Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

(1)

i

Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen

Kabupaten Toba Samosir

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

disusun oleh

Tika Simanjuntak

110902096

Tika Simanjuntak

110902096

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

i ABSTRAK

HUBUNGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN DASAR ANAK DI DESA MERANTI BARAT KECAMATAN

SILAEN KABUPATEN TOBA SAMOSIR NAMA : TIKA SIMANJUNTAK

NIM : 110902096

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : AGUS SURIADI, S.SOS. M.SI

Keterpencilan membuat sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini masih ada yang menjalani kehidupan sangat memprihatinkan mereka sering disebut komunitas adat terpencil. Mereka mendiami tempat-tempat yang secara geografis relatif sulit dijangkau. Keterpencilan membuat mereka sangat terbatas dalam mengakses pelayanan sosial dasar, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan. Anak yang ada di komunitas adat terpencil tentunya memiliki hak sama seperti anak lainnya yaitu hak mendapat pendidikan dasar. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Pemenuhan hak pendidikan dasar anak dilihat dari terlaksananya program wajib belajar 9 tahun, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, ketersediaan guru serta biaya operasional sekolah. Melalui program pemberdayaan komunitas adat terpencil ini diharapkan dapat membawa perubahan yang baik dalam bidang pendidikan, karena nantinya anak akan menjadi generasi penerus bangsa.

Penelitian ini dilakukan di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir sebagai salah satu lokasi Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang diselenggarakan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara menggandeng pemerintah setempat dan instansi terkait. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan yang terdiri dari penyebaran kuesioner kepada responden sebanyak 20 orang sebagai sampel, wawancara dengan dinas pendidikan dan observasi.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hubungan program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan hak pendidikan dasar anak adalah hubungan rendah. Hal ini terbukti berdasarkan perhitungan korelasi product moment, dapat diketahui bahwa korelasi antara x dan y dengan N = 20 diperoleh nilai sebesar 0,291. Hal ini menunjukkan hubungan yang rendah, sesuai dengan pendapat Guiford dimana skala korelasi 0,20-0,399 hubungan rendah. Hubungan yang rendah tersebut disebabkan faktor ketersediaan sarana dan prasarana sekolah serta ketersediaan guru tidak memadai untuk dapat memenuhi hak pendidikan dasar anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupate Toba Samosir.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Komunitas Adat Terpencil, Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak


(3)

ii ABSTRAC

CORRELATION EMPOWERMENT PROGRAM OF TRADITIONAL REMOTE COMMUNITY WITH FULFILLMENT BASIC EDUCATION RIGHT OF

CHILDERN IN THE VILLAGE DESA MERANTI BARAT DISTRICT SILAEN REGENCY TOBA SAMOSIR

NAMA : TIKA SIMANJUNTAK

NIM : 110902096

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : AGUS SURIADI, S.SOS. M.SI

The remoteness makes some communities in Indonesia until now there are living a life very poor they are often called traditional remote community. They inhabit the places that are geographically relatively inaccessible. Remoteness makes them very limited in access to basic social services, the economy, politics, education, health. Children in traditional remote community must have the same rights as other children, namely the right to receive basic education. Constitution of the Republic Indonesia Year 1945 Article 31, paragraph 1 states that every citizen is entitled to education. Fulfillment of basic education rights of children seen from the implementation of the 9-year compulsory education, the availability of school facilities and infrastructure, the availability of teachers and school operating costs. Through a Empowerment Program for Traditional Remote Community is expected to bring a good change in education, because eventually the child will become the next generation.

This research study was held in the village of Sionom Hudon Selatan sub-district Parlilitan Regency Humbang Hasundutan as one of the location of Empowerment Program for Traditional Remote Community which taken by Agency of Social Welfare Province of North Sumatera coordinated with such local Regional Government and related agencies. Research study using descriptive method with qualitative approach. To obtain necessary data, this research study using data collection technique and field study which consists of questionnaire, interview and observation.

Based on the result has been done, can known that correlation Empowerment Program for Traditional Remote Community with fulfillment of basic education rights of children are low correlation. That is evidently based of calculation correlation product moment, can known correlation x and correaltion y with N= 20 obtainable value 0,291. That is show low correlation, based Guifordargument which correlation scale 0,20- 0,399 is low correlation. Low correlation caused the availability of school facilities and infrastructure factor and the availability of teachers not enough for comply basic education rights of children in the vilage of Meranti Barat.

Keywords: Empowerment, Traditional Remote Community,Fulfillment Basic Education Right of Childern


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir.

Selama penyusunan skripsi ini saya banyak menerima bantuan, bimbingan dan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rasa terima kasih yang sangat mendalam saya sampaikan kepada seluruh keluarga teristimewa, penulis sampaikan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta yang sangat luar biasa penuh cinta selalu memanjatkan doa tak henti untuk penulis, yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan moril serta materil..

2. Kepada Bapak Prof.Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

3. Kepada Ibu Hairani S,sos, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

4. Kepada Ibu Masta S.sos, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU

5. Kepada Bapak Agus Suriadi S.Sos, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saya motivasi serta membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

iv

6. Kepada Kak Juraidah dan Kak Deby terima kasih atas kelancaran dalam proses administrasi selama saya menjalani perkuliahan.

7. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang dengan tulus bersedia meregenerasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki, yang telahmemberikan bekal ilmu selama penulis kuliah dan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

8. Kepada Pak Kastro selaku supervisor lembaga terima kasih buat bantuannya mulai dari proses PKL 2 , penelitian sampai akhir skirpsi ini.

9. Kepada Pak Siagian selaku pendamping KAT di tempat saya melakukan penelitian terimakasih buat bantuan selama 2 hari.

10. Buat saudara ku yang jauh di pulau sebrang (Kak asri dan wanda) yang selalu dengar keluh kesah ku dan memberikan dukungan, dan ndodo patner begadang ngerjain skripsi.

11. Untuk Keluarga kecilku di kampus, Agus, Noni, Neysa, dan Ria makasih ya buat kalian. Sangat senang bisa kenal kalian mulai dari awal perkuliahan sampai sekarang.

12. Untuk “Uno Community”( Guster, Hera, Dewi, Mario, Cimot, mbeb rahel, Dedek) yang selalu memberi keceriaan dan support selama ini, thankyou gengs. 13. Untuk sahabat seperjuanganku Neysa Munthe yang selalu sama- sama mulai dari PKL2, seminar, penelitian sampai tahap akhir ini. Senang bisa menjadi patner mu.


(6)

v

14. Untuk doping ke2ku Ayu febrina yang uda memberi waktunya dalam membimbing penulisan skripsiku walau beda jurusan tapi ngerti, juga teman kost yg lain jayanti, hesti, cia, angel, mitra, era, yunike, kak moy.

15. Kepada seluruh mahasiswa jurusan ilmu kesejahteraan sosial 2011

16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, 17 April 2015 Penulis,

TIKA SIMANJUNTAK 110902096


(7)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRAC...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...10

1.3.1 Tujuan Penelitian...10

1.3.2 Manfaat Penelitian...11

1.4 Sistematika Penulisan...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan...13

2.2 Masyarakat...13

2.3 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial...15

2.3.1 Kebijakan Publik...15

2.3.2 Kebijakan Sosial...17

2.4 Komunitas Adat Terpencil...19

2.5 Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...25

2.5.1 Pengertian Program...25

2.5.2 Pemberdayaan Masyarakat...26

2.5.3 Ruang Lingkup Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...28

2.5.4 Tujuan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...29


(8)

vii

2.5.6 Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Sumut...33

2.5.7 Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...34

2.5.8 Peranan Peksos dalam Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...38

2.5.9 Dinas Kesejahteraan dan Sosial Sumatera Utara...41

2.6 Anak...42

2.6.1 Pengertian Anak...42

2.6.2 Hak-hak Anak...43

2.7 Pendidikan...45

2.7.1 Pengertian Pendidikan...45

2.7.2 Pendidikan Dasar...46

2.8 Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak...47

2.8.1 Pengertian Pemenuhan...47

2.8.2 Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak...47

2.8.3 Keberhasilan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak...48

2.9 Kesejahteraan Sosial...53

2.10 Hipotesis...54

2.11 Kerangka Pemikiran...57

2.12 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional...58

2.12.1 Defenisi Konsep...58

2.12.2 Defenisi Operasional...60

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian...63

3.2 Lokasi Penelitian...63

3.3 Populasi dan Sampel...63

3.3.1 Populasi...63

3.3.2 Sampel...64


(9)

viii

3.6 Teknik Analisi Data...65

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Desa Meranti Barat...67

4.2 Kondisi Geografis...67

4.3 Kondisi Demografis...69

4.4 Fasilitas Umum dan Pelayanan Sosial...69

4.5 Pranata Ekonomi atau Mata Pencaharian...70

4.6 Pranata Politik dan Lembaga Adat...72

4.7 Pranata Agama, Religi atau Sistem Kepercayaan...73

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar...74

5.2 Analisis Identitas Responden...74

5.3 Gambaran Variabel Bebas...79

5.3.1 Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...79

5.4 Gambaran Variabel Terikat...87

5.4.1 Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak...87

5.5 Uji Hipotesa...93

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...96

6.2 Saran...97 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Lokasi Pemberdayaan KAT Provinsi Sumut...33

Tabel 2.2 Lokasi KAT Purna Bina di Provinsi Sumut...34

Tabel 3.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment...66

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...74

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama...75

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia...76

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...76

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku...77

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak...78

Tabel 5.7 Distribusi Responden Tentang Proses Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...79

