Perbandingan Efek Retraksi Kaninus Maksila Antara Elastomeric Chain Memakai Continuous Round Dengan Closed-Helical Sectional Rectangular Wire ( Penelitian Klinis )

(1)

PERBANDINGAN EFEK RETRAKSI KANINUS MAKSILA ANTARA

ELASTOMERIC CHAIN MEMAKAI CONTINUOUS ROUND

DENGAN CLOSED-HELICAL SECTIONAL

RECTANGULAR WIRE

( Penelitian Klinis )

TESIS

OLEH

Iskandar Muda Siregar, drg

Nim : 067028003

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010


(2)

PERBANDINGAN EFEK RETRAKSI KANINUS MAKSILA ANTARA

ELASTOMERIC CHAIN MEMAKAI CONTINUOUS ROUND

DENGAN CLOSED-HELICAL SECTIONAL

RECTANGULAR WIRE

( Penelitian Klinis )

TESIS

Untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti ( Sp.Ort ) dalam Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

OLEH

Iskandar Muda Siregar, drg

067028003

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERSETUJUAN TESIS

 

Judul Tesis : PERBANDINGAN EFEK RETRAKSI KANINUS MAKSILA

ANTARA ELASTOMERIC CHAIN MEMAKAI CONTINUOUS

ROUND DENGAN CLOSED-HELICAL SECTIONAL

RECTANGULAR WIRE Nama Mahasiswa : Iskandar Muda Siregar,drg Nomor Induk Mahasiswa : 067028003

Program : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Nurhayati Harahap, drg.,Sp.Ort(K) Erna Sulistyawati, drg.,Sp.Ort(K) NIP: 19481230 197802 2 002 NIP : 19540212 198102 2 001

Ketua Program Studi PPDGS-1 Ortodonti

Nurhayati Harahap, drg.,Sp.Ort(K) NIP: 19481230 197802 2 002


(4)

Telah diuji

Pada Hari Selasa, 5 Oktober 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Penguji I : Nurhayati Harahap, drg.,Sp.Ort(K) Penguji II : Erna Sulistyawati, drg.,Sp.Ort(K) Penguji III : Amalia Oeripto, drg.,MS.,Sp.Ort(K) Penguji IV : Muslim Yusuf, drg.,Sp.Ort(K)


(5)

PERNYATAAN

PERBANDINGAN EFEK RETRAKSI KANINUS MAKSILA ANTARA

ELASTOMERIC CHAIN MEMAKAI CONTINUOUS ROUND

DENGAN CLOSED-HELICAL SECTIONAL

RECTANGULAR WIRE

( Penelitian klinis )

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2010 Penulis

Iskandar Muda Siregar,drg NIM : 067028003


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti di Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan pengarahan serta saran dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Ismet Danial Nasution, drg.,Ph.D., Sp.Prost(K) selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Program Studi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus merupakan pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing dan memberi pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Erna Sulistyawati, drg.,Sp.Ort(K) selaku ketua Departemen Ortodonti dan sekaligus sebagai pembimbing anggota yang telah membimbing dan turut mencurahan fikiran serta meluangkan waktu kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Amalia Oeripto, drg.,MS.,Sp.Ort(K) selaku dosen penguji yang telah turut membantu penyempurnaan tesis ini.


(7)

6. Bapak Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort(K) selaku dosen penguji yang telah turut memberi masukan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

7. Bapak F. Susanto A, drg.,Sp.Ort(K).,FICD selaku mantan dosen penguji yang telah turut memberi masukan ketika tesis ini masih dalam bentuk proposal.

8. Ibu Arnita, S.Si.,M.Si selaku konsultan statistik yang telah turut membantu dalam menganalisis data penelitian penulis.

9. Almarhummah mamak dan ayahanda tercinta (Hj. Saniah Harahap dan H. Masdar Dolok Siregar ) yang telah melahirkan dan membesarkanku serta selalu memberi semangat dan dorongan kepada penulis untuk terus selalu berbuat kebaikan.

10.Keluargaku tercinta drg. Nina Arryanti, kedua putriku tersayang Adisty dan Alysa atas dukungan serta kasih sayang kalian semua menjadi inspirasi dan memberi semangat padaku. Begitu juga kepada Bapak dan Ibu Mertua serta keluarga semuanya.

11.Sahabat-sahabatku semuanya: Hilda, kak Lusi, kak Marty, Kak Romy, Frans, Mala, Yenni, Christian, Bang Yerzi, Bang Syarwan, Bang Dado, Denni serta kawan-kawan lain yang telah memberi semangat serta membuat canda sehingga semua beban dan tantangan yang kita hadapi terasa ringan.

Akhirnya kepada semua pihak penulis juga memohon maaf atas khilaf dan salah selama ini dan kepada Allah penulis mohon ampun, Billahittaufiq Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Medan, Oktober 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN--- PERNYATAAN--- KATA PENGANTAR---

DAFTAR ISI --- i

DAFTAR GAMBAR --- iii

DAFTAR TABEL--- iv

ABSTRAK--- v

BAB I. PENDAHULUAN--- 1

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan 2 1.3. 3 1.4. Tujuan 3 1.5. Manfaat Penelitian--- 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA--- 4

2.1. Metode Retraksi Kaninus --- 4

2.1.1. Frictional Mechanics --- 4

2.1.2. Frictionless Mechanics --- 5

2.2. Besar Gaya--- 6

2.3. Kerangka Teori--- 9

2.4. Kerangka Konsep--- 10

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN--- 11

3.1. Disain Penelitian--- 11

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian--- 11

3.3. Populasi dan Sampel --- 11

3.4. Kriteria Inklusi--- 11

3.5. Kriteria Eksklusi--- 12


(9)

3.7. Bahan dan Alat--- 12

3.8. Cara Kerja--- 13

3.9. Identifikasi Variabel--- 19

3.10. Defenisi Operasional Variabel--- 20

3.11. Managemen dan Analisis Data--- 23

3.12. Permintaan Etik--- 24

i BAB IV. HASIL PENELITIAN--- 25

BAB V. PEMBAHASAN--- 31

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN--- 36

6.1. Kesimpulan--- 36

6.2. Saran--- 37

DAFTAR PUSTAKA--- 38


(10)

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Retraksi gigi kaninus maksila dengan elastomeric chain

memakai continuous round wire stainless steel Ø 0.016 --- 5

Gambar 2. Closed-helical sectional rectangular wire Ø 0.016x0.022”--- 6

Gambar 3 .Lempeng acrylic pada bagian raphe palatal dengan wire sebagai penanda titik sentral fossa yang digunakan untuk mengukur anchorage loss --- 15

Gambar 4. Fotokopi model studi untuk pengukuran rotasi gigi kaninus--- 16

Gambar 5. Foto panoramik dengan pemasangan jig lurus dari wire 0,016 x 0,022 SS pada vertical slot gigi kaninus maksila yang digunakan untuk mengukur angulasi gigi kaninus --- 16

Gambar 6. Pengukuran besar gaya dengan tension gauge. Besar gaya 150 gram yang akan digunakan untuk retraksi gigi kaninus dengan elastomeric chain memakai continuous round wire--- 17

Gambar 7. Pengukuran besar gaya dengan tension gauge. Besar gaya 150 gram yang akan digunakan untuk retraksi gigi kaninus dengan closed-helical sectional rectangular wire--- 18

Gambar 8. Disain closed-helical sectional rectangular wire --- 21

Gambar 9. Metode pengukuran angulasi gigi kaninus--- 22

Gambar 10.Metode pengukuran efek rotasi gigi kaninus--- 22

Gambar 11. Metode pengukuran efek anchorage loss gigi molar pertama maksila--- 23


(11)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Rata-rata perubahan besar sudut efek angulasi sebelum dan setelah dua bulan ( T0 – T1 ) retraksi kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round

dengan closed-helical sectional rectangular wire--- 22 Tabel 4.2. Rata-rata perubahan besar sudut efek rotasi sebelum

dan setelah dua retraksi ( T0 – T1 ) kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round

dengan closed-helical sectional rectangular wire--- 23 Tabel 4.3. Perbedaan efek angulasi setelah dua bulan retraksi ( T1 )

kaninus antara elastomeric chain memakai continuous

round dengan closed-helical sectional rectangular wire --- 24 Tabel 4.4. Perbedaan efek rotasi setelah dua bulan retraksi ( T1 )

kaninus antara elastomeric chain memakai continuous

round dengan closed-helical sectional rectangular wire --- 25 Tabel 4.5. Rata-rata efek anchorage loss setelah dua bulan retraksi

( T1 ) kaninus antara elastomeric chain memakai continuous

round dengan closed-helical sectional rectangular wire --- 26 Tabel 4.6. Perbedaan efek anchorage loss setelah dua bulan retraksi

( T1 ) kaninus antara elastomeric chain memakai continuous


(12)

iv ABSTRAK

Perawatan ortodonti dengan pencabutan gigi premolar pertama dilakukan untuk memberi tempat yang cukup bagi gigi-geligi pada lengkung rahang sehingga gigi-geligi dapat disusun rapi. Ruang bekas pencabutan gigi premolar akan ditutup dengan melakukan retraksi gigi anterior. Retraksi gigi anterior dapat dilakukan secara bertahap maupun sekaligus. Retraksi secara bertahap yaitu retraksi kaninus terlebih dahulu, kemudian retraksi gigi insisivus. Retraksi kaninus dapat menimbulkan efek terhadap angulasi dan rotasi gigi kaninus serta anchorage loss.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek retraksi kaninus

maksila berupa perubahan angulasi dan rotasi kaninus serta anchorage loss gigi molar pertama setelah dua bulan retraksi kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire.

Foto panoramik, model studi dan fotocopi model studi dibuat dari sampel sebanyak 16 orang terdiri dari 15 orang perempuan dan 1 orang laki-laki berumur antara 18 – 36 tahun. Sampel dibagi dua kelompok secara acak, masing masing kelompok sebanyak 8 sampel dilakukan pengukuran angulasi kaninus maksila pada foto panoramik, pengukuran rotasi kaninus pada fotocopi model studi dan pengukuran anchorage loss pada model studi sebelum dan dua bulan setelah retraksi kaninus maksila. Kelompok pertama diretraksi dengan elastomeric chain memakai continuous round sedangkan kelompok kedua diretraksi dengan closed-helical sectional rectangular wire.

Uji-t menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan retraksi kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire setelah dua bulan retraksi terhadap angulasi kaninus sig = 0,0832 pada sisi kanan dan sig = 0,0724 pada sisi kiri dengan α = 0,05. Terhadap rotasi kaninus terjadi perbedaan secara signifikan sig = 0,003 pada sisi kanan dan sig = 0,001 pada sisi kiri dengan α = 0,05. Terhadap anchorage loss tidak terjadi perbedaan signifikan sig = 0,299 pada sisi kanan dan sig = 0,127 dengan α = 0,05.


(13)

v

ABSTRACT

Orthodontic treatment with first premolar extraction was performed to provide enough space for teeth in dental arch so that the teeth can be arrange tidily in good order. Space resulted from premolar extraction will be closed soon after anterior teeth retraction. Anterior teeth retraction can be gradually or enmasse. Gradual retraction is done first by retracting canines and then incisors. Canine retraction may give effect on angulation change, canine rotation and loss of anchorage.

The purpose of this study was to compare the effect of maxillary canine retraction which are change of angulation, canine rotation as well as first molar anchorage loss after two month of canine retraction between elastomeric chain using continuous round compare with closed-helical sectional rectangular wire.

Panoramic radiography, study models and copy of study models were made from samples consisting of 16 persons comprising 15 female and 1 male between the ages of 18-36. Samples were randomly devided in two groups. Angulation measurement of maxillary canines was performed on panoramic radiography while canine rotation measurement was done on copied study models and measurement of anchorage loss was done on study models before and after two months of maxillary canine retraction. First group was retracted by elastomeric chain using continuous round wire, whereas second group was retracted by closed-helical sectional rectangular wire.

T-test showed there is no significance difference canine retraction between elastomeric chain using continuous round compared with closed-helical sectional rectangular wire, two month after retraction to canine angulation sig = 0,0832 on right side and sig = 0,0724 on the left side with α = 0,05. To the canine rotation, there is a significance difference sig = 0,003 on the right side and sig = 0,001 on the left side with α = 0,05. To anchorage loss, there is no significance difference sig = 0,299 on the right side and sig = 0,127 with α = 0,05.


(14)

iv ABSTRAK

Perawatan ortodonti dengan pencabutan gigi premolar pertama dilakukan untuk memberi tempat yang cukup bagi gigi-geligi pada lengkung rahang sehingga gigi-geligi dapat disusun rapi. Ruang bekas pencabutan gigi premolar akan ditutup dengan melakukan retraksi gigi anterior. Retraksi gigi anterior dapat dilakukan secara bertahap maupun sekaligus. Retraksi secara bertahap yaitu retraksi kaninus terlebih dahulu, kemudian retraksi gigi insisivus. Retraksi kaninus dapat menimbulkan efek terhadap angulasi dan rotasi gigi kaninus serta anchorage loss.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek retraksi kaninus

maksila berupa perubahan angulasi dan rotasi kaninus serta anchorage loss gigi molar pertama setelah dua bulan retraksi kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire.

Foto panoramik, model studi dan fotocopi model studi dibuat dari sampel sebanyak 16 orang terdiri dari 15 orang perempuan dan 1 orang laki-laki berumur antara 18 – 36 tahun. Sampel dibagi dua kelompok secara acak, masing masing kelompok sebanyak 8 sampel dilakukan pengukuran angulasi kaninus maksila pada foto panoramik, pengukuran rotasi kaninus pada fotocopi model studi dan pengukuran anchorage loss pada model studi sebelum dan dua bulan setelah retraksi kaninus maksila. Kelompok pertama diretraksi dengan elastomeric chain memakai continuous round sedangkan kelompok kedua diretraksi dengan closed-helical sectional rectangular wire.

Uji-t menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan retraksi kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire setelah dua bulan retraksi terhadap angulasi kaninus sig = 0,0832 pada sisi kanan dan sig = 0,0724 pada sisi kiri dengan α = 0,05. Terhadap rotasi kaninus terjadi perbedaan secara signifikan sig = 0,003 pada sisi kanan dan sig = 0,001 pada sisi kiri dengan α = 0,05. Terhadap anchorage loss tidak terjadi perbedaan signifikan sig = 0,299 pada sisi kanan dan sig = 0,127 dengan α = 0,05.


(15)

v

ABSTRACT

Orthodontic treatment with first premolar extraction was performed to provide enough space for teeth in dental arch so that the teeth can be arrange tidily in good order. Space resulted from premolar extraction will be closed soon after anterior teeth retraction. Anterior teeth retraction can be gradually or enmasse. Gradual retraction is done first by retracting canines and then incisors. Canine retraction may give effect on angulation change, canine rotation and loss of anchorage.

The purpose of this study was to compare the effect of maxillary canine retraction which are change of angulation, canine rotation as well as first molar anchorage loss after two month of canine retraction between elastomeric chain using continuous round compare with closed-helical sectional rectangular wire.

Panoramic radiography, study models and copy of study models were made from samples consisting of 16 persons comprising 15 female and 1 male between the ages of 18-36. Samples were randomly devided in two groups. Angulation measurement of maxillary canines was performed on panoramic radiography while canine rotation measurement was done on copied study models and measurement of anchorage loss was done on study models before and after two months of maxillary canine retraction. First group was retracted by elastomeric chain using continuous round wire, whereas second group was retracted by closed-helical sectional rectangular wire.

T-test showed there is no significance difference canine retraction between elastomeric chain using continuous round compared with closed-helical sectional rectangular wire, two month after retraction to canine angulation sig = 0,0832 on right side and sig = 0,0724 on the left side with α = 0,05. To the canine rotation, there is a significance difference sig = 0,003 on the right side and sig = 0,001 on the left side with α = 0,05. To anchorage loss, there is no significance difference sig = 0,299 on the right side and sig = 0,127 with α = 0,05.


(16)

vi BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perawatan ortodonti tanpa pencabutan terus dikembangkan oleh beberapa ahli belakangan ini, namun dengan alasan pencapaian oklusi yang baik, faktor estetik dan kepuasan serta faktor stabilitas hasil perawatan merupakan alasan yang mendasari sehingga perawatan ortodonti dengan pencabutan terutama gigi premolar pertama masih banyak dilakukan.8

Perawatan ortodonti dengan pencabutan gigi premolar pertama dilakukan untuk memberi tempat yang cukup bagi gigi-geligi yang lain pada lengkung rahang sehingga gigi-geligi dapat disusun rapi. Ruang bekas pencabutan gigi premolar akan ditutup dengan melakukan retraksi gigi anterior. Retraksi gigi anterior dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Bertahap yaitu melakukan retraksi gigi kaninus terlebih dahulu kemudian dilakukan retraksi ke empat gigi insisivus.

2. Sekaligus yaitu melakukan retraksi sekaligus ke enam gigi anterior (en masse retraction). Adapun cara retraksi yang lazim dilakukan untuk menutup ruang bekas pencabutan gigi premolar pertama adalah secara bertahap.8

Beberapa efek yang dapat ditimbulkan dari retraksi kaninus di antaranya perubahan angulasi dan rotasi gigi kaninus serta anchorage loss dari gigi molar pertama. Efek tersebut


(17)

dapat dipengaruhi oleh teknik yang diaplikasikan, penggunaan wire dan bracket, interaksi wire di dalam slot bracket, besar gaya dan sistem anchorage.16 Retraksi kaninus yang lazim dilakukan dengan elastomeric chain memakai wire continuous round stainless steel ukuran 0.016 inchi untuk bracket edgewise dengan slot 0.018 x 0.025 inchi. Wire ukuran 0,018 inchi untuk bracket berukuran 0.022 x 0.028 inchi. Keunggulan penggunaan wire continuous ini sangat sederhana sehingga memudahkan kerja operator, pasien lebih nyaman, relatif lebih cepat. Kerugiannya yaitu resiko terjadinya rotasi gigi dan tipping gigi kaninus serta ekstrusi gigi insisivus.7,8,10

Retraksi kaninus dengan sectional wire saat ini juga banyak dilakukan oleh beberapa ahli seperti PG Spring dari Gjessing, Closed-Helical Sectional wire dari Magness, Ricketts Maxillary Canine Retractor ( Cuspid Retractor , RMO, Denver, USA )13,16 Keuntungan retraksi kaninus dengan sectional wire yaitu gaya yang ditimbulkannya lebih terkontrol , kecepatan retraksi relatif lebih cepat, efek angulasi dan rotasi serta anchorage loss minimal. Kerugiannya yaitu kurang sederhana, perlu penyesuaian interaksi wire dan bracket dan dapat menyebabkan iritasi pada mukosa pipi maupun gusi. 6,8,10

Dikarenakan adanya teknik yang berbeda untuk melakukan retraksi kaninus tersebut di atas, maka penulis berkeinginan melakukan penelitian untuk membandingkan efek retraksi kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round wire dengan closed-helical sectional rectangular wire.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan retraksi kaninus dengan bahan elastomeric chain memakai stainless steel round dan closed-helical sectional rectangularwire karena bahan ini lazim digunakan dalam praktek ortodonti sehari-hari, mudah dan murah mendapatkannya.


(18)

Masalah penelitian ini adalah apakah ada perbedaan efek retraksi kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire pada kasus dengan pencabutan gigi premolar pertama.

1.3. Hipotesis

Ada perbedaan efek retraksi kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round wire dan closed-helical sectional rectangular wire pada kasus dengan pencabutan gigi premolar pertama.

1.4. Tujuan

Untuk membandingkan efek retraksi kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire pada kasus dengan pencabutan gigi premolar pertama.

1.5. Manfaat Penelitian

‐ Untuk mengetahui besarnya efek berupa angulasi dan rotasi gigi kaninus serta anchorage loss gigi molar pertama

‐ Untuk diketahui kelebihan dan kekurangan dari dua cara retraksi kaninus

‐ Untuk dapat dipilih cara yang paling efektif dan minimal efek yang ditimbulkannya ‐ Sebagai informasi ilmiah kedokteran gigi khususnya bidang ortodonti.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode Retraksi Kaninus

Pergerakan gigi dengan alat ortodonti sangat dipengaruhi oleh karakteristik gaya yang diaplikasikan selain kondisi fisiologis jaringan periodonsium. Karakteristik gaya tersebut juga tergantung dari jenis, ukuran ,bentuk dan disain alat-alat ortodonti yang digunakan.3

Retraksi kaninus merupakan salah satu prosedur rutin closing space yang lazim dilakukan pada kasus dengan pencabutan. Retraksi kaninus merupakan tahapan penting untuk menutup ruang bekas pencabutan gigi premolar pertama. Retraksi kaninus dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 8,10,12

1. Frictionalmechanics 2. Frictionless mechanics

2.1.1. Frictional Mechanics

Retraksi kaninus secara frictional yaitu dengan cara sliding antara slot bracket gigi kaninus pada wire, lazimnya dengan elastomeric chain memakai archwire bulat stainless steel dengan diameter 0.016 inchi biasanya pada bracket 0,018x0,025 inchi. Aktifasi dengan elastomeric chain ( interrupted forces ) dikaitkan dari hook pada tube molar band gigi molar


(20)

pertama ke wing bracket maupun pada hook bracket gigi kaninus (Gambar 1). Dengan adanya tarikan dari elastomeric chain tersebut akan membawa gigi kaninus ke ruang bekas pencabutan gigi premolar pertama. Pergerakan gigi kaninus ke ruang bekas pencabutan gigi premolar pertama tersebut melalui mekanisme sliding yang terjadi antara slot bracket dengan archwire.9,10 Kesuksesan menggerakan gigi kaninus ke ruang bekas pencabutan gigi premolar pertama dengan mekanisme sliding ini dapat dipengaruhi oleh sistem anchorage, besarnya gaya yang diaplikasikan serta friksi yang timbul antara slot bracket dengan archwire.4,5,15

Gambar 1 :Retraksi gigi kaninus maksila menggunakan elastomeric chain dengan continuous round wire stainless steel 0,016.

