BATASAN MASALAH SISTEMATIKA PENULISAN PERKERASAN SECARAUMUM

5

I.6 BATASAN MASALAH

Di dalam penelitian ini diperlukan batasan masalah agar pembahasan tidak terlalu luas dan tepat sasaran dari tujuan penelitian. Masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah : 1. Pada spesifikasi umum Bina Marga edisi 2010 Laston AC-WC yang digunakan bergradasi kasar atau halus. 2. Metode yang digunakan sesuai dengan spesifikasi umum Bina Marga 2010, yaitu metode Uji Marshall. 3. Penggunaan filler dan bahan anti pengelupasan pada batas maksimum, yaitu variasi kadar filler abu vulkanik 1,2,3,4, dan anti pengelupasan dengan kadar penggunaan 0,3 dari berat bitumen. 4. Parameter campuran aspal yang dikaji adalah Stabilitas Marshall, flow, VIM, VMA, VFB, MQ. 6

I.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam studi ini, di dalam penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:  BAB I PENDAHULUAN Mengemukakan tentang informasi secara umum dari penelitian ini yang berkenaan dengan latar belakang masalah, maksud dan tujuan penelitian, hipotesa, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.  BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang teori-teori yang dijadikan dasar dalam analisa dan pembahasan masalah, serta beberapa defenisi dari studi literature yang berhubungan dalam penulisan ini.  BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ini berisi tentang uraian tentang prosedur perencanaan penelitian.  BAB IV ANALISIS DATA Menyajikan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan yang diperoleh dari hasil perhitungan dalam penelitian ini. Selanjutnya data tersebut kemudian diolah dan dianalisa sehingga akan menghasilkan informasi yang berguna.  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini dikemukakan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-sarandari peneliti berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PERKERASAN SECARAUMUM

Perkerasan merupakan struktur yang terdiri dari banyak lapisan yang dibuat untuk menambah daya dukung tanah agar dapat memikul repetisi beban lalu lintas sehingga tanah tidak mengalami deformasi yang berarti. Perkerasan atau struktur perkerasan didefenisikan sebagai struktur yang terdiri dari satu atau lebih lapisan perkerasan yang dibuat dari bahan yang memiliki kualitas yang baik. Jadi, perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar subgrade, yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Perkerasan dimaksudkan untuk memberikan permukaan yang halus dan aman pada segala kondisi cuaca, serta tebal dari setiap lapisan harus cukup aman untuk memikul beban yang bekerja di atasnya, oleh karena itu pada waktu penggunaannya diharapkan tidak mengalami kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas pelayanan lalu lintas. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat,dan agregat berperan sebagai tulangan.Sifat-sifat mekanis aspal dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya.Fraksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat interlocking, dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan.Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan.Oleh sebab itu kinerja 8 campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat- sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai.Perkerasan jalan di Indonesia umumnya mengalami kerusakan awal kerusakan dini antara lain akibat pengaruh beban lalu lintas kendaraan yang berlebihan over loading, temperatur cuaca, air, dan konstruksi perkerasan yang kurang memenuhi persyaratan teknis.Berdasarkan gradasinya campuran beraspal panas dibedakan dalam tiga jenis campuran, yaitu campuran beraspal bergradasi rapat, senjang dan terbuka.Tebal minimum penghamparan masing-masing campuran sangat tergantung pada ukuran maksimum agregat yang digunakan.Tebal padat campuran beraspal harus lebih dari 2 kali ukuran butir agregat maksimum yang digunakan. Beberapa jenis campuran aspalpanas yang umum digunakan di Indonesia antara lain : - AC Asphalt Concrete atau laston lapis beton aspal - HRS Hot Rolled Sheet atau lataston lapis tipis beton aspal - HRSS Hot Rolled Sand Sheet atau latasir lapis tipis aspal pasir Laston AC merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur.Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. 9 Tabel 2.1. Ketentuan Sifat Campuran Laston AC Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Rev.2 Laston AC dapat dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada konstruksi perkerasan jalan, yaitu untuk lapis permukaan atau lapisan aus AC- wearing course dan untuk lapis pondasi AC-base, AC-binder, ATB Asphalt Treated Base. a. Laston sebagai lapisan aus, dikenaldengan nama AC-WC AsphaltConcrete – Wearing Course dengantebal minimum AC – WC adalah 4cm. Lapisan ini adalah lapisan yangberhubungan langsung dengan bankendaraan. b. Laston sebagai lapisan pengikat,dikenal dengan nama AC-BCAsphalt Concrete – Binder Coursedengan tebal minimum AC – BCadalah 5 cm. Lapisan ini untukmembentuk lapis pondasi jikadigunakan pada pekerjaanpeningkatan atau pemeliharaanjalan. c. Laston sebagai lapisan pondasi,dikenal dengan nama AC-BaseAsphalt Concrete-Base dengantebal minimum AC-Base adalah 6cm. Lapisan ini 10 tidak berhubunganlangsung dengan cuaca tetapimemerlukan stabilitas untuk memikulbeban lalu lintas yang dilimpahkanmelalui roda kendaraan. Campuran beraspal panas terdiri atas kombinasi agregat, bahan pengisi bila diperlukan dan aspal yang dicampur secara panas pada temperatur tertentu. Komposisi bahan dalam campuran beraspal panas terlebih dahulu harus direncanakan sehingga setelah terpasang diperoleh perkerasan beraspal yang memenuhi kriteria : a Stabilitas yang cukup. Lapisan beraspal harus mampu mendukung beban lalu-lintas yang melewatinya tanpa mengalami deformasi permanen dan deformasi plastis selama umur rencana. b Durabilitas yang cukup. Lapisan beraspal mempunyai keawetan yang cukup akibat pengaruh cuaca dan beban lalu-lintas. c Kelenturan yang cukup. Lapisan beraspal harus mampu menahan lendutan akibat beban lalu-lintas tanpa mengalami retak. d Cukup kedap air. Lapisan beraspal cukup kedap air sehingga tidak ada rembesan air yang masuk ke lapis pondasi di bawahnya. e Kekesatan yang cukup. Kekesatan permukaan lapisan beraspal berhubungan erat dengan keselamatan pengguna jalan. f Ketahanan terhadap retak lelah fatique. Lapisan beraspal harus mampu menahan beban berulang dari beban lalu-lintas selama umur rencana. g Kemudahan kerja. Campuran beraspal harus mudah dilaksanakan, mudah dihamparkan dan dipadatkan. h Untuk dapat memenuhi ketujuh kriteria tersebut, maka sebelum pekerjaan campuran beraspal dilaksanakan, perlu terlebih dahulu dibuat formula 11 campuran kerja FCK. Pembuatan Formula Campuran Kerja FCK atau lebih dikenal dengan JMF Job Mix Formula, meliputi penentuan proporsi dari beberapa fraksi agregat dengan aspal sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kinerja perkerasan yang memenuhi syarat. Pembuatan campuran kerja dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai dari penentuan gradasi agregat gabungan yang sesuai persyaratan dilanjutkan dengan membuat Formula Campuran Rencana FCR yang dilakukan di laboratorium. FCR dapat disetujui menjadi FCK apabila dari hasil percobaan pencampuran dan percobaan pemadatan di lapangan telah memenuhi persyaratan. Berdasarkan bahan pengikatnya perkerasan jalan dibagi menjadi dua, yaitu : A. Perkerasan lentur flexible pavement Perkerasan lentur merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya.Perkerasan lentur memiliki umur rentang antara 10-20 tahun masa pemakaian saja.Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan.Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya.Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis bertujuan untuk menerima beban kendaraan yang melaluinya dan meneruskan ke lapisan di bawahnya. Biasanya material yang digunakan pada lapisan-lapisan perkerasan jalan semakin kebawah akan semakin berkurang kualitasnya. Karena lapisan yang berada dibawah lebih sedikit menahan beban. 12 lapis permukaan surface lapis pondasi atas base lapis pondasi bawah subbase tanah dasar subgrade Gambar 2.1 Lapisan Perkerasan Lentur Lapisan permukaan pada umumnya dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Lapisan ini terletak paling atas, yang berfungsi sebagai berikut: 1. Menahan beban roda, oleh karena itu lapisan perkerasan ini harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa layan. 2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapisan di bawahnya yang akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan tersebut. 3. Lapis aus, lapisan yang langsung terkena gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. 4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain. B. Perkerasan kaku rigid pavemet Perkerasan kaku merupakan suatu susunan konstruksi perkerasan dimana sebagai lapisan atasnya digunakan pelat beton, yang terletak di atas pondasi atau 13 langsung di atas tanah dasar.Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapisan perkerasan, maka lapisan ini bertugas menerima beban yang berat.Oleh karena itu material yang digunakan harus berkualitas tinggi dan pelaksanaan di lapangan harus benar.Lapisan-lapisan perkerasan kaku adalah seperti gambar 2.2 di bawah ini. plat beton concrete slab lapis pondasi bawah subbase tanah dasar subgrade Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Kaku Perkerasan kaku ini memiliki umur rencana yang lebih lama dibandingkan perkerasan lentur., tetapi lebih mahal biaya yang dibutuhkan . Pada umumnya perkerasan kaku dipakai pada jalan antar lintas provinsi karena arus lalu lintasnya padat.Selain dari kedua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan composite pavement. C. Perkerasan komposit composite pavement Perkerasan komposit merupakan perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur.Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau sebaliknya. 14 lapis permukaan surface plat beton concrete slab lapis pondasi bawah subbase tanah dasar Gambar 2.3 Lapisan Perkerasan Komposit D. Perbedaan antara perkerasan lentur dan pekerasan kaku. Perbedaan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.2Perbedaan Perkerasan Lentur dan Pekerasan Kaku Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku Bahan Pengikat Aspal Semen Repetisi Beban Timbul rutting lendutan pada jalur roda Timbul retak-retak pada permukaan Penurunan Tanah Dasar Jalan bergelombang mengikuti tanah dasar Bersifat sebagai balok diatas perletakan Perubahan Temperatur Modulus kekakuan berubah. Timbul tegangan dalam yang kecil Modulus kekakuan tidak. berubah timbul tegangan dalam yang besar Sumber: Silvia Sukirman. 15

II.2. KRITERIA DAN FUNGSI LAPISAN PADA PERKERASAN LENTUR.

Dokumen yang terkait

INDEKS DURABILITAS MARSHALL ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) BERDASARKAN SPESIFIKASI BINA MARGA 2010-REV 2

0 5 111

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Aspal Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course ( Ac – Wc ) Gradasi Kasar Dengan Acuan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010.

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Penuaan Aspal Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course ( Ac – Wc ) Gradasi Kasar Dengan Acuan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010.

0 2 7

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Aspal Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course ( Ac – Wc ) Gradasi Kasar Dengan Acuan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010.

1 1 16

PENGARUH PENUAAN PERKERASAN TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Perkerasan Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course (AC – WC) Menggunakan Spesifikasi Bina Marga.

0 1 20

PENDAHULUAN Pengaruh Penuaan Perkerasan Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course (AC – WC) Menggunakan Spesifikasi Bina Marga.

0 2 8

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE–WEARING COURSE (AC-WC) DENGAN PENGGUNAAN ABU VULKANIK DAN ABU BATU SEBAGAI FILLER

0 0 12

TINJAUAN PENGGUNAAN ABU BATU DAN ABU VULKANIK SEBAGAI FILLER TERHADAP DURABILITAS ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE (AC – WC) Hadi Ali

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penggunaan Abu Gunung Sinabung Sebagai Filler Untuk Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) Menggunakan Spesifikasi Bina Marga 2010

0 2 47

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ABU GUNUNG SINABUNG SEBAGAI FILLER UNTUK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE (AC-WC) MENGGUNAKAN SPESIFIKASI BINA MARGA 2010

0 1 10