e. Takut ditolak
Menghindari konflik dan kompetisi karena takut endapat feedback yang negative dari orang lain, cemas ketika performa mereka diobservasi, tidak
menyukai orang yang memandang mereka berbeda dari yang lainya, menghindari kemungkinan untuk bergaul dengan seseorang yang tidak setuju dengan mereka.
2. Motif Berkuasa
Motif untuk berkuasa adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan
lingkunganya. Orang yang memiliki motif ini cenderung bertingkah laku otoriter. Berbeda dengan mereka yang memiliki motif afiliasi yang kuat, mereka dengan
motif kekuasaan tidak mengacuhkan perasaan orang lain. Dalam memberikan bantuanya kepada orang lainpun mereka tidak memberikanya secara tulus,
keinginan dasarnya adalah agar orang lain menjadi meghormatinya. Pemberian bantuannya digunakan untuk menunjukan kelebihan diri mereka. Ciri-ciri perilaku
mereka dengan motif berkuasa yang tinggi antara lain adalah: a.
Aggresiveness lebih suka berkompetisi, berteriak di lampu merah, melempar barang-
barang ketika marah, mengambil barang-barang dari hotel misalnya. b.
Mencari prestise membeli barang dari luar negri, menyukai pembayaran menggunakan
kartu kredit c.
Bekerja agar diakui pada suatu kelompok
13
Universitas Sumatera Utara
Memilih teman yang mempunyai jabatan yang bukan merupakan sainganya untuk menunjukan prestise, menyukai orang yang lebih loyal untuk
mendukungnya dan respek kepadanya, bekerja di kelompok untuk mendapatkan perhatian anggota kelompok, bergabung dengan suatu kelompok kualisi untuk
memperoleh keuntungan dari rekan kerja, mengevaluasi anggota kelompok lebih negatif.
d. Mengambil resiko Tahan dengan resiko fisik yang berbahaya, uka bertaruh, melakukan taruhan
yang ekstrim.
3. Motif Berprestasi
Motif untuk berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik
berasal dari standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain. Hal terpenting adalah bagaimana caranya agar dapat mencapai suatu prestasi
tertentu. Schultz Sydney 1993 mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu
dorongan atau kebutuhan dalam diri individu untuk meraih hasil atau prestasi tertentu.
Ciri-ciri perilaku mereka dengan motif berprestasi McClelland,1987 yang tinggi adalah:
a. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang atau
menengahmenyukai tugas dengan taraf kesukaran sedang
14
Universitas Sumatera Utara
Mencoba setiap tugas yang menantang dan sulit tetapi mampu untuk diselesaikan, selalu mempersiapkan diri pada tugas-tugas yang menantang.
b. Suka menerima umpan balik suka membandingkan kinerja dengan orang lain
Menerima umpan balik dengan cara membandingkan performansinya dengan orang lain atau suatu standar tertentu, berusaha mencapai standar yang
ditetapkan yang ditetapkan dengan orang lain karena takut kalah dengan orang lain.
c. Tekun dan gigih terhadap tugas yang berkaitan dengan kemajuanya
Memiliki kinerja yang baik, aktif, berproduktifitas, serta tekun dalam bekerja, selalu berusaha mancapai prestasi sebaik-baiknya dengan selalau tekun
dalam menjalankan tugas. d.
Mengontrol hasil kerjanya Mengontrol hasil kerja mereka dengan menerima umpan balik atas kinerja
mereka. e. Melakukan peningkatan performa
Mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk berhasil, berusaha melakukan sesuatu yang lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah
dilakukan sebelumnya.
15
Universitas Sumatera Utara
II.C. Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Motif Sosial Social Motive
Faktor-faktor yang yang mempengaruhi motif sosial McClelland, 1987; Atkinson Raynor, 1974 yaitu;
1. Lingkungan Lingkungan tempat seorang bekerja mempengaruhi motivasi seseorang
dalam bekerja, seperti lingkungan fisik tempat kerja, orang-orang yang ada di lingkungan organisasi.
Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya seperti orang tua dan teman-temanya eastwood, 1983. Bernstein mengatakan bahwa
budaya juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi individu. Sebagaimana di ungkapkan oleh Irmawaty 2002 dalam penelitianya bahwa faktor budaya dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Hal ini disebabkan nilai-nilai historis budaya yang diajarkan pada individu sejak kecil, dimana historis tersebut
mengandung unsur-unsur prestasi. Menurut Atkinson, faktor lingkungan merupakan penentu dari motif.