2.1.2. Frictionless Mechanics

Frictionless mechanics yaitu retraksi kaninus dengan wire yang didisain khusus bentuknya yakni berupa sectional wire. Sectional wire yang didisain secara khusus lazimnya menggunakan stainless steelrectangular ukuran 0.016 x 0.022 inchi bila menggunakan bracket dengan ukuran slot 0.018 x 0.025 inchi.14,15 Ada juga ahli yang menggunakan bahan wire dari

Beta-Titanium yang elastisitasnya lebih lentur dibandingkan dengan wire yang terbuat dari stainless steel. Retraksi kaninus dengan sectional wire diaktifasi dengan cara chinched-back sebesar 2 -3 mm pada ujung wire yang sedikit keluar dari distal tube molar dengan terlebih dahulu dilakukan heat treat pada ujungnya untuk memudahkan aktifasi.3.13


(21)

Sectional wire Ricketts yakni berupa retractor kaninus prefabricated multiloop dilaporkan mampu menutup ruang bekas pencabutan pada aktifasi ke-2 atau ke-3 selanjutnya diperlukan upaya “Uprighting Cuspid” selama beberapa bulan setelahnya untuk mensejajarkan akar yang mengalami tipping.3

Retraksi kaninus dengan closed-helical sectional wire ( Gambar 2 ) yang dilaporkan Magness dikatakan bahwa kesejajaran akar gigi kaninus tetap terjaga. Dikatakan oleh Magness retraksi kaninus yang dilakukannya dengan closed-helical sectional wire ukuran 0.016 x 0.022 mampu menghasilkan pergerakan gigi kaninus secara bodily.6

A B

C D

Gambar 2. Closed-helical sectional canine retraction 0,016 x 0,022 SS rectangular wire.

A. Disain anti rotasi B. disain anti tipp C. dan D. Insersi wire pada slot dan bracket. Retraksi dilakukan secara sectional.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nir Shpack dan kawan-kawan membandingkan retraksi kaninus antara bodily mechanic dengan bracket edgewise dan tipping mechanics yang menggunakan jenis bracket Tip-Edge. Hasilnya dilaporkan bahwa kecepatan retraksi dengan bodily mekanik lebih cepat dibandingkan tipping mechanic. Anchorage loss gigi molar dilaporkan sama antara bodily dan tipping mechanic.13


(22)

Kecepatan retraksi kaninus dipengaruhi oleh jenis dan besar gaya yang diberikan serta dapat dipengaruhi oleh kepadatan tulang alveolar.3 Profitt merekomendasikan gaya yang paling baik adalah yang konstan serta ringan. Darendeliler dkk mengklaim bahwa percobaan mereka dengan Drum Spring Retractor menghasilkan gaya yang benar-benar konstan.1,10

Besar gaya yang diberikan bila terlalu besar akan menggagalkan terjadinya proses frontal resorption. Pada proses frontal resorption terjadi resorpsi sepanjang lamina dura alveolar bone pada sisi tekanan. Tekanan yang ringan menyebabkan penurunan sirkulasi darah pada jaringan periodonsium selanjutnya terjadi aktifitas seluler oleh prostaglandin-E yang menstimulasi osteoclast. Pada sisi tarikan terjadi peningkatan sirkulasi darah pada jaringan periodonsium dan selanjutnya menstimulasi osteoblast melakukan deposisi.10,11

Gaya yang besar justru memicu terjadinya undermining resorption. Pada proses undermining resorption, aktifitas osteoclast terjadi pada bagian dalam alveolar bone selanjutnya mengarah ke lamina dura. Pergerakan gigi pada undermining resorption awalnya tidak terlihat nyata karena resorpsi terjadi di dalam lamina dura. tetapi apabila lamina dura ikut resorpsi pergerakan gigi jadi sangat cepat dan terjadi inflamasi yang irreversible pada jaringan periodontal maupun prosesus alveolar.10,11

Magness melakukan retraksi kaninus dengan closed-helical sectional wire dilaporkan sekitar 150 – 170 gram per sisi.8 Menurut Profitt besarnya gaya yang ideal yang diberikan ketika melakukan retraksi kaninus dengan metode sliding adalah sebesar 150 gram.10

Retraksi kaninus yang dilakukan dapat juga menyebabkan terjadinya rotasi. Rotasi dapat terjadi pada gigi kaninus yang digerakkan maupun gigi molar pertama. Faktor besarnya gaya juga memainkan peran yang sangat mungkin terhadap kemungkinan terjadinya efek rotasi ini. Efek ini dapat diantisipasi apabila sejak awal sebelum melakukan retraksi kaninus lebih dahulu


(23)

dipersiapkan komponen anchorage agar benar-benar stabil dalam arah sagital, transversal maupun vertikal. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi efek rotasi ini salah satunya adalah dengan melakukan rotasi disto-palatal pada molar band melalui ujung lengan Trans Palatal Arch ( TPA ) yang disolder pada molar band tersebut.2,8 Upaya ini untuk mengantisipasi terjadinya rotasi gigi molar sebagai komponen anchorage. Antisipasi terhadap kemungkinan rotasinya gigi kaninus dapat dilakukan dengan cara mendisain wire dengan tekukkan sedemikian rupa sehingga tekukkan tersebut dapat melawan gaya yang akan merotasi gigi kaninus tersebut.6

Mempersiapkan anchorage merupakan bagian yang sangat penting dari perawatan ortodonti. Kesuksesan dari perawatan ortodonti secara umum adalah prosedur perencanaan terhadap anchorage ini benar-benar dipersiapkan sejak awal. Anchorage yang dipersiapkan para klinisi seharusnya realistis dan dapat memperkirakan kemungkinan akan terjadinya anchorage loss. Anchorage loss dapat terjadi akibat tidak realistisnya konstruksi disain anchorage yang dibuat di samping gaya yang diberikan terlalu besar.8,10 Klasifikasi anchorage menurut Nanda ada 3 yaitu :8

1. Grup A yaitu : sebanyak 75% atau lebih ruang bekas pencabutan gigi akan dibutuhkan untuk ditempati gigi anterior yang akan diretraksi ( critical anchorage ). 2. Grup B yaitu : Sebanyak 50% ruang bekas pencabutan gigi akan dibutuhkan untuk

ditempati oleh gigi-gigi anterior dan posterior ( equal anchorage ).

3. Grup C yaitu : Sebanyak 75% atau lebih ruang bekas pencabutan gigi akan dibutuhkan untuk ditempati oleh gigi-gigi posterior.

Berbagai upaya telah banyak diciptakan oleh beberapa ahli untuk mendisain konstruksi anchorage ini. Ada yang menggunakan extraoral anchorage dengan Headgear, ada juga yang


(24)

mengkontruksinya dipakai secara intra oral berupa Trans Palatal Arch, Nance Button, skeletal anchorage dengan implant miniscrew dan lain-lain.10,14

2.3. Kerangka Teori

--- PERAWATAN  MALOKLUSI DENGAN 

PENCABUTAN GIGI PREMOLAR  PERTAMA 

DISAIN KONSTRUKSI ANCHORAGE 

GRUP A        GRUP B        GRUP C 

---

RETRAKSI GIGI KANINUS 

RETRAKSI KEENAM GIGI ANTERIOR  (KANINUS, INSISIVUS‐1, INSISIVUS‐2) 

FRICTION  MECHANIC    (CONTINUOUS WIRE) 

FRICTIONLESS MECHANIC 

SECTIONAL WIRE 

RETRAKSI  KEEMPAT GIGI INSISIVUS ( INSISIVUS‐1, INSISIVUS‐2)


(25)

2.4. Kerangka Konsep

RETRAKSI  GIGI  KANINUS  MAKSILA

FRICTION MECHANIC 

CONTINUOUS WIRE ) 

FRICTIONLESS MECHANIC SECTIONAL WIRE )  EFEK

ANGULASIGIGI KANINUS

ROTASI GIGI KANINUS

ANCHORAGE LOSS

UJI STATISTIK


(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Disain Penelitian

Eksperimental klinis ( Study komparatif )

3.2.Tempat dan Waktu

Tempat Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Waktu selama 13 bulan mulai bulan Oktober 2009 – Oktober 2010

3.3.Populasi dan Sampel

Populasi : Pasien yang datang untuk mendapatkan perawatan ortodonti di Klinik Program Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Departemen Ortodonsia FKG USU Medan dari Oktober 2009 sampai Juli 2010.

Sampel : Pasien maloklusi yang dirawat dengan pencabutan gigi premolar pertama maksila.

3.4. Kriteria Inklusi :

• Pasien laki-laki dan perempuan dewasa • Pasien berumur dari 18 sampai 36 tahun


(27)

• Pasien dengan maloklusi yang memerlukan perawatan ortodonti dengan pencabutan gigi premolar pertama maksila

• Sebahagian sampel diretraksi kaninus maksila memakai continuous round wire dan sebagian lagi dengan closed-helical sectional rectangular wire • Semua pasien telah menjalani perawatan sampai tahap leveling dan

aligning tapi belum dilakukan retraksi gigi kaninus maupun gigi anterior. • Pasien yang datang ke Klinik Program Dokter Gigi Spesialis Ortodonti

Departemen Ortodonsia FKG USU Medan dari Oktober 2009 sampai Juli 2010

• Pasien dengan Kesehatan umum yang baik

3.5. Kriteria Eksklusi :

• Pasien dengan kesehatan umum yang tidak baik

• Pasien dengan kesehatan mulut dan jaringan periodontal yang tidak baik

3.6. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

SD SD2

SE = n =

Ѵn

SE2

Pada penelitian Nir Shpack sebelumnya diketahui :

SE : 0,9175 (2,6)2

SD : 2,6 Maka n = = 8,04

( 0,9175 )2


(28)

3.7. Bahan dan Alat

Bahan : - Alginate Merk Aromafinefast setting - Dental Stone merk Moldano

- Film Rontgen sefalogram

- Polyvinyl-siloxane impression merk Exaflex tipe regular - Acrylic powder merk Hillon

- Acrylic liquid merk Hillon - Wire Ø 1.0 mm Merk Remanium

Alat : - Rontgen unit merk Ortho-Panthomogram - Copier merk Xerox

- Jangka sorong digital prohex size : 6”/150 mm x 0.0005”/0.01 mm - Penggaris Stainless merk Kenko

- Busur derajat dari Ortho Organizer - Tension Gauge merk Invecta 16 oz.