Tabel 5.8 Distribusi Responden Tentang Pelaksanaan Pemukiman dan Perumahan di Desa Meranti Barat...79

Tabel 5.9 Distribusi Responden Tentang Pelaksanaan Sarana dan Prasarana Publik di Desa Meranti Barat...80

Tabel 5.10 Distribusi Responden Tentang Pelaksanaan Pendidikan di Desa Meranti Barat...81

Tabel 5.11 Distribusi Responden Tentang Bantuan Beasiswa Pendidikan yang diberikan Melalui Program KAT...81

Tabel 5.12 Distribusi Responden Tentang Pelaksanaan Pembangunan Sekolah di Desa Meranti Barat...82

Tabel 5.13 Distribusi Responden Tentang Pemberian Bantuan Bibit Tanaman...83

Tabel 5.14 Distribusi Responden Tentang Adanya Peningkatan Kesejahteraan Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...83

Tabel 5.15 Distribusi Responden Tentang Sosialisasi Pendidikan Anak di Desa Meranti Barat...84


(11)

x

Tabel 5.16 Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan Rapat atau Musyawarah

Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...85 Tabel 5.17 Distribusi Responden Tentang Partisipasi dalam Rapat Program

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil...85 Tabel 5.18 Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan dalam Proses

Pembangunan Perumahan dan Pemukiman di Desa Meranti Barat...86 Tabel 5.19 Distribusi Responden Tentang Program Wajib Belajar 9 Tahun...87 Tabel 5.20 Distribusi Responden Tentang Pelaksanaan Program Wajib Belajar

9 Tahun...88 Tabel 5.21 Distribusi Responden Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Sekolah...89 Tabel 5.22 Distribusi Responden Tentang Jumlah Guru yang Ada di Sekolah...90 Tabel 5.23 Distribusi Responden Tentang Kualitas/Cara Guru Mengajar di

Sekolah...91 Tabel 5.24 Distribusi Responden Tentang Pengetahuan Biaya Operasional

Sekolah...91 Tabel 5.25 Distribusi Responden Tentang Pemungutan Iuran Lain dari Sekolah...92 Tabel 5.26 Interpretasi Korelasi Koefisien Product Moment...94


(12)

xi

DAFTAR BAGAN


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Daftar Kuesioner

2. Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Variabel Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (x)

3. Lampiran 3 : Tabulasi Jawaban Variabel Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak (y)

4. Lampiran 4 : Nilai-Nilai r Product Moment


(14)

i ABSTRAK

HUBUNGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN DASAR ANAK DI DESA MERANTI BARAT KECAMATAN

SILAEN KABUPATEN TOBA SAMOSIR NAMA : TIKA SIMANJUNTAK

NIM : 110902096

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : AGUS SURIADI, S.SOS. M.SI

Keterpencilan membuat sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini masih ada yang menjalani kehidupan sangat memprihatinkan mereka sering disebut komunitas adat terpencil. Mereka mendiami tempat-tempat yang secara geografis relatif sulit dijangkau. Keterpencilan membuat mereka sangat terbatas dalam mengakses pelayanan sosial dasar, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan. Anak yang ada di komunitas adat terpencil tentunya memiliki hak sama seperti anak lainnya yaitu hak mendapat pendidikan dasar. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Pemenuhan hak pendidikan dasar anak dilihat dari terlaksananya program wajib belajar 9 tahun, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, ketersediaan guru serta biaya operasional sekolah. Melalui program pemberdayaan komunitas adat terpencil ini diharapkan dapat membawa perubahan yang baik dalam bidang pendidikan, karena nantinya anak akan menjadi generasi penerus bangsa.

Penelitian ini dilakukan di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir sebagai salah satu lokasi Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang diselenggarakan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara menggandeng pemerintah setempat dan instansi terkait. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan yang terdiri dari penyebaran kuesioner kepada responden sebanyak 20 orang sebagai sampel, wawancara dengan dinas pendidikan dan observasi.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hubungan program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan hak pendidikan dasar anak adalah hubungan rendah. Hal ini terbukti berdasarkan perhitungan korelasi product moment, dapat diketahui bahwa korelasi antara x dan y dengan N = 20 diperoleh nilai sebesar 0,291. Hal ini menunjukkan hubungan yang rendah, sesuai dengan pendapat Guiford dimana skala korelasi 0,20-0,399 hubungan rendah. Hubungan yang rendah tersebut disebabkan faktor ketersediaan sarana dan prasarana sekolah serta ketersediaan guru tidak memadai untuk dapat memenuhi hak pendidikan dasar anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupate Toba Samosir.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Komunitas Adat Terpencil, Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak


(15)

ii ABSTRAC

CORRELATION EMPOWERMENT PROGRAM OF TRADITIONAL REMOTE COMMUNITY WITH FULFILLMENT BASIC EDUCATION RIGHT OF

CHILDERN IN THE VILLAGE DESA MERANTI BARAT DISTRICT SILAEN REGENCY TOBA SAMOSIR

NAMA : TIKA SIMANJUNTAK

NIM : 110902096

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : AGUS SURIADI, S.SOS. M.SI

The remoteness makes some communities in Indonesia until now there are living a life very poor they are often called traditional remote community. They inhabit the places that are geographically relatively inaccessible. Remoteness makes them very limited in access to basic social services, the economy, politics, education, health. Children in traditional remote community must have the same rights as other children, namely the right to receive basic education. Constitution of the Republic Indonesia Year 1945 Article 31, paragraph 1 states that every citizen is entitled to education. Fulfillment of basic education rights of children seen from the implementation of the 9-year compulsory education, the availability of school facilities and infrastructure, the availability of teachers and school operating costs. Through a Empowerment Program for Traditional Remote Community is expected to bring a good change in education, because eventually the child will become the next generation.

This research study was held in the village of Sionom Hudon Selatan sub-district Parlilitan Regency Humbang Hasundutan as one of the location of Empowerment Program for Traditional Remote Community which taken by Agency of Social Welfare Province of North Sumatera coordinated with such local Regional Government and related agencies. Research study using descriptive method with qualitative approach. To obtain necessary data, this research study using data collection technique and field study which consists of questionnaire, interview and observation.

Based on the result has been done, can known that correlation Empowerment Program for Traditional Remote Community with fulfillment of basic education rights of children are low correlation. That is evidently based of calculation correlation product moment, can known correlation x and correaltion y with N= 20 obtainable value 0,291. That is show low correlation, based Guifordargument which correlation scale 0,20- 0,399 is low correlation. Low correlation caused the availability of school facilities and infrastructure factor and the availability of teachers not enough for comply basic education rights of children in the vilage of Meranti Barat.

Keywords: Empowerment, Traditional Remote Community,Fulfillment Basic Education Right of Childern


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya merupakan wilayah laut serta memiliki lebih dari 17.600 pulau terletak diantara dua samudra dan dua benua. Keadaan tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia. Dua pertiga wilayahnya merupakan wilayah laut dengan garis pantai 81.000 kilometer, luas wilayah peraian mencapai 5,9 juta kilometer persegi, serta wilayah Zone Economic Eksklusif (ZEE) 4 juta kilometer persegi. Oleh karena itu Indonesia dikenal sabagai negara yang kaya akan pulaunya. Namun kekayaan sumber daya alam tersebut tidak didukung oleh kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia di Indonesia tidak dapat memanfaatkan kekayaan sumber daya alam tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Faktanya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Negara Republik Indonesia telah meraih kemerdekaan selama 70 tahun lamanya tepatnya pada tahun 1945, namun sampai saat ini masih banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang terpencil. Keterpencilan tersebut membuat masyarakat tidak dapat berkembang menjadi lebih baik seperti masyarakat pada umumnya, dimana wilayahnya sangat terbatas dalam mengakses pelayanan sosial dasar, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan serta sarana publik menjadi sesuatu hal yang sangat langka unuk dirasakan oleh kelompok masyarakat ini.


(17)

2

Pemerintah Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam melakukan penanganan-penanganan wilayah secara geografis yang relatif sulit dijangkau. Dalam keadaan tersebut masih ada beberapa lokasi yang dihuni oleh masyarakat Indonesia yang disebut komunitas adat terpencil yang masih terisolir dari masyarakat lain yang ada di sekitarnya. Keberadaan Komunitas Adat Terpencil cenderung dianggap sebagai bagian pelengkap dari masyarakat pada umumnya. Fungsinya cenderung dijadikan sebagai kawasan khusus yang diperuntukkan bagi keperluan wisata dan untuk penelitian-penelitian yang sifatnya sosioantropologis. Keunikan dan keeksotisan adat istiadatnya hanya untuk tujuan ekonomis dengan melupakan pemenuhan hak-hanya sebagai komunitas yang harus dilindungi.

Data statistik tahun 2005 menunjukkan bahwa 65 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan, dimana 35%-nya masih hidup di wilayah terpencil. Dari angka tersebut dapat diperkirakan bahwa keberadaan masyarakat di wilayah terpencil akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan wilayah dalam skup yang lebih luas. Keberadaan masyarakat di wilayah terpencil - atau yang sekarang lazim disebut dengan istilah Komunitas Adat Terpencil tersebut pada umumnya berada pada kondisi miskin dan tidak sejahtera, serta jauh dari sentuhan pembangunan dan modernisasi. Hal tersebut disebabkan karena lemahnya sistem kebijakan pemerintah dalam hal pemerataan pembangunan. Komunitas adat terpencil menjalani kehidupan dalam kekhasan secara sosial, ekonomi, dan budaya, sehingga mudah dibedakan dengan masyarakat yang relatif lebih maju 12:19 WIB).


(18)

3

Sesuai dengan Kepres R.I Nomor 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Sosial Komunitas Adat Terpencil, yang dimaksud dengan Komunitas Adat Terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi, maupun politik. Komunitas Adat Terpencil menjalani kehidupan yang sangat sederhana serta mempertahankan cara-cara tradisional. Mereka hidup dengan sistem ekonomi yang lebih bersifat subsistem, yaitu melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja (Departemen sosial RI, 2002)

Berdasarkan data Kementerian Sosial untuk data komunitas adat terpencil di Indonesia tahun 2014 tersebar di 22 provinsi, 63 kabupaten, 80 kecamatan 83 desa dan 105 lokasi permukiman. Populasi Komunitas Adat Terpencil di Indonesia masih sangat besar yaitu sebanyak 213.087 kepala keluarga. Dari jumlah tersebut populasi yang sudah diberdayakan berjumlah 94.272 kepala keluarga (44%), sedangkan yang belum diberdayakan sama sekali berjumlah 114.004 kepala keluarga (56%), dan target pemberdayaan 2014 yaitu sebanyak 4.861 kepala keluarga (4%). Berdasarkan data ini kita bisa melihat bahwa sesungguhnya lebih dari setengah populasi Komunitas Adat Terpencil di seluruh Indonesia belum diberdayakan.( Seminar. Pemutahiran Data Nasional Komunitas Adat Terpencil 2015-2019. 2014.)

Jumlah populasi komunitas adat terpencil yang belum diberdayakan masih cukup tinggi, hampir setengah dari populasi komunitas adat terpencil di Indonesia. Program-program yang dilakukan pemerintah belum cukup untuk menjamah semua wilayah komunitas adat terpencil salah satu program tersebut yaitu program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Untuk itu perlunya kerjasama


(19)

4

dari berbagai pihak yang melibatkan instansi/dinas, perlu dilakukan koordinasi dan integritas program melalui kerjasama intern maupun lintas sektor terkait dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi sosial guna memaksimalkan program bantuan maupun pemberdayaan.

Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu instansi pemerintah yang ikut berperan serta sangat besar dalam melaksanakan program pemberdayaan komunitas adat terpencil, khususnya komunitas adat terpencil yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Lingkup dari program pemberdayaan komunitas adat terpencil yang diselenggrakan oleh dinas kesejahteraan dan sosial yakni penataan perumahan dan pemukiman, kehidupan beragama, administrasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan sosial. Adapun yang menjadi rencana lokasi pemberdayaan komunitas adat terpencil di Sumatera diantaranya yaitu; Dusun III Pansur Natolu, Desa Dolok Pantis, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah, Huta Godang& lumban sihobuk, Desa Liat Tondung, Kecamatan Nassau, Kabupate toba samosir; Huta tinggi saribu, Desa Bahapal Raya, kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. (Direktorat Pemberdayaan KAT,2014)

Kementerian Sosial menjadikan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil menjadi sebagian program prioritas untuk tahun 2015. Perhatian khusus akan diberikan bagi masyarakat yang umumnya tinggal secara terpisah-pisah. Ditemukan ada banyak titik di Indonesia tempat hunian Komunitas Adat Terpencil. Apabila masyarakat yang tempat tinggalnya terpisah-pisah tersebut memiliki keinginan untuk hidup secara berkelompok, tentu pemerintah akan lebih mudah dalam melaksanakan program pemberdayaan komunitas adat terpencil.


(20)

5

Dewasa ini masalah-masalah yang dialami oleh Komunitas Adat Terpencil tidak hanya menjadi persoalan nasional, akan tetapi sudah menjadi persoalan global. Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1995 telah mengeluarkan Declaration on the Rights of Indigenous Peoples sebagai landasan moral bagi setiap negara dalam rangka memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap komunitas adat terpencil. Selain PBB, ada juga Konvensi International Labour Organization (ILO) Nomor 169 Tahun 1989 mengenai Masyarakat Hukum Adat dalam pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab untuk mengembangkan, dengan keikutsertaan masyarakat terkait, tindakan terkoordinasi dan sistematis untuk melindungi hak-hak masyarakat tersebut dan untuk menjamin rasa hormat terhadap integritas mereka.

Sebagai sebuah komunitas mereka mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana warga negara lainnya. Keberadaan yang terisolasi bukanlah halangan untuk adanya persamaan hak dan kewajiban. Sebagai warga negara, komunitas adat terpencil memiliki hak untuk hidup sejahtera, hak memperoleh pendidikan, hak memperoleh pelayanan sosial dasar, hak partisipasi dalam pembangunan dan hak perlindungan dari berbagai kondisi yang mengganggu, baik secara sosial, budaya, ekonomi, hukum maupun politik. Berbagai hak yang dimiliki komunitas adat terpencil tersebut perlu mendapatkan perhatian dan perlakukan dari pemerintah secara wajar, sebagaimana perilaku negara dalam memenuhi hak-hak warga negara pada umumnya. Perhatian Negara terhadap komunitas adat terpencil ini merupakan implementasi dari kewajiban Negara dalam memenuhi kesejahteraan seluruh warga negaranya.


(21)

6

Salah satu hak masyarakat yang penting untuk diperhatikan yaitu bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting di masa sekarang ini karena sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan kebutuhan yang penting untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan setiap manusia memerlukan pendidikan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usia, bakat, minat dan kecerdasannya. Pendidikan wajib diberikan kepada seluruh masyarakat, tidak terkecuali masyarakat yang hidup di daerah terpencil. Lokasi daerah yang terpencil dan jauh dari kota tidak menjadi alasan bagi mereka untuk tidak mendapat pendidikan yang layak. Sehingga tujuan negara yang tercantum dalam Pembukan UUD 1945 alinea IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud secara adil dan merata.

Pendidikan sangat berkaitan erat dengan kemiskinan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemiskinan sudah pasti mempengaruhi pendidikan masyarakat, dimana masyarakat miskin sangat rentan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat untuk belajar, kurangnya rasa keingintahuan, lingkungan yang tidak mendukung untuk memperoleh pendidikan, serta biaya pendidikan yang relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat miskin dan kurang mampu.

Pendidikan juga mempengaruhi kemiskinan. Pendidikan perlu diperhatikan sebab pendidikan sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan masyarakat yang tinggi akan menekan tingkat kemiskinan masyarakat sebab orang yang berpendidikan akan berpikiran lebih maju, rasa ingin tahu yang tinggi, tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga dapat menekan angka pengangguran.


(22)

7

Masyarakat yang berpendidikan juga sudah pasti dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera, karena dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Sebaliknya, apabila masyarakat berpendidikan rendah tentu mereka tidak dapat berpikiran lebih maju dan tidak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu, artinya tidak memiliki minat untuk memenuhi kebutuhan dasar secara layak dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik yang berujung pada tingkat kesejahteraan yang rendah.

Anak sebagai penentu masa depan bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan yang tinggi akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang kurang berkualitas. Generasi bangsa yang berkualitas ini tentu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Generasi ini juga menentukan kestabilan pembangunan nasional yaitu dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, anak sudah seharusnya memperoleh pendidikan yang layak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Hal ini sangat mendukung betapa pentingnya pendidikan diberikan kepada anak sebagai generasi penerus bangsa dalam menentukan masa depan bangsa yang lebih baik dan lebih maju.


(23)

8

Pendidikan bagi setiap manusia termasuk warga komunitas adat terpencil adalah hak asasi yang dijamin oleh konstitusi. Untuk itu pendidikan merupakan kebutuhan yang penting untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kehidupannya, karena setiap manusia memerlukan pendidikan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usia, bakat, minat dan kecerdasannya. Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Meranti Barat merupakan salah satu lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang ada di Sumatera Utara. Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 telah melakukan pemetaan sosial serta studi kelayakan pada desa ini kemudian dilaksanakan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan sampai pada tahap terminasi pada tahun 2014 dengan menggandeng pemerintah setempat dan instansi terkait. Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh supervisor Pemberdayaan komunitas adat terpencil Kementerian Sosial RI, peneliti dari Universitas Sumut, anggota Dinkessos Sumut dan Kabupaten Toba samosir beserta dinas kehutanan maka Desa meranti barat ditetapkan sebagai komunitas adat terpencil.


(24)

9

Terisolasinya Desa Meranti Barat ini otomatis dapat menghambat pembangunan nasional, salah satunya yaitu pada bidang pendidikan anak. Akses Pendidikan anak yang ada di Desa Meranti Barat termasuk pendidikan yang cukup memprihatinkan. Di desa Meranti Barat hanya terdapat satu sekolah dasar yang terdiri dari tiga kelas dan sudah menyelenggarakan pelayanan pendidikan sampai kelas enam. Untuk menuju jenjang pendidikan berikutnya biasanya anak-anak desa akan bersekolah di luar desanya dan paling tidak bersekolah di dekat wilayah kecamatan Silaen atau ke Balige dan biasanya anak-anak tersebut akan tinggal dengan keluarganya yang berada di tempat tersebut. Selain itu kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai serta ketidaksediaan maupun kerusakan gedung-gedung sekolah, fasilitas dan kekurangan jumlah guru yang memiliki kualifikasi yang menyebabkan kualitas pendidikan anak di Desa Meranti Barat rendah.

Melalui program pemberdayaan komunitas adat terpencil, diharapkan mampu membawa perubahan pendidikan anak ke arah yang lebih baik. Terlaksananya program pendidikan komunitas adat terpencil ini otomatis berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak. Tujuan dari program pendidikan komunitas adat terpencil tersebut mengarah pada pemenuhan hak pendidikan dasar anak di Desa Meranti Barat. Pemenuhan hak pendidikan dasar anak tersebut meliputi program wajib belajar 9 tahun, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, ketersediaan guru dan biaya operasional gratis.

Anak merupakan individu yang nantinya kelak menjadi generasi muda yang melakukan pembaharuan di berbagai bidang pembangunan nasional. Untuk itu pendidikan sudah menjadi hak yang mutlak dimiliki oleh anak. Bagaimana


(25)

10

mungkin anak di Desa Meranti Barat mendapatkan pendidikan yang maksimal jika dalam suatu sekolah hanya memiliki tiga kelas dan memiliki guru yang snagat terbatas. Dengan terlaksananya program pemberdayaan komunitas adat terpencil, maka penulis tertarik untuk mengetahui adakah hubungan dari program pemberdayaan komunitas adat terpencil terhadap pendidikan anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Penulis tertarik untuk meneliti dan menyusun ke dalam bentuk skripsi yang berjudul “Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Dasar Anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka peneliti merumusakan masalah sebagai berikut: “Bagaimana hubungan program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan hak pendidikan anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan hak pendidikan dasar anak di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir.


(26)

11

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka:

1. Menjadi referensi dalam rangka mengembangkan konsep-konsep, teori-teori pemberdayaan masyarakat khususnya pemberdayaan bagi komunitas adat terpencil.

2. Lebih memahami keterkaitan antara program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan pendidikan dasar anak

3. Memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai pemberdayaan komunitas adat terpencil serta dapat menjadi referensi dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil di berbagai wilayah di Indonesia.

1.4 Sistematika Penulisan

Rencana dan hasil penelitian ini akan dilaporkan menurut sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional


(27)

12

Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisi data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisi tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian yang turut memperkaya karya ilmiah.

BAB V :ANALISI DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisinya.

BAB VI : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(28)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan

Kata hubungan berasal dari bahasa Inggris yaitu correlation. Hubungan yaitu kesinambungan interaksi antara dua atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan terjadi dalam setiap proses kehidupan manusia. Secara garis besar , hubungan terbagi menjadi hubungan positif dan negatif. Hubungan positif terjadi apabila kedua pihak yang berinteraksi merasa saling diuntungkan satu sama lain dan ditandai dengan adanya timbal balik yang serasi. Sedangkan, hubungan yang negatif terjadi apabila suatu pihak merasa sangat diuntungkan dan pihak yang lain merasa dirugikan. Dalam hal ini, tidak ada keselarasan timbal balik antara pihak yang berinteraksi.

2.2 Masyarakat

Istilah masyarakat berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi atau musyaraka yang berarti saling bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang sebelumnya berasal dari kata latin socius,berarti kawan. Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi (Koentjaraningrat,2002:143).

Masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia


(29)

14

menunjukkan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekolompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses-(nya) yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antarmanusia, maka di dalamnya ada yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat diambil cotoh tentang masyarakat pegawai negeri sipil, masyarakat ekonomi, masyarakat, mahasiswa dan sebagainya (Syani dalam Bastowi, 2005:37)

(Soekanto dalam Bastowi, 2005:38) menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu sebagai berikut:

a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritis angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti kursi, meja dan sebagainya, karena berkumpulnya manusia akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mempunyai keinginan-keinginan untuk meyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaan. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah


(30)

15

peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oeleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

2.3 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.3.1 Kebijakan Publik

Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintah, bukan saja dalam arti goverment yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula govermance yang menyeluruh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial, dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara.

Banyak defenisi mengenai kebijakan publik. Sebagian ahli memberi pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan sesuatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak bagi kehidupan warganya. Kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian mengenai “whatever goverment choose to do or not to do.” Artinya kebijakan publik adalah “apa saja yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.” (Brigdman dan Davis, dalam Suharto, 2009:3)


(31)

16

Tidak berarti bahwa dalam kebijakan hanyalah milik atau domain pemerintah saja. Organisasi non pemerintah, organisasi sosial dan lembaga-lembaga sukarela lainnya memiliki kebijakan-kebijakan pula. Namun, kebijakan mereka tidak dapat diartikan sebagai kebijakan publik karena kebijakan mereka tidak memakai sumber daya publik atau tidak memiliki legalitas hukum sebagaimana kebijakan lembaga pemerintah.

Kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut (Hogwood dan Gunn, dalam Suhartono, 2009:5):

1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai.

2. Proposal tentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang telah dipilih.

3. Kewenanangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah. 4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan

sumberdaya lembaga dan strategi pencapaian tujuan.

5. Keluaran, yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah sebagai produk dari kegiatan tertentu.

6. Teori yang menjelaskan bahwa jika melakukan X maka diikuti oleh Y. 7. Proses yang panjang dalam periode waktu tertentu yang relatif panjang.

Brigdman dan Davis menerangkan bahwa kebijakan publik sedikitnya memiliki tiga dimensi yang salung bertautan, yakni:

1. Kebijakan publik sebagai tujuan

Kebijakan adalah a means to an end yaitu alat untuk mencapai sebuah tujuan. Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian tujuan publik.


(32)

17

Artinya, kebijakan publik adalah adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen pemerintah.

2. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal

Melalui kebijakan-kebijakan, pemerintah membuat ciri khas kewenangannya. Artinya, kompleksitas dunia politik disederhanakan menjadi pilihan-pilihan tindakan yang sah dan legal untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan kemudian dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan resmi terhadap isu atau masalah publik.

3. Kebijakan publik sebagai hipotesis

Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi mengenai perilaku. Kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakan selalu memuat disinsetif yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu.

2.3.2 Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Menurut Watts, Dalton dan Smith secara singkat kebijakan sosial menunjukkan pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian beragam tunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial lainnya (Suharto, 2007:10).


(33)

18

Kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori yakni:

1. Peraturan perundang-undangan yakni pemerintah memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan publik yang mengatur pengusaha, lembaga pendidikan, perusahaan swasta agar mengadopsi ketetapan-ketetapan yang berdampak langsung pada kesejahteraan.

2. Program pelayanan sosial yakni sebagian besar kebijakan diwujudkan dan diaplikasikan dalam bentuk pelayanan sosial yang berupa bantuan barang, tunjangan uang, perluasan kesempatan, perlindungan sosial.

3. Sistem perpajakan yakni dikenal sebagai kebijakan fiskal, selaian sebagai sumber utama pendanaan kebijakan sosial, pajak juga sekaligus merupaka instrumen kebijakan yang bertujuan langsung mencapai distribusi pendapatan yang adil. Di negara-negara maju bantuan publik dan asuransi sosial adalah dua bentuk jaminan sosial yang dananya sebagian berasal dari pajak. (Suharto, 2007:11)

Kebijakan sosial dan kebijakan publik yang penting dinegara-negara maju atau modern dan demokratis, semakin maju dan modern suatu negara maka semakin tinggi perhatian negara tersebut terhadap pentingnya kebijakan sosial. Sebaliknya di negara-negara miskin dan otoriter kebijakan sosial kurang mendapat perhatian. Kebijakan sosial pada hakekatnya merupakan kebijakan publik dalam bidang kesejahteraan sosial. Dengan demikian makna dari kebijakan sosial adalah kebijakan publik, sedangkan pada makna sosial adalah menunjuk pada bidang-bidang atau sektor yang menjadi garapannya yaitu bidang kesejahteraan sosial.


(34)

19

Ada dua pendekatan dalam mendefenisikan kebijakan sosial sebagai sebuah kebijakan publik yaitu pendekatan pertama mendefenisikan kebijakan sosial sebagai seperangkat kebijakan negara yang dikembangkan untuk mengatasi masalah sosial melalui pemberian pelayanan sosial, dan jaminan sosial.

Pendekatan kedua mendefenisikan kebijakan sosial sebagai disiplin studi yang mempelajari kebijakan-kebijakan kesejateraan, perumusan dan konsekuensinya. Meskipun kedua pendekatan ini memiliki orientasi yang berbeda baik sebagai ketetapan pemerintah maupun sebagai bidang studi keduanya memiliki atau menekankan bahwa kebijakan sosial adalah salah satu kebijakan publik yang menyangkut pembangunan kesejahteraan sosial (Spicker, Bregman dan Davis dalam Suharto, 2007:11-12)

2.4 Komunitas Adat Terpencil

Komunitas adat terpencil merupakan salah satu dari 26 penyandang masalah kesejahteraan sosial yang memerlukan perhatian dan bantuan khusus oleh negara. Berbicara mengenai komunitas adat terpencil maka terdapat banyak persepsi dan pandangan mengenai defenisi komunitas adat terpencil. Berawal pada pada tahun 1973 dikenal dengan sebutan suku terasing kemudian pada tahun 1994 dikenal sebagai masyarakat terasing sampai pada tahun 1999 menjadi Komunitas Adat Terpencil dengan perubahan pola karakteristiknya. Terdapat perbedaan sosial budaya Komunitas Adat Terpencil dengan sosial budaya masyarakat Indonesia pada umumnya. Perbedaan tersebut menempatkan Komunitas Adat Terpencil sebagai komunitas yang menjalani kehidupan secara tradisional sedangkan masyarakat indonesia pada umumnya menjalani kehidupan secara modern.


(35)

20

Komunitas Adat Terpencil merupakan kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial,ekonomi maupun politik dengan tujuh kriteria,antara lain berbentuk komunitas relatif kecil, tertutup, dan homogen. Pada umumnya terpencil secara geografis dan secara sosial budaya tertinggal dengan masyarakat yang lebih luas dan masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem. (Departemen Sosial RI,2003)

Kondisi faktual di Indonesia saat ini, menunjukkan bahwa suatu entitas dapat disebut sebagai warga komunitas adat terpencil apabila memiliki karakteristik dan kategori sebagai berikut:

1. Karakteristik

Menunjukkan adanya ciri-ciri tertentu yang bersifat khas (khusus), yang membedakannya dengan entitas lain. Walaupun perbedaan kuantitas dan kualitasnya hanya sedikit, namun tetap terukur sehingga secara kasat mata hampir tidak diketahui perbedaannya dengan entitas disekitarnya. Oleh karena itu karakteristik bukanlah ukuran yang bersifat statis melainkan haruslah ditinjau sebagai entitas yang bersifat dinamis. Atas dasar itu, maka keberadaan Komunitas Adat Terpencil tercermin dari karakteristik sebagai berikut sesuai dengan Kepres RI nomor 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil:

a. Berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogen. Komunitas Adat Terpencil umumnya hidup dalam kelompok kecil dengan tingkat komunikasi yang


(36)

21

terbatas dengan pihak luar. Disamping itu kelompok komunitas ada terpencil hidup dalam satu kesatuan suku yang sama dan bersifat tertutup.

b. Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan. Pranata sosial yang ada dan berkembang dalam Komunitas Adat Terpencil pada umumnya bertumpu pada hubungan kekerabatn dimana kegiatan mereka sehari-hari masih didasarkan pada hubungan ikatan tali darah dan perkawinan. Pranata sosial yang ada tersebut meliputi antara lain pranata ekonomi, pranata kesehatan, pranata hukum, pranata agama, pranata kepercayaan, pranata politik, pranata pendidikan, pranata ilmu pengetahuan, pranata ruang waktu, pranata hubungan sosial, pranata kekerabatan, pranata sistem organisasi sosial.

c. Terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau. Secara geografis Komunitas Adat Terpencil umumnya berada di daerah pedalaman, hutan, pegunngan, perbukitan, laut, rawa, daerah pantai, yang sulit dijangkau. Kesulitan ini diperkuat oleh terbatasnya sarana dan prasarana transportasi, baik ke ataupun dari kantong Komunitas Adat Terpencil. Kondisi ini mempengaruhi dan menghambat upaya pemerintah dan pihak luar dalam memberikan pelayanan pembangunan secara efektif dan terpadu.

d. Masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem. Aktivitas kegiatan ekonomi warga Komunitas Adat Terpencil sehari-hari hanya sebatas memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri (kebutuhan sehari-hari).

e. Peralaan dan teknologinya sederhana. Dalam upaya memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari baik dalam kegiatan pertanian, berburu maupun kegiatan lainnya. Komunitas Adat


(37)

22

Terpencil masih menggunakan peralatan yang sederhana yang diwariskan secara turun temurun.

f. Ketergantungan kepada sumber daya alam dan lingkungan relatif tinggi. Kehidupan Komunitas Adat Terpencil sangat menggantungkan kehidupan kesehariannya baik itu fisik, mental dan spiritual pada lingkungan alam seperti umumnya aktivitas keseharian warga berorientasi pada kondisi alam atau berbagai kejadian dan gejala alam.

g. Terbatasnya akses pelayanan sosial,ekonomi dan politik. Sebagai konsekuensi logis dari keterpencilan, akses berbagai pelayanan sosial ekonomi dan politik yang tersedia dilokasi atau disekitar lokasi tidak ada atau sangat terbatas sehingga meyebabkan sulitnya warga Komunitas Adat Terpencil untuk memperolehnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Kategori Komunitas Adat Terpencil

Terdapat tiga kategori Komunitas Adat Terpencil yang digunakan untuk menetapkan status ketertinggalan suatu daerah dalam kontinum peradaban masa kini, yaitu:

a. Kategori I

Warga Komunitas Adat Terpencil ini pada umumnya hidup dengan cara berburu dan meramu dari berbagai potensi sumber daya alam setempat. Warga Komunitas Adat Terpencil ini biasanya masih hidup dalam kondisi yang sangat sederhana, belum mengenal teknologi, menggunakan alat kerja yang terbatas di lingkungan mereka yang diperoleh secara turun-temurun, hidp masih berpencar


(38)

23

dan berpindah dalam jumlah yang masih sangat kecil, beum ada kontak/ interaksi dengan dunia luar dari komunitas mereka, komunitas yang hanya dapat diketahui oleh kelompok/etnis mereka sendiri. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada kategori I ini dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun berurut-turut.

b. Kategori II

Warga Komunitas Adat Terpencil ini pada umumnya hidup dengan cara peladang berpindah yang menjadi wilayah orbitasinya dalam mempertahankan hidup. Mereka masih menggunakan teknologi sangat sederhana yang didapat dari luar komunitas mereka. Hidup masih berpencar dan berpindah dalam jumlah kecil pada orbitasi tertentu. Namun mereka sudah mengadakan interaksi atau kontak dengan dunia luar dan mulai mengeal sistem bercocok tanam. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada kategori II ini dilaksanakan selama 2 tahun berturut-turut.

c. Kategori III

Warga Komunitas Adat Terpencil ini pada umumnya hidup dengan cara bertani dan /atau berkebun. Mereka sudah hidup menetap di tempat tertentu dan untuk kehidupan keseharian sudah ada kontak/interaksi dengan warga lainnya diluar komunitas mereka, berkelompok dalam jumlah lebih besar, sudah mengenal teknologi sederhana yang diperoleh dari luar komunitas mereka, sudah ada interaksi dengan komunitas dari luar komunitas mereka, sudah ada interaksi dengan komunitas yang ada di luar komunitas mereka, mulai mengenal sistem bercocok tanam dengan bibit yang didapat/ dicari sendiri dari lingkungan serta mulai melemahnya peran tokoh adat dalam kehidupan kemasyarakatan.


(39)

24

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada kategori III dilaksanakan selama 1 tahun (Kementerian Sosial, 2012)

Permasalahan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Permasalahan Internal:

a. Kesenjangan sistem sosial budaya dengan masyarakat pada umumnya. b. Ketertinggalan dalam sistem sosial, teknologi dan ideologi.

c. Pemenuh kebutuhan dasar (basic human needs) seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan, agama, pekerjaan, rasa aman masih jauh dari memadai.

d. Belum atau sangat sedikit menerima pelayanan pembangunan sehingga kebijaksanaan pemetaan pembangunan belum dapat menjangkau mereka. e. Pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya alam serta manusia dalam

kegiatan produksi belum efesien/optimal.

f. Belum sepenuhnya terjadi integrasi sosial ke dalam sistem kemasyarakatan sekitarnya.

g. Dapat mengurangi citra keberhasilan pembangunan karena masih adanya kesenjangan yang begitu besar.

Permasalahan Eksternal

a. Kurang akuratnya data tentang Komunitas Adat Terpencil dengan berbagai latar belakang sosial budayanya.

b. Terbatasnya pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai sosial budaya dan aspirasi KAT yang menjadi sasaran program


(40)

25

c. Belum mantapnya keterpaduan pemberdayaan KAT dengan instansi sektoral melalui Forum Koordinasi atau Kelompok Kerja baik di tingkat pusat maupun daerah.

d. Jumlah dan kualitas Pendamping Sosial belum seimbang dengan jumlah populasi dan kebutuhan pendamping di lokasi KAT.

e. Rendahnya pertisipasi dan kualifikasi tenaga lapangan (Pendamping Sosial), Orsos dan Lembaga Swadaya Masyarakat dirasakan masih belum profesional dan efektif.

f. Pengembangan program melalui rekayasa sosial budaya KAT yang masih sangat memerlukan pendekatan khusus.

g. Dana yang dialokasikan untuk pemberdayaan potensi dan sumber kesejahteraan sosial KAT relatif kecil dan tidak seimbang dengan bobot permasalahan.

h. Belum efektifnya tindak lanjut pemberdayaan KAT yang telah dialihkan kepada Pemda setempat sehingga hasil guna yang diharapkan sebelumnya belum dapat dimaksimalkan.

2.5 Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

2.5.1 Pengertian Program

Program adalah produk yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perencanaan, program dapat juga diartian sebagai pernyataan tertulis mengenai: a. Situasi wilayah


(41)

26 c. Tujuan yang ingin dicapai

d. Cara mencapai tujuan, yaitu perencanaan kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan dilakukan, bagaimana cara melakukan, mengapa dilakukan, dan di mana hal tersebut dilakukan.

Perencanaan program merupakan upaya perumusan, pengembangan dan pelaksanaan program-program. Disebutksn pula bahwa perencanaan program merupakan merupakan proses yang berkelanjutan melalui semua warga masyarakat,penyuluh, dan para ilmuan untuk memusatkan pengetahuan dan keputusan-keputusan dalam mencapai pembangunan yang lebih terarah dan mantap (Martinez,dalam Setiana 2005:70)

2.5.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentinnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai objek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyrakat secara umum (Setiana,2002:5)

Pemberdayaan mengandung arti adanya pemberian kewenangan dan kepercayaan kepada masyarakat setempat untuk menentukan sendiri nasib dan berbagai bentuk program kegiatan pembangunan serta kebutuhan mereka melalui


(42)

27

uaya perlindungan, penguatan, pengembangan, konsultasi dan advokasi guna peningkatan taraf kesejahteraan sosialnya (Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No:06/PEGHUK/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil).

Pada dasarnya, memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat (Kartasasmita,1996).

Upaya pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya selalu dihubungkan dengan karakteristik sasaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai ciri, latar belakang, dan budaya tertentu. Sebagai contoh, upaya pemberdayaan pada masyarakat petani tidak sama dengan pemberdayaan pada masyarakat nelayan, walaupun tujuan pemberdayaan adalah sama. Dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah dimulai dengan bagaimana cara menciptakan kondisi, suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.

Upaya pemberdayaan masyarakat juga dapat dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaa sebagai suatu program dimana pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Misalnya, program pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan jangka waktu 1, 2 ataupun 5 tahun. Konsekuensi dari hal ini, bila program itu selesai,


(43)

28

dianggap pemberdayaan sudah selesai dilakukan. Hal seperti ini banyak terjadi dengan sistem pembangunan berdasarkan proyek yang banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, dimana proyek yang satu dan yang lainnya kadangkala tidak berhubungan, bahkan tidak saling mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh bagian yang lain, meskipun itu dalam satu lembaga yang sama (Rukminto,2008:83)

2.5.3 Ruang Lingkup Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Departemen Sosial melalui Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil menyelenggarakan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Program ini telah mampu mengangkat derajat kehidupan sebagian warga Komunitas Adat Terpencil di berbagai daerah. Bahkan beberapa lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil ada yang sudah terbentuk dusun dan menjadi sentra pertanian. Fokus pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil lebih difokuskan untuk membangun kapasitas dan komitmen (capacity and commitment building) para warga Komunitas Adat Terpencil. Dengan demikian untuk menjadi warga Komunitas Adat Terpencil tidak hanya potensi intelektual saja yang dibutuhkan tetapi juga aspek sikap dan mental warga itu sendiri untuk bekerjasama dan tinggal di lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil adalah upaya peningkatan dan pengembangan kompetensi dan kapabilitas sumber daya manusia di lokasi komunitas adat terpencil, guna terciptanya kemandirian dan terpenuhinya hak-hak warga setempat dalam menjalankan kehidupannya. (Kementerian Sosial RI,2012)


(44)

29

Program pemberdayaan komunitas adat terpencil merupakan program yang diarahkan pada upaya pemberian kewenangan dan kepercayaan kepada masyarakat dengan kategori terpencil. Melalui program ini diharapkan masyarakat dapat menemukan masalah dan kebutuhan beserta upaya pemecahannya berdasarkan kekuatan dan kemampuannya sendiri, sehingga tercipta peningkatan mutu hidup, terlindungi hak dasarnya serta terpeliharanya budaya lokal

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial No. 020.A/PS/KPTS/VI/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dikatakan bahwa Pemberdayaan Komuitas Adat Terpencil (PKAT) merupakan salah satu bentuk kepedulian dan komitmen pemerintah dalam mempercepat proses pembangunan pada mereka yang masih belum tersentuh proses pembangunan nasional yang umumnya berada pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Departemen Sosial, melalui program KAT mengkhususkan memberdayakan mereka agar bersama-sama dengan masyarakat Indonesia lainnya ikut dalam proses pembangunan sebagaimana yang dicita-citakan dalam amanat UUD 1945.

2.5.4 Tujuan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil bertujuan untuk memberdayakan Komunitas Adat Terpencil dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan agar mereka dapat hidup secara wajar baik jasmani, rohani dan sosial sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan, yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan adat istiadat setempat. Maka untuk mencapai tujuan tersebut maka Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pemerintah baik pusat maupun daerah dan atau


(45)

30

masyarakat. (KEPRES RI NO 111 TAHUN 1999 DAN KEPMENSOS RI NOMOR 06/PEGHUK/2002)

Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT) diwujudkan melalui pembangunan sarana jalan, sekolah, pemukiman, pelatihan dan bantuan ekonomi produktif. Pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan KAT dalam aspek jasmani, rohani, dan sosial.

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil adalah terwujudnya kemandirian warga yang dapat memberdayakan sumber daya yang ada dalam dirinya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya.

Untuk mewujudkan tujuan umum tersebut, maka pemberdayaan warga Komunitas Adat Terpencil diarahkan pada tujuan khusus sebagai berikut:

a. Terwujudnya pemahaman yang sama di antara warga Komunitas Adat Terpencil terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil agar warga Komunitas Adat Terpencil dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai manusia dan sebagai warga negara RI.

b. Terciptanya warga Komunitas Adat Terpencil yang dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam kehidupan sehari-hari

c. Meningkatnya keterampilan warga Komunitas Adat Terpencil secara optimal sesuai dengan potensi yang tersedia. (Kementerian Sosial RI,2012)

2.5.5 Sasaran Program Komunitas Adat Terpencil

1. Komunitas Adat Terpencil yang belum dan yang sedang diberdayakan 2. Masyarakat disekitar lokasi permukiman sosial


(46)

31

3. Instansi terkait, lembaga sosial kemasyarakatan, perorangan (pakar, praktisi atau pemerhati) dan dunia usaha.

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Nomor 020A/PS/KPTS/VI/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, maka pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dilakukan dalam lingkup :

1. Penataan perumahan dan permukiman, meliputi : a. Penataan pembanguna rumah sederhana

b. Penaatan pembangunan sarana lingkungan sosial yang dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi objektif setempat secara cermat

2. Administrasi kependudukan, meliputi : a. Pendataan penduduk

b. Pembuatan KTP

c. Pengenalan administrasi pemerintahan 3. Kehidupan beragama, meliputi :

a. Pelayanan kerukunan kehidupan beragama

b.Bantuan paket-paket buku agama dan sarana-sarana kepercayaan masing-masing

4. Pendidikan, meliputi :

a. Pendidikan dasar yang berbasiskan pengetahuan lokal b. Kejar Paket A dan Kejar Paket B

c. Beasiswa bagi warga KAT yang berkeinginan melanjutkan pendidikan formal


(47)

32 a. Pelayanan kesehatan dasar

b. Pelayanan kesehatan lingkungan (sanitasi) 6. Peningkatan pendapatan, meliputi :

a. Tanaman pangan b. Perkebunan c. Perikanan d. Peternakan

7. Kesejahteraan sosial, meliputi : a. Penyuluhan dan Bimbingan Sosial b. Perlindungan hak-hak KAT, meliputi :

1. Hak atas tanah

2. Hak akan adat-istiadat 3. Hak akan hukum adat

a. Bantuan/ fasilitas pemberdayaan SDM, usaha dan lingkungan sosial serta jaminan sosial kemasyarakatan

b. Pelayanan sosial yang meliputi penangan masalah-masalah kesejahteraan sosial yang rentan dalam warga KAT

c. Pengembangan organisasi lokal, jaringan kerja dan pranata adat, meliputi :

1. Pemahaman tentang organisasi kelompok

2. Pembuatan akses untuk kontak sosial dengan warga diluar KAT d. Penguatan ekonomi KAT, meliputi :

1. Pelatihan keterampilan dasar 2. Usaha ekonomis produktif


(48)

33

e. Peningkatan peran perempuan KAT, meliputi :

1.Pelibatan perempuan KAT dalam proses kegiatan pembangunan di lokasi KAT

2.Penguatan kepada keikutsertaan perempuan KAT dalam menentukan arah kegiatan yang dilaksanakan di lokasi KAT

f. Generasi muda, meliputi :

1. Pelatihan keterampilan berdasarkan kepada potensi yang ada 2. Pelatihan kader pembangunan KAT

3.Pembentukan organisasi pemuda KAT yang berorientasi kepada peningkatan UKS.

2.5.6 Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Sumatera Utara Tahun 2015

Tabel 2.1

Rencana Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Provinsi Sumatera Utara tahun 2015

NO PROVINSI LOKASI PKAT

JUMLA

H (KK) KET

1 Sumatera Utara Pemberdayaan Tahun I

1. Lok Dusun II Pansur Natolu,Ds.Dolok, Kec.Sorkam,Kab.Tapanuli Tengah Pemberdayaan Tahun II

50 BBR

1. Lok. Huta Godang &Lumban Shobuk, Ds Liat Tondung, Kec.Nassau,Kab Toba Samosir

50

2. Lok. Huta Tinggi Saribu, Ds. Bahapal Raya, Kab.Simalungun


(49)

34

sumber: Direkorat Pemberdayaan KAT, Kementeria Sosial RI,2014

Tabel 2.2

lokasi Komunitas Adat Terpencil Purna Bina di Provinsi Sumatera Utara

tahun 2015

NO PROVINSI LOKASI PKAT

JUMLAH

(KK)

TAHUN

AWAL

TAHUN

AKHIR

1 Sumatera Utara 2 Lokasi Huta Tonga-Tonga,

Desa Meranti Barat, Kecamatan Silaen,Kab.Tobasa

50 2013 2014

sumber: Direkorat Pemberdayaan KAT, Kementeria Sosial RI,2014

2.5.7 Tahapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

I.Tahapan Persiapan Pemberdayaan a.Tujuan

Persiapan pemberdayaan ditujukan untuk mempersiapkan kondisi yang kondusif bagi warga KAT untuk melakukan transformasi sosial yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan warga KAT.

a. Kegiatan yang dilaksanakan

Kegiatan yang dilakasanakan dalam tahap persiapan meliputi :

1. Pemetaan sosial adalah suatu kegiatan awal untuk menemukenali sekaligus menghimpun data etnografi KAT secara keseluruhan dalam suatu wilayah untuk mendapatkan data awal tentang suatu komunitas.

a. Waktu : Triwulan I


(50)

35 c. Sasaran : lebih dari satu lokasi KAT

2. Penjajagan awal; merupakan tindak lanjut dari pemetaan sosial untuk mengetahui lebih dalam dan lengkap tentang profil KAT berikut lingkungan sosialnya.

Pelaksanaan penjajagan awal ini meliputi komponen sebagai berikut : a. Waktu : Triwulan II

b. Pelaksana : Petugas Pusat, Petugas Provinsi, Petugas Kabupaten dan Petugas Kecamatan serta instansi teknis terkait di daerah

c. Sasaran : Lokasi KAT pada pelaksanaan pemetaan sosial

3. Studi Kelayakan; adalah tindak lanjut dari kegiatan penjajagan awal untuk merumuskan secara bersama program aksi yang akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan skala prioritas yang diperkuat dengan rekomendasi. Pelaksanaan studi kelayakan meliputi komponen sebagai berikut :

a. Waktu : Triwulan III

b. Pelaksana : Petugas Pusat dan daerah, Perguruan Tinggi, Instansi Teknis Terkait di daerah

c. Sasaran : Lokasi KAT pada pemetaan sosial

4. Penyusunan Rencana Program; adalah kegiatan unutk merumuskan secara tepat dari proses rangkaian kegiatan persiapan pemberdayaan untuk ditindak lanjuti dalam program pelaksanaan pemberdayaan KAT sehingga sesuai dengan keinginan dan kebutuhan KAT itu sendiri. Tahapan persiapan ini dilaksanakan selama satu tahun anggaran sebelum tahapan pelaksanaan pemberdayaan.

II.Tahap Pelaksanaan Pemberdayaan


(51)

36

Pemberdayaan SDM dimaksudkan sebagai usaha peningkatan kualitas KAT yang meliputi berbagai aspek kehidupan dan penghidupan. Komponen Pemberdayaan SDM terdiri dari :

1. Aspek kehidupan seperti komunikasi, interaksi, tumbuhnya rasa kebersamaan, rasa aman, pendidikan, kesehatan kehidupan beragama dan lain sebagainya.

2.Aspek penghidupan seperti kemampuan melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan, keterampilan dalam rangka peningkatan perekonomian warga, koperasi, kemitraan dan lain sebagainya.

b. Pemberdayaan Lingkungan Sosial

Pemberdayaan lingkungan sosial dimaksudkan sebagai usaha peningkatan kualitas lingkungan sosial KAT. Komponen kegiatan pemberdayaan lingukungan sosial terdiri dari :

1. Penataan pemukiman di tempat asal;

a. Membangun permukiman sosial secara lengkap

b. Bantuan stimulus pemugaran perumahan dan lingkungan

c. Dikembangkan sebagai lokasi transmigrasi dengan menerima pendatang dari luar yang berpihak kepada proses pemberdayaan KAT.

2. Penataan perumahan dan permukiman di tempat baru a. Membangun permukiman sosial secara lengkap

b. Mengikutsertakan sebagai warga dampingan pada lokasi transmigrasi

3. Diversifikasi usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan


(52)

37 4. Pengembangan irigasi pengairan

5. Peningkatan prasarana perhubungan, pendidikan dan kesehatan Perlindungan Komunitas Adat Terpencil

Perlindungan KAT dimaksudkan sebagai upaya melindungi mereka antara lain :

1. Internal; seperti hak ulayat, hukum adat, sistem kepemimpinan lokal. 2. Eksternal melalui advokasi dan legislasi

III.Tahapan Monitoring dan Evaluasi 1. Tingkat Pusat

Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk memantau proses pelaksanaan program pemberdayaan KAT berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Sedangkan evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai, kendala yang dihadapi dan usaha pemecahannya.

Dengan demikian monitoring dan evaluasi meliputi : a. Monitoring :

1. Membandingkan antara hasil perencanaan dengan pelaksanaannya secara operasional

2. Untuk mengetahui efektivitas dan ketepatan hasil perencanaan dengan pelaksanaanya.

b. Evaluasi :

1. Mengadakan evaluasi kebijakan teknis yang telah disusun oleh pemerintah daerah dalam pembangunan kesejahteraan sosial khususnya PKAT


(53)

38

2. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program di lapangan, baik rutin maupun pembangunan

3. Sebagai bahan perencanaan di waktu yang akan datang 2. Tingkat Daerah

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh jajaran kerja pemerintah daerah disesuaikan dengan kebijakan teknis kondisi daerah masing-masing.

Keberhasilan PKAT yang dikategorikan terpencil dan terasing dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan sangat tergantung pada tekad, sikap dan semangat penyelenggara negara termasuk peran serta seluruh masyarakat dan dunia usaha (Departemen Sosial RI, 2003)

2.5.8Peranan Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

1. Pekerja Sosial sebagai Enabler

Sebagai enabler pekerja sosial membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Peran sebagai enabler adalah peran klasik dari seorang community worker atau community organizer. Fokusnya help people (organize) to help themselves.

Dalam hal ini peran enabler sangat dibutuhkan oleh masyarakat Huta Partukkoan agar mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah dan mengerti apa yang dibutuhkan untuk keluar dari maslah tersebut.


(54)

39

Berperan dalam menghubungkan individu atau kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan tetapi tidak tahu dimana menemukan/mendapatkan bantuan tersebut. Dapat juga berperan sebagai mediator antara klien dengan pemilik sumber daya.

Dalam hal ini pekerja sosial bisa menghubungkan masyarakat Huta Partukkoan dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terutama Pemerintah Daerah agar bersama-sama turut mencari solusi berkesinambungan untuk menjawab kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

3. Pekerja Sosial sebagai Expert

Expert biasanya lebih banyak memberikan advis dan dukungan informasi dalam berbagai area. Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan buanlah mutlak harus dilasanakan, tetapi usulan tersebut lebih merupakan sebagai masukan dan gagasan untuk bahan pertimbangan masyarakat atau organisasi dalam masyarakat tersebut.

Pekerja sosial memiliki peran meyosialisasikan segala informasi mengenai langkah-langkah apa yang akan diambil selanjutnya dan mengembalikan keputusan akhir kepada masyarakat yang bersangkutan. Artinya, pekerja sosial dapat memberikan pilihan saja, pada akhirnya masyarakat yang bersangkutan sendirilah yang akan menentukan akan mengambil pilihan yang mana. Pekerja sosial juga memberikan informasi mengenai resiko-resiko setiap pilihan yang ada.

4. Pekerja Sosial sebagai Social Planner

Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam masyarakat, menganalisanya dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut.


(55)

40

Jika tadi di peran expert pekerja sosial lebih mengutamakan dan memfokuskan dirinya pada pemberian usulan dan saran, peran sebagai perencana sosial lebih memfokusan tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pengimplementasian program atau dengan kata lain pembagian tugas.

5. Pekerja Sosial sebagai Educator

Pekerja sosial disini berperan sebagai pendidik dan sebagai pentransfer ilmu pengetahuan. Dalam sosialisasi program Pemberdayaan KAT, kemungkinan sebahagian masyarakat belum terlalu mengerti soal hukum, operasionalisasi, tujuan dan fungsi program itu sendiri. Dalam hal inilah pekerja sosial dapat memberikan pengetahuan yang berkenaan dengan program Pemberdayaan KAT itu sendiri. Pengetahuan lainnya juga bisa berupa sistem sumber eksternal, sumber dana , sumber ahli, berbagai petunjuk pelaksanaan program, presentasi dan pelatihan-pelatihan.

6. Pekerja Sosial sebagai Fasilitator

Peranan fasilitator mengandung tujuan untuk memberikan dorongan semangat atau membangkitkan semangat kelompok sasaran atau klien agar mereka dapat menciptakan perubahan kondisi lingkungannya, yang bertujuan untuk mengaktifkan semangat, kekuatan, kemampuan sasaran yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam bentuk suatu kegiatan bersama, sedangkan dalam kondisi ini seorang pekerja sosial harus memiliki antusiasme yang tinggi yang dapat menciptakan terlaksananya kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan bersama klien atau kelompok sasaran. Antusiasme ini dapat diikat dengan komitmen bersama-sama kelompok sasaran (Kementerian Sosial RI, 2012).


(56)

41 2.5.9 Dinas Kesejahteraan dan Sosial

Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan operasional di bidang Kesejahteraan Sosial dan melaksanakan sebagian kewenangan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada Gubernur serta Tugas Pembantuan. Kantor Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara beralamat di Jalan Sampul No. 138 Medan

Visi dan Misi dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara adalah :

a. Meningkatkan pelayanan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

b. Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional dalam bidang kesejahteraan sosial.

c. Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan sosial.

d. Meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan sosial dasar.

e. Meningkatkan fasilitasi dan koordinasi pembangunan kesejahteraan sosial. f. Melestarikan Nilai-nilai Keperintisan, Kepahlawanan dan Kejuangan. g. Meningkatkan upaya pengurangan resiko bencana.

”Terwujudnya Masyarakat Sumatera Utara yang Sejarah & Mandiri”

Tujuan dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara adalah : Membantu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk melaksanakan


(1)

110

A. Baik

B. Kurang baik

C. Tidak baik

11.Dari informasi yang diperoleh dari anak bapak/ibu, bagaimana pendapat

bapak/ibutentang cara guru mengajar selama ini sudah sesuai kemampuannya

seperti guru IPA, IPS dan lain-lainnya?

A. Sesuai

B. Kurang sesuai

C. Tidak sesuai

12. Menurut pendapat bapak/ibu apakah cara pengajaran di sekolah berhasil dalam

peningkatan kemampuan dasar anak?

A. Berhasil

B. Kurang berhasil

C. Tidak berhasil

13. Apakah anda mengetahui tentang BOS (biaya operasional sekolah)?

A. Tau

B. Kurang tau

C. Tidak tau

14. Dari mana anda mengetahui informasi tentang BOS?

A. Tetangga


(2)

111

B. Kepala Desa

C. Kepala Sekolah

15. Apakah dengan adanya uang sekolah gratis dari pemerintah bapak/ibu

terbantu dalam hal pembiayaan?

A.Terbantu

B. Kurang terbantu

c. Tidak terbantu

16. Apakah anak bapak/ ibu pernah meminta iuran lain yang dipungut/diminta

dari sekolah?

A. Selalu

B. Jarang

B. Tidak pernah

17. Apakah setelah mengikuti program pendidikan melalui program

pemberdayaan komunitas adat terpencil ini frekuensi belajar anak dirumah

meningkat?

A. Meningkat

B. Kurang meningkat

C.Tidak meningkat


(3)

112

TABULASI JAWABAN VARIABEL PROGRAM KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (X)

No

Resp

Jawaban responden untuk item nomor:

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Jumlah

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

13

2

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

1

1

1

11

3

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

13

4

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

13

5

1

1

0

1

0

1

0

0

0

0

1

1

1

7

6

1

1

0

1

0

1

1

1

0

0

1

1

1

9

7

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

1

1

12

8

1

1

0

1

1

1

1

1

1

0

1

1

1

11

9

0

0

-1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

-1

10

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

11

11

0

1

-1

1

0

1

0

0

0

0

1

1

0

4

12

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

13

13

1

1

0

1

0

1

0

0

0

0

1

0

0

5

14

0

0

-1

1

0

1

0

-1

-1

0

-1

-1

-1

-4

15

0

0

-1

0

0

1

0

-1

-1

0

-1

-1

-1

-5

16

1

1

0

1

0

1

0

0

0

0

1

0

0

5

17

0

0

-1

0

0

0

-1

0

-1

0

-1

-1

0

-5

18

1

1

0

1

1

1

1

1

1

0

1

1

1

11

19

0

0

-1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

-1

20

0

0

-1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

-1


(4)

113

TABULASI JAWABAN VARIABEL PEMENUHAN PENDIDIKAN DASAR ANAK (Y)

No resp

Jawaban responden untuk item nomor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jumlah

1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 -1 1 0 1 13 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 13 4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 13 5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 -1 1 0 1 11 6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 -1 1 0 1 11 7 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 11 8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 -1 1 0 0 10 9 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 -1 1 0 1 11 10 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11 11 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 12 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 9 13 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 10 14 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 15 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 -1 1 0 0 7 16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 -1 1 0 0 7 17 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 -1 1 0 1 11 18 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 -1 1 0 0 8 19 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10 20 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10 Jumlah 214


(5)

114

Nilai- Nilai r Product Moment

N

Taraf Signifikan

5%

1%

3

0,997

0,999

4

0,95

0,99

5

0,878

0,959

6

0,811

0,917

7

0,754

0,874

8

0,707

0,834

9

0,666

0,798

10

0,632

0,765

11

0,602

0,735

12

0,576

0,708

13

0,553

0,684

14

0,532

0,661

15

0,514

0,641

16

0,497

0,623

17

0,482

0,606

18

0,468

0,59

19

0,456

0,575

20

0,444

0,591

21

0,433

0,549

22

0,423

0,537

23

0,413

0,526

24

0,404

0,515

25

0,396

0,505

26

0,388

0,496

27

0,381

0,487

28

0,374

0,478

29

0,367

0,47

30

0,361

0,463

31

0,355

0,456

32

0,349

0,449

33

0,344

0,442

34

0,399

0,436


(6)

115

Skor Total

Resp Skor Interval

Kuadrat Variabel

X.Y X.Y

Kuadrat Variabel No.

Resp x y x y x2 y2 X2 Y2

1 13 13 3 3 169 169 169 9 9 9

2 11 14 3 3 121 196 154 9 9 9

3 13 13 3 3 169 169 169 9 9 9

4 13 13 3 2 169 169 169 6 9 4

5 7 11 3 2 49 121 77 6 9 4

6 9 11 3 2 81 121 99 6 9 4

7 12 11 3 2 144 121 132 6 9 4

8 11 10 3 2 121 100 110 6 9 4

9 -1 11 1 2 1 121 -11 2 1 4

10 11 11 3 2 121 121 121 6 9 4

11 4 12 2 3 16 144 48 6 4 9

12 13 9 3 2 169 81 117 6 9 4

13 5 10 2 2 25 100 50 4 4 4

14 -4 12 1 3 16 144 -48 3 1 9

15 -5 7 1 1 25 49 -35 1 1 1

16 5 7 2 1 25 49 35 2 4 1

17 -5 11 1 2 25 121 -55 2 1 4

18 11 8 3 1 121 64 88 3 9 1

19 -1 10 1 2 1 100 -10 2 1 4

20 -1 10 1 2 1 100 -10 2 1 4


Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

3 124 142

Evaluasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Desa Sionom Hudon Selatan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan

5 86 130

Prospek Pengembangan Peternakan Babi Di Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea dan Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir)

0 42 97

Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

0 4 10

I. Petunjuk pengisian - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 50

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 0 12

Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

0 0 16

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

0 0 10