Penerapan Regional Kultur Simalungun Pada Perancangan Bangunan Politeknik (Studi Kasus: Perancangan Politeknik di Pematang Raya Kab. Simalungun - Sumatera Utara)

(1)

PENERAPAN REGIONAL KULTUR SIMALUNGUN PADA

PERANCANGAN BANGUNAN POLITEKNIK

(Studi Kasus: Perancangan Politeknik di Pematang Raya Kab.

Simalungun - Sumatera Utara)

TESIS

Oleh

JON DESRON DAMANIK 087020030/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENERAPAN REGIONAL KULTUR SIMALUNGUN PADA

PERANCANGAN BANGUNAN POLITEKNIK

(Studi Kasus: Perancangan Politeknik di Pematang Raya Kab.

Simalungun, Sumatera Utara)

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

JON DESRON DAMANIK 087020030/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M Phil, PhD) Ketua

(Imam Faisal Pane, ST, MT) Anggota

Ketua Program Studi

(Ir. Dwira Nirfalini Aulia, MSc, PhD)

Dekan

(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)

Tanggal Lulus: 28 April 2012

Judul Tesis : PENERAPAN REGIONAL KULTUR

SIMALUNGUN PADA PERANCANGAN BANGUNAN POLITEKNIK

(Studi Kasus: Perancangan Politeknik Di Pematang Raya Kab. Simalungun, Sumatera Utara)

Nama Mahasiswa : Jon Desron Damanik Nomor Pokok : 087020030

Program Studi Bidang Kekhususan

: Teknik Arsitektur


(4)

PERNYATAAN

PENERAPAN REGIONAL KULTUR SIMALUNGUN PADA PERANCANGAN BANGUNAN POLITEKNIK.

STUDI KASUS: PERANCANGAN POLITEKNIK DI PEMATANG RAYA KAB. SIMALUNGUN - SUMATERA UTARA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah karya saya dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam tesis ini dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2012

Jon Desron Damanik NIM. 087020030/AR


(5)

Telah diuji pada Tanggal 28 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M Phil, PhD

ANGGOTA : 1. Imam Faisal Pane, ST, MT

2. Ir. Rudolf Sitorus, MLA 3. Ir. Samsul Bahri, MT 4. Wahyuni Zahrah, ST, MS


(6)

ABSTRAK

Upaya pelestarian terhadap peninggalan budaya dapat dimaknai sebagai lahan untuk memperkuat jatidiri. Dengan beragamnya kearifan-kearifan lokal tidak hanya berfungsi menjadi payung peneguh identitas (pemberi jati diri) atau memori kolektif suatu bangsa, melainkan juga menjadi media untuk melestarikan lingkungan di mana budaya itu tumbuh dan berkembang. Dalam kearifan lokal itu terkandung berbagai nilai-nilai etis-filosofis (kosmologi) maupun estetis sebuah kebudayaan.

Memaknai identitas budaya dalam arsitektur untuk memperkokoh jati diri terjadi di setiap etnis di banyak bagian dunia. Tesis ini membahas dalam konteks identitas budaya Simalungun yang bertujuan untuk memberi kontribusi rasa makna ke suatu tempat yang fokus pada Penerapan Regional Kultur Simalungun pada perancangan Politeknik. Strategi pendekatan yang dilakukan adalah mengikuti pendekatan seorang sejarawan arsitektur dan arsitek warisan budaya yaitu Anthony Gall. Anthony Gall sangat tertarik pada potensi untuk melestarikan Warisan Budaya melalui peremajaan yang tepat dan adaptif untuk digunakan kembali kedalam desain proyek, menghindari perubahan akibat pembangunan. Karya yang telah mereka hasilkan mendapat tangggapan nilai positif dari klien mereka dan masyarakat luas.

Dalam tesis ini budaya yang di-interpretasikan adalah budaya non material dan budaya material yang ada pada masyarakat Simalungun diantarannya adalah upacara-upacara adat, tarian, barang-barang warisan dan fitur-fitur rumah tradisional simalungun dalam bentuk detail-detail Struktur dan Bentuk. Kemudian menggabungkannya kedalam sebuah desain sarana pendidikan dengan berpedoman pada teori Regional dan Kultur untuk mendapatkan desain yang mencirikan budaya lokal dan identitas dalam satu wilayah dengan memanfaatkan bahan dan teknologi yang ada pada saat ini. Oleh sebab itu warisan budaya harus selalu dipahami sebagai sesuatu yang dinamis dengan penafsiran kembali yang dihasilkan dari masa lampau kedalam kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa depan.


(7)

ABSTRACT

An attempt to conserve cultural heritage can be understood as a way to strengthen identity. Various local wisdoms not only function as an identity reinforcing tool or collective memory of a nation, but also as the media to conserve the environment where the culture grows and develops. Various ethical-philosophical (cosmology) or the esthetics of a culture are contained in the various local wisdoms.

Understanding cultural identity in architecture to strengthen identity occurs in the ethnicity in many parts of the world. This thesis discusses how Simalungun cultural identity is intended to contribute a feeling to a place focused on the Application of Regional Culture of Simalungun in Polytechnic Building Design. Strategic approach conducted in this project is the one developed by Anthony Gall, an architectural historian as well as cultural heritage architect. Anthony Gall was very interested in the potential to conserve Cultural heritage through reusing an appropriate and adaptive revitalization process in a project design to avoid changes due to development. Their works have received positive response from their client and the community at large.

The culture which is interpreted in this thesis is the material and non-material cultures found in Simalungun community such as adat/traditional ceremonies, dances, heritage goods, and the features of Simalungun traditional house in detailed Structure and Form. Then these cultural details are combined in a design of education facility based on the regional and cultural theory to get a design that characterizes local culture and identity of a region by utilizing existing materials and technologies. Therefore, cultural heritage must always be understood as something dynamic with the re-interpretation of the past to meet present and future needs.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan pendidikan Sekolah Pascasarjana Program studi Teknik Arsitektur alur Profesi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M. Phil, PhD, sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah mencurahkan perhatian dan meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan literatur yang sangat membantu dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Selain itu penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan langsung maupun tidak langsung dalam hal ini adalah: Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H, M.S.c(C.T.M), Sp.A.(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan; Bapak Prof. Dr. Ir Bustami Syam, MSME sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan; Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, MSc, selaku ketua Program studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara dan seluruh Dosen pengajar bidang Teknik Arsitektur alur profesi Program studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak


(9)

memberikan pendidikan yang berarti kepada penulis, rekan seangkatan khususnya jurusan Teknik Arsitektur alur profesi yang telah memberikan masukan dan informasi kepada penulis dalam pennyelesaian penulisan tesis ini dan juga kepada; Bapak Ir. Zulkifli Lubis MI.komp. sebagai direktur Politeknik Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; Kedua orang tua, Bapak Jh. Damanik (Alm), ibu yang terbaik P. Situmorang yang selalu mengingatkan agar tetap fokus dalam mennyelesaikan perkuliahan ini dan anak istri yang kusayangi serta seluruh keluarga yang telah mendoakan dan dorongannya hingga penulisan tesis ini selesai dan pihak-pihak yang membantu meskipun tidak disebutkan satu persatu dalam tulisan ini namun telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam penulisan tesis ini.

Penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan masukannya demi perbaikan tulisan ini sangat diharapkan, mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Simalungun dan bagi perkembangan ilmu- ilmu Arsitektur.

Medan, Mei 2012

Jon Desron Damanik 087020030/AR


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Jon Desron Damanik, ST.

Tempat / Tanggal Lahir : Padang Bulan / 22 oktober 1965

Alamat : Jln. Bunga Turi I blok C10 no. 9

Simalingkar A Medan, Sumatra Utara

Email : jon_ddamanik@yahoo.com.

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Kawin

Agama : Kristen Protestan B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1971 - 1977 : SD Negeri Padang Bulan 1978 - 1981 : SMP Negeri I Pematang Raya

1982 - 1984 : STM Swasta GKPS Pematang Siantar 1988 - 1995 : ISTP Medan Jurusan Teknik Arsitektur 2008 – 2010 : Universitas Sumatera Utara, Fakultas

Teknik, Pendidikan Profesi Arsitektur 2008 - 2012 : Universitas Sumatera Utara, Fakultas

Teknik

Program Studi Magister Teknik Arsitektur Konsentrasi Studi-studi arsitektur (Alur Desain)

C. PENGALAMAN BEKERJA

1. 1995 Perencanaan Pabrik pengolahan Rotan. Lokasi Proyek Tanjung Morawa. 2. 1996 – 1997 Perencana di Konsultan Aris & Patner Dili – Timor Timur

Proyek: Perencanaan Gedung DPRD Tkt. II Kab. Oequsi Prop. Timor Timur 3. 1997 – 1999 Dosen di Politeknik Negeri Dili – Timor Timur

4. 1999 Sebagai pelaksana dari kontraktor pada proyek Renovasi gedung Lembaga Permasyarakatan Dili Timor Timur

5. 2000 – Sekarang, Dosen di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan Medan, 20 Mei 2012

Dibuat oleh: Jon Desron Damanik. NIM. 087020030/AR


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT .. ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Perancangan ... 8

1.4 Manfaat Perancangan ... 8

1.5 Kerangka Konseptual ... 9

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 11

2.1 Regionalisme ... 11

2.1.1 Karakteristik/ciri-ciri regionalism ... 13

2.1.2 Jati diri Arsitektur ... 13

2.1.3 Kultur dan regionalism adalah sebuah strategi ... 14

2.2 Kebudayaan ... 16


(12)

2.2.2 Kebudayaan bersifat dinamis dan adaptif ... 19

2.3 Kebudayaan Simalungun ... 20

2.3.1 Ajaran kebenaran adalah permulaan ... 21

2.3.2 Upacara-upacara ritual adat... 21

2.3.3 Pakaian adat Simalungun ... 22

2.3.4 Musik tradisional Simalungun ... 23

2.3.5 Tarian tradisional Simalungun ... 24

2.3.6 Peralatan rumah tangga ... 25

2.3.7 Rumah adat Simalungun ... 26

2.3.8 Ukiran-ukiran Simalungun ... 30

2.4 Politeknik ... 33

2.4.1 Pendidikan Politeknik ... 33

2.4.2 Sistem Pendidikan Politeknik ... 34

BAB III ANALISA KARYA ANTHONY GALL ... 37

3.1 Biografi Anthony Gall ... 37

3.2 Analisa Karya-karya Antony Gall ... 39

3.2.1 Pengembangan warisan dalam kemitraan dengan parawisata ... 40

3.2.2 Proyek infrasruktur ... 43

3.2.3 Budapest zoo dan botanical garden ... 53

BAB IV METODOLOGY PERANCANGAN ... 62

4.1 Metode Anthony Gall dalam desain proyek situs warisan budaya ... 63

4.1.1 Pemetaan budaya adat ... 63

4.1.2 Interpretasi situs warisan ... 64

4.1.3 Pengembangan warisan budaya dalam kemitraan dengan Parawisata ... 65

4.2 Pendekatan Penerapan Regional Kultur Pada Perancangan Politeknik ... 65


(13)