- Wire Preformed Continuous Ø 0.016 Stainless Steel merk Orthoclassic - Wire 0.016 x 0.022 Stainless steel merk Orthoclassic

- Elastomeric chain merk OrthoQuest, LLC

3.8. Cara Kerja

‐ Sampel sebanyak 16 orang pasien laki-laki atau perempuan dewasa berumur dari umur 18 sampai 36 tahun dengan maloklusi yang membutuhkan perawatan ortodonti dengan pencabutan gigi premolar pertama atau pasien sejawat lain yang telah menjalani tahap leveling dan aligning diperoleh dari klinik spesialis PPDGS ortodonti.


(29)

‐ Setiap sampel diberi nomor urut dari 1 sampai 16 yang telah disiapkan secara tertutup dan diacak

‐ Kemudian dilakukan pembagian kelompok. Kelompok I adalah bagi yang mendapat nomor urut secara acak dari nomor 1 sampai 8; sedangkan Kelompok II yang mendapat nomor 9 sampai 16

‐ Semua sampel dilakukan 2 kali pencetakan dengan alginate merk Aromafine fast setting, lalu dibuatkan 2 model studi. Selanjutnya pasien dilakukan foto Rontgen panoramik dan sefalogram yang merupakan prosedur baku dalam rencana perawatan

‐ Pada pasien baru, dibuat rencana perawatan ortodonti, dipasangkan separator elastomerik diantara gigi molar pertama dengan molar kedua dan molar pertama dengan premolar kedua untuk mempersiapkan pembuatan Transpalatal Arch ( TPA ). Pasien lama yang telah menjalani tahap leveling dan aligning dipastikan mereka sudah memakai TPA.

‐ Pada pasien baru, dilakukan pencabutan gigi premolar pertama dan satu minggu kemudian dipasangkan bracket standar edgewise ukuran slot 0.018 x 0.025 inchi lalu dipasangkan Transpalatal Arch yang telah disiapkan.

‐ Khusus pada gigi kaninus dan premolar kedua yang telah dipasangkan bracket, dilakukan pencetakan dengan bahan Polyvinyl-Siloxane impression untuk mengantisipasi bila bracket ini terlepas sehingga cetakan yang dibuat nantinya dapat digunakan sebagai perekam kedudukan bracket sebelum terlepas.


(30)

‐ Setelah leveling dan aligning, masing-masing pasien dilakukan 2 kali pencetakan pada rahang atasnya saja dengan bahan alginate merk Aromafine fast setting, kemudian hasil cetakan diisi dengan gips stone dan dibuatkan basis.

‐ Pada model pertama dilakukan pembuatan lempeng akrilik pada raphe palatal, sebelum akrilik mengeras, ditanamkan wire lurus yang diarahkan ke sentral fossa gigi molar pertama ( Gambar 3 ).

Gambar 3 . Lempeng acrylic pada bagian raphe palatal dengan wire sebagai penanda titik sentral fossa yang digunakan untuk mengukur

anchorage loss

‐ Model yang kedua difotokopi dengan setting normal agar hasil foto persis seperti ukuran model studi aslinya. Pada gambar model fotocopi tersebut dilakukan pengukuran sudut rotasi kaninus yang dibentuk dari perluasan garis yang melalui titik kontak distal dan mesial gigi kaninus ke bidang midpalatal model studi ( T0 ) ( Gambar 4 ).


(31)

Gambar 4. Fotokopi model studi untuk pengukuran rotasi gigi kaninus ‐ Bracket kaninus disisipkan suatu jig lurus dari wire stainless steel rectangular

0.016 x 0.022 inchi pada vertikal slot, lalu dilakukan foto panoramik, selanjutnya diukur Angulasi gigi kaninus yang ditarik garis jig yang tergambar pada foto ke bidang infra orbita ( T0 ) ( Gambar 5 ).


(32)

Gambar 5. Foto panoramik dengan pemasangan jig lurus dari wire 0,016 x 0,022 SS pada vertical slot gigi kaninus maksila yang digunakan untuk mengukur angulasi gigi kaninus.

‐ Setelah dilakukan pengukuran T0 , dilanjutkan perawatan tahap ke-2 ( Closing Space ). Kelompok I retraksi gigi kaninus dengan elastomeric chain memakai continuous round wire stainless steel berdiameter 0.016 inchi dengan stop tepat di depan mesial tube molar pertama. Besar gaya 150 gram diukur dengan alat tension gauge. Elastomeric chain dikaitkan dari hook tube molar ke kedua wing bracket gigi kaninus ( Gambar 6 ).

Gambar 6. Pengukuran besar gaya dengan tension gauge. Besar gaya 150 gram yang akan digunakan untuk retraksi gigi kaninus dengan elastomeric chain memakai continuous round wire

‐ kelompok II dipasangkan closed-helical sectional rectangular wire stainless steel ukuran 0.016 x 0.022 inchi yang telah dibentuk terlebih dahulu kemudian dengan besar gaya yang sama 150 gram dilakukan retraksi gigi kaninus dengan cara cinched-back ( Gambar 7 ).


(33)

Gambar 7. Pengukuran besar gaya dengan tension gauge. Besar gaya 150 gram yang akan digunakan untuk retraksi gigi kaninus dengan closed-helical sectional rectangular wire.

‐ Semua pasien kontrol ulang untuk aktifasi kedua dengan selang waktu satu bulan setelah waktu retraksi yang pertama.

‐ Setelah dua kali aktifasi, dilakukan pencetakan kembali, lalu dilakukan pengukuran anchorage loss dengan terlebih dahulu memindahkan lempeng akrilik berikut wire yang dibuat pada model pertama sebelum retraksi atau setelah leveling kemudian dilakukan pengukuran pergeseran titik sentral fossa gigi molar pertama dari ujung wire ke sentral fossa gigi molar pertama ( T1 ) ‐ Selanjutnya model difotokopi setting normal lalu dilakukan pengukuran rotasi

gigi kaninus maksila dengan mengukur sudut yang dibentuk dari perluasan garis yang melalui titik kontak mesial dan distal gigi kaninus maksila ke bidang midpalatal ( T1 )

‐ Pada foto panoramik dilakukan pengukuran sudut angulasi gigi kaninus maksila yang dibentuk oleh perluasan garis jig terhadap garis infra orbita (T1)


(34)

‐ Hasil kedua perlakuan dilakukan perbandingan dan selanjutnya dilakukan uji statistik Multivariate Analysis of Variance ( MANOVA ) t-berpasangan dengan A P value < 0.05 yang dinyatakan secara statistik signifikan ada perbedaan.

3.9. Identifikasi Variabel Variabel bebas :

‐ Retraksi kaninus maksila dengan elastomeric chain memakai Stainless steel continuous round wire 0.016 inchi

‐ Retraksi kaninus maksila dengan Closed-helical sectional rectangular wire 0.016 x 0.022 inchi

Variabel tergantung

‐ Angulasi gigi kaninus maksila ‐ Rotasi gigi kaninus maksila

Anchorage loss gigi molar pertama maksila

Variabel Terkendali

‐ Umur pasien 18 – 36 tahun

‐ Maloklusi yang memerlukan perawatan dengan pencabutan gigi premolar pertama

‐ Pasien yang belum pernah dilakukan perawatan ortodonti atau pasien yang telah menjalani perawatan tahap pertama ( leveling dan aligning ) tapi belum dilakukan retraksi gigi kaninus maupun gigi anterior


(35)

‐ Alat ukur jangka sorong digital Prohex dengan ketepatan ukur 0,01mm ‐ busur derajat Ortho Organizer

‐ Penentuan titik ukur pada sentral fossa gigi molar pertama dengan millipen zebra dengan ketebalan 0,1mm

‐ Pembuatan model studi ‐ Pembuatan foto panoramik ‐ Pembuatan fotokopi model studi ‐ Jadwal kunjungan kontrol pasien

‐ Posisi persis bracket kaninus yang terlepas

Variabel Tidak Terkendali

‐ Faktor penyusutan model studi

‐ Bentuk mahkota dan akar gigi kaninus dan molar pertama maksila ‐ Kepadatan prosesus alveolar

‐ Resorpsi fisiologis akibat pencabutan gigi premolar

‐ Masa retraksi selama fase retraksi aktif yang terputus akibat lepasnya bracket kaninus maksila

3.10. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk melihat perbedaan efek retraksi kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round wire dengan closed-helical sectional rectangular wire, maka dilakukan pengukuran angulasi dan rotasi gigi kaninus dan anchorage loss gigi molar pertama maksila sebelum retraksi (T0), kemudian dua bulan setelah retraksi ( T1 ).


(36)

3.10.1. Stainless steel continuous round wire merupakan suatu wire berbentuk bulat berdiameter 0.016 inchi yang melengkung sepanjang lengkung gigi yang umum digunakan dalam perawatan ortodonti ketika melakukan retraksi kaninus dengan cara sliding mekanik ( friction mechanic ).10

3.10.2. Closed-helical rectangular wire merupakan suatu wire berbentuk persegi empat berukuran 0.016 x 0.022 inchi yang dibentuk sedemikian rupa dengan memiliki coil helical dengan bengkokan anti-rotasi 5o dan bengkokan anti-tip 5o yang dibuat pada daerah loop serta memiliki torque akar palatal kira-kira 10 – 15o. ( Gambar 3 ).6

A

B

Gambar 8. Disain closed-helical sectional rectangular wire A. anti rotasi 5 0 B. Anti tipp 50

3.10.3. Angulasi gigi kaninus adalah sudut yang dibentuk dari perpotongan bidang infra orbita dan garis yang diteruskan dari penempatan jig di vertikal slot bracket masing-masing kaninus maksila yang tergambar pada foto Rontgen panoramik (Gambar 4).13


(37)

Gambar 9. Metode pengukuran angulasi gigi kaninus dengan mengukur sudut luar yang dibentuk dari garis yang diteruskan melalui jig pada vertikal slot bracket gigi kaninus hingga membentuk sudut dengan garis infra orbita.

