4-6 menggambarkan nyeri sedang, 7-9 menggambarkan nyeri berat yang masih terkontrol, serta 10 menggambarkan nyeri yang sangat berat dan tidak bisa dikontrol.
Nyeri kepala pada pasien hipertensi tentu menimbulkan perasaan tidak nyaman dan hal ini dapat berpengaruh pada aktivitasnya, tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya,
bahkan dapat berdampak sampai pada kebutuhan psikologis seperti menarik diri, menghindari percakapan, dan menghindari kontak dari orang lain Iqbal, 2005.
Pengkajian melalui pemeriksaan fisik dilakukan secara teliti dan menyeluruh dengan metode pemeriksaan head to toe. Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan
ketika pasien terlentang dan tegak, mengukur BB, TB BB ideal, gemuk, obesitas. Dan dilakukan pemeriksaan khusus : jantung, EKG, foto thoraks, funduscopy pada
mata, pemeriksaan darah AGDA, BUN Murwani, 2008.
1. Rumusan masalah
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, komunitas, terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial, atau
proses kehidupan Potter, 2005. Perumusan yang umum pada penderita hipertensi adalah nyeri akut, gangguan aktivitas, gangguan mobilisasi, gangguan pola tidur,
gangguan nutrisi, gangguan perawatan diri dan resiko cedera Harrison, 1999. Menentukan prioritas masalah bergantung pada urgensi dari masalah, sifat dari
pengobatan yang diberikan dan interaksi diantara diagnosis keperawatan Potter, 2005.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan, adalah salah satu kategori perilaku keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan
tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien dan merencanakan intervensi keperawatan Potter, 2005.
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilakukan dengan
SMART Spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional, dan Timing. Nyeri tidak dapat diatasi dalam waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena nyeri
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, rasa nyaman, dan harus dipenuhi Potter A, 2006.
Intervensi yang umum diberikan dalam penanganan nyeri misalnya : instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurangan nyeri
tidak dapat dicapai, ajarkan teknik nonfarmakologi relaksasi, yaitu nafas dalam, berikan posisi nyaman supine head 30 derajat, karena menyesuaikan dengan prinsip
gravitasi, dada akan terasa lebih longgar sebab tidak tertekan oleh isi perut NIC, 2010.
Kolaborasi dalam pemberian terapi obat. Terapi nyeri pada hipertensi tidak hanya difokuskan untuk menghilangkan gejala tetapi juga untuk mengatasi
penderitaan dan ketidakmampuan disability yang disebabkan oleh nyeri tersebut. Pemberian terapi secara teratur disarankan lebih maksimal untuk mencegah
munculnya nyeri yang lebih buruk Harrison, 1999.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal tekanan systole diatas 140 mmHg,
dan diastole diatas 90 mmHg. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan systole antara 140-159 adalah hipertensi systole perbatasan; 160 atau lebih tinggi adalah hipertensi
sistolik Harrison, 1999.
Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya terbagi 2, yaitu : Hipertensi primer esensial Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri
yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup 90 dari kasus
hipertensi Murwani, 2008. Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua
selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut 10 dari kasus-kasus hipertensi. Murwani, 2008.
Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu : Hipertensi diastolik diastolic hypertension yaitu peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak- anak dan dewasa muda.Hipertensi campuran sistol dan diastol yang meninggi yaitu
peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. Hipertensi sistolik isolated systolic hypertension yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut. Murwani, 2008.
Etiologi Hipertensi
Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance TPR. Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel
yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi Guyton, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung
yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume
sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan hipertensi Guyton, 2007. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila
terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.
Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma
akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan sistolik Guyton, 2007. Peningkatan Total Periperial Resistence TPR yang berlangsung lama dapat
terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal
tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi
membesar. Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup Guyton, 2007.
Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat kumpulan cairan, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil edema pada diskus optikus Murwani, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun- tahun berupa, nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intracranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain
yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain
Harrison, 1999.
Faktor Resiko
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden
hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian premature Harrison, 1999.
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan
pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause Widharto, 2007.
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari
orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25 terkena hipertensi. Faktor keturunan atau genetik sangat
memegang pengaruh yang sangat besar dalam menyebabkan penyakit ini. Sebagian besar penelitian mendukung konsep ini hingga akhirnya defek monogenik merupakan
salah satu akibat naiknya tekanan darah arteri Harrison, 1999. Garam dapur merupakan faktor yang sangat kuat dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi
yang rendah. Jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi
Universitas Sumatera Utara
terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah Harrison, 1999.
Garam mengandung 40 sodium dan 60 klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan
tekanan darah. Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi. Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-
makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam makanan. Sebaliknya
jumlah garam yang dikonsumsi dibatasi Harrison, 1999.
Komplikasi Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma Harrison,
1999. Infark Myokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan Harrison, 1999. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik Harrison, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki
dan jaringan lain. Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema Harrison,
1999. Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna hipertensi
yang cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan
saraf pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian Harrison, 1999.
Universitas Sumatera Utara
B. Asuhan keperawatan kasus I.