Beberapa pikiran pokok yang dikemukakanya adalah sebagai berikut : a.
setiap individu memiliki motif atau kebutuhan dasar tertentu. Motif- motif tersebut mencerminkan potensi tingkah laku dan mempengaruhi
tingkah laku hanya bila motif-motif tersebut muncul. b.
Muncul atau tidaknya motif-motif tersebut tergantung pada situasi atas lingkungan yang dialami individu.
c. Keadaan suatu lingkungan tertentu akan menimbulkan atau
merangsang berbagai macam motif. Artinya, suatu motif khusus tidak
16
Universitas Sumatera Utara
akan mempengaruhi tingkah laku sampai motif tersebut dimunculkan melalui pengaruh dari suatu lingkunan yang tepat dan sesuai.
d. Perubahan dalam penerimaan terhadap suatu lingkungan akan
menghasilkan perubahan dalam munculnya motivasi. Setiap motivasi diarahkan atau ditujukan untuk memuaskan berbagai macam
kebutuhan. 2.
Motif sosial juga dipengaruhi oleh faktor Usia Schultz 1993 mengatakan bahwa usia dapat mempengaruhi motivasi
berprestasi seseorang. Ia mengatakan bahwa kulaitas motivasi berprestasi mengalami perubahan sesuai dengan usia individu tersebut. Motivasi berprestasi
individu tertinggi pada usia 20-30 tahun, dan mengalami penurunan setelah usia pertengahan Middle Age
Pengalaman seseorang mengenai suatu pekerjaan mempengaruhi motif sosial mereka dalam melakukan pekerjaan. Apakah dia pernah gagal melakukan
suatu pekerjaan atau kesuksesan didalam melakukanya. 3.
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat McClelland dalam morgan dkk,1986 menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi suatu masyarakat juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Seperti hal diatas Zainuddin 2004 menegaskan bahwa stastus kerja,
upah, rasa aman dalam bekerja job security, kesempatan karir dan lain-lain, semua faktor tersebut akan memberikan andil terhadap munculnya motivasi
berprestasi.
17
Universitas Sumatera Utara
4. Jenis Kelamin
McClelland menjelaskan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi motivasi motif sosial motif beraffiliasi, motif berkuasa, motif berprestasi
seseorang. Troll Schwartz Sopah,1999 menambahkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan perlakuan dan sosialisasi mereka.
Menurutnya laki-laki lebih dilatih untuk atif, kompetitif dan mandiri sehingga memiliki motivasi berprestasi yang berbeda daripada perempuan yang dibiasakan
pasif, selalu bergantung pada orang lain dan kurang percaya diri. Sehingga menurut McClelland prempuan mempunyai motif beraffiliasi lebih tinggi.
Bertentangan dengan hal tersebut, morgan 1986 menyatakan bahwa tingkah laku berprestasi selalu muncul pada laki-laki maupun perempuan, yang membedakan
keduanya hanya pada prilaku berprestasinya karena banyak perempuan dengan motivasi berprestasi tinggi namun tidak menampilkan karakter prilaku berprestasi
layaknya laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Bosow 1992 bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak berbeda motivasi
berprestasinya, yang berbeda hanya tingkah laku berprestasi dan cara untuk meraih prestasinya. Santrock 1991 juga menyatakan pendapatnya bahwa
motivasi berprestasi laki-laki dan perempuan adalah sama.
II.D. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian Organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya
tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat yaitu Chester I. Barnard 1938 dalam bukunya
18
Universitas Sumatera Utara
The Executive Functions mengemukakan bahwa organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih.
James D. Mooney mengatakan bahwa:
“organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama”
Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk membentuk suatu
kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :
a. Orang-orang sekumpulan orang,
b. Kerjasama,
c. Tujuan yang ingin dicapai.
II.D.1 Ciri-Ciri Organisasi
Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal;
b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan
yang merupakan kesatuan kegiatan; c.
Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa pemikiran, tenaga, dan lain-lain;
d. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan;
19
Universitas Sumatera Utara
e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
II.D.2 Jenis-jenis Organisasi
Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut Salusu, 2005;Richard, 1986; Newstrom, 1993 :
a. Berdasarkan jumlah orang yang memegang puncak pimpinan
1. Bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang,
semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang;
2. Bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang
terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.
b. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan
Bentuk organisasi ini meliputi; 1.
Organisasi ini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari puncak pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang
memimpin unit-unit dalam organisasi; 2.
Bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk
pimpinan dalam menjalankan roda organisasi; 3.
Bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya,
dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal.
20
Universitas Sumatera Utara
c. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu :
1. Organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi,
seperti organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum; 2.
Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby,
dll. d.
Berdasarkan tujuan. yaitu : 1.
Organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau profit oriented;
2. Organisasi sosial atau nonprofit oriented.
e. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu :
1. Organisasi pendidikan;
2. Organsasi kesehatan;
3. Organisasi pertanian, dan lain lain.
f. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :
1. Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan;
2. Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik;
3. Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja;
4. Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan
lain lain. g.
Berdasarkan pihak yang memakai manfaat, yaitu : 1.
Organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi;
21
Universitas Sumatera Utara
2. Organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan,
misalnya bank; 3.
Organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti perusahaan- perusahaan.
4. Organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh
masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan kesehatan,
contohnya rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain.
II.D.3 Prinsip-Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya
Organization of Canadian Government Administration 1965, bahwa prinsip-
prinsip organisasi meliputi ;
a. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas;
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin statu organisasi tanpa adanya tujuan.
Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai statu
organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
b. Prinsip Skala Hirarkhi;
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam
22
Universitas Sumatera Utara
pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
c. Prinsip Kesatuan Perintah;
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
d. Prinsip Pendelegasian Wewenang;
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan
meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih
dahulu kepada atasannya lagi.
e. Prinsip Pertanggungjawaban;
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.
f. Prinsip Pembagian Pekerjaan;
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugaspekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan
23
Universitas Sumatera Utara
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.
g. Prinsip Rentang Pengendalian;
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan
bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
h. Prinsip Fungsional;
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari
pekerjaannya.
i. Prinsip Pemisahan ;
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
j. Prinsip Keseimbangan;
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan
tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya
sederhana atau tidak kompleks contohnya koperasi di suatu desa terpencil,
24
Universitas Sumatera Utara
struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
k. Prinsip Fleksibilitas;
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri atau faktor internal dan juga karena
adanya pengaruh di luar organisasi faktor eksternal, sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
l. Prinsip Kepemimpinan;
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya
proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
II.D.4 Pengertian Organsaisi Nonprofit
Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis,
bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para
petugas pemerintah.Salusu, 2005. Anthony dan Young Gies, 1990 mencoba merumuskan beberapa karateristk
dari organisasi nonprofit yaitu:
25
Universitas Sumatera Utara
a. Tidak bermotif mencari keuntungan;
b. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak;
c. Adanya kecenderungan berorientasi semata-mata pada pelayanan;
d. Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi;
e. Kurang banyak menggantungkan diri pada kienya untuk mendapatkan antuan
keuangan; f.
Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting. Ditambahkan oleh Koteen bahwa salah satu karateristik utamanya adalah
birokasi yang kurang responsif. Jika diperhatikan baik-baik, ternyata profesionalisme dalam organisasi nonprofit lebih banyak tanpak dalam organisasi
keagamaan. Jadi
suatu organisasi disebut organisasi nonprofit apabila organisasi itu
menyebut dirinya sebagai nonprofit, yaitu tidak menjadikan keuntungan sebagai tujuan utamnya pada saat didirikan.kemudian, menyatakan dalam statusnya bahwa
bila ada keuntungan yang diperoleh dari suatu transaksi atau aktivitas, tidak akan dibagikan kepada pengurus sebagai tambahan penghasilan diluar gaji. Dengan
kata lain, tidak dipandang sebagai dividen yang harus diperoleh setiap pemegang saham Salusu, 2005.
26
Universitas Sumatera Utara
II.D.5 Pengertian Organsaisi Profit
Organisasi profit adalah organisasi yang telah memiliki sumber pendanaan
yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi profitlaba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana Nawawi, 1997 . Penelusuran pengertian organisasi bisnis dan non-bisnis yang mempengaruhi
akuntansi dilakukan oleh Anthony yang dimuat dalam Financial Accounting in Nonbusiness Organization 1978. Sebagaimana ditemukan oleh Anthony
organisasi dapat dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut: 1 Profit Oriented- organisasi yang tujuan utamanya adalah mencari laba;
2 Type A Non-profit- organisasi nirlaba yang sumber keuangannya seluruhnyadiperoleh dari pendapatan dari penjualan barang dan jasa;
3 Type B Non-profit- organisasi nirlaba yang memperoleh sumber keuanganya diperoleh dari sumber selain penjualan barang dan jasa.