3.10.4. Rotasi gigi kaninus adalah sudut yang dibentuk antara sebuah garis yang melalui kontak distal dan mesial gigi kaninus maksila terhadap garis midpalatal raphe ditentukan pada model studi ( Gambar 5 ).13


(38)

3.10.5. Anchorage loss adalah perubahan titik sentral fossa alam arah sagital

pada gigi molar pertama maksila model studi yang ditandai dengan suatu cetakan akrilik dengan wire yang ditanamkan padanya lalu dihubungkan ke titik sentral fossa ( Gambar 6 ).5,13

Gambar 6. Pembuatan lempeng akrilik yang ditanamkan pada raphe palatal model studi dan kawat lurus yang menghubungkan dari satu titik di lempeng ke sentral fossa gigi molar pertama untuk mengukur anchorage loss

3.11. Managemen dan Analisis Data

Hasil pengukuran pada model studi, fotokopi model stud dan foto panoramik dikelompokkan menjadi 2 masa pada masing-masing kelompok.

Kelompok I (elastomeric chain memakai continuous round wire ) a. Masa sebelum retraksi atau setelah leveling dan aligning ( T0 ) b. Masa setelah 2 bulan retraksi ( T1 )

Kelompok II ( Closed-helical sectional rectangular wire )

a. Masa sebelum retraksi atau setelah leveling dan aligning ( T0 ) b. Masa setelah 2 bulan retraksi ( T1 )


(39)

Kemudian dilakukan uji statistik Multivariate analysis of variance ( MANOVA ), dengan uji-t berpasangan untuk membuktikan adanya perbedaan efek retraksi kaninus maksila antara kelompok I ( elastomeric chain memakai continuous round )dengan kelompok II ( closed-helical sectional rectangular wire ).

3.12. Permintaan Etik

Permintaan etik ( Ethical Clearance ) dilakukan sebelum penelitian dimulai. Etik ini berguna sebagai pengawasan agar penelitian ini tidak menyimpang dari norma-norma etik yang berlaku sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat di publikasikan.


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil dan Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan uji perbedaan efek setelah dua bulan ( T1 ) retraksi kaninus maksila dengan elastomeric chain memakai continuous round dan closed sectional rectangular wire pada kasus dengan pencabutan gigi premolar. Adapun uji perbedaan efek tersebut berupa uji perbedaan efek angulasi, rotasi dan anchorage loss dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1.Rata-rata besar perubahan sudut efek angulasi sebelum dan setelah dua bulan retraksi ( T0 – T1 ) kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire

Retraction Side N

Mean (degree) T0 T1

Selisih T0-T1

Std.Deviation T0 T1

Std.Error Mean T0 T1 Continuous R 8 92.2500 90.3125 1.9375 3.84522 4.32549 1.35949 1.52929

L 8 90.2500 89.6875 .5625 4.17475 6.32985 1.47600 2.23794 Sectional R 8 89.8125 88.3125 1.5000 4.88392 4.84722 1.72673 1.71375 L 8 88.9375 88.6875 .2500 3.59004 4.62862 1.26927 1.63646

Selisih rata-rata perubahan sudut angulasi kaninus sebelum dan setelah dua bulan retraksi ( T0 - T1 ) dengan elastomeric chain memakai continuous round wire pada sisi kanan sebesar 1.9375°. Rata-rata selisih perubahan sudut angulasi kaninus sebelum dan setelah dua bulan retraksi ( T0 – T1 ) dengan closed-helical sectional rectangular wire sebesar 1,5000°. Demikian pula pada sisi kiri, metode retraksi yang menggunakan continuous round wire rata-rata sebesar 0.5625°, sedangkan closed-helical sectional rectangular wire sebesar 0,2500°. ( Tabel 4.1 ). Data tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata selisih perubahan sudut angulasi gigi kaninus


(41)

sebelum dan setelah retraksi lebih besar terjadi pada metode yang menggunakan elastomeric chain memakai continuous round wire dibandingkan metode retraksi dengan closed-helical sectional rectangular wire pada sisi kanan dan kiri.

Tabel 4.2.Rata-rata perubahan besar sudut efek rotasi sebelum dan setelah dua bulan retraksi ( T 0 – T1 ) kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire

Retraction Side N Mean (degree) T0 T1

Selisih T0-T1

Std.Deviation T0 T1

Std.Error Mean T0 T1 Continuous

R 8 147.1250 151.1250 -4.0000 5.08324 6.08129 1.79720 2.15006

L 8 152.5625 158.5000 -5.9375 6.06770 5.10602 2.14526 1.80525

Sectional

R 8 156.1250 156.3750 -0.2500 5.40998 4.21519 1.91272 1.49030 L 8 165.9375 167.5000 -1.5625 5.97876 4.89168 2.11381 1.72947

Selisih rata-rata perubahan rotasi gigi kaninus sebelum dan setelah dua bulan retraksi ( T0 – T1 ) pada sisi kanan dengan elastomeric chain memakai continuous round wire sebesar -4,0000° dengan pengertian terjadi peningkatan sudut sebesar 4,0000°. Pada Closed-helical sectional rectangular wire rata-rata sebesar -0,2500°. Demikian pula pada sisi kiri, metode retraksi kaninus menggunakan elastomeric chain memakai continuous round wire rotasi terjadi sebesar -5.9375°. Sedangkan menggunakan closed-helical sectional rectangular wire rata-rata terjadi sebesar -1.5625°. ( Tabel 4.2). Data tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata selisih perubahan sudut rotasi gigi kaninus sebelum dan setelah retraksi lebih besar terjadi pada metode yang menggunakan elastomeric chain memakai continuous round wire dibandingkan metode retraksi dengan closed-helical sectional rectangular wire pada sisi kanan dan kiri.


(42)

Tabel 4.3. Perbedaan efek angulasi setelah dua bulan retraksi (T1) kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire

Independent Sample Test

Levene’s Test for Equality of variances

t-test for Equality of Means

RETRACTION

F Sig. t df Sig.

(2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce

95% Condifence Interval of the

Difference

Lower Upper

Cont : Sect ( R )

Equal variance assumed Equal variances not assumed

,169 ,687 ,217

,217 14 13,799 ,832 ,832 ,5000 ,5000 2,30658 2,30658 -4,44712 -4,45391 5,44712 5,45391 Cont: Sect ( L )

Equal variances assumed Equal variances not assumed

,010 ,923 ,361

,361 14 12,821 ,724 ,724 1,0000 1,0000 2,77243 2,77243 -4,94628 -4,99797 6,94628 6,99797

Keterangan : Cont : Continuous round wire ; Sect : Closed-helical Sectional rectangular wire *Jika nilai signifikansi < 0.05 artinya variabel nyata berbeda

Jika nilai signifikasi > 0.05 artinya tidak terjadi perbedaan signifikan

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan, terlihat efek retraksi yakni perubahan angulasi setelah dua bulan ( T1 ) retraksi kaninus pada sisi kanan antara elastomeric chain memakai continuous round dengan sectional rectangular wire tidak terjadi perbedaan secara signifikan dengan nilai sig = 0.832 > α = 0.05. Demikian pula pada sisi kiri juga tidak terjadi perbedaan secara signifikan dengan nilai sig = 0.724 > α = 0.05. ( Tabel 4.3.)


(43)

Tabel 4.4. Perbedaan efek rotasi setelah dua bulan retraksi ( T1 ) kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangular wire

Levene’s Test for Equality of variances

t-test for Equality of Means

RETRACTION

F Sig. t df Sig.

(2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce

95% Condifence Interval of the

Difference

Lower Upper

Cont :Sect ( R )

Equal variances assumed Equal variances not assumed

,127 ,727 -3,600

-3,600 14 13,974 ,003 ,003 -9,0000 -9,0000 2,50000 2,50000 -14,36197 -14,36289 -3,63803 -3,63711

Cont : Sect ( L )

Equal variances assumed Equal variances not assumed

,085 ,775 -4,441

-4,441 14 13,997 ,001 ,001 -13,3750 -13,3750 3,01170 3,01170 -19,83445 -19,83458 -6,91555 -6,91542

Keterangan : Cont : Continuous round wire ; Sect : Closed-helical Sectional rectangular wire *Jika nilai signifikansi < 0.05 artinya variabel nyata berbeda

Jika nilai signifikasi > 0.05 artinya tidak terjadi perbedaan signifikan

Efek retraksi yakni perubahan rotasi setelah dua bulan ( T1 ) retraksi kaninus pada sisi kanan antara elastomeric chain memakai continuous round dengan sectional rectangular wire terjadi perbedaan secara signifikan dengan nilai sig 0.003 < α = 0.05. Demikian pula pada sisi kiri juga terjadi perbedaan secara signifikan dengan nilai sig 0.001 < α = 0.05.( Tabel 4. 4).


(44)

Tabel 4.5. Rata-rata efek anchorage loss setelah dua bulan retraksi ( T1 ) kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical

sectional rectangular wire

Group Statistics

SIDE Group N Mean

( Inchi )

Std. Deviation Std. Error Mean

RIGHT

Continuous Sectional

8 8

,0526 ,0678

,01819 ,01140

,00643 ,00403

LEFT

Continuous Sectional

8 8

,0518 ,0666

,02400 ,01189

,00848 ,00420

Rata-rata anchorage loss yang terjadi setelah dua bulan retraksi kaninus maksila pada metode retraksi yang menggunakan closed-helical sectional rectangular wire pada sisi kanan yaitu sebesar 0,0678 inchi lebih besar secara rata-rata dibandingkan metode dengan elastomeric chain memakai continuous round wire yaitu 0,526 inchi. Demikian pula halnya pada sisi kiri, anchorage loss pada metode yang menggunakan closed-helical sectional rectangular wire rata-rata sebesar 0,0666 inchi sedangkan metode dengan elastomeric chain memakai continuous round wire rata-rata sebesar 0,0518 inchi.( Tabel 4.5. )


(45)

Tabel 4.6. Perbedaan efek anchorage loss setelah dua bulan retraksi ( T1 ) kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional rectangularwire

Independent Sample Test

Levene’s Test for Equality of variances

t-test for Equality of Means

SIDE

F Sig. t df

Sig.(2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Difference

95% Condifence Interval of the

Difference

Lower Upper

RIGHT Equal variances assumed Equal variances not assumed

1,162 ,299 -1,993

-1,993 14 11,763 ,066 ,070 -,0151 -,0151 ,00759 ,00759 -,03140 -,03170 ,00115 ,00145 LEFT Equal variances assumad Equal variances not assumed

2,627 ,127 -1,571

-1,571 14 10,242 ,139 ,147 -,0149 -,0149 ,00947 ,00947 -,03518 -,03591 ,00543 ,00616

*Jika nilai signifikansi < 0.05 artinya variabel nyata berbeda

Jika nilai signifikasi > 0.05 artinya tidak terjadi perbedaan signifikan

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan, terlihat efek retraksi yakni anchorage loss setelah dua bulan ( T1 ) retraksi kaninus pada sisi kanan antara elastomeric chain memakai continuous round dengan sectional rectangular wire tidak terjadi perbedaan secara signifikan dengan nilai sig = 0.299 > α = 0.05. Demikian pula pada sisi kiri juga tidak ada perbedaan secara signifikan dengan nilai sig= 0.127 > α = 0.05.( Tabel 4.6. )


(46)

BAB V PEMBAHASAN

Retraksi kaninus merupakan salah satu tahapan penting dalam perawatan ortodonti khususnya pada kasus yang memerlukan pencabutan premolar pertama. Metode retraksi kaninus yang dikenal selama ini ada dua yaitu :

1. Retraksi kaninus dengan cara sliding atau frictional mechanics 2. Retraksi kaninus dengan cara frictionless mechanics

Retraksi kaninus dengan cara sliding yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan elastomeric chain yang menggunakan wire continuous round dari bahan stainless steel. Beberapa keunggulan metode ini di antaranya aplikasinya sederhana sehingga memudahkan kerja operator, relatif lebih nyaman dan cepat. Adapun kerugiannya yaitu resiko terjadinya rotasi dan tipping gigi kaninus serta ekstrusinya gigi insisivus.8,10,12

Retraksi kaninus dengan cara frictionless mechanics yaitu dengan menggunakan sectional spring wire dengan bentuk macam-macam ada Ricketts Maxillary Canine Retractor (Cuspid Retractor) , PG Spring, Closed-helical sectional wire.10,13 Pada penelitian ini peneliti menggunakan closed-helical sectional wire dari bahan stainless steel seperti yang dibuat oleh Magness. Keuntungan retraksi kaninus dengan sectional wire diyakini lebih terkontrol gaya yang ditimbulkannya, relatif lebih cepat. Adapun kerugiannya adalah aplikasinya kurang sederhana, perlu penyesuaian interaksi antara wire dan bracket, kurang nyaman dan dapat mengiritasi mukosa pipi. Ricketts melaporkan retraksi kaninus yang dilakukannya menggunakan Cuspid Retractor dilaporkan mampu menutup ruang bekas pencabutan pada aktifiasi kedua atau ketiga tetapi setelah itu perlu dilakukan upaya uprighting cuspid selama beberapa bulan setelahnya.


(47)

Magness mengklaim bahwa retraksi kaninus yang dilakukannya menggunakan closed-helical sectional wire dapat menjaga kesejajaran akar gigi kaninus sehingga kaninus bergerak secara bodily.6

Beberapa efek dari retraksi kaninus di antaranya terhadap angulasi dan rotasi gigi kaninus serta anchorage loss terhadap gigi molar pertama yang merupakan komponen utama anchorage. Dari beberapa literatur tentang retraksi kaninus peneliti belum mendapatkan adanya laporan penelitian tapi masih sebatas laporan kasus.

Selisih rata-rata perubahan sudut angulasi kaninus sebelum dan setelah dua bulan retraksi ( T0 - T1 ) dengan elastomeric chain memakai continuous round wire pada sisi kanan sebesar 1.9375°. Rata-rata selisih perubahan sudut angulasi kaninus sebelum dan setelah dua bulan retraksi ( T0 – T1 ) dengan closed-helical sectional rectangular wire sebesar 1,5000°. Demikian pula pada sisi kiri, metode retraksi yang menggunakan continuous round wire rata-rata sebesar 0.5625°, sedangkan closed-helical sectional rectangular wire sebesar 0,2500°. ( Tabel 4.1 ). Data tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata selisih perubahan sudut angulasi gigi kaninus sebelum dan setelah retraksi lebih besar terjadi pada metode yang menggunakan elastomeric chain memakai continuous round wire dibandingkan metode retraksi dengan closed-helical sectional rectangular wire pada sisi kanan dan kiri. Ini menunjukkan bahwa selisih perubahan sudut angulasi yang lebih besar menggambarkan bahwa retraksi kaninus dengan elastomeric chain memakai continuous round wire secara rata-rata lebih dapat menyebabkan gigi kaninus tipping dibandingkan dengan retraksi dengan closed-helical sectional rectangular wire.

Meskipun dari selisih rata-rata perubahan sudut angulasi menunjukkan retraksi kaninus dengan elastomeric chain memakai continuous round wire lebih besar dibanding dengan closed-helical sectional rectangular wire, namun dari hasil uji beda menggunakan uji-t berpasangan


(48)

tidak ditemukan adanya perbedaan secara signifikan efek angulasi gigi kaninus setelah dua bulan retraksi pada sisi kanan maupun kiri antara elastomeric chain memakai continuous round wire dengan closed-helical sectional rectangular wire. Hal ini disebabkan karena masa pengambilan data pengukuran terlalu singkat yakni dua kali retraksi atau 2 bulan, apabila masa ini diperpanjang kemungkinan saja dapat terjadi perbedaan secara signifikan.

Retraksi kaninus dengan elastomeric chain memakai continuous round wire merupakan salah satu metode retraksi sliding mechanic. Menurut Nanda, kekurangan metode sliding mechanic ini apabila tidak dikelola dengan baik akan beresiko tidak terkontrolnya tipping, overbite semakin dalam dan loss of anchorage.12 McLaughlin dkk merekomendasikan metode

sliding mechanics dengan elastomeric chain agar menggunakan archwire rectangular stainless steel 0.019 x 0.025” untuk pemakaian bracket berukuran slot 0.022” karena ukuran kawat tersebut akan memberi kontrol tipp, overbite dan torque yang baik.7

Selisih rata-rata perubahan rotasi gigi kaninus sebelum dan setelah dua bulan retraksi ( T0 – T1 ) pada sisi kanan dengan elastomeric chain memakai continuous round wire sebesar 4,0000°, dengan closed-helical sectional rectangular wire rata-rata sebesar 0,2500°. Demikian pula pada sisi kiri, metode retraksi kaninus menggunakan elastomeric chain memakai continuous round wire rotasi terjadi sebesar 5.9375°. Sedangkan menggunakan closed-helical sectional rectangular wire rata-rata terjadi sebesar 1.5625°. ( Tabel 4.2). Data tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata selisih perubahan sudut rotasi gigi kaninus sebelum dan setelah retraksi lebih besar terjadi pada metode yang menggunakan elastomeric chain memakai continuous round wire dibandingkan metode retraksi dengan closed-helical sectional rectangular wire pada sisi kanan dan kiri. Hal ini disebabkan bentuk dari wire continuous round membuat bracket pada gigi kaninus bergerak lebih leluasa di dalam slotnya dibandingkan bentuk wire rectangular.


(49)

Efek retraksi yakni perubahan rotasi setelah dua bulan ( T1 ) retraksi kaninus pada sisi kanan antara elastomeric chain memakai continuous round dengan sectional rectangular wire terjadi perbedaan secara signifikan dengan nilai sig 0.003 < α = 0.05. Demikian pula pada sisi kiri juga terjadi perbedaan secara signifikan dengan nilai sig 0.001 < α = 0.05.( Tabel 4. 4). Hal ini disebabkan disain dari anti rotasi yang dipersiapkan pada closed-helical sectional rectangular wire kelihatannya mampu memberi respon yang berbeda pada gigi kaninus dan tulang alveolar. Ini sesuai dengan rekomendasi McLaughlin dkk bahwa retraksi untuk melakukan penutupan ruang bekas pencabutan diperlukan kontrol tipping, kontrol rotasi dan kontrol torque.7

Rata-rata anchorage loss yang terjadi setelah dua bulan retraksi kaninus maksila pada metode retraksi yang menggunakan closed-helical sectional rectangular wire pada sisi kanan yaitu sebesar 0,0678 inchi lebih besar secara rata-rata dibandingkan metode dengan elastomeric chain memakai continuous round wire yaitu 0,0526 inchi. Demikian pula halnya pada sisi kiri, anchorage loss pada metode yang menggunakan closed-helical sectional rectangular wire rata-rata sebesar 0,0666 inchi sedangkan metode dengan elastomeric chain memakai continuous round wire rata-rata sebesar 0,0518 inchi.( Tabel 4.5. )

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan, terlihat efek retraksi yakni anchorage loss setelah dua bulan ( T1 ) retraksi kaninus pada sisi kanan antara elastomeric chain memakai continuous round dengan sectional rectangular wire tidak terjadi perbedaan secara signifikan dengan nilai sig = 0.299 > α = 0.05. Demikian pula pada sisi kiri juga tidak ada perbedaan secara signifikan dengan nilai sig= 0.127 > α = 0.05.( Tabel 4.6. ) Hal ini disebabkan karena kedua metode menggunakan besar gaya yang sama yaitu sebesar 150 gram, ini sesuai dengan teori pergerakan gigi yang dinyatakan oleh Proffit bahwa pergerakan gigi oleh piranti ortodonti dapat dipengaruhi oleh besar dan durasi gaya yang diberikan selain kepadatan serta respon tulang


(50)

alveolar.8,10 Menurut Geron dkk salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya anchorage loss adalah faktor prosesus alvolaris.2 Pada penelitian ini sampel yang digunakan relatif hampir homogen yaitu dominan perempuan dewasa 15 orang perempuan, 1 orang laki-laki sehingga kemungkinan kepadatan tulang alveolar hampir sama dan respon tulang alveolar yang menerima gaya juga sama.


(51)

BAB VI KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari perbandingan efek retraksi kaninus maksila dengan elastomeric chain memakai continuous round dan closed-helical sectional rectangular wire pada kasus dengan pencabutan gigi premolar, disimpulkan :

Efek angulasi yang terjadi setelah dua bulan retraksi kaninus maksila dengan elastomeric chain memakai continuous round wire secara rata-rata lebih besar dibandingkan dengan closed-helical sectional rectangular wire pada sisi kanan maupun pada sisi kiri.

Efek rotasi yang terjadi setelah dua bulan retraksi kaninus maksila dengan elastomeric chain memakai continuous round wire secara rata-rata lebih besar dibandingkan dengan closed-helical sectional rectangular wire baik pada sisi kanan maupun pada sisi kiri.

Efek anchorage loss yang terjadi setelah dua bulan retraksi kaninus maksila dengan closed-helical sectional rectangular wire secara rata-rata lebih besar dibanding retraksi kaninus dengan elastomeric chain memakai continuous round wire baik pada sisi kanan maupun sisi kiri

Tidak ditemukan adanya perbedaan secara signifikan efek angulasi setelah dua bulan retraksi ( T1 ) gigi kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round ( sliding mechanics ) dengan closed-helical sectional rectangular wire ( frictionless mechanic ) pada sisi kanan maupun kiri.

Ditemukan adanya perbedaan secara signifikan efek rotasi setelah dua bulan retraksi (T1) gigi kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round ( sliding mechanics ) dengan closed-helical sectional rectangular wire ( frictionless mechanic ) pada sisi kanan maupun kiri.


(52)

Tidak ditemukan adanya perbedaan secara signifikan anchorage loss setelah dua bulan retraksi ( T1 ) gigi kaninus antara elastomeric chain memakai continuous round ( sliding mechanics ) dengan closed-helical sectional rectangular wire ( frictionless mechanic ) pada sisi kanan maupun kiri.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih banyak. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan masa retraksi yang lebih panjang

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menilai metode yang paling besar secara signifikan menimbulkan efek angulasi, rotasi maupun anchorage loss.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Darendeliler MA, Darendeliler H, Uner O, The Drum Spring ( DS ) retractor : A constant and continuous force for canine retraction. European Journal of Orthodontics 1997: Vol.19 : 115 – 130.

2. Geron S, Shpack N, Kandos S, Davidovitch M, Vardimon AD. Anchorage loss- a multifactorial response. Angle Orthodontist. 2003 : 73 : 730 -737.

3. Hayasi K, Uechi J, Murata M, Mizoguchi I. Comparison of maxillary canine retraction with sliding mechanics and retraction spring : a Three – dimensional analysis based on a midpalatal orthodontic implant. European Journal of Orthodontics .2004 : Vol 26 : No.6 : 585 – 589.

4. Huffman JD, Way D. A Clinical evaluation of tooth movement along arch wires of two different sizes. AJODO. 1983 : 83 : 453 – 459.

5. Lotzof L, Fine H, Cisneros G. Canine retraction a comparasion of two preadjusted bracket system. AJODO. 1996 : 110 : 191 – 196.

6. Magness WB., Non invasiv maxillary anchorage for canine retraction in premolar extraction cases . JCO 2006 : Vol XL : No.10 : 594 – 598.

7. McLaughlin RP, Bennett JC, Trevisi HJ. Systemized orthodontic treatment mechanics. Mosby International Ltd. 2001: 252 – 255

8. Nanda R. Biomechanics and esthetic strategies in clinical orthodontics. Elseiver inc. Copyright 2005 : 194 -209.

9. Nightingale C, Jones SP. A Clinical Investigation of force delivery systems for orthodontic space closure. Journal of Orthodontics. 2003 : Vol.30 : 229 – 236.


(54)

10.Proffit WR, Contemporary orthodontics. Mosby Co. Third edition. Copyright 2000 : Chapter 18 : 567 – 577.

11.Reitan K. Effect on force magnitude and direction of tooth movement on different alveolar bone types. Angle Ortho. 1964: 34 : 244 – 247.

12.Sengupta CJ, Sharma SK, Sahu M.D, PG Canine retraction Spring. Mjafi. 2003 : Vol. 59: 337 – 338.

13.Shpack Nir, Davidovitch M., Sarne O, Panayi N,Vardimon AD. Duration and anchorage management of canine retraction with bodiliy versus tipping mechanics. Angle Orthodontist. 2002 : Vol.78 : 1 : 95 – 100.

14.Smith R, Storey E. Force in orthodontics and its relation to tooth movement. Austr J. Dent. 1952 : 56 : 11 – 18.

15.Streed S. A Method of measuring clinical orthodontic tooth displacement (thesis). Mineapolis,MN : University of Minnesota ; 1964.

16.Ziegler P, Ingervall B. A Clinical study of maxillary canine retraction and with sliding mechanics. AJODO. 1989 : 95 : 99 – 106.


(55)

Lampiran 1. Alur Rancangan Penelitian

PERAWATAN PASIEN ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN GIGI   PREMOLAR PERTAMA MAKSILA 

ACAK

KELOMPOK  I  KELOMPOK  II 

PENGUKURAN ANGULASI  GIGI KANINUS, SUDUT ANTARA MESIO‐DISTAL GIGI KANINUS TERHADAP  MEDIAN LINE MODEL STUDY, PENENTUAN TITIK SENTRAL FOSSA GIGI MOLAR PERTAMA MAKSILA 

RETRAKSI KANINUS MAKSILA DENGAN 

ELASTOMERIC CHAIN MEMAKAI 

CONTINUOUS ROUND WIRE 

WIRE RETRAKSI KANINUS MAKSILA 

DENGAN CLOSED‐HELICAL SECTIONAL 

RECTANGULAR 

UJI  STATISTIK

PENGUKURAN ANGULASI  GIGI KANINUS, SUDUT ANTARA MESIO‐DISTAL GIGI KANINUS TERHADAP  MEDIAN LINE MODEL STUDY, PENGUKURAN PERGESERAN TITIK SENTRAL FOSSA GIGI MOLAR PERTAMA 


(56)

Lampiran 2. Data Hasil Pengukuran Angulasi, Rotasi Kaninus Maksila dan Anchorage Loss

I.Angulasi (degree)

A. Continuous T0 T1

R L R L

AA1 87 86 89.5 89

AA2 95 92.5 92 88

AA3 94 86.5 90 89

AA4 97.5 92.5 85.5 92

AA5 89.5 90.5 89 94.5

AA6 95 96.5 100 99

AA7 87.5 93 88 89

AA8 92.5 84.5 88.5 77

B. Sectional T0 T1

R L R L

AB1 78 86.5 80.5 90

AB2 86 87.5 85.5 85.5

AB3 86.5 92.5 94.5 94

AB4 89.5 83 89.5 84.5

AB5 92,5 87,5 94 92

AB6 90 91.5 94.5 94.5

AB7 91.5 94 90 87


(57)

II. Rotasi (degree)

A. Continuous T0 T1

R L R L

RA1 154 150 156.5 157.5

RA2 154.5 157.5 167.5 171

RA3 152 154,5 172 158

RA4 158.5 155 170.5 170

RA5 156.5 153.5 166.5 165

RA6 163.5 167 171.5 174

RA7 151.5 151.5 168 164

RA8 160.5 160 167.5 168

B. Sectional T0 T1 R L R L RB1 142 143 151 152

RB2 148 141 156 140.5 RB3 156 152 158 153.5 RB4 146 144 156 148

RB5 150 145 157 155

RB6 160 150 161.5 159.5


(58)

RB8 150 146 168.5 153.5

III . Anchorage Loss ( inchi )

A. Continuous R L

LA1 0.044 0.034

LA2 0.083 0.097

LA3 0.078 0.080

LA4 0.050 0.049

LA5 0.052 0.049

LA6 0.041 0.037

LA7 0.034 0.032

LA8 0.039 0.036

B. Sectional R L

LB1 0.086 0.076

LB2 0.078 0.053

LB3 0.075 0.068


(59)

LB5 0.064 0.057

LB6 0.070 0.087

LB7 0.054 0.057

LB8 0.057 0.075

Lampiran 3. Hasil uji statistik perbedaan retraksi kaninus maksila antara elastomeric chain memakai continuous round dengan closed-helical sectional

rectangular wire


(60)

Mean N Std. Deviation Std.Error Mean Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5 Pair 6 Pair 7 Pair 8 Pair 9 Pair 10 Pair 11 Pair 12

Right Continuous T0. Angulasi Right Continuous T1.Angulasi Left Continuous T0. Angulasi Left Continuous T1. Angulasi Selisih Right Continuous T0-T1 Selisih Left Continuous T0-T1 Right Sectional T0.Angulasi Right Sectional T1.Angulasi Left Sectional T0.Angulasi Left Sectional T1.Angulasi Selisih Right Sectional T0-T1 Selisih Left Sectional T0-T1 Right Continuous T0.Rotasi Right Continuous T1.Rotasi Left Continuous T0.Rotasi Left Continuous T1. Rotasi Selisih Right Continuous T0-T1 Selisih Left Continuous T0-T1 Right Sectional T0.Rotasi Right Sectional T1.Rotasi Left Sectional T0.Rotasi Left Sectional T1.Rotasi Selisih Right Sectional T0-T1 Selisih Left Sectional T0-T1

92.2500 90.3125 90.2500 89.6875 1.9375 .5625 89.8125 88.3125 88.9375 88.6875 1.5000 .2500 147.1250 151.1250 152.5625 158.5000 -4.0000 -5.9375 156.1250 156.3750 165.9375 167.5000 -0.2500 -1.5625 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 3.84522 4.32549 4.17475 6.32985 5.16470 4.27148 4.88392 4.84722 3.59004 4.62862 3.45376 4.59036 5.08324 6.08129 6.06770 5.10602 5.55974 4.21519 5.40998 4.21519 5.97876 4.89168 5.53399 3.90912 1.35949 1.52929 1.47600 2.23794 1.82600 1.51020 1.72673 1.71375 1.26927 1.63646 1.22109 1.62294 1.79720 2.15006 2.14526 1.80525 1.96567 1.43750 1.91272 1.49030 2.11381 1.72947 1.95656 1.38208


(61)