4.2.2 Tahap Analisa Warisan Budaya ... 68

4.2.3 Tahap Interpretasi Warisan Budaya ... 69

4.2.4 Tahap Desain ... 70

BAB V TINJAUAN PROYEK ... 72

5.1 Kondisi Umum Kabupaten Simalungun ... 72

5.2 Alasan Pemilihan Lokasi di Kabupaten Simalungun ... 76

5.3 Alternatif Lokasi ... 76

5.4 Deskripsi Proyek ... 78

BAB VI ANALISA DAN INTERPRETASI ... 80

6.1 Kriteria Penerapan Regional Kultur Simalungun pada Perancangan Politeknik di Pematang Raya ... 80

6.2 Pemetaan budaya adat Simalungun ... 81

6.3 Potensi warisan baik secara langsung maupun tidak langsung. 83 6.3.1 Budaya Simalungun ... 83

6.3.2 Pelaksanaan upacara adat ... 85

6.3.3 Tarian tradisional Simalungun ... 89

6.4 Barang-barang warisan berdampak potensial ... 91

6.4.1 Pakaian adat Simalungun ... 91

6.4.2 Alat-alat musik tradisional ... 94

6.4.3 Peralatan rumah tangga ... 96

6.5 Fitur-fitur rumah tradisional Simalungun untuk dibuat dalam perkembangan baru ... 99

6.5.1 Ruamah adat Simalungun ... 99

6.5.2 Ukiran-ukiran Simalungun ... 106

6.6 Site rumah tradisional Simalungun ... 109


(14)

6.8 Orientasi bangunan rumah tradisional Simalungun ... 114 6.9 Sirkulasi dalam site rumah tradisional Simalungun ... 115 6.10 Iklim ... 117

6.11 Pengembangan warisan dalam kemitraan dengan parawisata .. 118 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 121 7.1 Kesimpulan ... 121 7.2 Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA ...


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1.1 Warisan Arsitektur Simalungun dimasa lalu ... 4

1.2 Proses Pembelajaran Mahasiswa Politeknik ... 6

1.3 Kerangka Berpikir Konseptual ... 10

2.1 Upacara-upacara adat... 22

2.2 Pakaian adat Simalungun ... 23

2.3 Alat-Alat Musik Tradisional Simalungun ... 24

2.4 Tarian Tradisional Simalungun ... 25

2.5 Peralatan Rumah Tangga ... 26

2.6 Rumah adat Simalungun ... 27

2.7 Struktur bawah bangunan Rumah adat Simalungun ... 27

2.8 Lantai Rumah adat Simalungun ... 27

2.9 Langit-langit Rumah adat Simalungun ... 28

2.10 Dinding Rumah adat Simalungun ... 28

2.11 Atap rumah adat Simalungun ... 29

2.12 Tangga rumah adat Simalungun ... 29

2.13 Jendela dan ventilasi rumah adat Simalungun ... 29

2.14 Pintu rumah adat Simalungun ... 30


(16)

3.1 Athony Gall ... 37

3.2 Pendataan Situs-Situs Dalam Mengkonservasi ... 41

3.3 Pelaksanaan Proyek Konservasi Mercusuar ... 42

3.4 Pelaksanaan Proyek Konservasi Patung ... 43

3.5 Busway utara Brisbane-Australia ... 44

3.6 Proyek Cairns Liner Cruise Terminal ... 45

3.7 Bowen bridge road ... 46

3.8 Foto Tiket Arsip Tahun 1890 ... 48

3.9 Gold Coast Proyek konservasi ... 50

3.10 Gold Coast Proyek konservasi ... 51

3.11 Wilayah konservasi Gold Coast Proyek ... 53

3.12 Batuan buatan ... 54

3.13 Rencana Dasar Aslidan struktur ... 54

3.14 Atelier Petrus Kis ... 55

3.15 Model 3d Interior Ruang dan Struktur ... 56

3.16 Model 3d Struktur Beton ... 56

3.17 Model Struktur Dengan Dikupas Kembali Kulit Batu ... 57

3.18 Ruang selama renovasi 3.19 Ruang Interior, Sirkulasi Tangga, Kubah Ruang ... 58

... 57

3.20 Lokasi Proyek Batuan Buatan ... 59

4.1 Skema tahapan perancangan ... 71


(17)

5.2 Rencana Lokasi Politeknik ... 73

5.3 Perkotaan Pematang Raya ... 74

5.4 Alternatif Lokasi ... 77

6.1 Struktur rumah adat Simalungun ... 99

6.2 Interpretasi ruang rumah tradisional Simalungun kedalam desain ... 102

6.3 Interpretasi dinding rumah tradisional Simalungun kedalam desain ... 103

6.4 Interpretasi atap rumah tradisional Simalungun kedalam desain ... 104

6.5 Interpretasi pintu rumah tradisional Simalungun kedalam desain ... 104

6.6 Interpretasi jendela dan ventilasi kedalam desain ... 105

6.7 Interpretasi tangga rumah tradisional Simalungun kedalam desain ... 106

6.8 Identifikasi ukiran-ukiran simalungun ... 106

6.9 Interpretasi ukiran kedalam desain ... 108

6.10 Analisa site rumah tradisional simalungun ... 109

6.11 Site ... 110

6.12 Analisa perletakan massa bangunan dalam site ... 112

6.13 Analisa penzoningan rumah tradisional Simalungun ... 113

6.14 Penzoningan ... 113

6.15 Analisa Orientasi bangunan ... 114

6.16 Interpretasi orientasi kedalam desain ... 115

6.17 Analisa sirkulasi dalam site ... 116

6.18 Interpretasi sirkulasi dalam site kedalam desain ... 116


(18)

6.20 Interpretasi iklim kedalam desain ... 118 6.21 Kunjungan siswa/siswi ke perguruan tinggi ... 119


(19)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

2.1 Ukiran-ukiran Simalungun ... 31

2.2 Program Pedidikan Diploma III ... 36

2.3 Program Pedidikan Diploma IV ... 36

4.1 Sumber dan Cara Pengambilan Data ... 67

6.1 Budaya non material ... 81

6.2 Budaya material ... 82

6.3 Budaya Simalungun dan aktifitas politeknik ... 84

6.4 Simbiosis baru ... 85

6.5 Upacara-upacara adat Simalungun dan upacara-upacara di politeknik ... 86

6.6 Simbiosis baru upacara-upacara adat ... 87

6.7 Interpretasi aktifitas ... 88

6.8 Tarian tradisional dan hiburan di politeknik ... 89

6.9 Bentuk simbiosis baru tarian dan hiburan ... 89

6.10 Interpretasi tarian dan hiburan ... 90

6.11 Pakaian tradisional dan pakaian pengguna politeknik ... 92

6.12 Simbiosis baru pakaian penggunan politeknik ... 93

6.13 Interpretasi bentuk tutup kepala dalam desain... 94


(20)

6.15 Simbiosis baru alat-alat musik tradisional ... 95

6.16 Interpretasi alat-alat musik kedalam desain ... 96

6.17 Peralatan rumah tangga ... 97

6.18 Simbiosis baru peralatan rumah tangga ... 98

6.19 Interpretasi peralatan rumah tangga kedalam desain ... 98

6.20 Aktifitas masyarakat adat dan pengguna politeknik dalam ruang ... 100

6.21 Simbiosis baru ruang-ruang kedalam desain ... 101

6.22 Identifikasi ukiran-ukiran ... 107


(21)

ABSTRAK

Upaya pelestarian terhadap peninggalan budaya dapat dimaknai sebagai lahan untuk memperkuat jatidiri. Dengan beragamnya kearifan-kearifan lokal tidak hanya berfungsi menjadi payung peneguh identitas (pemberi jati diri) atau memori kolektif suatu bangsa, melainkan juga menjadi media untuk melestarikan lingkungan di mana budaya itu tumbuh dan berkembang. Dalam kearifan lokal itu terkandung berbagai nilai-nilai etis-filosofis (kosmologi) maupun estetis sebuah kebudayaan.

Memaknai identitas budaya dalam arsitektur untuk memperkokoh jati diri terjadi di setiap etnis di banyak bagian dunia. Tesis ini membahas dalam konteks identitas budaya Simalungun yang bertujuan untuk memberi kontribusi rasa makna ke suatu tempat yang fokus pada Penerapan Regional Kultur Simalungun pada perancangan Politeknik. Strategi pendekatan yang dilakukan adalah mengikuti pendekatan seorang sejarawan arsitektur dan arsitek warisan budaya yaitu Anthony Gall. Anthony Gall sangat tertarik pada potensi untuk melestarikan Warisan Budaya melalui peremajaan yang tepat dan adaptif untuk digunakan kembali kedalam desain proyek, menghindari perubahan akibat pembangunan. Karya yang telah mereka hasilkan mendapat tangggapan nilai positif dari klien mereka dan masyarakat luas.

Dalam tesis ini budaya yang di-interpretasikan adalah budaya non material dan budaya material yang ada pada masyarakat Simalungun diantarannya adalah upacara-upacara adat, tarian, barang-barang warisan dan fitur-fitur rumah tradisional simalungun dalam bentuk detail-detail Struktur dan Bentuk. Kemudian menggabungkannya kedalam sebuah desain sarana pendidikan dengan berpedoman pada teori Regional dan Kultur untuk mendapatkan desain yang mencirikan budaya lokal dan identitas dalam satu wilayah dengan memanfaatkan bahan dan teknologi yang ada pada saat ini. Oleh sebab itu warisan budaya harus selalu dipahami sebagai sesuatu yang dinamis dengan penafsiran kembali yang dihasilkan dari masa lampau kedalam kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa depan.


(22)

ABSTRACT

An attempt to conserve cultural heritage can be understood as a way to strengthen identity. Various local wisdoms not only function as an identity reinforcing tool or collective memory of a nation, but also as the media to conserve the environment where the culture grows and develops. Various ethical-philosophical (cosmology) or the esthetics of a culture are contained in the various local wisdoms.

Understanding cultural identity in architecture to strengthen identity occurs in the ethnicity in many parts of the world. This thesis discusses how Simalungun cultural identity is intended to contribute a feeling to a place focused on the Application of Regional Culture of Simalungun in Polytechnic Building Design. Strategic approach conducted in this project is the one developed by Anthony Gall, an architectural historian as well as cultural heritage architect. Anthony Gall was very interested in the potential to conserve Cultural heritage through reusing an appropriate and adaptive revitalization process in a project design to avoid changes due to development. Their works have received positive response from their client and the community at large.

The culture which is interpreted in this thesis is the material and non-material cultures found in Simalungun community such as adat/traditional ceremonies, dances, heritage goods, and the features of Simalungun traditional house in detailed Structure and Form. Then these cultural details are combined in a design of education facility based on the regional and cultural theory to get a design that characterizes local culture and identity of a region by utilizing existing materials and technologies. Therefore, cultural heritage must always be understood as something dynamic with the re-interpretation of the past to meet present and future needs.


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat adat, daerah memfokuskan diri dalam pembebasan budaya dari kekuatan homogenisasi yang dirasakan.

Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat globalisasi ialah, munculnya pola-pola baru dari suatu kebudayaan dalam beragam bentuk dan tatanannya. Gejala persebaran pelbagai informasi dengan pesat dan cepat tersebut di era saat ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya untuk menguak hal-hal yang berkenaan dengan budaya, warisan budaya, maupun sejarah agar muncul di permukaan dan diketahui oleh masyarakat secara luas.

Derasnya arus dan kayanya ragam informasi yang diterima oleh masyarakat, mampu membuka pikiran masyarakat pendukung budaya dan sekaligus menciptakan kesadaran yang utuh dalam memiliki kepedulian yang tinggi terhadap peninggalan-peninggalan budaya dan sejarah Nusantara yang dimiliki bangsa ini. Maka dari situ muncul kehendak masyarakat untuk mengapresiasinya dengan jalan mengenal, memahami, dan mempelajarinya, timbul kepekaan serta kepedulian untuk memeliharanya.


(24)

Al Mudra (2008) mengatakan, dalam konteks sosial-budaya masyarakat Indonesia, implikasi lain dari lahirnya bentuk-bentuk baru dari peradaban dan kebudayaan di atas ialah mulai diapresiasinya produk-produk kebudayaan lokal (seni, bahasa, pola-pola perilaku, maupun benda budaya lainnya) oleh masyarakatnya. Produk-produk budaya lokal mulai diapresiasi lantaran dianggap sebagai sumber inspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik. Oleh karenanya, generasi terkini dengan basis kulturalnya masing-masing, meski tidak semua, lebih memilih untuk menggali warisan budaya yang ditinggalkan nenek-moyang terdahulu. Karena ketika warisan budaya tiada lagi diindahkan, maka yang akan terjadi ialah sebuah krisis identitas (jatidiri).

Al Mudra (2008) juga mengatakan, pelestarian budaya secara umum dapat didefinisikan sebagai segala perilaku atau tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan keadaan dan keberadaan suatu peninggalan generasi masa lampau melalui proses inventarisasi, dokumentasi, dan revitalisasi. Hal ini bermanfaat:

1. Untuk mengetahui, memahami, dan menghargai prestasi-prestasi atau pencapaian-pencapaian nenek-moyang

2. Sebagai sumber inspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik 3. Merupakan deposit yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Upaya pelestarian terhadap peninggalan budaya dapat dimaknai sebagai lahan untuk memperkuat jatidiri. Dengan beragamnya kearifan-kearifan lokal tidak hanya


(25)

berfungsi menjadi payung peneguh identitas (pemberi jati diri) atau memori kolektif suatu bangsa, melainkan juga menjadi media untuk melestarikan lingkungan di mana budaya itu tumbuh dan berkembang. Dalam kearifan lokal itu terkandung berbagai nilai-nilai etis-filosofis (kosmologi) maupun estetis sebuah kebudayaan. Dari sini, muncullah pelbagai bentuk ekspresi kebudayaan dalam tataran yang lebih konkret. Warisan budaya dapat berfungsi sebagai identitas dari sebuah masyarakat karena menjadikannya berbeda dengan masyarakat lainnya. Tentu saja hal ini dilingkupi oleh ketiga aspek dalam kebudayaan, yakni pandangan hidup, perilaku, dan artefak.

Al Mudra (2008) mengatakan, dengan menguatnya identitas kelokalan kita, maka warisan budaya dapat berdialektika dengan identitas kosmopolit yang sifatnya lebih universal di era globalisasi saat ini. Maka kita akan mempunyai fondasi yang kokoh atau posisi tawar untuk bersaing dengan identitas dan ragam kebudayaan yang ditawarkan oleh globalisasi.

Daerah Kab. Simalungun dilihat dari perkembangan masyarakatnya sudah mengarah kepada masyarakat heterogen dimana penduduknya tidak hanya suku Simalungun melainkan suku lain seperti suku Toba, suku Jawa, suku Mandailing, Cina, suku Karo, Keling dan sebagian kecil suku-suku lain tinggal berkehidupan diwilayah kabupaten ini. Setiap suku berusaha mengembangkan dan menampilkan tatanan budaya masing-masing.

Damanik (2010) mengatakan, masyarakat Simalungun sudah bersifat terbuka tidak lagi mengedepankan identitas kesukuan namun cenderung membuka diri


(26)

terhadap suku lain. Keadaan ini telah mengilhami lahirnya masyarakat simalungun yang tidak terikat kepada ikatan primordial tetapi bagaimana membangun Simalungun yang universal.

Dengan meningkatnya taraf ekonomi masyarakat Simalungun itu sendiri dan semakin berkembangnya tradisi dan kebudayan masing-masing suku pendatang maka tradisi akan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat dikawasan Kabupaten Simalungun yang lebih luas. Disalah satu sisi menimbulkan kerisauan pada masyarakat Simalungun itu sendiri akan kehilangan identitas di wilayahnya sendiri. Salah satu identitas tersebut adalah karya arsitektur masa lampau yang dominan diwilayah tersebut yaitu rumah tradisional Simalungun (Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Warisan Arsitektur Simalungun dimasa lampau Sumber: Buku Jahutar Damanik

Kerisauan masyarakat Simalungun dan para tetua pemangku adat Simalungun (Partuha Maujana Simalungun) terkait jati diri dan identitas Simalungun dapat dilihat dari visi tetua pemangku adat (Partuha Maujana Simalungun) yaitu " Meneguhkan jati diri Simalungun" yang dimuat dalam majalah kebudayaan Simalungun (Majalah


(27)

Sauhur edisi pertama, 2007) dan juga tema yang diangkat dalam seminar IMAS-USU tanggal 22 Oktober 2011, "Pelestarian kebudayaan tanggung jawab siapa". Dari dua issu diatas menandakan adanya kerisauan masyarakat dan pengetua adat Simalungun itu sendiri tentang jati diri dan identitasnya. Maka perlu dilakukan pelestarian budaya Simalungun yang ber-wujud gagasan (ideal), wujud kelakuan dan wujud fisik.

Masyarakat suku Simalungun yang terikat dengan tradisi, kebudayaan serta memiliki warisan arsitektur tradisional dimasa lalu, dalam membangkitkannya dimasa kini, maka sangat perlu dilakukan pelestarian agar jati diri simalungun kuat didaerah sendiri. Strategi pendekatan pelestarian budaya yang dilakukan adalah mengikuti pendekatan yang berpedoman pada teori-teori Anthony Gall dalam Architect, Built Heritage Specialist, Heritage Design, dimana dia sangat tertarik pada potensi untuk melestarikan Warisan Budaya melalui peremajaan yang tepat dan adaptif. Pelayanan warisan budaya di semua tingkatan dan untuk semua jenis situs warisan budaya, tempat-tempat dan daerah, juga menginterpretasi warisan dengan efektif yang bertujuan untuk memberikan kontribusi rasa makna ke suatu tempat dan untuk memprovokasi pemikiran. Melakukan analisis peluang interpretasi dan mengembangkan strategi interpretasi di mana warisan interpretasi bisa diperkenalkan ke dalam desain proyek.

Sarana pendidikan adalah salah satu sarana yang diharapkan sebagai media penyampaian warisan budaya pada generasi sekarang dan generasi berikutnya. Pemilihan sarana pendidikan Politeknik sebagai objek perencanaan, karena Politeknik


(28)

sebagai salah satu sarana pendidikan yang menciptakan tenaga-tenaga professional dalam bidang tenaga kerja karena system pendidikan politeknik membekali lulusannya dengan keterampilan yang didukung pendidikan dasar dan disiplin (gambar 1.2). Sebagai mahasiswa lebih memahami tampilan karya arsitektur tempat dia menerima pendidikan, apakah tampilan bangunannya mencerminkan budaya setempat atau tidak. Dalam proses menjalani pendidikan selama dia belajar ditempat tersebut, setiap saat dia melihat karya arsitektur warisan budaya sehingga akan terrekam didalam memorinya dan tidak akan mudah melupakannya. Maka diputuskan memilih Politeknik sebagai objek perencanaan karena dianggap lebih cocok sebagai penyampaian warisan budaya dalam bentuk karya arsitektur kepada generasi sekarang dan generasi berikutnya.

Gambar 1.2 Proses pembelajaran mahasiswa politeknik Sumber: Penulis


(29)

1.2 Permasalahan

Arsitektur sebagai salah satu elemen identitas kawasan, cenderung menerapkan konsep/ide yang mengikuti trend global saat ini yaitu arsitektur regionalism yang memfokuskan diri dalam pembebasan budaya dari kekuatan homogenisasi yang dirasakan. Kebanyakan masyarakat adat atau daerah telah menyadari bahwa pentingnya untuk menguak hal-hal yang berkenaan dengan budaya, warisan budaya, maupun sejarah. Di masyarakat Simalungun sendiri permasalahan mendasar yang dialami adalah sebagai berikut:

1. Adanya kerisauan masyarakat Simalungun dan para tetua pemangku adat Simalungun (Partuha Maujana Simalungun) terkait kehilangan jati diri dan identitas.

2. Kurangnya ketertarikan dan kepedulian masyarakat Simalungun itu sendiri terhadap pencapaian-pencapaian nenek-moyang dalam semua produk kebudayaan yang salah satunya karya arsitektur untuk di interpresertasikan kedalam desain arsitektur masa kini.

Permasalahan mendasar tersebut di adopsi dan dituangkan dalam desain dengan mengikuti konsep-konsep yang terinspirasi dari arsitektur tradisional Simalungun dan bagaimana pertautan dibuat dengan sarana pendidikan yang diangkat sebagai objek yang mencirikan identitas dan tidak menimbulkan masalah terhadap aktifitas pengguna (Politeknik) yang memerlukan ruang-ruang fungsional.


(30)

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan adalah merancang fasilitas sarana pendidikan yang bercirikan identitas dan budaya Simalungun dengan berpedoman pada teori regional kultur. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membangkitkan dan berusaha mengembalikan kebanggaan sejarah dan budaya Simalungun melalui karya Arsitektur,

2. Menerapkan arsitektur regional cultur dalam perancangan sebuah Politeknik yaitu dengan mempertautkan antara budaya Simalungun yang tercermin dalam arsitektur tradisional Simalungun dengan desain, teknologi dan material modern

sehingga dapat menjadi bagian intrinsik dari masyarakat budaya dan identitas kawasan.

3. Memperlihatkan identitas tradisi secara khusus berdasarkan tempat/daerah. 4. Memutuskan prinsip mana yang masih layak/patut untuk saat ini (aktual). 5. Sebagai media penyampaian warisan budaya Simalungun pada generasi

sekarang dan generasi berikutnya dengan memasukkan elemen-elemen arsitektur tradisional Simalungun pada bangunan Politeknik yang direncanakan.

1.4 Manfaat Perancangan

Sarana pendidikan adalah salah satu sarana yang diharapkan sebagai media untuk meningkatkan sumber daya manusia terutama dari kawasan Kabupaten


(31)

Simalungun dalam berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan program pendidikan yang di tawarkan. Politeknik sebagai salah satu sarana pendidikan yang menciptakan tenaga-tenaga professional, berketerampilan, disiplin dan sekaligus sebagai media penyampaian warisan budaya dalam bentuk karya arsitektur pada generasi sekarang dan generasi berikutnya.

1.5 Kerangka Berpikir Konseptual

Proses perancangan akan diawali dengan kajian literatur yang berhubungan dengan teori regionalisme Kultur dan kajian terhadap arsitektur karya arsitek Anthony Gall yang dianggap menerapkan teori regionalism. Teori ini menjadi dasar bagi perancangan fasilitas politeknik di Pematang Raya, Kabupaten Simalungun- Sumatera Utara.

Teori regionalism yang berkaitan dengan pelestarian budaya, sebagai metode pendekatan untuk mencari, mengamati, dan mengolah elemen-elemen yang merupakan

Proses perancangan melalui metode ini akan menghasilkan rancangan politeknik yang mencerminkan

bagian intrinsik dari masyarakat budaya untuk memperkokoh jati diri dan identitas.

jati diri dan identitas sehingga menjadi identitas kawasan sekaligus sebagai media penyampaian warisan budaya dalam bentuk karya arsitektur pada generasi sekarang dan generasi berikutnya. Kerangka berpikir konseptual (gambar 1.3) sebagai pedoman dalam proses perancangan politeknik yang direncanakan.


(32)

(33)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.

1 Regionalisme

Globalisasi membuat kebudayaan setiap bangsa berada dalam proses transformasi terus menerus sehingga masyarakat menjadi semakin heterogen. Simbol, makna dan bahasa arsitektur yang dulunya disepakati bersama dalam suatu komunitas tradisional, saat ini secara tidak tersepakati secara homogen. Pluralisme budaya memang akan menjadi ciri setiap bangsa industrial modern yang sedang bergerak maju dan menuntut setiap profesi agar semakin kreatif dengan penemuan dan ragam alternatif inovasi baru.

Siswanto (1997) mengatakan, Arsitektur yang berwawasan Identitas memiliki kesamaan visi dengan gerakan arsitektur terutama di dunia ketiga yang sering dilabel "Regionalisme". Dalam pandangan ini gerakan arsitektur tradisional, baik yang high style maupun merakyat dipercaya mampu merepresentasikan sosok arsitektur yang sudah terbukti ideal, sebuah harmoni yang lengkap dari built-form, culture,place and climate. Oleh karena itu missi gerakan ini adalah untuk mengembalikan kontinuitas rangkaian arsitektur masa kini dengan kekhasan arsitektur masa lampau pada suatu wilayah tertentu yang dominan (Regional Cultur).

Siswanto (1997) mengatakan, seni, ornamentasi dan simbolisme merupakan tiga unsur yang esensial dalam membangun identitas dan makna budaya arsitektur


(34)

menjadi "laku" kembali sehingga system produksi arsitektur pun semakin terbuka peluangnya bagi tukang, pengrajin, produsen bahan bangunan, yang bersifat lebih komunal. Dengan demikian "strategi kebudayaan" semacam ini selain mendorong sector ekonomi kerakyatan menjadi semakin produktif, juga meninggalkan nilai apresiatif dan kebanggaan pada budaya lokal. Regionalisme bertujuan untuk mengungkap kemungkinan-kemungkinan baru dimana mereka berakar. Regionalisme tergantung pada kesadaran politis bersama antara masyarakat dan kaum professional. Peryaratan-persyaratan lahirnya ekspresi ini,selain kemakmuran yang memadai juga diperlukan keinginan yang tegar untuk melahirkan "identitas".

Beberapa pemikiran para ahli tentang definisi Regionalisme dalam Arsitektur antara lain:

Peter Buchanan (1983) mendefinisikan Regionalisme adalah kesadaran diri yang terus menerus, atau pencapaian kembali,dari identitas formal atau simbolik. Berdasar atas situasi khusus dan mistik budaya lokal, Regionalisme merupakan gaya bahasa menuju kekuatan rasional dan umum arsitektur modern. Seperti budaya lokal itu sendiri, Regionalisme lebih sedikit diperhatikan dengan hasil secara abstrak dan rasional, lebih kepada penambahan fisik yang lebih dalam dan nuansa pengalaman hidup.

Tan Hock Beng (1994) menyatakan bahwa: Regionalisme didefinisikan sebagai suatu kesadaran untuk membuka kekhasan tradisi dalam merespon terhadap tempat dan iklim,kemudian melahirkan identitas formal dan simbolik ke dalam


(35)

bentuk kreatif yang baru menurut cara pandang tertentu dari pada lebih berhubungan dengan kenyataan pada masa itu dan berakhir pada penilaian manusia.

Amos Rapoport menyatakan bahwa Regionalisme meliputi berbagai kekhasan tingkat daerah dan dia menyatakan bahwa secara tidak langsung identitas yang diakui dalam hal kualitas dan keunikan membuatnya berbeda dari daerah lain. Hal ini memungkinkan mengapa arsitektur Regional sering diidentifikasikan dengan Vernakuler, yang berarti sebuah kombinasi antara arsitektur lokal dan tradisional (asli).

2.1.1 Karakteristik/ciri-ciri Arsitektur Regional Prestylarasati (2009)

1.

menyampaikan bahwa ciri–ciri daripada arsitektur Regional adalah sebagai berikut:

2.

Menggunakan bahan bangunan lokal dengan teknologi modern

3.

Tanggap dalam mengatasi pada kondisi iklim setempat

4.

Mengacu pada tradisi, warisan sejarah serta makna ruang dan tempat

Mencari makna dan substansi kultural, bukan gaya/style sebagai produk akhir.

Kemunculannya juga bukan merupakan ledakan daripada sikap emosional sebagai respon dari ketidak berhasilan dari arsitektur modern dalam memenuhi keinginan masing-masing individu di dunia, akan tetapi lebih pada proses pencerahan dan evaluasi terhadap kesalahan-kesalahan pada masa arsitektur modern.


(36)

2.1.2 Jati diri arsitektur

Romi Khosla (1985) seorang arsitek India yang rnenyalahkan universalisme dan gaya internasional sebagai penyebab lenyap, pudar atau lunturnya jati diri arsitektur, kesinambungan budaya lokal, regional dan nasional. Karya-karya arsitektur dalam kawasan budaya yang spesifik, tetapi dirancang dengan metodologi dan substansi Barat yang universal. Potensi untuk pemenuhan kepuasan dan ekspresi jati diri tersedia, tetapi sengaja tidak diolah untuk bisa sampai ke puncaknya.

Budiharjo (1997) mengatakan, Gerakan Regionalisme tidak semata-mata menentang Internasionalisme atau westernisasi dalam bidang arsitektur, tetapi lebih menunjukkan sikap mengamati kembali dan menghargai sejarah mereka sendiri dan berupaya menemukan aspek-aspek kultural yang semula cenderung dilecehkan.

Budiharjo (1997) juga mengatakan, pencarian jati diri atau identitas arsitektur dalam gerakan Regionalisme yaitu berusaha menggali makna, simbol dan aspek-aspek yang tangible (teraga) maupun intangible (tidak teraga) dan tidak sekedar fungsional, untuk di ungkap dan diolah kembali dalam perwujudan baru.

Dalam era pluralisme seperti sekarang ini, kita butuh teori-teori arsitektur baru yang memungkinkan pengejawantahan ekspressi yang jamak dari berbagai subkultur dalam setiap kebudayaan dan sekaligus juga ekpresi identitas yang unik dan khas diantara aneka ragam budaya.

2.1.3 Kultur dan regionalisme adalah sebuah strategi


(37)

Kultur dapat dibuat sebagai pusat sebuah rencana. Tingkatan yang pertama adalah sebagai prinsip dasarnya,yang kedua adalah sebagai suatu kerangka penguasaan untuk daerah dan rencana,dan tingkatan yang ketiga adalah sebagai sasaran hasil yang strategis.

Tak dapat dipungkiri bahwa ada keaneka ragaman budaya riil, tetapi ada juga banyak nilai-nilai yang umum dan praktek-praktek yang serupa. Para pemimpin dan orang-orang daerah bermufakat terhadap nilai-nilai utama yang ada kebersamaanya. Konsep-konsep dari kesetiakawanan dalam hal timbal balik untuk mengembangkan dan pemeliharaan dari jaringan kekerabatan dan hubungan-hubungan untuk menitikberatkan pada rasa hormat dan mempedulikan yang lain serta menegakkan martabat manusia.

Bennett Peji (2004) menyatakan bahwa, harus berfokus pada penerapan praktek-praktek yang teliti untuk benar-benar memahami, menghormati masyarakat sehingga mencerminkan pemahaman dalam lingkup yang direncanakan. Kita mengungkap kualitas warisan dan keunikan dari komunitas untuk membuat identitas sentral bagi sebuah rencana. Bennett Peji menyoroti bahan-bahan kunci untuk membantu dalam perencanaan yang berfokus pada pendekatan kultur adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan rasa yang berbeda dan keotentikan suatu tempat. 2. Menjalin bersama tempat, bisnis, orang dan kisah-kisah mereka. 3. Membantu mengembalikan kebanggaan budaya lokal dan sejarah.


(38)

4. Meningkatkan kemampuan kota untuk menarik bisnis dan investasi residensial.

Keseluruhannya adalah tentang menghormati warisan budaya sambil merangkul masa depan. Karena identitas yang dihasilkan akan bertahan lama,itu harus relevan dengan generasi muda dan generasi berikutnya. Pada akhirnya, mereka adalah orang-orang yang akan menemukan makna nyata dalam identitas. Sehingga yang dihasilkan adalah untuk mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman masyarakat sekaligus menciptakan sebuah identitas yang mencakup sebuah kebenaran yang menarik tentang mengapa harus berinvestasi sekarang untuk merangkul masa depan.

2.2 Kebudayaan

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1974) adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil dan karyanya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga wujud kebudayaan

1. Wujud ideal

yaitu: wujud ideal, wujud kelakuan dan wujud fisik.

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasa sifatnyatidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini


(39)

menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2. Wujud kelakuan

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya dan didokumentasikan.

3. Wujud fisik

Wujud kebudayaa karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada wujud kelakuan dan wujud fisik karya manusia.

Koentjaraningrat (1967) menyatakan, ada tujuh unsur kebudayaan yang bisa didapatkan pada semua masyarakat didunia yaitu:


(40)

1. Sistiem peralatan dan perlengkapan hidup 2. Sistim mata pencaharian

3. Sistim kemasyarakatan 4. Bahasa

5. Kesenian

6. Sistim pengetahuan 7. Sistim religi

Rafael Raga Maran (2000) mengatakan, kebudayaan terdiri dari dua komponen besar yang saling berhubungan yaitu kebudayaan material dan kebudayaan non-material. Penggolongan kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah alat-alat produktif, alat-alat distribusi dan transport, wadah-wadah dan tempat-tempat untuk menaruh makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung (perumahan) dan senjata.

b. Kebudayaan non material

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,misalnya berupa dongeng,cerita rakyat, lagu dan tarian tradisional, ide-ide, gagasa sebagainya yang sifatny


(41)

2.2.1 Pola kebudayaan

Benedict's (1934) menjelaskan, Setiap kebudayaan,memilih dari "busur besar potensi-potensi manusia" hanya beberapa karakteristik yang menjadi ciri kepribadian terkemuka dari orang yang hidup dalam budaya itu. Ciri-ciri ini terdiri dari sebuah konstelasi yang saling tergantung pada estetika dan nilai-nilai dalam setiap budaya yang bersama-sama menambahkan hingga menjadi yang unik. Misalnya ia menggambarkan penekanan pada pengekangan budaya Pueblo dari barat daya Amerika, dan penekanan pada peninggalan dalam budaya penduduk asli Amerika dari Great Plains. Dia menjelaskan bagaimana di Yunani kuno, para penyembah Apollo menekankan ketertiban dan ketenangan dalam perayaan mereka. Sebaliknya, para penyembah Dionysus, dewa anggur, menekankan keliaran, meninggalkan, membiarkan pergi. Dan diantara penduduk asli Amerika, ia menggambarkan secara detail kontras antara ritual, keyakinan, preferensi pribadi antara orang dari budaya yang beragam untuk menunjukkan bagaimana kebudayaan masing-masing memiliki "kepribadian" yang didorong pada setiap individu.

Benediktus, dalam Pola Kebudayaan(1934) , mengungkapkan keyakinannya dalam relativisme budaya. Untuk menunjukkan bahwa budaya masing-masing memiliki keharusan moral sendiri hanya dapat dipahami jika dilakukan penelitian budaya secara keseluruhan. Kesalahan, bila meremehkan kebiasaan atau nilai-nilai budaya yang berbeda dari diri sendiri. Kebiasaan mereka memiliki arti bagi orang-orang yang tinggal dilingkungan mereka yang seharusnya tidak diberhentikan atau disepelekan. Kita tidak harus mencoba untuk mengevaluasi orang dengan standar kita


(42)

sendiri. Ia berpendapat moralitas, adalah relatif terhadap nilai-nilai budaya di mana dijalankan.

2.2.2 Kebudayaan bersifat dinamis dan daptif

Benedict's (1934) mengatakan, pada umumnya kebudayaan itu dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan melengkapi manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan fisiologis dari badan mereka dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik-geografis maupun pada lingkungan sosialnya. Kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat tertentu merupakan cara penyesuaian masyarakat itu terhadap lingkungannya, akan tetapi cara penyesuaian tidak akan selalu sama. Kelompok masyarakat yang berlainan mungkin saja akan memilih cara-cara yang berbeda terhadap keadaan yang sama.

Mereka memakai kebiasaan-kebiasaan baru sebagai bentuk penyesuaian terhadap keadaan-keadaan baru yang masuk kedalam atau yang dihadapi kebudayaannya tetapi mereka tidak sadar bahwa kebiasaan-kebiasaan yang baru yang dibuat sebagai penyesuaian terhadap unsur-unsur baru yang masuk dari luar kebudayaannya malah merugikan mereka sendiri. Disinilah pentingnya filter atau penyaring budaya dalam suatu kelompok masyarakat. Karena sekian banyak aturan, norma atau adat istiadat yang ada dan berlaku pada suatu kebudayaan bukanlah suatu hal yang baru saja dibuat atau dibuat dalam satu dua hari saja. Kebudayaan dengan sejumlah normanya itu merupakan suatu akumulasi dari hasil pengamatan,hasil


(43)

belajar dari pendukung kebudayaan tersebut terhadap lingkungannya selama beratus-ratus tahun dan dijalankan hingga sekarang karena terbukti telah dapat mempertahankan eksisnya budaya masyarakat tersebut.

Kingston (2009) mengatakan, tradisi tidak bisa lagi diartikan sebagai warisan yang statis suatu masa lampau untuk diteruskan dari generasinya ke generasi berikutnya. Sebagai gantinya adalah harus selalu dipahami sebagai sesuatu yang dinamis dengan penafsiran kembali yang dihasilkan dari masa lampau kedalam kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa depan.

Dari teori-teori regionalism dan teori-teori kebudayaan maka dapat disimpulkan definisi Regional Cultur adalahKesadaran mengikuti kekhasan tradisi formal ataupun simbolik dari keseluruhan gagasan, tindakan dan karya yang dihasilkan manusia dalam pengalaman historisnya diolah kembali untuk memperkokoh jati diri dan identitas.

2.3 Kebudayaan Simalungun

Direktorat Jenderal Kebudayaan (1993), Salah satu kepercayaan asli yang masih dipunyai masyarakat pendukung di daerah Sumatera Utara diantaranya adalah kepercayaan terhadap ajaran Kebenaran adalah Permulaan.

Kebenaran adalah Permulaan (Habonaron Do Bona) bersatu padu dengan adat budaya Simalungun atau Adat Timur, sebagai tata tuntunan laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam menyembah Tuhan Yang Maha Esa.


(44)

2.3.1 Ajaran kebenaran adalah permulaan (Habonaron Do Bona)

Pendukung Ajaran Kebenaran adalah Permulaan (Ajaran Habonaron Do Bona) pada umumnya adalah masyarakat Simalungun. Masyarakat Simalungun merupakan salah satu dari enam sub suku bangsa Batak yang secara geografis mendiami daerah induk Simalungun.

Ajaran Kebenaran adalah Permulaan bersatu padu dengan adat budaya Simalungun, sebagai tata tuntunan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat atau dapat disebut sebagai Falsafah hidup orang Simalungun. Nilai-nilai luhur dalam kepercayaan Ajaran Kebenaran adalah Permulaanterkandung dalam ajarannya, seperti ajaran tentang ketuhanan, manusia, alam serta ajaran-ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan,sesamanya dan alam semesta.

Falsafah adat Simalungun dalam hubungan kekeluargaan beralaskan dari sifat manusia yang mempunyai kepribadian. Kepribadian dapat dibanggakan dari sudut moral atau kejiwaan yang membawa manfaat guna dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.2 Upacara-upacara ritual adat

Warga Simalungun mengenal bermacam-macam upacara-upacara adat seperti pada (gambar 2.1) antara lain:

1. Upacara Perkawinan


(45)

3. Upacara pesta tahun (Robu-robu/Horja Taun),yaitu upacara berdoa kepada Tuhan dan kepada leluhur untuk memulai suatu usaha seperti kegiatan pertanian/bercocok tanam padi, agar memperoleh hasil yang memuaskan 4. Upacara membongkar tulang belulang

5. Upacara menghormati roh leluhur pelindung desa 6. Upacara menghormati roh suci penjaga desa 7. Upacara menghormati keramat pelindung

Gambar 2.1 Upacara-upacara adat

Sumber: Penulis

2.3.3 Pakaian adat Simalungun

Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya,pakaian adat suku Simalungun tidak terlepas dari penggunaan Hiou (disebut Uis di suku Karo, ulos batak toba). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada Hiou dengan berbagai ornamennya. Hiou pada mulanya identik dengan ajimat, dipercaya mengandung "kekuatan" yang bersifat


(46)

religius magis dan dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan perlindungan (gambar 2.2). Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan mangulosi (memberikan hiou) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima hiou. Hiou dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain.

Gambar 2.2 Pakaian adat Simalungun Sumber: Martin Lukito Sinaga

2.3.4 Musik tradisional Simalungun

Musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan. Dari semua karya seni, mungkin sekali musiklah yang paling mempengaruhi tradisi budaya untuk


(47)

menentukan patokan-patokan sosial dan patokan-patokan individu, mengenai apa yang disukai dan apa yang diakui. Musik dapat mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip umum yang mendasarinya, yang menghidupkan kebudayaan tersebut secara menyeluruh.

Matondang (2010) mengatakan, Simalungun adalah salah satu dari lima kelompok etnis batak. Etnis Simalungun berasal dari kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Musik tradisional Simalungun diwariskan secara turun-temurun dengan cara lisan. Alat musik (gambar 2.3) sebagai pendukung kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan memegang peran penting dalam proses keberlangsungan suatu budaya. Kesenian merupakan wujud atau ekspresi budaya yang dimunculkan dalam musik, olah tubuh (tarian), sastra dan lain sebagainya. Ekspresi budaya tersebut terdiri diatas dua kategori, yaitu ritual (upacara adat) dan hiburan (profan).

Gambar 23 Alat-alat musik tradisional simalungun

Sumber: Muhar Omtatok, Jahutar Damanik

2.3.5 Tarian Tradisional Simalungun

Girsang (2010) mengatakan, Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral dan ada yang bersifat


(48)

hiburan saja yang berupa tari profan (gambar 2.4). Beberapa Tarian Tradisional Simalungun antara lain:

a. Tortor Huda-Huda/Toping-Toping

Penari I seluruh badan mukanya ditutup dengan kain,dan dikepalanya dikenakan paruh dan kepala enggang. Penari ke II patung manusia ditutup dengan topeng dan tubuhnya ditutup dengan kain. Tarian ini dipertunjukkan untuk menarik perhatian sang permaisuri supaya dia terhibur karena anaknya meninggal dan tidak dikasih untuk dikuburkan,saat itulah mayat bayi di pangkuannya lepas. Tanpa disadari sang putri, para penari topeng itu berhasil merebut mayat anak tadi dan melarikannya ke hutan untuk dikubur.

b. Tortor Sombah

Tortor Sombah sebagai Persembahan kepada Yang Maha Pencipta. Semua penari berputar di tempat masing-masing dengan kedua tangan bersikap menyembah.

Tarian hiburan

Tortor Huda-Huda/Toping-Toping,

.

mbah

Gambar 2.4 Tarian tradisional Simalungun Sumber: Jannerson Girsang, www go batak.com 2.3.6 Peralatan rumah tangga


(49)

dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari tradisional, disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik. Sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik tersebut antara lain: Alat-alat produktif,

wadah, alat-alat menyalakan

perumahan, alat-alat transportasi.

Peralatan dan unsur kebudayaan fisik tersebut dapat dilihat seperti pada (gambar 2.5).

Gambar 2.5 Peralatan rumah tangga


(50)

2.3.7 Rumah adat Simalungun

Rumah Adat Simalungun dinamakan RUMAH BOLON. Bangunan rumah adat Simalungun (gambar 2.6) umumnya persegi panjang bertipe rumah panggung dengan menggunakan struktur rangka kayu dan beratapkan ijuk sebagai upaya adaptasi dengan iklim dan geografi, menggunakan sistem sambungan tarik dan tekan (sistem pen) tanpa menggunakan paku dan sistem cros-log foundation (pondasi balok kayu yang saling tumpang tindih secara horizontal).

Gambar 2.6 Rumah adat Simalungun Sumber: Penulis, hidupsehari, Jahutar Damanik

Bagian-bagian dari Rumah adat Simalungun (gambar 2.7, 2.8, 2.9, 2.10, 2.11, 2.12, 2.13, 2.14 dan 2.15)

1. Struktur bawah bangunan

Gambar 2.7 Struktur bawah bangunan Rumah adat Simalungun Sumber: Penulis


(51)

2. Lantai

Gambar 2.8 Lantai Rumah adat Simalungun Sumber: Penulis

3. Langit-langit

Gambar 2.9 Langit-langit Rumah adat Simalungun Sumber: Penulis

4. Dinding

Gambar 2.10 Dinding Rumah adat Simalungun Sumber: Penulis


(52)

5. Atap

Pemanjangan bubungan atap sering dengan sopi-sopi mencondong keluar. Dibuat lekukan seperti punggung kerbau sehingga menimbulkan daya tarik estetis. Dominasi atap tampak pada keseluruhan bangunan. Proporsi atap lebih besar dari pada badan dan kaki (bagian bawah) bangunan. Selain itu atap perisai lebih umum digunakan. Diujung atap bagian depan dipasang kepala kerbau sedangkan dibagian belakang dipasang bentuk ekor kerbau yang bahannya terbuat dari ijuk.

Gambar 2.11 Atap rumah adat Simalungun Sumber: Penulis

6. Tangga

Gambar 2.12 Tangga rumah adat Simalungun Sumber: Penulis


(53)

7. Jendela dan ventilasi

Gambar 2.13 Jendela dan ventilasi rumah adat Simalungun Sumber: Penulis

8. Pintu

Gambar 2.14 Pintu rumah adat Simalungun Sumber: Penulis


(54)

9. Sistem Struktur

Gambar 2.15 Sistim struktur rumah adat Simalungun Sumber foto: Penulis

2.3.8 Ukiran-ukiran

Ragam hias (Omtatok 2009) berfungsi sebagai rajah spiritual, penunjuk strata serta pemenuh rasa keindahan, selain ditemukan pada bangunan juga ditemukan pada alat-alat keperluan seperti pada hiou (kain), sonduk (sendok), bajut hundul (anyaman tempat sirih), hopuk (peti penyimpan hiou), tuldak (alat tenun), parborasan (tempat beras), parpangiran (tempat keramas), pada alat-alat musik dan lainnya.

Ada beberapa ukiran (gorga) Simalungun yang sering digunakan dalam menghiasi bangunan, alat-alat rumah tangga, alat-alat musik. Ukiran tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.


(55)

Tabel 2.1 Ukiran (gorga) Simalungun Ukiran (gorga) Simalungun

IPON IPON

Merupakan salah satu ragam hias yang buat pada bagian tepi sebagai pengikat atau penutup hiasan

SILOBUR PINGGAN

Silobur Pinggan adalah nama tumbuhan yang merambat dan melilit, sering dijadikan sebagai ramuan untuk racun.

Ornamen ini melambangkan sifat tolong

menolong.

ROROT DERPIH

Merupakan hiasan dari ikatan tali pada dinding yang Melam bangkan penangkal kekuatan gaib. Motif ini juga ditemukan pada ragam hias Suku Karo.

PINAR MOMBANG

Mombang adalah pohon besar seperti jati. Gorga ini difungsikan sebagai pengganti Datu/Guru

yang berefek keselamatan dan kesehatan.

PINAR ASSI ASSI

Assi-Assi adalah tumbuhan berkhasiat

obat, sehingga ia

melambangkan kesehatan.

BUNGA SARUNEI

Sebagai simbol kepatuhan dan kedisiplinan pada hukum dan Undang-Undang yang telah ditetapkan oleh Raja

PINAR APPUL APPUL Layaknya Appul-Appul (Kupu-Kupu) yang indah, bersih dan berperan dalam penyerbukan tumbuhan, maka gorga ini menyiratkan makna kebersihan, keindahan dan kebaikan

PINAR BULUNG NI ANDURDUR Andurdur adalah tumbuhan

menjalar yang dilambangkan sebagai

kesetiaan, menepati janji

dan memahami kepentingan bersama.

PAHU PAHU PATUNDAL

. Pahu-pahu patundal adalah Tumbuhan pakis bertolak belakang. Motif pakis banyak kita temukan dalam ragam hias Simalungun. Ini myiratkan persatuan kesatuan yang saling menguntungkan.


(56)

Tabel 2.1 (lanjutan)

No Ukiran (gorga) Simalungun

HAIL PUTOR

Berarti mata kail yang berputar, merupakan lambang rezeki, cita-cita bersama dan kemanfaatan.

GUNDUR MANGULAPA Gundur Mangulapa berarti Buah Labu Kundur / Bligo yang tumbuh subur. Tangkai dan pucuknya dijadikan hiasan ikat. Sebagai Lambang Ketinggian marwah, kemakmuran, kesuburan dan

tangkal binatang berbisa.

GANJOU MARDOMPAK

Ganjou adalah sejenis kepiting, mardompak berarti

berhadap-hadapan.Mengisyaratkan filsafat ketertiban dalam bekerja dan kekuatan yang membawa kemaslahatan.

BUNGA RAYA SAYUR MATUA

Sebagai lambang seia sekata, panjang umur, kekuatan spiritual dan kedewasaan.

BUNGA TABU

Layaknya bunga tabu (labu) yang tidak berbau, jarang dijadikan hiasan namun tidak seperti bunga lain, jika gugur akan tetap meninggalkan hasil berupa buah yang besar dan bermanfaat..

PORKIS MANANGKI BAKAR

Sebagai lambang sebuah kerja yang tekun, tidak mudah putus asa, keselamatan dan ketelitian, layaknya semut memanjat bambu kering.

PORKIS MARODOR

Porkis marodor berarti semut dibuat sebagai hiasan pengapit gorga Suleppat. Ornamen ini dianggap sebagai simbol Haroan (gotong royong) dan kerajinan.

AMBULU NI UAOU

Disebut juga Jombut Uaou yang diyakini menjadi simbol kemolekan, keagungan dan menghargai

serta menghormati yang patut.

SIHILAP BAJARONGGI

Melambangkan sikap kesetia kawanan, saling mengenang dan kharisma.

Bajaronggi sendiri adalah tumbuhan lalap yang subur ditanah berair.

BORAS PATI

Boras pati adalah sejenis kadal. Di Simalungun, hiasan ini berbentuk geometris yang dibuat dari bahan ijuk. Boraspati merupakan simbol supranatural untuk penangkal kekuatan gaib.

BODAT MARSIHUTUAN Bak Kera mencari kutu temannya, inilah lambang gotong royong dan sama bekerja untuk mencapai tujuan.

BOHI BOHI

Adalah ukiran wajah manusia sebagai kepala Sambahou (dinding). Melambangkan keramah tamahan, kewaspadaan serta sarat akan muatan supranatural.


(57)

Tabel 2.1 (lanjutan)

No Ukiran (gorga) Simalungun

GATIP-GATIP

Adalah gorga sebagai simbol penghormatan, keperkasaan dan harga diri. Layaknya Gatip-gatip, sejenis ular kecil berbisa yang kulitnya berbelang merah, hitam dan putih. Dahulu ular ini cukup disegani di huta-huta.

Gorga Suleppat

Rumbak-Rumbak Sinandei

Gorga Hambing Mardugu

Gomal

Tapak Raja Suleman

Sumber: M. Muhar Omtatok

2.4 Politeknik

Politeknik (Politeknik Negeri Medan 2008) adalah lembaga perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu dan terdiri atas program Diploma I, Diploma III dan Diploma IV. Pendidikan Politeknik merupakan pendidikan vokasi yang berorientasi pada masalah praktik nyata yang ada di dunia industri dan usaha, sehingga lulusanya diharapkan dapat lebih mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja yang ada.


(58)

2.4.1 Pendidikan Politeknik

Pola Pendidikan Politeknik menganut sistem pendidikan intensif, perkuliahan

diselenggarakan dalam kelas kecil. Untuk 1 kelas maksimum terdapat 24 mahasiswa dengan pengajaran sistem paket dimana seluruh mahasiswa dari satu semester dalam program studi yang sama akan mengikuti perkuliahan yang sama. Visi

Menjadi institusi yang unggul dan terdepan dalam pendidikan vokasi yang inofatif dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten,memiliki semangat terus berkembang,bermoral,berjiwa kewirausahaan dan berwawasan lingkungan

2. Melaksanakan penelitian terapan dan menyebarluaskan hasilnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu kehidupan

2.4.2 Sistem pendidikan

Sistem penyelenggaraan pendidikan, pengajaran di politeknik menggunakan sistem jam pengajaran yang disesuaikan dengan Sistem Kredit Semester (SKS),


(59)

satuan bebannya disebut dengan satuan kredit semester (sks).

Beban kegiatan belajar sebanyak 38 jam per minggu (6 hari per minggu), mempunyai nilai beban 18-23 sks setiap semester. Beban sks tiap program studi selama pendidikan berkisar 112-120 sks untuk program pendidikan D - I I I dan 144 sks untuk program pendidikan D - IV bergantung pada program studinya.

Dalam satu tahun akademik diselenggarakan 2 semester kegiatan pendidikan, semester A (ganjil) dilaksanakan dari bulan September sampai dengan bulan Februari dan semester B (genap) dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Agustus.

Semester adalah satuan waktu terkecil untuk menyatakan lamanya suatu program pendidikan satu jenjang. Artinya program pendidikan suatu jenjang secara lengkap dari awal hingga akhir dibagi dalam penyelenggaraan semesteran dengan kata lain seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program pendidikan secara lengkap dibagi ke dalam program semester.

Program semester berisi penyelenggaraan pendidikan berbentuk kuliah,praktikum,praktik kerja lapangan dan bentuk lain beserta evaluasi keberhasilannya. Satu semester setara dengan 22 minggu kuliah.

Evaluasi kegiatan belajar mengajar diadakan 2 kali per semester yaitu pada tengah semester sebagai alat pemantauan hasil belajar mengajar dan pada akhir semester sebagai evaluasi dan penentu kelanjutan kuliah bagi mahasiswa. Pada evaluasi akhir semester ditetapkan mahasiswa yang berhasil lulus dan dapat melanjutkan kuliah ke semester berikutnya atau mahasiswa yang gagal dan tidak dapat melanjutkan kuliah lagi (dikeluarkan).


(60)

Program Pendidikan yang ditawarkan: 1. Program Diploma III (112-120 SKS)

Politeknik yang ditawarkan menyelenggarakan program pendidikan vokasi Diploma III (D III), dengan waktu pendidikan selama 6 semester, terdiri dari 5 jurusan yang terbagi dalam 9 Program Studi. Kelima jurusan dan kesembilan program studi dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Program Pendidikan Diploma III

No JURUSAN PROGRAM STUDI

1 Teknik Mesin 1. TeknikMesin

2. Teknik Energi 2 Teknik Sipil 1. Teknik Sipil 3 Teknik Elektro 1. Teknik Listrik

2. Teknik Elektronika 3. Teknik Telekomunikasi

4 Akuntansi 1. Perbankan dan Keuangan

2. Akuntansi

5 Administrasi Niaga 1. Administrasi Bisnis Sumber: Buku Informasi Politeknik Negeri Medan 2008

2. Program Diploma IV (144 SKS)

Pada program Diploma IV, program pendidikan yang ditawarkan dengan waktu pendidikan selama 8 semester, terdiri dari 5 jurusan yang terbagi dalam 7 Program Studi. Mata Kuliah yang akan didapatkan di program D-IV memiliki Silabus yang telah dipaketkan selama 8 Semester, tidak ada percepatan ataupun semester pendek. Kelima jurusan dan ketujuh program studi dapat dilihat pada tabel 2.3.


(61)

Tabel 2.3 Program Pendidikan Diploma IV

No JURUSAN PROGRAM STUDI

1 Teknik Sipil & Perencanaan 1. TPJJ(Teknik Perencanaan jalan dan Jembatan)

2. Perencanaan Perumahan & pemukiman

2 Teknik Elektro 1. Teknik Informatika

3 Teknologi Pertanian 1. Teknologi hasil perkebunan

4 Akuntansi 1. Akutansi sektor public

5 Administrasi Niaga 1. Administrasi Bisnis 2. MICE


(62)

BAB III

ANALISIS KARYA ANTHONY GALL

3.1 Biografi Anthony Gall

Anthony memegang gelar profesional dari University of Queensland Arsitektur (B.Des.St, B. Arch (Hons) dan Doctor of Philosophy (PhD) dari Departemen Sejarah Arsitektur dan Konservasi, Fakultas Arsitektur, Technical University of Budapest. Anthony Gall (gambar 3.1) adalah Direktur dan Kepala Arsitek Gall dan Associates (Gall és Társai Építésziroda), sebuah praktek yang memenangkan penghargaan di Budapest (Hongaria, Uni Eropa) dimana dia adalah seorang Arsitek terdaftar. Dia memiliki pengalaman yang luas sebagai Sejarawan Arsitektur dan Arsitek Warisan.

Gambar 3.1 Anthony Gall Sumber: Convergen

Anthony telah bekerja di bidang perencanaan selama lebih dari dua dekade baik di Australia dan Eropa. Anthony menggabungkan pengalaman dan keterampilan sebagai seorang sejarawan arsitektur dan konsultan warisan budaya dengan orang-orang desain profesional. Dia telah mengelola dan mengkoordinasi penyelesaian


(63)

proyek Signifikan Warisan Budaya, umumnya dalam kapasitas sebagai Arsitek Proyek. Anthony sangat tertarik pada potensi untuk melestarikan Warisan Budaya melalui peremajaan yang tepat dan adaptif untuk digunakan kembali. Hal ini membutuhkan pengakuan yang jelas dari nilai-nilai Signifikansi Warisan dan kemampuan untuk mensintesis cita-cita dengan visi jangka panjang dan manajemen pragmatis pada tahap sedini mungkin dalam setiap usulan pembangunan. Pengalaman Multi-faceted memungkinkan dia dapat bekerja secara kreatif dan pragmatis dengan situs penting Warisan Budaya yang sukses. Anthony juga melihat Warisan Budaya sebagai kemungkinan akan memberi "Nilai-Tambah" untuk pembangunan. Seringkali hasil yang jauh lebih sukses dapat dicapai melalui pengenalan awal signifikansi Warisan Budaya dan penggabungan signifikansi ini pada tahap awal ke konsep pembangunan.

Anthony Gall sebagai Arsitek Kepala pada Pemulihan Kebun Binatang Budapest dan Botanic Gardens (Monumen Nasional) dan dianugerahi salah satu penghargaan paling prestisius di Eropa untuk Rekonstruksi Warisan (Europa Nostra) pada tahun 2000. Anthony Gall juga bergabung dalam sebuah tim consulting services dengan perusahaan bernama Convergen. Convergen adalah perusahaan warisan budaya terbesar di Queensland dengan kantor di Brisbane, Hervey Bay dan Cairns. Keahlian tim Antony Gall menawarkan spesialis dalam:

1. Konsultasi dengan masyarakat untuk proyek-proyek besar 2. Konsultasi dan memfasilitasi kelompok Pemilik Tradisional


(64)

3. Perjanjian pembuatan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Warisan Budaya

4. Pemetaan budaya Adat

5. Perencanaan Museum dan jasa 6. Interpretasi situs Warisan

7. Pengembangan warisan budaya dalam kemitraan dengan pariwisata.

3.2 Analisis Karya-karya Antony Gall

Convergen di Queensland-Australia, menyediakan pelayanan warisan budaya disemua tingkatan pada semua jenis situs warisan budaya, tempat-tempat dan daerah. Pendekatan Tim untuk interpretasi warisan berasal dari inisiatif praktek terbaik di mana interpretasi memainkan peran penting dalam komunikasi nilai-nilai warisan. Interpretasi warisan yang efektif bertujuan untuk memberikan kontribusi rasa makna ke suatu tempat dan untuk memprovokasi pemikiran. Pada dasarnya, penafsiran adalah bagian dari strategi komunikasi yang dikelola untuk menciptakan dialog antara pengunjung dan tempat. Tim mereka melakukan analisis peluang interpretasi dan mengembangkan strategi interpretasi untuk beberapa lokasi kunci di mana warisan interpretasi bisa diperkenalkan ke dalam desain proyek. Kunci untuk pengembangan strategi interpretasi warisan adalah pertimbangan dari lanskap budaya sekitar. Lanskap ini termasuk:


(65)

2. Situs yang memiliki nilai-nilai warisan yang berkontribusi terhadap rasa dan tempat.

Tim mereka juga dianggap penonton (ikut merasakan) untuk setiap lokasi dan sifat peluang interpretasi yang sesuai. Dari analisis dan penelitian bersejarah,strategi dikembangkan yang dipandu pengembangan instalasi warisan di beberapa lokasi. Tim mereka melakukan konsep dan pengembangan rinci interpretasi tema warisan yang diidentifikasi terkait dengan lanskap budaya.

Mereka menyediakan pelayanan dibagi dalam lima kategori yaitu: komunitas, desain, pemerintah, infrastruktur dan perencanaan. Mereka memberikan penilain tentang persyaratan-persyaratan khusus dan menempatkan orang yang tepat didalam satu tim. Setiap proyek memiliki manajer yang dinomisasikan untuk bertanggung jawab dalam mengeloloa tim, kerangka waktu, persyaratan organisasi dan kualitas out put. Kemudian diberitahukan pada klien pada saat dimulainya proyek. Proyek-proyek yang mereka kerjakan antara lain:

3.2.1 Pengembangan warisan dalam kemitraan dengan pariwisata

Pada proyek ini mereka secara konsisten bekerja berdasarkan standar industri dan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan pedoman praktek terbaik. Converge mengembangkan dokumen dan melakukan pelayanan sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip sistem kualitas. Keahlian yang mereka miliki dalam melakukan pekerjaan (gambar 3.2) yaitu:


(66)

2. Mempersiapkan dan mengkaji rencana pengelolaan konservasi untuk kompleks situs

3. Desain dan manajemen saran untuk semua situs warisan, termasuk adaptif menggunakan kembali strategi

4. Interprestasi situs warisan

Gambar 3.2 Pendataan situs-situs dalam mengkonservasi Sumber: Converge H+C

Situ-situs yang dikonservasi yang mereka tampilkan dalam pengembangan warisan dalam kemitraan dengan pariwisata seperti yang berikut ini:

a. Bangunan light house

Mercusuar merupakan salah satu dari beberapa mercusuar heksagonal yang tersisa yang tetap masih ada di Queensland Dalam beberapa dekade terakhir, kondisi mercusuar telah terus memburuk. Pada tahun 2009, mercusuar itu dalam keadaan rusak parah antara lain, sebagian besar elemen kayu eksternal busuk, kerangka internal penuh rayap dan unsur-unsur logam, termasuk kanopi, mengalami korosi (gambar 3.3). Converge membuat program pelaksanaan proyek konservasi mercusuar ini dalam dua tahap:


(67)

1. Tahap pertama terdiri dari penilaian struktural dan audit kondisi,rekaman arsip dan pekerjaan darurat.

2. Tahap Dua konservasi yang lebih luas yang terkait dalam pekerjaan ini melibatkan persetujuan dari Departemen Lingkungan dan Manajemen Sumber Daya (Derm) Cabang Warisan Budaya. Spesialis trades persons terampil dalam pertukangan, tukang kayu dan pipa tradisional, dikombinasikan dengan pengalaman bekerja pada bangunan warisan, dipilih untuk semua karya.

Converge menyiapkan rencana pengelolaan konservasi yang mencakup jadwal perawatan untuk membantu manajemen yang ada dari mercusuar,dan signage interpretatif yang menjamin nilai-nilai warisan dari mercusuar secara efektif dikomunikasikan kepada pengunjung.

Gambar 3.3 Pelaksanaan proyek konservasi mercusuar Sumber: Converge H+C


(68)

b. Patung

Pada patung (gambar 3.4) mereka mengkonservasi dudukan patung yaitu seperti memperlangsing dan menuliskan sesuatu disisinya mengingatkan pada generasi sekarang dan dan generasi berikutnya tentang masa lalu yang terjadi didaerah tersebut. Tampilan patung juga dikonservasi yaitu tentang warna, pemegangan senjata dan posisi topi yang sebelumnya topinya miring di robah posisinya menjadi datar.

Gambar 3.4 Pelaksanaan proyek konservasi patung Sumber: Converge H+C

3.2.2 Proyek infrastruktur

Proyek ini melibatkan persiapan strategi interpretasi warisan untuk Proyek busway Utara dan pengembangan instalasi interpretasi warisan khusus untuk mengkomunikasikan nilai-nilai warisan yang terkait dengan Tembok Bowen Bridge Road Porfiri.

Busway Utara-Herston Butterfield Road to street, merupakan bagian dari inisiatif infrastruktur utama yang dibangun di sepanjang Bridge Road Bowen dalam


(69)

curtilage dari Brisbane Rumah Sakit Umum Precinct yang meliputi Bowen Bridge Road Porfiri Wall (QHR 601.903).

a. Busway Utara Brisbane-Australia

Proyek ini memiliki potensi secara signifikan berdampak pada nilai-nilai yang terkait warisan budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Upaya yang dilakukan dari awal proses desain busway untuk melestarikan nilai-nilai warisan utara dan barang-barang warisan tunduk pada dampak potensial. Pertimbangan desain proyek menghasilkan Tembok Jembatan Bowen yang dilestarikan in-situ untuk generasi mendatang dan mempertahankan peran penting sebagai pendefinisian batas negara yang tercantum pada Royal Brisbane Hospital dan mencakup pendekatan Bowen Bridge Road ke kota bagian utara (gambar 3.5). Konservasi ini sendiri adalah suatu bentuk penafsiran warisan yang diakui. Juga ada kesempatan untuk pengenalan unsur-unsur interpretasi warisan ke dalam desain infrastruktur busway untuk mengenali lanskap budaya.

Gambar 3.5 Busway utara Brisbane-Australia Sumber: Google Map, Converge H+C


(70)

b. Proyek Cairns Liner Cruise Terminal

Proyek Cairns Liner Cruise Terminal (gambar 3.6) ini berfokus pada penggunaan kembali adaptif dermaga pelabuhan dengan terminal. Membuat terminal fungsional, melestarikan dan menginterpretasikan nilai warisan dari gudang dan dermaga yang lebih luas dan kompleks. Mereka mengembangkan sebuah strategi warisan pada gudang yang menjamin aspek-aspek relevan dari situs bersejarah dan fitur dari gudang itu dibuat dalam perkembangan baru.

The wharves under construction c1915.

Image courtesy of John Oxley Library

The Cairns Cruise Liner Terminal. Image courtesy of Ports North

Gambar 3.6 Proyek cairns liner cruise terminal northern busway heritage interpretation strategy


(71)

c. Northern busway heritage interpretation strategy

Di proyek Northern busway heritage (gambar 3.7) ini pelayananan yang mereka berikan adalah konsultasi warisan budaya, konsep desain dampak, Survei warisan budaya dan penilaian potensi dampak pada nilai-nilai warisan budaya, rencana pengelolaan konservasi, melanjutkan saran dan mendesain ulang infrastruktur untuk mengurangi dampak potensial dari proyek selama dan pasca-konstruksi, pengembangan aplikasi untuk bekerja di tempat warisan Negara terdaftar, fisik, analisis kontekstual dan historis latar belakang, signifikansi penilaian, manajemen, desain dan rekomendasi konservasi dan warisan interpretasi instalasi.

Jalan setapak di sepanjang Bowen Bridge Road

Royal Brisbane Hospital Bowen park

Gambar 3.7 Bowen Bridge Road Sumber: Google Maps


(72)

Mereka melakukan analisis peluang interpretasi untuk Busway Utara dan mengembangkan strategi interpretasi untuk tiga lokasi kunci dalam infrastruktur busway di mana warisan interpretasi bisa diperkenalkan ke dalam desain proyek. Ini termasuk

1. Jalan setapak di sepanjang Bowen Bridge Road; :

2. Paneling di atas Tembok, dan

3. Informasi layar terletak di Stasiun Bus Rumah Sakit Brisbane baru.

Kunci untuk pengembangan strategi interpretasi warisan yang mereka lakukan adalah pertimbangan dari lanskap budaya sekitar Tembok. Lanskap Ini termasuk situs warisan bersejarah banyak dengan tema terkait: Royal Brisbane Hospital Precinct, Bowen Taman: Brisbane Pameran Showground dan Victoria Park. Situs ini memiliki nilai-nilai warisan yang berkontribusi terhadap rasa dan tempat. Konvergen juga dianggap penonton untuk setiap lokasi dan sifat peluang interpretasi yang sesuai. Dari analisis dan penelitian bersejarah, strategi yang dikembangkan dan dipandu dengan pengembangan instalasi warisan di tiga lokasi.

Mereka membuat konsep dan pengembangan rinci instalasi interpretasi sepanjang jalan setapak berdekatan dengan tembok dan untuk presentasi elektronik dari lima tema warisan diidentifikasi terkait dengan lanskap budaya (gambar 3.8). Panduan mereka juga disediakan dari perspektif warisan bagi artis Mandy Ridley dan tim desain NBA, karena mereka mengembangkan instalasi warisan interpretasi dalam bentuk panel yang terletak di atas tembok tujuannya adalah pentingnya komunikasi.


(73)

Metodology Hasil

Gambar 3.8 Gambar foto tiket arsip tahun 1890 Sumber: Converge H+C

Mereka mengembangkan Tiket melalui konsep waktu ke instalasi seni warisan:

1. Bersumber dari tiket arsip dan gambar foto dari tahun 1890 sampai sekarang.

2. Rincian bahan yang diusulkan dan metode instalasi.

3. Mendokumentasikan lokasi, orientasi dan jenis tiket untuk masing-masing 213 tiket dan terletak di sepanjang jalan setapak.

4. Bukti dan sampel selama proses pembuatan dan menyiapkan pernyataan perwakilan untuk menjelaskan instalasi untuk pejalan kaki.

Pengenalan yang efektif dan penafsiran warisan yang halus seperti tiket dan gambar foto yang dibuat tahun 1890 tidak hanya ditujukan menyoroti nilai-nilai warisan yang terkait dengan jalan, tetapi untuk memprovokasi pemikiran tentang lanskap budaya sekitarnya, rasa keberlanjutan dan hubungan dengan nilai-nilai warisan dan tema yang terkait dengan konteks yang penting untuk pembangunan Brisbane dan negara bagian Queensland.


(1)

KOMPETENSI KELULUSAN Dapat:

1. Membuat rancangan instalasi otomatisasi kelistrikan gedung & industry;

2. Membuat rencana pekerjaan instalasi otomatisasi kelistrikan gedung & industry; 3. Melakukan pekerjaan instalasi otomatisasi kelistrikan gedung & industry;

4. Mengawasi dan mengatur pekerjaan dan sarana instalasi otomatisasi kelistrikan gedung & industry;

5. Mengoperasikan, merawat, dan mengatasi gangguan pada instalasi otomatisasi kelistrikan gedung & industry.

b. Program Studi Teknik Elektronika

KOMPETENSI KELULUSAN Dapat:

1. Membuat rancangan elektronika sederhana dan prototype; 2. Merawat dan memperbaiki peralatan pada sistem elektronik; 3. Merencanakan pekerjaan produksi barang elektronik;

4. Mengawasi dan mengatur pekerjaan bidang elektronik; 5. Melakukan pengujian peralatan pengukuran elektronik.

c. Program Studi Teknik Telekomunikasi

Dapat:

KOMPETENSI KELULUSAN

1. Membuat rancangan alat/sistem telekomunikasi sederhana, membuat prototype; 2. Mengoperasikan, merawat, dan mengatasi gangguan pada alat/sistem telekomunikasi; 3. Merencanakan pekerjaan produksi alat telekomunikasi;


(2)

4. Mengawasi dan mengatur pekerjaan bagian telekomunikasi; 5. Melakukan pengujian peralatan/sistem telekomunikasi.

1.1.4. Program Studi Perbankan & Keuangan

KOMPETENSI KELULUSAN Dapat:

1. Melakukan kegiatan administrasi bank; 2. Mengoperasikan komputer;

3. Melaksanakan kegiatan kasir/teller;

4. Melayani bagian kredit/leasing dan akuntansi.

1.1.5. Program Studi Administrasi Bisnis

KOMPETENSI KELULUSAN Dapat:

1. Mengelola kegiatan administrasi umum perkantoran; 2. Megoperasikan komputer dan peralatan kantor lainnya; 3. Melakukan kegiatan sekretaris eksekutif;

4. Melayani kegiatan humas/reception.

1.2. PROGRAM PENDIDIKAN DIV

1.2.1. TEKNIK SIPIL

a. Program Studi Teknik Perancangan Jalan Dan Jembatan (Politeknik Negeri Medan)

Program Studi Jenjang Diploma 4 Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan, Merupakan program pendidikan yang menghasilkan Sarjana Sains Terapan (SST) vokasional dalam bidang Prasarana Transportasi.


(3)

KOMPETENSI KELULUSAN Dapat:

1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi dan perencanaan;

2. Menguasai kemampuan soft skill untuk melaksanakan pekerjaan manajerial di lingkungan kerja;

3. Mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya.

Lulusan Program Diploma 4 TPJJ akan meperoleh gelar Sarjana Sains Terapan ( SST).

b. Program Studi Teknik Arsitektur (Politeknik Negeri Pontianak)

KOMPETENSI KELULUSAN Dapat:

1. Melaksanakan pekerjaan perencanaan dan perancangan bangunan gedung dengan kemampuan merencanakan dan merancang karya arsitektur , menganalisa anggaran biaya bangunan gedung dan pengawasan pekerjaan konstruksi.

1.2.2. TEKNIK ELEKTRO

a. Program Studi Teknik informatika (PENS)

KOMPETENSI KELULUSAN Memiliki kemampuan:

1. Merancang dan membuat peralatan elektronika.

2. Merawat dan memperbaiki peralatan elektronika, melakukan instalasi, pengujian, dan pemakaian sistem instrumentasi, menyusun prosedur untuk menjaga kepresisian dan


(4)

keakurasian dari perekaman pengukuran mendiagnosa penyebab Malfungsi listrik dan mekanik dan kegagalan dari peralatan operasional.

3. Menyusun program pencegahan dan perawatan korektif.

4. Melakukan pengukuran dan pengendalian jarak jauh melalui berbagai media transmisi. 5. Merancang dan mengaplikasikan sistem pengukuran dan pengendalian secara

otomatis berbasis mikroprosesor/komputer dengan menggunakan program aplikasi. 6. Memecahkan masalah meliputi masalah teknis dan manajerial dalam bidang tugasnya

manajerial meliputi kepemimpinan, iklim organisasi, perencanaan, operasi, monitoring, dan evaluasi.

8. Serta pengetahuan dalam manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, manajemen Lingkungan Industri, dan manajetnen Mutu.

Lulusan Program Diploma 4 Teknik Informatika memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan ( SST).

1.2.3. TEKNOLOGI PERTANIAN

a. Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

KOMPETENSI KELULUSAN Dapat:

1. Menguasai dasar-dasar teori dan aplikasi teknologi pengolahan hasil pertanian/perkebunan.

2. Menguasai teori dan teknik pengujian dan pengawasan mutu produk industri hasil pertanian/ perkebunan sesuai dengan standar yang berlaku.

3. Menguasai teori dan teknik pengolahan limbah hasil pertanian/ perkebunan yang berwawasan lingkungan.


(5)

1.2.4. AKUNTANSI

KOMPETENSI KELULUSAN

a. Program Akutansi Sektor public (Politeknik Negeri Pontianak)

Dapat:

1. Mengelola anggaran.

2. Menyajikan informasi keuangan sebagai bahan pengambil keputusan. 3. Menyajikan laporan keuangan unit organisasi dan entitas.

4. Menginterpretasikan hasil analisis keuangan.

5. Menyajikan laporan kinerja unit organisasi dan entitas. 6. Melakukan analisis dan interpretasi kinerja.

7. Memproses akuntansi pertanggung jawaban (responsibility accounting). 8. Melaksankan Pengendalian internal.

9. Melakukan audit operasional. 10.Memproses dan mengelola pajak.

11.Melakukan fungsi-fungsi manajerial berdasarkan nilai-nilai dan etika yang berlaku.

Lulusan Program Diploma 4 Akuntansi Sektor Publik memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST).

1.2.5. ADMINISTRASI BISNIS

a.

Pertumbuhan ekonomi yang mengglobal serta berkembangnya teknologi informasi yang pesat dan cepat berdampak pada kebutuhan SDM yang kompeten. Program studi D4


(6)

Administrasi Bisnis telah menyiapkan lulusannya untuk memiliki kemampuan dalam mengelola bisnis mulai dari membuat, merencanakan, mengimplementasi sampai menjalankan secara professional. Lulusan D4 Administrasi Bisnis menjadi sarjana sains terapan dipersipakan mamapu bersaing dengan dunia kerja baik secara nasional maupun internasional.

KOMPETENSI KELULUSAN 1.

2.

Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar bisnis yang tangguh

3.

Memiliki karakter entrepreneur yang menjunjung tinggi etika

4.

Memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bisnis

5.

Terampil dalam mengelola operasional bisnis

Lulusan Program Diploma 4 Administrasi Bisnis akan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST).

Mampu mengaplikasikan iformasi dan teknologi informasi dalam bisnis

b. Program Studi Meeting, Incentive, Convention, Exchebision (MICE) (Politeknik Negeri

Medan)

1.

KOMPETENSI KELULUSAN

2.

Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan, pertemuan/rapat

3.

Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengelola penyelenggaraan insentif

4.

Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan pameran Mampu berwira usaha berkaitan dengan MICE