedunia pada usia bayi. Berkaitan dengan statemen di atas, bahwasannya manfa’at zikir banyak dijelaskan oleh Dr. Quraish Shihab, dalam beberapa karyanya, salah satunya buku yang berjudul “Wawasan Al-Qur’an Tentang Zikir dan Do’a” Jakarta: Lentera Hati, 2006 yang di dalamnya menyinggung mengenai masalah zikir dan berbagai tata caranya. Dan kalau dilihat biografinya, baik itu pendidikannya maupun hasil karyanya, jelaslah bahwasannya beliau selain seorang yang berdedikasi tinggi dalam hal ilmu pengetahuan Islam tetapi juga beliau seorang ahli tafsir yang kompenten. Hal ini dibuktikan dapat kita ketahui dari biografi singkatnya dibawah ini. Mengingat ketertarikan penulis mengenai uraian di atas, dan melihat belum adanya yang membahas mengenai konsep zikir dalam Tafsir Al-Misbah secara komprehensif dari pemikiran Dr. Quraish Shihab, maka oleh karena itu penulis akan mengangkat sebuah judul dalam karya ilmiah ini tentang “KONSEP ZIKIR MENURUT Dr. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah