Perbedaan Motif Sosial Pada Tenaga Kerja Organisasi Profit Dan Tenaga Kerja Organisasi Nonprofit

(1)

PERBEDAAN MOTIF SOSIAL PADA TENAGA

KERJA ORGANISASI PROFIT DAN TENAGA KERJA

ORGANISASI NONPROFIT

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh : Junedi Sembiring

041301095

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih kepada Allah Bapa di Surga yang telah memberkati, menguatkan, serta membuat segala perkara dapat ditanggung penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Juga untuk keluargaku tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan penulis semangat dan dukungan serta tidak pernah putus harapan terhadap diri penulis.

Penulis juga ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dari lubuk hati yang paling dalam kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pengerjaan proposal penelitian ini, dari awal hingga selesainya proposal penelitian ini.. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi Sumatera Utara, Bapak Prof.dr Chairul Yoel, Sp. A(K).

2. Ibu Dra. Gustiarti Leila M.Psi selaku dosen pembimbing penelitian ini yang telah meluangkan waktunya yang padat serta dengan sabar menunggu judul penelitian ini, mengarahkan, memberikan masukan, memotivator yang sejati dan menjadi tempat berdiskusi bagi penulis ketika dalam proses pengerjaan proposal penelitian ini. Semoga ibu tetap memberikan yang terbaik bagi kampus kita tercinta. Terima kasih banyak ya Ibu. Saya tidak akan pernah melupakan ibu.

3. Ibu Etyy yang selaku dosen penguji saya, terima kasih banyak Bu dan juga bersama ibu Echi yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi mengenai penelitian ini dan menjadi tempat bertanya bagi penulis khususnya


(3)

pada bagian bab III.terima kasih banyak ibu semoga ibu juga tetap memberikan yang terbaik bagi kampus kita Psikologi USU.

4. Ibu DR. Irmawati M.si yang telah meminjamkan buku human motivation kepada penulis. Terima kasih banyak Bu.

5. Dan kepada semua dosen khususnya dosen bidang Psikologi Industri dan organisasi pak Ferry, kak Siti, pak Ari juga semua dosen Psikologi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.terima kaih atas masukanya.

6. Buat orangtuaku yang tercinta, “Tuhan kap ras kita adi kita tetap tek man Bana”, buat mamak sehat selalu, dan juga bapak.

7. Buat si Dia”aku akan tetap setia” terima kasih atas waktu-waktu yang kita lalui bersama, ketika aku jatuh kau angkat aku, ketika aku sedih kau beri penghiburan.thanks ya

8. Buat temanku kakas alias Jack Brando alias Asroni terima kasih banyak atas dukunganya ya friend. Tetap SEMANGAT.... AKPOL menantikanmu.meskipun aku saingan terberatmu.he3.tapi tetap semangat ya friend.

9. Buat teman jalan-jalanku, saut, nina, agnes, dewi tulus ira kembar,bontor sekali-sekali ikut sih, charli juga sekali-kali ikut,

10.Buat Teman Kelompok kecilku, Bima, B’Yandi, makasih ya. ”kapan Lagi kita kelompok?”

11.Buat teman-teman Labsosku ”Lani (???), Asroni (udah punya Agnes) Nesa pinem (udah marriage), eneng (juga udah marriage), eqi (udah punya abang


(4)

pengalaman dan hidupku, aku tidak akan pernah melupakan kenangan yang pernah kita lalui bersama ke kampung.

12.Buat teman seperjuangan Seminar/Skripsi; Dewi Sutra, B’Sam, Ririe, K’Mimi, K’Nela’ K’Anita, B’Joni. Makasih ya atas dukunganya.

13.Buat teman satu kepengurusan di GBKP KM 8, B’Hery, K’Eli, K’Siska, B’Putra, B’Octa yang udah di Bali, K’Ita, K’Endang, K’Eva, Suhendri, K’Desi. Makasih buat dukunganya ya teman-teman.

14.Buat teman-teman di Betania Prananda, Wahyuni, Ita, Stefi, Kristin, Hana, Ronald, K’Dariyani, Rio, Eninta, K’Mida. Makasih banyak ya teman-teman. 15.Buat teman-teman angkatan 2004 buat Stefani (punya Razes) ”makasih ya

udah bantuin nyebarin skala”, Reni Machmud, Indi, Nisa, Via, k’Vivi, Kaka, Pinkholic, Fahmi, Hadi, Yuda ”koreografer manusia jadi-jadian”, Nesa kecil, Reni, Sugi, Maeri, Desti, Zul, Tasya dkk, Johan dkk, Dona dkk, Julia dkk, Aci dkk, Keke dkk, dan sema angkatan 2004 yang tidak bisa disbutan satu persatu. Trima kasih ya untuk semuanya.

16.Buat adek-adek junior Psikologi, Pak Gubernur (Jepri 05) ” makasih ya udah bantuin nyebarin skalanya”, Herti (06), Priska (06),

Penulis juga menyadari bahwa proposal penelitian ini tidaklah sempurna dan memiliki kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat terbuka terhadap masukan, kritikan, serta saran yang membangun yang dapat digunakan untuk perbaikan penelitian ini yang akan dilanjutkan dengan skripsi sebagai persyaratan kelulusan ujian sarjana psikologi.


(5)

Akhir kata penulis mengharapkan agar proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Desember 2007


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... v

BAB I: PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah ... 1

I.B. Rumusan Masalah ... 7

I.C. Tujuan Penelitian ... 7

I .D. Manfaat Penelitian I.C.1. Manfaat Teoritis ... 8

I.C.2. Manfaat Praktis ... 8

I.D. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II : LANDASAN TEORI II.A Motivasi II.A.1 Pengertian motivasi ... 10

II.A.2 Pengertian Motif ... 10

II.B Jenis-jenis Motif ... 11

II.C. Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Motif Sosial ... 16

II.D. Pengertian Organisasi ... 18


(7)

II.D.2 Jenis-jenis Organisasi ... 20

II.D.3 Prinsip-Prinsip Organisasi ... 22

II.D.4 Pengertian Organsaisi Nonprofi... 25

II.D.5 Pengertian Organisasi Profit... 27

II.D.6 Pengertian Tenaga Kerja ... 28

II.D.7 Perbedaan Organisasi Nonprofit dengan Organisasi profit 29 II.E. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III :METODE PENELITIAN III.A Identifikasi Variabel... 31

III.A.1. Variabel Bebas ... 31

III.A.2. Variabel tergantung ... 31

III.B. Definisi Operasional... 31

III.C Subjek Penelitian ... 33

III.C.1 Populasi ... 33

III.C.2. Sampel ... 33

III.C.3. Karateristik sampel... 34

III.C.4.Teknik Pengambilan Sampel ... 34

III.D Instrumen / Alat Ukur yang Digunakan ... 35

III.E Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 38


(8)

III.E.2 Uji Reliabilitas ... 39

III.E.3. Hasil Uji Coba ... 39

III.F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 43

III.F.1. Desain Penelitian ... 43

III.F.2. Tahap Penyusunan Alat Ukur ... 43

III.G. Metode Analisa Data... 45

BAB IV:ANALISA DAN INTERPRETASI DATA IV. A. Gambaran Data Penelitian ... 46

IV. A. 1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian... 47

IV. A. 2. Usia Subjek Penelitian ... 48

IV. A. 3. Suku Bangsa Subjek Penelitian... 49

IV. B. Hasil Utama Penelitian... 49

IV.B.1. Uji Asumsi ... 49

IV.B.1.a. Uji Normalitas ... 49

IV.B.1.b. Uji Homogenitas ... 50

IV.B.2. Uji Hipotesis... 51

IV.B.3. Kategorisasi Skor Motif Sosial ... 53

IV.C. Hasil Tambahan ... 58

IV.C.1. Perbedaan Motif Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin 59 BAB V: KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN V.A. Kesimpulan... 62


(9)

V.C. Saran ... 67

V.C.1. Saran Untuk Organisasi ... 67

V.C.2. Saran Metodologi ... 67


(10)

Abstrak Junedi Sembiring: 041301095

Perbedaan motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dengan tenaga kerja organisasi

nonprofit

viii+72 halaman;2005;26 tabel + lampiran Bibliografi; 38 (1965-2007)

Motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.

Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya terhadap kinerjanya.

Hasil penelitian pada sampel tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit di kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa ada perbedaan motif beraffiliasi, dimana subjek pada organisasi nonprofit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek pada organisasi profit. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji-t yakni diperoleh ρ < 0.05, yaitu sebesar ρ = 0.000. Juga ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit dimana subjek pada organisasi profit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek penelitian pada organisasi

nonprofit. Kesimpulan ini diperoleh dari uji-t yakni diperoleh p<0.005, yaitu sebesar p=0.003. Serta ada perbedaan motif berprestasi pada tenaga organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit, dimana subjek pada organisasi nonprofit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek penelitian pada organisasi profit. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji-t yakni diperoleh p<0.005, yaitu sebesar p=0.001.


(11)

Abstrak Junedi Sembiring: 041301095

Perbedaan motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dengan tenaga kerja organisasi

nonprofit

viii+72 halaman;2005;26 tabel + lampiran Bibliografi; 38 (1965-2007)

Motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.

Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya terhadap kinerjanya.

Hasil penelitian pada sampel tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit di kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa ada perbedaan motif beraffiliasi, dimana subjek pada organisasi nonprofit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek pada organisasi profit. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji-t yakni diperoleh ρ < 0.05, yaitu sebesar ρ = 0.000. Juga ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit dimana subjek pada organisasi profit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek penelitian pada organisasi

nonprofit. Kesimpulan ini diperoleh dari uji-t yakni diperoleh p<0.005, yaitu sebesar p=0.003. Serta ada perbedaan motif berprestasi pada tenaga organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit, dimana subjek pada organisasi nonprofit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek penelitian pada organisasi profit. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji-t yakni diperoleh p<0.005, yaitu sebesar p=0.001.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah

Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Organisasi memiliki tiga unsur dasar, yaitu orang-orang atau sekumpulan orang, kerjasama dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang dimiliki (Griffin, 2002).

Organisasi didirikan manusia disebabkan karena kesamaan kepentingan, baik dalam rangka mewujudkan hakekat kemanusiaannya maupun secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain di dalam organisasi, para anggotanya bermaksud mencapai tujuan yang sama, sebagai tujuan bersama, termasuk juga bidang bisnis. Oleh karena itu jika tujuan bersama itu dipilah, maka paling tidak terdapat satu dari dua tujuan yaitu (1) tujuan yang bersifat material dan finansial, dan ini menjadi karateristik organisasi profit dan (2) tujuan yang bersifat tidak mencari keuntungan, ini menjadi karateristik bagi organsasi nonprofit (Nawawi,1997).

Berdasarkan tujuannya organisasi dapat dibedakan menjadi organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau berorientasi pada profit dan organisasi sosial atau organisasi nonprofit (Richard, 1986).


(13)

Sejak awal tahun 1980-an, literatur tentang organisasi nonprofit semakin bertambah banyak dan sangat bervariasi jenisnya. Bermacam-macam istilah muncul untuk mengidentifikasi organisasi serupa sebagai organisasi sukarela, non-bisnis, kolektif, hadiah atau sumbangan, dermawan, nonpasar (Salusu, 2005). Sedangkan organisasi profit atau bisnis muncul lebih awal dari organisasi

nonprofit.

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nonprofit dengan organisasi profit (laba). Dimana nonprofit (1) dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya pemilik organisasi nonprofit, apakah anggota, klien atau donatur, (2) dalam hal donatur, organisasi nonprofit membutuhkan suatu sumber pendanaan, (3) penyebaran tanggung jawab, pada organisasi nonprofit belum jelas siapa yang menjadi dewan komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan organisasi profit yaitu (1) pada organisasi profit, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya, (2) organisasi profit atau laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya, (3) dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi profit atau laba telah jelas siapa yang menjadi dewan komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana (Nawawi, 1997).

Contoh dari organisasi profit yaitu bank, perusahaan-perusahaan swasta yang bertujuan mencari laba dari hasil usahanya. Sedangkan organisasi nonprofit contohnya yaitu gereja, mesjid, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal


(14)

perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum dan beberapa para petugas pemerintah (Gortner et al, 1987).

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diantara organisasi profit dan organisasi nonprofit terdapat perbedaan khas dengan tidak mengesampingkan persamaan-persamaan yang fundamental. Organisasi nonprofit mempunyai misi melayani publik dan konsumenya lebih terbatas sedangkan organisasi profit mempunyai motif untuk mencari untung, yaitu hanya melayani konsumen yang dapat memberikan keuntungan. Apabila dari suatu kelompok konsumen tidak akan diperoleh keuntungan maka organisasi bisnis umumnya tidak bersedia melayani (Salusu, 2005).

Manusia tidak hanya menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam kemampuan mereka, untuk melakukan sesuatu, tetapi juga dalam keinginan mereka untuk melakukan sesuatu atau motivasi (Winardi, 2001).

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pintrich & Schunk, 1996). Wexley dan Yukl (1977) memberikan batasan mengenai motivasi sebagai suatu proses yang mendorong munculnya perilaku secara langsung. Ahli yang lain memberikan kesamaan antara motif dengan dorongan. Dari batasan diatas bisa disimpulkan bahwa motif melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi merupakan pendorong yang menyebabkan seseorang rela untuk menggerakkan kemampuan tenaga dan waktunya untuk menjalankan semua kegiatan yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya agar kewajibannya terpenuhi serta sasaran dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan terwujud.


(15)

Manusia memiliki banyak motivasi dasar yang berperan penting dalam dunia kerja. Sedangkan imbalan yang tidak mengutamakan materi lebih kepada situasi lingkungan kerja yang tercipta dengan baik dan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan tenaga kerja di tempat bekerja, sehingga tenaga kerja merasa nyaman dan dapat bekerja dengan baik (Admin, 2007).

McClelland, (1987) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya seringkali dipengaruhi oleh berbagai motif. Motif tersebut berkaitan dengan keberadaan dirinya dengan makhluk biologis dan makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan lingkungannya.

Dalam dunia kerja, motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya (McClelland, 1987).

Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya terhadap kinerjanya (Admin, 2007).

Istilah lain yang juga sering terkait dengan motivasi adalah motif. Motif adalah faktor internal yang membangun, mengarahkan dan mengintegrasikan


(16)

tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif didasari oleh emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan. Munculnya motif tertentu pada diri seseorang disebabkan oleh adanya kebutuhan dalam diri. Bila situasi sangat bermakna bagi seseorang dan secara emosional mengikutinya, maka motif tertentu dapat muncul. Bila dibandingkan dengan motif motivasi lebih jelas (As’ad,1987).

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Sehingga motif tersebut merupakan suatu penguatan yang menggerakan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (As’ad, 1987).

Menurut McClelland (1987) timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhann yang ada dalam diri manusia. Dalam konsepnya mengenai motif, dalam diri individu terdapat tiga kebutuhan pokok yang mendorong tingkah lakunya. Konsep motif lebih dikenal dengan motif sosial teori. Adapun kebutuhan dimaksud menurut teori motif sosial ini yang berperan penting dalam dunia kerja yaitu motifi berprestasi (n-Ach), motif berkuasa (n-Pow), dan motif berafiliasi (n-Aff).

Motif berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain. Motif berkuasa (n-Pow) adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan lingkunganya. Motif affiliasi (n-Aff) adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam


(17)

berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan seseorang disini adalah suasana yang penuh dengan keakraban dan persahabatan (McClelland, 1987).

Dari ketiga motif dasar tersebut, motif berprestasi memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia kerja karena dengan usaha yang terus-menerus meraih prestasi, secara empiris terbukti memberikan sumbangan yang besar terhadap munculnya bentuk-bentuk perilaku berwiraswasta serta pertumbuhan ekonomi negara (McClelland, 1987).

Sedangkan pada organisasi nonprofit seperti LSM (lembaga Swadaya Masyrakat) motif untuk berhubungan dengan orang lain cenderung memiliki peranan yang sangat penting dimana salah satu tujuan organisasi nonprofit adalah melayani masyarakat tanpa mempunyai tujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan dalam bentuk materi (Priandoyo, 2007).

Di dalam kehidupan sehari-hari, ketiga kebutuhan tersebut diatas akan selalu muncul pada tingkahlaku individu, hanya saja kekuatanya tidak sama antara kebutuhan-kebutuhan itu pada diri seseorang (As’ad, 1998).

Ketiga kebutuhan tersebut muncul dipengaruhi oleh situasi yang sangat spesifik. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motif-motif mereka. Motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau implus-implus yang muncul dalam diri seseorang individu. Motif-motif diarahkan ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar (McClelland, 1987).

Motivasi atau motif merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya maka terdapat perbedaan kekuatan motivasi


(18)

yang ditunjukkan oleh seseorang tenaga kerja dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi sama. Bahkan seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan (Siagian, 1995).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat bahwa motif itu muncul dipengaruhi oleh situasi yang sangat spesifik. Jadi di sini peneliti ingin meneliti bagaimana perbedaan motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif beraffiliasi) pada tenaga kerja organisasi profit dan nonprofit.

I.B. Rumusan Masalah

1. Apakah motif berperstasi berbeda pada tenaga kerja organisasi profit dengan nonprofit?

2. Apakah motif berkuasa berbeda pada tenaga kerja organisasi profit dengan nonprofit?

3. Apakah motif berafiliasi berbeda pada tenaga kerja organisasi profit dengan nonprofit?

I.B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ”perbedaan motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif affiliasi) pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga organisasi nonprofit”


(19)

I .C. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : I.C.1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana pengetahuan di bidang psikologi khususnya di bidang psikologi industri dan organisasi.

I.C.2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan masukan bagi perusahaan mengenai motif sosial yang ada di organisasi profit maupun di organisasi nonprofit sebagai pertimbangan untuk melakukan pelatihan motivasi pada organisasi tersebut.

b. Memberikan masukan mengenai motif sosial yang ada di organisasi profit maupun di organisasi nonprofit bagi trainer-trainer yan berfukus pada pelatihan untuk meningkatkan motivasi.

I.D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(20)

BAB II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang berhubungan dengan motif sosial (McClelland).

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variable penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI II.A Motivasi

II.A.1 Pengertian motivasi

Motivasi merupakan konsep hipotetis, karena tidak secara langsung dapat diamati (Fox, 1993). Secara umum motivasi sering diartikan sebagai kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pintrich & Schunk, 1996).

II.A.2 Pengertian Motif

Motif adalah faktor intern yang membangun, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif didasari oleh emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan. Atkinson dan McClelland (1987) banyak melakukan penelitian berkaitan dengan motif berprestasi, mengemukakan bahwa motif merupakan disposisi yang mendorong seseorang untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang memiliki insentif baginya.

Munculnya motif tertentu pada diri seseorang disebabkan oleh adanya kebutuhan dalam diri. Bila situasi sangat bermakna bagi seseorang dan secara emosional meningkat, maka motif tertentu dapat muncul. Bila dibandingkan dengan motif motivasi lebih jelas.

Konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan munculnya kecenderungan bertindak tertentu pada seseorang, dengan tujuan yang hendak dicapai tergambar


(22)

dengan jelas. Sedangkan pada motif belum tergambar dengan jelas. Dapat diketahui motif yang mendasari suatu tingkah laku bila kita sudah mengetahui motivasi tingkah laku tersebut, dimana tujuan serta obyek yang akan diperoleh dari tingkah laku tersebut, dimana tujuan serta obyek yang akan diperoleh dari tingkah laku tersebut sudah terlebih dahulu diketahui. Secara lebih tajam dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan aktualisasi dari motif (As’ad, 1998). II.B Jenis-jenis Motif

Adapun jenis motif yang dikemukakan oleh McClelland (1987) adalah: 1. Motif afiliasi

Motif untuk berhubungan atau berafiliasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan seseorang disini adalah suasana yang penuh dengan keakraban dan keharmonisan.

Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan beraffiliasi yang menimbulkan motif untuk mendeatkan diri dengan orang lain, bekerjasama, membalas ajakan orang lain, bersekutu dan mencari afeksi dari orang lain.

Baron & Birney (2005) mendefinisikan kebutuhan affiliasi sebagai motif dasar untuk mencari dan mempertahankan relasi interpersonal.

Pathon & Griffin (1982) menyatakn bahwa affiliasi merupakan prilaku verbal yang mencakup mengetahui persepsi masing-masing, memilih kata-kata yang mengindikasikan keaslian dari hubungan dan juga mampu menyediakan waktu untuk berbagi cerita dengan orang lain.


(23)

Ciri-ciri prilaku mereka dengan motif afiliasi yang tinggi (McClelland, 1987) antara lain adalah:

a. Performa yang lebih baik ketika ada insentif dari organisasi dimana dia berada.

Pada tugas yang diasumsikan sulit jika mendapat persetujuan dari orang lain maka hasilnya akan seperti yang diharapkan/lebih optimal, mencari persetujuan dari orang lain dalam memutuskan sesuatu

b. Memelihara hubungan interpersonal

Sensitif pada raut muka orang lain, dan memakai lebih banyak berdialog dengan orang lain (bertelepon, menulis surat), untuk memelihara hubungan interpersonal, lebih menyukai berteman dengan orang yang mempunyai keahlian kusus seperti teman kerja, jika di feedback mereka lebih senang mengatakan bagaimana kelompok ini terus bersama daripada bagaimana mereka mengerjakan tugas dengan baik.

c. Kerja sama , konformitas dan konflik

mudah menyetujui pendapat orang tidak dikenal apabila atractive, melakukan pekerjaan lebih efektif apabila ekerjasama brsama orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif.

d. Prilaku memimpin

Sulit membuat keputusan pada suatu waktu, menolong orang lain tanpa ada maksud dan tujuan tertentu


(24)

e. Takut ditolak

Menghindari konflik dan kompetisi karena takut endapat feedback yang negative dari orang lain, cemas ketika performa mereka diobservasi, tidak menyukai orang yang memandang mereka berbeda dari yang lainya, menghindari kemungkinan untuk bergaul dengan seseorang yang tidak setuju dengan mereka. 2. Motif Berkuasa

Motif untuk berkuasa adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan lingkunganya. Orang yang memiliki motif ini cenderung bertingkah laku otoriter. Berbeda dengan mereka yang memiliki motif afiliasi yang kuat, mereka dengan motif kekuasaan tidak mengacuhkan perasaan orang lain. Dalam memberikan bantuanya kepada orang lainpun mereka tidak memberikanya secara tulus, keinginan dasarnya adalah agar orang lain menjadi meghormatinya. Pemberian bantuannya digunakan untuk menunjukan kelebihan diri mereka. Ciri-ciri perilaku mereka dengan motif berkuasa yang tinggi antara lain adalah:

a. Aggresiveness

lebih suka berkompetisi, berteriak di lampu merah, melempar barang-barang ketika marah, mengambil barang-barang-barang-barang dari hotel misalnya.

b. Mencari prestise

membeli barang dari luar negri, menyukai pembayaran menggunakan kartu kredit


(25)

Memilih teman yang mempunyai jabatan yang bukan merupakan sainganya untuk menunjukan prestise, menyukai orang yang lebih loyal untuk mendukungnya dan respek kepadanya, bekerja di kelompok untuk mendapatkan perhatian anggota kelompok, bergabung dengan suatu kelompok kualisi untuk memperoleh keuntungan dari rekan kerja, mengevaluasi anggota kelompok lebih negatif.

d. Mengambil resiko

Tahan dengan resiko fisik yang berbahaya, uka bertaruh, melakukan taruhan yang ekstrim.

3. Motif Berprestasi

Motif untuk berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain. Hal terpenting adalah bagaimana caranya agar dapat mencapai suatu prestasi tertentu.

Schultz & Sydney (1993) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan atau kebutuhan dalam diri individu untuk meraih hasil atau prestasi tertentu.

Ciri-ciri perilaku mereka dengan motif berprestasi (McClelland,1987) yang tinggi adalah:

a. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang atau menengahmenyukai tugas dengan taraf kesukaran sedang


(26)

Mencoba setiap tugas yang menantang dan sulit tetapi mampu untuk diselesaikan, selalu mempersiapkan diri pada tugas-tugas yang menantang.

b. Suka menerima umpan balik (suka membandingkan kinerja dengan orang lain) Menerima umpan balik dengan cara membandingkan performansinya dengan orang lain atau suatu standar tertentu, berusaha mencapai standar yang ditetapkan yang ditetapkan dengan orang lain karena takut kalah dengan orang lain.

c. Tekun dan gigih terhadap tugas yang berkaitan dengan kemajuanya

Memiliki kinerja yang baik, aktif, berproduktifitas, serta tekun dalam bekerja, selalu berusaha mancapai prestasi sebaik-baiknya dengan selalau tekun dalam menjalankan tugas.

d. Mengontrol hasil kerjanya

Mengontrol hasil kerja mereka dengan menerima umpan balik atas kinerja mereka.

e. Melakukan peningkatan performa

Mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk berhasil, berusaha melakukan sesuatu yang lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya.


(27)

II.C. Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Motif Sosial (Social Motive)

Faktor-faktor yang yang mempengaruhi motif sosial (McClelland, 1987; Atkinson & Raynor, 1974) yaitu;

1. Lingkungan

Lingkungan tempat seorang bekerja mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja, seperti lingkungan fisik tempat kerja, orang-orang yang ada di lingkungan organisasi.

Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya seperti orang tua dan teman-temanya (eastwood, 1983). Bernstein mengatakan bahwa budaya juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi individu. Sebagaimana di ungkapkan oleh Irmawaty (2002) dalam penelitianya bahwa faktor budaya dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Hal ini disebabkan nilai-nilai historis budaya yang diajarkan pada individu sejak kecil, dimana historis tersebut mengandung unsur-unsur prestasi.

Menurut Atkinson, faktor lingkungan merupakan penentu dari motif. Beberapa pikiran pokok yang dikemukakanya adalah sebagai berikut :

a. setiap individu memiliki motif atau kebutuhan dasar tertentu. Motif-motif tersebut mencerminkan potensi tingkah laku dan mempengaruhi tingkah laku hanya bila motif-motif tersebut muncul.

b. Muncul atau tidaknya motif-motif tersebut tergantung pada situasi atas lingkungan yang dialami individu.

c. Keadaan suatu lingkungan tertentu akan menimbulkan atau merangsang berbagai macam motif. Artinya, suatu motif khusus tidak


(28)

akan mempengaruhi tingkah laku sampai motif tersebut dimunculkan melalui pengaruh dari suatu lingkunan yang tepat dan sesuai.

d. Perubahan dalam penerimaan terhadap suatu lingkungan akan menghasilkan perubahan dalam munculnya motivasi. Setiap motivasi diarahkan atau ditujukan untuk memuaskan berbagai macam kebutuhan.

2. Motif sosial juga dipengaruhi oleh faktor Usia

Schultz (1993) mengatakan bahwa usia dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Ia mengatakan bahwa kulaitas motivasi berprestasi mengalami perubahan sesuai dengan usia individu tersebut. Motivasi berprestasi individu tertinggi pada usia 20-30 tahun, dan mengalami penurunan setelah usia pertengahan (Middle Age)

Pengalaman seseorang mengenai suatu pekerjaan mempengaruhi motif sosial mereka dalam melakukan pekerjaan. Apakah dia pernah gagal melakukan suatu pekerjaan atau kesuksesan didalam melakukanya.

3. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat

McClelland (dalam morgan dkk,1986) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Seperti hal diatas Zainuddin (2004) menegaskan bahwa stastus kerja, upah, rasa aman dalam bekerja (job security), kesempatan karir dan lain-lain, semua faktor tersebut akan memberikan andil terhadap munculnya motivasi berprestasi.


(29)

4. Jenis Kelamin

McClelland menjelaskan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi motivasi motif sosial (motif beraffiliasi, motif berkuasa, motif berprestasi) seseorang. Troll & Schwartz (Sopah,1999) menambahkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan perlakuan dan sosialisasi mereka. Menurutnya laki-laki lebih dilatih untuk atif, kompetitif dan mandiri sehingga memiliki motivasi berprestasi yang berbeda daripada perempuan yang dibiasakan pasif, selalu bergantung pada orang lain dan kurang percaya diri. Sehingga menurut McClelland prempuan mempunyai motif beraffiliasi lebih tinggi. Bertentangan dengan hal tersebut, morgan (1986) menyatakan bahwa tingkah laku berprestasi selalu muncul pada laki-laki maupun perempuan, yang membedakan keduanya hanya pada prilaku berprestasinya karena banyak perempuan dengan motivasi berprestasi tinggi namun tidak menampilkan karakter prilaku berprestasi layaknya laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Bosow (1992) bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak berbeda motivasi berprestasinya, yang berbeda hanya tingkah laku berprestasi dan cara untuk meraih prestasinya. Santrock (1991) juga menyatakan pendapatnya bahwa motivasi berprestasi laki-laki dan perempuan adalah sama.

II.D. Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian Organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat yaitu Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya


(30)

The Executive Functions mengemukakan bahwa organisasi adalah sistem

kerjasama antara dua orang atau lebih. James D. Mooney mengatakan bahwa:

“organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama”

Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :

a. Orang-orang (sekumpulan orang), b. Kerjasama,

c. Tujuan yang ingin dicapai.

II.D.1 Ciri-Ciri Organisasi

Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal;

b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan yang merupakan kesatuan kegiatan;

c. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa pemikiran, tenaga, dan lain-lain;


(31)

e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

II.D.2 Jenis-jenis Organisasi

Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Salusu, 2005;Richard, 1986; Newstrom, 1993) : a. Berdasarkan jumlah orang yang memegang puncak pimpinan

1. Bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang;

2. Bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.

b. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan Bentuk organisasi ini meliputi;

1. Organisasi ini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari puncak pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi;

2. Bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi;

3. Bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal.


(32)

c. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu :

1. Organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum; 2. Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena

hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby, dll.

d. Berdasarkan tujuan. yaitu :

1. Organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau profit

oriented;

2. Organisasi sosial atau nonprofit oriented. e. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu :

1. Organisasi pendidikan; 2. Organsasi kesehatan;

3. Organisasi pertanian, dan lain lain. f. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :

1. Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan; 2. Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik; 3. Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja; 4. Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan

lain lain.

g. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat, yaitu :

1. Organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi;


(33)

2. Organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan, misalnya bank;

3. Organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti perusahaan-perusahaan.

4. Organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan kesehatan, contohnya rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain.

II.D.3 Prinsip-Prinsip Organisasi

Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya Organization of Canadian Government Administration (1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi ;

a. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas;

Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin statu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai statu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.

b. Prinsip Skala Hirarkhi;

Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam


(34)

pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

c. Prinsip Kesatuan Perintah;

Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

d. Prinsip Pendelegasian Wewenang;

Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.

e. Prinsip Pertanggungjawaban;

Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

f. Prinsip Pembagian Pekerjaan;

Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan


(35)

memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.

g. Prinsip Rentang Pengendalian;

Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

h. Prinsip Fungsional;

Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

i. Prinsip Pemisahan ;

Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.

j. Prinsip Keseimbangan;

Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana atau tidak kompleks contohnya koperasi di suatu desa terpencil,


(36)

struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

k. Prinsip Fleksibilitas;

Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri atau faktor internal dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi faktor eksternal, sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

l. Prinsip Kepemimpinan;

Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

II.D.4 Pengertian Organsaisi Nonprofit

Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.(Salusu, 2005).

Anthony dan Young (Gies, 1990) mencoba merumuskan beberapa karateristk dari organisasi nonprofit yaitu:


(37)

a. Tidak bermotif mencari keuntungan;

b. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak;

c. Adanya kecenderungan berorientasi semata-mata pada pelayanan; d. Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi;

e. Kurang banyak menggantungkan diri pada kienya untuk mendapatkan antuan keuangan;

f. Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting.

Ditambahkan oleh Koteen bahwa salah satu karateristik utamanya adalah birokasi yang kurang responsif. Jika diperhatikan baik-baik, ternyata profesionalisme dalam organisasi nonprofit lebih banyak tanpak dalam organisasi keagamaan.

Jadi suatu organisasi disebut organisasi nonprofit apabila organisasi itu menyebut dirinya sebagai nonprofit, yaitu tidak menjadikan keuntungan sebagai tujuan utamnya pada saat didirikan.kemudian, menyatakan dalam statusnya bahwa bila ada keuntungan yang diperoleh dari suatu transaksi atau aktivitas, tidak akan dibagikan kepada pengurus sebagai tambahan penghasilan diluar gaji. Dengan kata lain, tidak dipandang sebagai dividen yang harus diperoleh setiap pemegang saham (Salusu, 2005).


(38)

II.D.5 Pengertian Organsaisi Profit

Organisasi profit adalah organisasi yang telah memiliki sumber pendanaan

yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi profit/laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana (Nawawi, 1997 ).

Penelusuran pengertian organisasi bisnis dan non-bisnis yang mempengaruhi akuntansi dilakukan oleh Anthony yang dimuat dalam Financial Accounting in

Nonbusiness Organization (1978). Sebagaimana ditemukan oleh Anthony

organisasi dapat dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut:

1) Profit Oriented- organisasi yang tujuan utamanya adalah mencari laba;

2) Type A Non-profit- organisasi nirlaba yang sumber keuangannya seluruhnyadiperoleh dari pendapatan dari penjualan barang dan jasa;

3) Type B Non-profit- organisasi nirlaba yang memperoleh sumber keuanganya diperoleh dari sumber selain penjualan barang dan jasa.

Kategori 1) contohnya adalah perusahaan publik atau perusahaan negara/daerah dan kategori 3) contohnya adalah pemerintah atau pemerintah daerah yang memperoleh pendapatannya dari pajak, hibah dll. Kategori 2) sebenarnya sangat sulit karena berada di tengah-tengah. Contoh di Inggris untuk kategori 2) ini adalah industri nasional, di Indonesia Badan Layanan Umum (BLU) mungkin dapat dijadikan sebagai contoh kategori ini. Tujuan Anthony menggolongkan organisasi dalam kategori di atas adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana organisasi bisnis dan nonbisnis dibedakan untuk tujuan penyusunan standar akuntansi? Untuk itu dia menawarkan tiga


(39)

alternatif yaitu pembedaan menurut profit atau nonprofit, pembedaan sumber pembiayaan, dan tidak membedakan sama sekali.

II.D.6 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.(Undang-Undang Ketenagakerjaan, 2003)

II.D.7 Perbedaan Organisasi Nonprofit dengan Organisasi profit

Dilihat dari sudut teori organisasi, menurut Dwight Waldo (dalam Gortner et al, 1987) sesungguhnya sudah ada gerakan yang mencoba menghindari perbedaan yang tajam antara organisasi profit dan organissi nonprofit, bahkan mencoba menguburkan perbedaan itu sekaligus menggabungkannya ia menegaskan bahwa baik organisasi profit maupun nonprofit masing-masing memiliki karateristik profit dan nonprofit. Mengingat keduanya memiliki karateristik profit dan nonprofit, maka seharusnyalah mereka diperlakukan sama dan tidak dipisahkan. Akan tetapi, tidak boleh diartikan sebagai menghilangkan karateristik yang khas dari masing-masing organisasi itu.

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nonprofit dengan organisasi lainnya profit atau laba. Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya pemilik organisasi nonprofit, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nonprofit membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi profit atau laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung


(40)

jawab, pada organisasi profit atau laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana. Sedangkan pada organisasi nonprofit, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah pemilik organisasi (Nawawi, 2007).

II.D.8. Perbedaan Motif Sosial pada Organisasi Profit dan Nonprofit

Motif adalah faktor intern yang membangunkan, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif didasari oleh emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan (McClelland,1987). Ada 3 (tiga motif sosial yaitu motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Ketiga motif ini ada pada diri setiap individu tetapi tinggi rendahnya motif tersebut dipengaruhi oleh situasi yang spesifik dan lingkungan dia bekerja.

Menurut penelitian Kock (1965) tentang motif social dia menyatakan bahwa ada pengaruh motif berprestasi yang tinggi dengan expansi bisnis. Salah satu aspek dari expansi bisnis ini adalah profit, dan Kock menyatakan bahwa hubungan antara profit dengan motif berprestasi didapat hubungan positif yaitu sebesar 0,27. Tetapi hubungan profit atau keuntungan dengan motif berafiliasi itu hubungan negatif sebesar 0,30 sedangkan untuk hubungan profit dengan motif berkuasa yaitu hubungan positif sebesar 0,01, dengan p= 0.05.

Michael Stahl (1996) juga membuat penelitian mengenai perbedaan motif berkuasa pada pelayan gereja dan perawat rumah sakit swasta. Dia menyatakan bahwa motif berkuasa lebih tinggi pada perawat rumah sakit swasta daripada


(41)

pelayan gereja yaitu dengangan mean 63 dan standard deviasi 0.5. sedangkan pada pelayan gereja meanya sebesar 56 dengan standart deviasi 27. Dari hasil uji t diperoleh t=5.88,p<0.01.

Organisasi berdasarkan tujuanya dapat dibagi menjadi dua yaitu organisasi profit dan organisasi nonprofit. Singkatnya organisasi profit adalah organisasi yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari profit atau keuntungan usahanya. Sedangkan organisasi nonprofit membutuhkan pendanaan dari donator.

Jika dikaitkan dengan penelitian Kock bahwa organisasi profit cenderung memiliki motif berprestasi yang lebih tinggi dari dua motif lainya yaitu berafiliasi dan motif berkuasa. Sedangkan untuk organisasi nonprofit mungkin kebalikan dari profit karena organisasi ini tujuan utamanya tidak mencari keuntungan.

II.E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan motif berprestasi pada karyawan organisasi profit dengan organisasi nonprofit

2. Ada perbedaan motif berafiliasi pada karyawan organisasi profit dengan organisasi nonprofit

3. Ada perbedaan motif berkuasa pada karyawan organisasi profit dengan organisasi nonprofit


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.A Identifikasi Variabel III.A.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis organisasi berdasarkan tujuanya.

III.A.2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah motif sosial yaitu motif berprestasi, motif berkuasa, motif berafiliasi.

III.B. Definisi Operasional Motif Sosial

Motif sosial terdiri dari tiga motif yaitu: 1. Motif Berafiliasi

Motif berafiliasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, lebih efektif bekerjasama bersama orang lain, kooperatif dan lebih baik jika suatu pekerjaan dilakukan secara bersama atau berkelompok.

2. Motif Berkuasa

Motif Berkuasa adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain, menolong orang lain walaupun


(43)

pertolong itu tidak diminta, aktif menentukan arah kegiatan, mengumpulkan barang-barang yang dapat mencerminkan prestise dan peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi.

3. Motif Berprestasi

Motif berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain. Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam berkompetisi, lebih baik pada tugas-tugas khusus yang memiliki arti bagi mereka, tidak didorong atau dipengaruhi oleh

reward, cenderung mengambil resiko yang wajar atau bertaraf sedang, mencoba

memperoleh umpan balik, mencari kesempatan, bergaul untuk memperoleh pengalaman, mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu masalah, kreatif dan bekerja seakan-akan dikejar waktu.

Organisasi Nonprofit

Organisasi nonprofit adalah organisasi yang tidak bermotif mencari keuntungan, kecenderungan berorientasi semata-mata pada pelayanan, sumber keuangannya diperoleh dari sumber selain penjualan barang dan jasa. Contohnya organisasi keagamaan, sekolah negeri, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan lain-lain.


(44)

Organisasi profit adalah organisasi yang tujuanya jelas memperoleh

untung dari hasil usaha organisasinya, berorientasi pada pelanggan untuk mencari keuntungan. Contohnya perbankan dan perusahaan-perusahaan swasta yang bertujuan mencari untung.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (Undang-Undang Ketenagakerjaan, 2003).

III.C Subjek Penelitian III.C.1 Populasi

Adalah seluruh individu atau tenaga kerja yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah tenaga kerja atau individu yang paling sedikit mempuyai satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang bekerja pada organisasi profit yang bergerak di bidang perbankkan dan yang nonprofit pada organisasi keagamaan di kecamatan Medan Baru. Besar populasi untuk tenaga kerja organisasi profit sebanyak ±201 orang yang terdiri dari 14 bank dan untuk tenaga kerja organisasi sebanyak ±455 orang tenaga kerja yang terdiri dari 43 lembaga keagamaan.

III.C.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (Hadi, 2000). Sampel juga harus memiliki sedikitnya satu sifat yang sama agar dapat dilakukan penggeneralisasinya. Sampel harus dapat mencerminkan keadaan populasi


(45)

penelitian. Dalam usaha untuk memperoleh sampel yang representatif maka harus digunakan teknik pengambilan sampel yang benar.

Pada penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah tenaga kerja suatu organisasi profit dan tenaga kerja di suatu organisasi non profi yang bergerak di bidang jasa. Organisasi nonprofit adalah organisasi keagamaan (pengurus gereja,mesjid) dan Organisasi profit adalah perbankkan.

III.C.3. Karateristik Sampel

Yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tenaga kerja organisasi profit dan organisasi nonprofit yang telah bekerja minimal selama 1 tahun.Alasannya karena pengalaman sangat menentukan bagaimana motif-motif yang ada dalam dirinya.

b. Tenaga kerja organisasi profit dan organisasi nonprofit dengan tingkat pendidikan minimal SMU sederajat.

III.C.4.Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah seluruh tenaga kerja yang dimaksudkan untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).


(46)

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster proporsional

random sampling, dimana pemilihan subjek di kelompokkan terlebiih dahulu

yaitu menjadi sampel untuk organisasi profit dan organisasi nonprofit dan jumlah dari masing-masing sampel untuk organisasi profit dan untuk organisasi nonprofit di proporsikan. Serta diambil secara acak dan semua subjek yang ada dipopulasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Hadi, 2000).

III.D. Instrumen / Alat Ukur yang Digunakan Untuk Pengumpulan Data Pada penelitan ini peneliti menggunakan 1 (satu) alat pengumpulan data, yaitu skala motif sosial McClelland yang terdiri dari 3 motif yaitu motif berprestasi, motif berkuasa dan motif berafiliasi.

Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode skala. Ada beberapa alasan dan pertimbangan dalam penggunaan metode skala (Hadi, 2000):

1. Subjek adalah individu yang paling tahu tentang dirinya;

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di percaya;

3. Interpretasi subjek tentang peryataan-pernyataan yang diajukan kepadanya cenerung sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Metode skala yang digunakan adalah metode rating yang dijumlahkan atau dikenal dengan metode Likert (Azwar, 2000).

Pada skala Likert untuk mengukur motif sosial, peneliti menggunakan 4 opsi jawaban, yaitu; SS: Sangat Sesuai, S : Sesuai, TS : Tidak Sesuai, dan STS: Sangat Tidak Sesuai


(47)

Jawaban pada aitem favorable diberi skor 4 untuk opsi SS (sangat sesuai), 3 untuk opsi S (sesuai), 2 untuk opsi TS (tidak sesuai), dan 1 untuk opsi STS (sangat tidak sesuai).

Sedangkan untuk jawaban pada aitem unfavorable diberi skor sebaliknya, yaitu 1 untuk opsi SS (sangat sesuai), 2 untuk opsi S (sesuai), 3 untuk opsi TS (tidak sesuai), dan 4 untuk opsi STS (sangat tidak sesuai).

Pada skala ini peneliti menghilangkan opsi jawaban netral/ragu-ragu yang bertujuan untuk menghindari kecenderungan subjek menjawab pada pilihan tengah.

Pernyataan-pernyataan di dalam skala motif sosial seluruhnya berbentuk penilaian terhadap kondisi atau keadaan diri subjek yang dinilai sendiri oleh subjek tersebut. Penilaian tersebut kemudian dituliskan melalui pemilihan jawaban pada empat alternatif jawaban (1-4) yang diberikan, yang dinilai paling sesuai ataupun mendekati sesuai. Pengelompokan aitem-aitem skala motif sosial adalah sebagai berikut.

Tabel 1

Blue Print Skala Motif Sosial sebelum uji coba No. Motif

Sosial

Indikator Prilaku Favourable Unfavourable Jlh Performa ketika ada

dukungan anggota kelompok

1,11,21,26 6,16, 6

1. Motif Affiliasi

Memelihara hubungan interpersonal


(48)

Kerjasama dan konformitas

3,13,23 8,18,28 6

Prilaku memimpin 4,14,24,29 9,19, 6

Takut ditolak 5,15,20,25,30 10 6

Agresif 31,39,47,55 35,43,51,59 8

Mencari prestise 32,40,48,56 36,44,52 7

Bekerja agar diakui pada suatu kelompok

33,41,49,57,60 37,45,53 8 2. Motif

berkuasa

Mengambil resiko 34,42,50,58,54 38,46 7 Menyukai tugas yang

memiliki taraf kesulitan sedang

61,71,81 66,76,86 6

Suka menerima umpan balik/feedback

62,72,82 67,77,87 6

Tekun dan gigih terhadap tugas

63,73,83,88 68,78, 6

Mengontrol hasil kerjanya

64,74,84,89 69,79 6

Melakukan peningkatan performa,

65,75,85,90 70,80 6

3. Motif berprestasi

Jumlah 90

Alasan-alasan penggunaan skala (Azwar, 2000), yaitu :

1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan,


(49)

3. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari pertanyaan skala,

4. Jawaban terhadap skala dapat diberi skor, melalui proses penskalaan.

III. E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Azwar (1997) mengatakan bahwa tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran. Uji coba skala dilakukan dengan menyebarkan skala kepada responden uji coba yang memiliki karakteristik hampir sama dengan karakteristik subjek penelitian.

III. E. 1. Uji Validitas

Validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes (Azwar, 2000). Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity). Pegkajian ini dilakukan oleh profesional judgement.

Setelah mengkaji validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji daya beda aitem. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang


(50)

digunakan dalam analisis item ini adalah dengan memilih item-item yang fungsi alat ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih item yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000).

III. E. 2. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya (Azwar, 2001). Dari sejumlah aitem yang terpilih memiliki daya beda aitem yang tinggi dilakukan komputasi untuk memperoleh koefisien reliabilitas. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama.

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yang mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2001). Teknik yang digunakan adalah teknik koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.

Penghitungan daya beda aitem dan koefisien reliabilitas dalam uji coba ini dilkukan dengan menggunakan program SPSS version 12.0 for Windows.

III. E. 3. Uji Coba Reliabilitas Alat Ukur

Uji coba skala motif sosial(motif berafiliasi, motif berkuasa, motif berprestasi) dilakukan terhadap 105 orang tenaga kerja organisasi profit dan 67 tenaga kerja organisasi nonprofit di kecamatan Medan Baru.


(51)

Untuk melihat daya diskriminasi item, dilakukan analisa uji coba dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 12.0 for windows.kemudian nilai

corrected item total correlation yang diperoleh dibandingkan dengan Pearson Product Moment dengan interval kepercayaan 95 %. Semua item yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0.25 akan dipakai di dalam penelitian, karena menurut Azwar (2003), daya pembedanya dianggap cukup memuaskan. Jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 90 aitem (30 aitem motif beraffiliasi, 30 aitem motif berkuasa dan 30 aitem motif berprestasi).

Dari 30 aitem motif beraffiliasi diperoleh 13 aitem yang mempunyai koefisien korelasi minimal 0.25 dan ke 13 aitem itu dianalisis lagi sehingga mendapatkan 12 aitem yang dengan korelasi minimal 0.25 dengan alpha cronbach sebesar 0.822 dan ini akan digunakan didalam penelitian. Dan 30 aitem motif berkuasa diperoleh 14 aitem yang mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dengan alpha cronbach 0.770 dan ini akan menjadi skala motif berkuasa untuk skala penelitian. Serta dari 30 aitem motif berprestasi diperoleh 28 aitem yang mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dan 28 aitem ini dianalisis lagi sehingga mendapatkan 27 aitem yang mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dengan alpha cronbach sebesar 0.910 dan akan digunakan untuk skala penelitian.


(52)

Tabel 2

Distribusi aitem-aitem skala motif sosial setelah uji coba N

o.

Motif Sosial

Indikator Prilaku Favoura ble

Unfavourable Jl h Performa ketika ada dukungan

anggota kelompok

11,26 16 3

Memelihara hubungan interpersonal

7,17 2

Kerjasama dan konformitas 3,13 18 3

Prilaku memimpin 14,14 2

1. Motif Affiliasi

Takut ditolak 20, 30 2

Agresif 31, 47,

55

43 4

Mencari prestise 32, 56 36,52 4

Bekerja agar diakui pada suatu kelompok

45 1

2. Motif berkuasa

Mengambil resiko 34,42,50, 54

46 5 Menyukai tugas yang memiliki

taraf kesulitan sedang

71,81 86 3

Suka menerima umpan balik/feedback

62,72,82 67,77,87 6 Tekun dan gigih terhadap

tugas

63,73,83, 88

68,78 6

Mengontrol hasil kerjanya 64,74,84, 89 69,79 6 3. Motif berprestasi Melakukan peningkatan performa, 65,75,85, 90 70,80 6


(53)

Jumlah 53

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu item disusun kembali

Tabel 3

Blue print sakala data yang dipakai

No. Motif Sosial Indikator Prilaku Favourable Unfavourable Jlh Performa ketika ada

dukungan anggota kelompok

1, 8 5 3

Memelihara hubungan interpersonal

6,12 2

Kerjasama dan konformitas

2,9 7 3

Prilaku memimpin 3,10 2

1. Motif Affiliasi

Takut ditolak 4,11 2

Agresif 13,20,24 16 4

Mencari prestise 14,21 17,23 4

Bekerja agar diakui pada suatu kelompok

18 1 2. Motif

berkuasa

Mengambil resiko 15,22,25,26 19 5

Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang

27,37 32 3

3. Motif berprestasi


(54)

balik/feedback

Tekun dan gigih terhadap tugas

29,39,47,51 34,43 6

Mengontrol hasil kerjanya 30,40,48,52 35,44 6 Melakukan peningkatan

performa,

31,41,49,53 36,45 6

Jumlah 53

III.F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pada subbab ini akan dijelaskan tentang prosedur pelaksanaan penelitian, baik dalam pra penelitian maupun pelaksanaan penelitian.

III.F.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif (Suryabrata, 2002) yaitu penelitian yang berusaha menjawab hipotesis apakah terdapat perbedaan antara dua variabel yaitu motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit.

III.F.2. Tahap Penyusunan Alat Ukur

Sebelum alat-alat penelitian digunakan pada sampel yang sesungguhnya, maka terlebih dahulu dilakukan beberapa tahapan kegiatan supaya alat-alat ini dapat digunakan sesuai dengan kondisi sampel yang dipilih dengan tetap menjaga reliabilitas dan validitas aitem-aitemnya. Skala yang digunakan yaitu:


(55)

a. Skala Motif Sosial

Alat ukur motif sosial belum ada yang telah dipublikasikan secara luas dan dapat dibeli ataupun digunakan oleh kalangan umum. Oleh karena itu peneliti mencoba membuat alat ukur sendiri, yang disusun berdasarkan teori McClelland (1997). Tahapan yang dilakukan adalah:

1. Peneliti mengadakan studi literatur untuk mengkaji teori-teori tentang motif sosial,

2. Dari indikator-indikator yang diperoleh dari masing-masing motif sosial, kemudian disusun aitem-aitem yang dapat mewakili masing-masing indikator. Dari indikator-indikator tersebut dapat disusun sebanyak 140 aitem dalam bentuk pernyataan pada skala sikap.

3. Peneliti kemudian meminta penilaian orang yang ahli pada dosen pembimbing untuk mendiskusikan content validity skala serta memeriksa apakah aitem-aitem tersebut dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum serta memeriksa redaksi dan keterbacaannya.

4. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala motif sosial ini dilakukan pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit. Uji coba skala skala moti sosial dilakukan pada tanggal 3 Maret – 21 Maret 2008. Uji coba dilakukan dengan cara memberikan skala tersebut langsung kepada subjek penelitian. Setelah itu, peneliti mengumpulkan kembali skala yang sudah disebarkan.

5. Setelah hasil terkumpul kemudian peneliti menghitung secara statistik dengan menggunakan program SPSS versi 12.


(56)

III.G. Metode Analisa Data

Metode yang digunakan untuk melihat perbedaan pada data penelitian ini adalah Uji t. Uji t digunakan untuk mengukur derajat perbedaan antara dua variabel. Uji t digunakan untuk pengujian dua sampel (Hadi, 2002).

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui perbedaan motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif berafiliasi) pada organisasi profit dan nonprofit adalah dengan uji t.

Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS version

12.0. for Windows.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel penelitian adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan dengan Anova dengan bantuan SPSS version 12.0 for Windows


(57)

BAB IV

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi dari data penelitian serta hasil tambahan penelitian.

IV. A. Gambaran Data Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 172 orang tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit di kecamatan Medan Baru, yang terdiri dari 105 orang tenaga kerja organisasi nonprofit dan 67 orang tenaga kerja organisasi

profit. Sampel tenaga kerja organisasi profit yang merupakan tenaga kerja di perbankan adalah tenaga kerja dari BRI Iskandar muda sebanyak 40 orang tenaga kerja, Bank Sumut jln. Dr Mansyur sebanyak 19 orang tenaga kerja, dan Bank Lippo Iskandar Muda sebanyak 8 orang tenaga kerja. Sampel tenaga kerja organisasi nonprofit merupakan tenaga kerja di lembaga keagamaan adalah 4 orang dari Masjid Dakwah, 3 orang Masjid Istiqna, 3 orang Masjid Nurul Hasanah, 3 orang Masjid Nurul Islam, 2 orang Masjid Bulan, 3 orang Masjid Al Jihad, 7 orang Gereja GBKP Jln. Bahagia, 6 orang gereja GKPS pasar satu, 9 orang gereja GBKP pasar dua, 8 orang dari Gereja GKPI Sriwijaya, 10 orang dari Gereja GPDI Maranata, 8 orang Gereja Khatolik St. Maria, 10 orang gereja HKBP Mojopahit, 9 orang Gereja GBKP Pembangunan, 6 orang Gereja Solagratia, 8 orang Gereja Oekumene jln. Sumarsono dan 6 orang Gereja Advent Jln.Bahagia.


(58)

Berdasarkann hal tersebut didapatkan gambaran subjek penelitian menurut jenis kelamin ,usia dan suku.

.

IV. A. 1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 4

Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Tenaga Kerja Organisasi Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase Laki-laki 39 23%

Profit

Perempuan 28 16% Laki-laki 50 29%

Nonprofit

Permpuan 55 32%

Jumlah 172 100%

Dilihat dari tabel menunjukkan bahwa ternyata subjek terbanyak pada tenaga kerja organisasi profit adalah laki-laki yaitu 39 orang (23%) sedangkan pada organisasi nonprofit subjek terbanyak adalah yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 55 orang (32%). Subjek paling sedikit pada organisasi

profit adalah perempuan yaitu 28 orang (16%) dan pada tenaga kerja organisasi


(59)

IV. A. 2. Usia Subjek Penelitian

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Penyebaran subjek berdasarkan usia

Organisasi Usia Jumlah (N) Persentase

18-40 47 orang 27%

41-60 20 orang 12 %

Profit

>60 - orang 0%

18-40 87 orang 50%

41-60 17 orang 10%

Nonprofit

>60 1 orang 1 %

Total 172 orang 100%

Dapat dilihat dari tabel bahwa ternyata sebagian besar subjek penelitian tenaga kerja di organisasi profit yaitu sebanyak 47 orang (27%) adalah tenaga kerja yang usianya berkisar antara 18-40 tahun, kemudian sebanyak 20 orang (12%) adalah tenaga kerja yang usianya 41-60 tahun. Subjek pada organisasi

nonprofit paling banyak berada pada rentang usia 18-40 tahun yaitu sebanyak 87 orang (50%) dan subjek yang paling sedikit yaitu pada rentag usia lebih besar dari 60 tahun sebanyak 1 orang (1%)


(60)

IV. A. 3 Suku Bangsa Subjek Penelitian Tabel 6

Penyebaran subjek berdasarkan suku Organisasi Usia Jumlah (N) Persentase

Batak 33 orang 19%

Jawa 22 orang 13 %

Minang 5 orang 3 %

Profit

Melayu 7 orang 4 %

Batak 86 orang 50%

Jawa 11 orang 6%

Minang 5 orang 3%

Nonprofit

Melayu 3 orang 2%

Jumlah 172 orang 100%

Dapat dilihat dari tabel bahwa ternyata sebagian besar subjek penelitian pada organisasi profit yaitu sebanyak 33 orang (19 %) adalah tenaga kerja suku Batak, kemudian paling sedikit pada organisasi profit yaitu 22 orang (13%) adalah tenaga kerja suku Jawa. Pada organisasi nonprofit subjek paling banyak yaitu 86 orang (50%) adalah tenaga kerja suku Batak, kemudian yang paling sedikit pada organisasi nonprofit yaitu sebanyak 3 orang (2%) adalah tenaga kerja suku Melayu.

IV. B. Hasil Utama Penelitian IV. B. 1. Uji Asumsi

IV. B. 1.a. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas sebaran menggunakan

Kolmogorov-Smirnov test menunjukkan sebaran normal. Normalitas motif sosial (motif berprestasi, berafiliasi dan motif berkuasa) dapat dilihat pada tabel berikut:


(61)

Tabel 7

Uji Normalitas Motif Sosial

Variabel Ks (Z) P Keterangan

Motif Beraffiliasi 1.117 0.165 Terdistribusi normal Motif Berkuasa 1.360 0.053 Terdistribusi normal Motif Berprestasi 1.325 0.060 Terdistribusi normal

Data dikatakan terdistribusi normal jika harga ρ > 0.05. berdasarkan tabel diatas, diperoleh ρ = 0,165, oleh karena itu variabel motif beraffiliasi terdistribusi normal. Berdasarkan tabel diatas, diperoleh ρ = 0,053 pada motif berkuasa oleh karena itu variabel motif berkuasa terdistribusi normal. Juga berdasarkan tabel diatas, diperoleh ρ = 0,060 pada motif berprestasi oleh karena itu variabel motif berkuasa terdistribusi normal.

IV. B. 1.b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah subjek yang digunakan dalam penelitian ini homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan metode Levene's Test.

Tabel 8

Uji Homogenitas Motif sosial Variabel Laven test

F

P Keterangan Motif Beraffiliasi 2.316 0.130 Sampel homogen

Motif Berkuasa 3.388 0.067 Sampel homogen Motif Berprestasi 0.817 0.367 Sampel Homogen


(62)

Data penelitian dikatakan homogen apabila signifikansi menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.05 (ρ > 0.05). Berdasarkan tabel diatas diperoleh signifikansi motif beraffiliasi yaitu sebesar 0.130 sehingga dapat dikatakan bahwa sample bersifat homogen terhadap populasi.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh signifikansi motif berkuasa yaitu sebesar 0.067 sehingga dapat dikatakan bahwa sample bersifat homogen terhadap populasi.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh signifikansi motif berprestasi yaitu sebesar 0.367 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel bersifat homogen terhadap populasi.

IV. B. 2. Uji Hipotesis

Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini serta landasan teori yang telah dikemukakan dalam bab I dan bab II, hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Ada perbedaan motif berprestasi pada tenaga kerja organisasi profit dengan organisasi nonprofit, ada perbedaan motif berafiliasi pada tenaga kerja organisasi

profit dengan organisasi nonprofit, ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dengan organisasi nonprofit.

Untuk melakukan pengujian statistik maka dilakukan perumusan hipotesis statistik, yaitu:


(63)

a. Uji Hipotesis Motif Beraffiliasi

a. Ho (hipotesis nihil):

μ

affiliasi profit=

μ

affiliasi nonprofit, artinya tidak ada perbedaan motif beraffiliasi pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi

nonprofit.

b. Ha (hipotesis alternatif):

μ

affiliasi profit

μ

affiliasi nonprfit, artinya ada perbedaan motif beraffiliasi pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi

nonprof.

Tabel 9 Uji t motif beraffiliasi

Variabel t P Keterangan

Motif beraffiliasi -5.858 0.000 Perbedaan bermakna

Dari hasil perhitungan dan pengujian diperoleh ρ <0.05, yaitu sebesar

ρ=0.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan konsekuensinya Ha diterima. Berarti hipotesis yang diungkapkan dalam penelitian ini diterima, yaitu Ada perbedaan motif beraffiliasi pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit.

Tabel 10

Deskripsi skor motif beraffiliasi

Organisasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Profit 67 32.2537 3.52628 .43080


(64)

Berdasarkan skor motif beraffiliasi dapat dilihat bahwa kelompok subjek penelitian tenaga kerja nonprofit mendapat mean tertinggi dari skor motif beraffiliasi pada subjek penelitian tenaga kerja pada organisasi profit yaitu sebesar 35.2286 dengan standar deviasi 3.05796 Sedangkan kelompok subjek penelitian tenaga kerja organisasi profit mendapat mean yang lebih rendah yaitu sebesar 32.2537 dengan standar deviasi 3.52628.

b. Uji Hipotesis Motif Berkuasa

a. Ho (hipotesis nihil):

μ

berkuasa profit=

μ

berkuaa nonprofit, artinya tidak ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi

nonprofit.

b. Ha (hipotesis alternatif):

μ

berkuasa profit

μ

berkuasa nonprfit, artinya ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi

nonprofit.

Tabel 11 Uji t motif berkuasa

Variabel T P Keterangan

Motif berkuasa -3.010 0.003 Perbedaan bermakna

Dari hasil perhitungan dan pengujian diperoleh ρ <0.05, yaitu sebesar

ρ=0.003 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan konsekuensinya Ha diterima. Berarti hipotesis yang diungkapkan dalam penelitian ini diterima, yaitu Ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit


(65)

Tabel 12

Deskripsi skor motif berkuasa

Organisasi N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Nonprofit 105 30.4381 3.97570 .38799

Profit 67 32.2090 3.40026 .41541

. Berdasarkan skor motif berkuasa dapat dilihat bahwa kelompok subjek penelitian tenaga kerja profit mendapat mean tertinggi dari skor motif berhubungan dengan orang lain pada subjek penelitian tenaga kerja pada organisasi nonprofit yaitu sebesar 32.2090 dengan standar deviasi 3.40026 Sedangkan kelompok subjek penelitian tenaga kerja organsasi nonprofit mendapat mean yang lebih rendah yaitu sebesar 30.4381 dengan standar deviasi 3.97570 c. Uji Hipotesis Motif Berprestasi

a. Ho (hipotesis nihil):

μ

prestasit profit=

μ

prestasi nonprofit, artinya tidak ada perbedaan motif berprestasi pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi

nonprofit.

b. Ha (hipotesis alternatif):

μ

prestasi profit

μ

prestasi nonprfit, artinya ada perbedaan motif berprestasi pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi

nonprofit.

Tabel 13 Uji t motif berprestasi

Variabel T P Keterangan


(66)

Dari hasil perhitungan dan pengujian diperoleh ρ <0.05, yaitu sebesar

ρ=0.001 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan konsekuensinya Ha diterima. Berarti hipotesis yang diungkapkan dalam penelitian ini diterima, yaitu Ada perbedaan motif berprestasi pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit

Tabel 14

Deskripsi skor motif berprestasi

Group N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

profit 67 80.6418 9.26496 1.13189

nonprofi 105 85.4286 8.26701 .80678

Berdasarkan skor motif berprestasi dapat dilihat bahwa kelompok subjek penelitian tenaga kerja nonprofit mendapat mean tertinggi dari skor motif berprestasi daripada subjek penelitian tenaga kerja pada organisasi profit yaitu sebesar 85.4286 dengan standar deviasi 8.26701. Sedangkan kelompok subjek penelitian tenaga kerja organsasi profit mendapat mean yang lebih rendah yaitu sebesar 80.6418 dengan standar deviasi 9.26496

IV. B. 3. Kategorisasi Skor Motif Sosial

Kategorisasi skor motif sosial dapat diperoleh melalui uji signifikansi perbedaan antara mean skor empiris dan mean teoritik (Azwar, 2003). Skala motif sosial terdiri dari 53 item (12 skala motif beraffiliasi, 14 skala motif berkuasa dan 27 skala motif berprestasi dengan empat pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 4.


(67)

1. Kategorisasi Motif Berhubungan dengan Orang Lain

Dari skala motif berhubungan dengan orang lain yang diisi subjek, maka diperoleh mean hipotetik sebesar 30 Dengan standar deviasi sebesar 3. Sementara mean empirik yang diperoleh sebesar 34.0698. Dengan standar deviasi sebesar 3.55011. Perbandingan antara mean hipotetik dan mean empirik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15

Perbandingan mean hipotetik dan mean empirik motif beraffiliasi

Empirik Hipotetik Variabel

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Motif Beraffiliasi 25 43 34.0698 3.55011 12 48 30 3 Dari mean hipotetik sebesar 30 dan standar deviasi sebesar 3 dapat dibuat kategorisasi seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 16

Kategorisasi data pada variabel motif beraffiliasi

Organisasi Variabel Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase X < 27 Rendah 4 orang 2% 27≤ x < 33 Sedang 38 orang 22 %

Profit

X ≥ 33 Tinggi 25 orang 15 % X < 27 Rendah 1 orang 1% 27≤ x < 33 Sedang 16 orang 9%

Nonprofit

Beraffiliasi

X ≥ 33 Tinggi 88 orang 51%

2. Kategorisasi Motif Berkuasa

Dari skala motif berkuasa yang diisi subjek, maka diperoleh mean hipotetik sebesar 35 Dengan standar deviasi sebesar 7. Sementara mean empirik yang diperoleh sebesar 31.1221. Dengan standar deviasi sebesar


(68)

3.85288. Perbandingan antara mean hipotetik dan mean empirik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17

Perbandingan mean hipotetik dan mean empirik motif berkuasa

Empirik Hipotetik Variabel

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Motif berkuasa 20 40 31.1221 3.85288 14 56 35 7

Dari mean hipotetik sebesar 35 dan standar deviasi sebesar 7 dapat dibuat kategorisasi seperti yang terlihat dalam tabel 17 berikut ini:

Tabel 18

Kategorisasi data pada Variabel Motif Berkuasa Organisasi Variabel Rentang

nilai

Kategori Jumlah Persentase X < 28 Rendah 3 orang 2 % 28≤ x < 42 Sedang 64orang 37 %

Profit

X ≥ 42 Tinggi - orang 0 %

X < 28 Rendah 22 orang 13% 28≤ x < 42 Sedang 83 orang 48%

X ≥ 42 Tinggi -orang 0%

Nonprofit

Motif Berkuasa

Total 107

orang

100%

3. Kategorisasi Motif Berprestasi

Dari skala motif berprestasi yang diisi subjek, maka diperoleh mean hipotetik sebesar 67.5 Dengan standar deviasi sebesar 13.5. Sementara mean empirik yang diperoleh sebesar 83.6. Dengan standar deviasi sebesar 8.95417.


(1)

(2)

(3)

i50 i51 i52 i53

3 2 2 3 3 3 76

3 3 2 3 3 3 77

3 3 2 3 3 3 76

3 2 3 4 4 4 94

3 3 2 3 3 3 77

3 2 3 3 4 4 92

3 4 1 1 1 4 66

3 3 1 1 4 3 71

3 2 2 3 3 3 76

4 4 1 4 4 4 102

3 2 2 3 3 3 76

3 2 2 3 3 3 76

3 4 2 3 3 2 78

3 4 2 2 2 1 62

2 2 4 4 3 3 68

3 2 3 3 3 3 76

4 2 2 4 4 4 97

2 3 2 2 2 2 65

3 2 3 3 3 3 77

3 2 2 3 3 3 76

3 2 3 4 4 4 86

3 2 3 4 4 4 96

4 2 3 4 4 4 90

3 2 3 3 3 3 85

3 2 3 3 3 3 80

3 2 2 3 3 3 76

4 2 2 3 3 4 88

3 3 2 3 3 3 77

3 3 2 3 3 3 77

3 4 3 4 4 4 92

3 3 3 3 3 3 81

4 3 1 4 3 4 92

3 3 2 3 3 3 80

3 3 2 3 3 3 83

4 3 2 4 4 4 96

3 3 2 4 3 4 84

3 3 2 3 3 3 78

3 3 2 4 4 4 86

3 3 2 3 3 3 77

3 3 3 3 3 3 87

3 3 3 4 4 4 90

3 3 3 3 4 4 90

3 3 2 3 3 3 81

4 4 3 3 3 4 94

3 3 3 3 3 3 79


(4)

3 3 3 3 4 4 95

4 3 2 3 3 3 81

3 3 2 3 3 4 87

3 3 4 3 3 4 91

3 3 2 3 3 3 80

3 4 2 3 4 4 84

3 3 2 4 3 4 87

3 4 2 3 3 3 78

3 3 2 3 3 3 75

3 2 3 3 3 4 84

3 3 2 3 3 3 75

4 4 3 4 4 4 102

3 3 3 2 3 3 81

3 3 4 3 4 4 91

2 2 2 3 3 3 80

4 4 2 4 4 4 101

4 3 3 3 3 3 80

2 2 3 3 3 3 75

3 3 3 3 3 3 81

3 3 3 3 3 3 79

3 3 2 3 3 3 79

3 4 4 3 3 4 89

3 4 2 4 4 4 91

3 3 3 3 3 4 88

2 2 2 2 3 4 74

4 3 3 3 3 4 85

2 1 1 1 3 1 59

4 3 2 4 4 2 83

3 3 2 3 3 4 85

3 4 3 4 3 4 95

3 3 3 3 3 3 83

4 3 3 4 4 4 94

3 3 3 3 3 4 91

3 3 2 3 3 3 77

4 3 2 4 4 3 81

3 2 3 2 3 2 72

3 4 3 4 4 4 92

3 3 3 4 4 4 87

3 3 3 4 4 4 84

3 3 3 3 3 3 86

p l 84 76 76 77 95 76 79 94 77 77


(5)

75 92 75 66 76 71 97 76 76 102 89 76 105 76 85 78 78 62 76 68 76 76 75 97 77 65 77 77 76 76 85 86 71 96 93 90 78 85 56 80 77 76 78 88 79 77 78 77 91 92 92 81 85 92 85 80 77 83 75 96 82 84 74 78 85 86 93 77 78 87 85 90 94 90 94 81 80 94 84 79 90 87 107 79 84 87 78 80 101 83 88 95 80 81


(6)

90 87

108 78

97 75

80 84

81 75

76 102

98 81

87 91

85 80

79 101

101 80

77 75

80 81

78 79

107 79

79 89

96 91

93 88

83 74

81 85

80 59

85 83

84 85

82 95

92 83

86 94

91 77 81 72 92 87 84 86