Independent Samples Test

,169 ,687 ,217 14 ,832 ,5000 2,30658 -4,44712 5,44712

,217 13,799 ,832 ,5000 2,30658 -4,45391 5,45391

,010 ,923 ,361 14 ,724 1,0000 2,77243 -4,94628 6,94628

,361 12,821 ,724 1,0000 2,77243 -4,99797 6,99797

,127 ,727 -3,600 14 ,003 -9,0000 2,50000 -14,36197 -3,63803

-3,600 13,974 ,003 -9,0000 2,50000 -14,36289 -3,63711

,085 ,775 -4,441 14 ,001 -13,3750 3,01170 -19,83445 -6,91555

-4,441 13,997 ,001 -13,3750 3,01170 -19,83458 -6,91542

Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed RIGHT T1 CON-T1

SEC ANGULASI

LEFT T1 CON-T1 SEC ANGULASI

RIGHT T1 CON-T1 SEC ROTASI

LEFT T1 CON-T1 SEC ROTASI

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means

Paired Samples Test

1,9375 5,16470 1,82600 -2,3803 6,2553 1,061 7 ,324

,5625 4,27148 1,51020 -3,0085 4,1335 ,372 7 ,721

1,3750 5,61726 1,98600 -3,3211 6,0711 ,692 7 ,511

-1,5000 3,45378 1,22109 -4,3874 1,3874 -1,228 7 ,259

,2500 4,59036 1,62294 -3,5876 4,0876 ,154 7 ,882

-1,7500 3,48466 1,23201 -4,6632 1,1632 -1,420 7 ,198

4,0000 3,46410 1,22474 1,1039 6,8961 3,266 7 ,014

5,9375 6,31007 2,23095 ,6622 11,2128 2,661 7 ,032

-1,9375 6,24178 2,20680 -7,1558 3,2808 -,878 7 ,409

,2500 3,03550 1,07321 -2,2877 2,7877 ,233 7 ,822

1,5625 5,53842 1,95813 -3,0677 6,1927 ,798 7 ,451

-1,3125 6,68654 2,36405 -6,9026 4,2776 -,555 7 ,596

RIGHT CONTINOUS T0 ANGULASI - RIGHT CONTINOUS T1 ANGULASI Pair

1

LEFT CONTINOUS T0 ANGULASI - LEFT CONTINOUS T0 ANGULASI Pair

2

SELISIH RT0 DAN RT1 CONTINOUS ANGULASI -SELISIH LT0 DAN LT1 CONTINOUS ANGULASI Pair

3

RIGHT SECTIONAL T0 ANGULASI - RIGHT SECTIONAL T1 ANGULASI Pair

4

LEFT SECTIONAL T0 ANGULASI - LEFT SECTIONAL T0 ANGULASI Pair

5

SELISIH RT0 DAN RT1 SECTIONAL ANGULASI -SELISIH LT0 DAN LT1 SECTIONAL ANGULASI Pair

6

RIGHT CONTINOUS T0 ROTASI - RIGHT CONTINOUS T1 ROTASI Pair

7

LEFT CONTINOUS T0 ROTASI - LEFT CONTINOUS T1 ROTASI Pair

8

SELISIH RT0 DAN RT1 CONTINOUS ROTASI -SELISIH LT0 DAN LT1 CONTINOUS ROTASI Pair

9

RIGHT SECTIONAL T0 ROTASI - RIGHT SECTIONAL T1 ROTASI Pair

10

LEFT SECTIONAL T0 ROTASI - LEFT SECTIONAL T0 ROTASI Pair

11

SELISIH RT0 DAN RT1 SECTIONAL ROTASI -SELISIH LT0 DAN LT1 SECTIONAL ROTASI Pair

12

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences


(1)

Mean

N

Std.

Deviation

Std.Error

Mean

Pair 1

Pair 2

Pair 3

Pair 4

Pair 5

Pair 6

Pair 7

Pair 8

Pair 9

Pair 10

Pair 11

Pair 12

Right Continuous T0. Angulasi

Right Continuous T1.Angulasi

Left Continuous T0. Angulasi

Left Continuous T1. Angulasi

Selisih Right Continuous T0-T1

Selisih Left Continuous T0-T1

Right Sectional T0.Angulasi

Right Sectional T1.Angulasi

Left Sectional T0.Angulasi

Left Sectional T1.Angulasi

Selisih Right Sectional T0-T1

Selisih Left Sectional T0-T1

Right Continuous T0.Rotasi

Right Continuous T1.Rotasi

Left Continuous T0.Rotasi

Left Continuous T1. Rotasi

Selisih Right Continuous T0-T1

Selisih Left Continuous T0-T1

Right Sectional T0.Rotasi

Right Sectional T1.Rotasi

Left Sectional T0.Rotasi

Left Sectional T1.Rotasi

Selisih Right Sectional T0-T1

Selisih Left Sectional T0-T1

92.2500

90.3125

90.2500

89.6875

1.9375

.5625

89.8125

88.3125

88.9375

88.6875

1.5000

.2500

147.1250

151.1250

152.5625

158.5000

-4.0000

-5.9375

156.1250

156.3750

165.9375

167.5000

-0.2500

-1.5625

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

8

3.84522

4.32549

4.17475

6.32985

5.16470

4.27148

4.88392

4.84722

3.59004

4.62862

3.45376

4.59036

5.08324

6.08129

6.06770

5.10602

5.55974

4.21519

5.40998

4.21519

5.97876

4.89168

5.53399

3.90912

1.35949

1.52929

1.47600

2.23794

1.82600

1.51020

1.72673

1.71375

1.26927

1.63646

1.22109

1.62294

1.79720

2.15006

2.14526

1.80525

1.96567

1.43750

1.91272

1.49030

2.11381

1.72947

1.95656

1.38208


(2)

Independent Samples Test

,169 ,687 ,217 14 ,832 ,5000 2,30658 -4,44712 5,44712

,217 13,799 ,832 ,5000 2,30658 -4,45391 5,45391

,010 ,923 ,361 14 ,724 1,0000 2,77243 -4,94628 6,94628

,361 12,821 ,724 1,0000 2,77243 -4,99797 6,99797

,127 ,727 -3,600 14 ,003 -9,0000 2,50000 -14,36197 -3,63803

-3,600 13,974 ,003 -9,0000 2,50000 -14,36289 -3,63711

,085 ,775 -4,441 14 ,001 -13,3750 3,01170 -19,83445 -6,91555

-4,441 13,997 ,001 -13,3750 3,01170 -19,83458 -6,91542 Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed RIGHT T1 CON-T1

SEC ANGULASI

LEFT T1 CON-T1 SEC ANGULASI

RIGHT T1 CON-T1 SEC ROTASI

LEFT T1 CON-T1 SEC ROTASI

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Paired Samples Test

1,9375 5,16470 1,82600 -2,3803 6,2553 1,061 7 ,324

,5625 4,27148 1,51020 -3,0085 4,1335 ,372 7 ,721

1,3750 5,61726 1,98600 -3,3211 6,0711 ,692 7 ,511

-1,5000 3,45378 1,22109 -4,3874 1,3874 -1,228 7 ,259

,2500 4,59036 1,62294 -3,5876 4,0876 ,154 7 ,882

-1,7500 3,48466 1,23201 -4,6632 1,1632 -1,420 7 ,198

4,0000 3,46410 1,22474 1,1039 6,8961 3,266 7 ,014

5,9375 6,31007 2,23095 ,6622 11,2128 2,661 7 ,032

-1,9375 6,24178 2,20680 -7,1558 3,2808 -,878 7 ,409

,2500 3,03550 1,07321 -2,2877 2,7877 ,233 7 ,822

1,5625 5,53842 1,95813 -3,0677 6,1927 ,798 7 ,451

-1,3125 6,68654 2,36405 -6,9026 4,2776 -,555 7 ,596 RIGHT CONTINOUS T0

ANGULASI - RIGHT CONTINOUS T1 ANGULASI Pair

1

LEFT CONTINOUS T0 ANGULASI - LEFT CONTINOUS T0 ANGULASI Pair

2

SELISIH RT0 DAN RT1 CONTINOUS ANGULASI -SELISIH LT0 DAN LT1 CONTINOUS ANGULASI Pair

3

RIGHT SECTIONAL T0 ANGULASI - RIGHT SECTIONAL T1 ANGULASI Pair

4

LEFT SECTIONAL T0 ANGULASI - LEFT SECTIONAL T0 ANGULASI Pair

5

SELISIH RT0 DAN RT1 SECTIONAL ANGULASI -SELISIH LT0 DAN LT1 SECTIONAL ANGULASI Pair

6

RIGHT CONTINOUS T0 ROTASI - RIGHT CONTINOUS T1 ROTASI Pair

7

LEFT CONTINOUS T0 ROTASI - LEFT CONTINOUS T1 ROTASI Pair

8

SELISIH RT0 DAN RT1 CONTINOUS ROTASI -SELISIH LT0 DAN LT1 CONTINOUS ROTASI Pair

9

RIGHT SECTIONAL T0 ROTASI - RIGHT SECTIONAL T1 ROTASI Pair

10

LEFT SECTIONAL T0 ROTASI - LEFT SECTIONAL T0 ROTASI Pair

11

SELISIH RT0 DAN RT1 SECTIONAL ROTASI -SELISIH LT0 DAN LT1 SECTIONAL ROTASI Pair

12

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Paired Differences


(3)

T-Test

Group Statistics

8

,0526

,01819

,00643

8

,0678

,01140

,00403

8

,0518

,02400

,00848

8

,0666

,01189

,00420

KATEGOR

CON

SEC

CON

SEC

RIGHT ANCHORAG

LEFT ANCHIRAGE

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

Levene’s Test

for Equality

of variances

t-test for Equality of Means

SIDE

F

Sig.

t

df

Sig.(2-tailed)

Mean

Differen

ce

Std. Error

Difference

95%

Condifence

Interval of the

Difference

Lower

Upper

RIGHT

Equal

variances

assumed

Equal

variances

not

assumed

1,162

,299

-1,993

-1,993

14

11,763

,066

,070

-,0151

-,0151

,00759

,00759

-,03140

-,03170

,00115

,00145

LEFT

Equal

variances

assumad

Equal

variances

not

assumed

2,627

,127

-1,571

-1,571

14

10,242

,139

,147

-,0149

-,0149

,00947

,00947

-,03518

-,03591

,00543


(4)

Lampiran 4. Jadwal Penelitian

WAKTU PELAKSANAAN ( BULAN )

NO

KEGIATAN

1-3

4-6

7-10

11-13

1

Persiapan Penelitian

xx

2

Seleksi sampel dan pembagian

kelompok

xx

xx

3

Pengambilan data

xx

xx

4

Analisa data dan interpretasi

x

5

Penulisan Laporan

x

6

Seminar dan perbaikan

x

7

Penjilidan

x


(5)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap

: Iskandar Muda Siregar,drg

Tempat dan Tanggal Lahir

: Perbaungan, 28 Agustus 1970

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

:

Islam

Status Perkawinan

: Menikah

Nama Isteri

: Nina Arryanti, drg

Nama Anak

: 1. Almazuhra Adisty Siregar

2. Alysa Dwi Apsari Siregar

Pekerjaan Isteri

: PNS dokter gigi Dinas Kesehatan Kota Medan

Riwayat Pendidikan

:

SD Negeri No. 101936 Desa Batang Terap Kec. Perbaungan lulus tahun 1983

SMP Negeri 1 Perbaungan lulus tahun 1986

SMA Negeri 1 Perbaungan lulus tahun 1989

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara lulus tahun 1995

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis-1 Ortodonti

Riwayat Pekerjaan

:


(6)

Dokter Gigi PTT Puskesmas Jeunib Kab. Aceh Utara1996 – 1999

Staf Medis RS PT. Arun NGL & Co. Lhokseumawe Kab. Aceh Utara 1999 – 2005