Kategori 1 contohnya adalah perusahaan publik atau perusahaan negaradaerah dan kategori 3 contohnya adalah pemerintah atau pemerintah
daerah yang memperoleh pendapatannya dari pajak, hibah dll. Kategori 2 sebenarnya sangat sulit karena berada di tengah-tengah. Contoh di Inggris
untuk kategori 2 ini adalah industri nasional, di Indonesia Badan Layanan Umum BLU mungkin dapat dijadikan sebagai contoh kategori ini. Tujuan
Anthony menggolongkan organisasi dalam kategori di atas adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana organisasi bisnis dan nonbisnis dibedakan
untuk tujuan penyusunan standar akuntansi? Untuk itu dia menawarkan tiga
27
Universitas Sumatera Utara
alternatif yaitu pembedaan menurut profit atau nonprofit, pembedaan sumber pembiayaan, dan tidak membedakan sama sekali.
II.D.6 Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.Undang-Undang Ketenagakerjaan, 2003
II.D.7 Perbedaan Organisasi Nonprofit dengan Organisasi profit
Dilihat dari sudut teori organisasi, menurut Dwight Waldo dalam Gortner et al, 1987 sesungguhnya sudah ada gerakan yang mencoba menghindari
perbedaan yang tajam antara organisasi profit dan organissi nonprofit, bahkan mencoba menguburkan perbedaan itu sekaligus menggabungkannya ia
menegaskan bahwa baik organisasi profit maupun nonprofit masing-masing memiliki karateristik profit dan nonprofit. Mengingat keduanya memiliki
karateristik profit dan nonprofit, maka seharusnyalah mereka diperlakukan sama dan tidak dipisahkan. Akan tetapi, tidak boleh diartikan sebagai menghilangkan
karateristik yang khas dari masing-masing organisasi itu. Banyak hal yang membedakan antara organisasi nonprofit dengan organisasi
lainnya profit atau laba. Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya pemilik organisasi nonprofit, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi
laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nonprofit membutuhkannya sebagai sumber pendanaan.
Berbeda dengan organisasi profit atau laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung
28
Universitas Sumatera Utara
jawab, pada organisasi profit atau laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana. Sedangkan pada
organisasi nonprofit, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah pemilik organisasi Nawawi, 2007.
II.D.8. Perbedaan Motif Sosial pada Organisasi Profit dan Nonprofit
Motif adalah faktor intern yang membangunkan, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif
didasari oleh emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan McClelland,1987. Ada 3 tiga motif sosial yaitu motif berprestasi, motif
berafiliasi dan motif berkuasa. Ketiga motif ini ada pada diri setiap individu tetapi tinggi rendahnya motif tersebut dipengaruhi oleh situasi yang spesifik dan
lingkungan dia bekerja. Menurut penelitian Kock 1965 tentang motif social dia menyatakan bahwa
ada pengaruh motif berprestasi yang tinggi dengan expansi bisnis. Salah satu aspek dari expansi bisnis ini adalah profit, dan Kock menyatakan bahwa
hubungan antara profit dengan motif berprestasi didapat hubungan positif yaitu sebesar 0,27. Tetapi hubungan profit atau keuntungan dengan motif berafiliasi itu
hubungan negatif sebesar 0,30 sedangkan untuk hubungan profit dengan motif berkuasa yaitu hubungan positif sebesar 0,01, dengan p= 0.05.
Michael Stahl 1996 juga membuat penelitian mengenai perbedaan motif berkuasa pada pelayan gereja dan perawat rumah sakit swasta. Dia menyatakan
bahwa motif berkuasa lebih tinggi pada perawat rumah sakit swasta daripada
29
Universitas Sumatera Utara
pelayan gereja yaitu dengangan mean 63 dan standard deviasi 0.5. sedangkan pada pelayan gereja meanya sebesar 56 dengan standart deviasi 27. Dari hasil uji t
diperoleh t=5.88,p0.01. Organisasi
berdasarkan tujuanya dapat dibagi menjadi dua yaitu organisasi
profit dan organisasi nonprofit. Singkatnya organisasi profit adalah organisasi yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari profit atau
keuntungan usahanya. Sedangkan organisasi nonprofit membutuhkan pendanaan dari donator.
Jika dikaitkan dengan penelitian Kock bahwa organisasi profit cenderung memiliki motif berprestasi yang lebih tinggi dari dua motif lainya yaitu berafiliasi
dan motif berkuasa. Sedangkan untuk organisasi nonprofit mungkin kebalikan dari profit karena organisasi ini tujuan utamanya tidak mencari keuntungan.
II.E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan motif berprestasi pada karyawan organisasi profit dengan
organisasi nonprofit 2.
Ada perbedaan motif berafiliasi pada karyawan organisasi profit dengan organisasi nonprofit
3. Ada perbedaan motif berkuasa pada karyawan organisasi profit dengan
organisasi nonprofit
30
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN