KRITERIA DAN FUNGSI LAPISAN PADA PERKERASAN LENTUR.

15

II.2. KRITERIA DAN FUNGSI LAPISAN PADA PERKERASAN LENTUR.

Upaya yang dilakukan dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan, maka kontruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu : a. Syarat-syarat berlalu-lintas. • Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang. • Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja diatasnya. • Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tak mudah selip. • Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari. b. Syarat-syarat kekuatanstruktural. Kontruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban, haruslah memenuhi syarat-syarat: • Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan bebanmuatan lalu- lintas ke tanah dasar. • Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di bawahnya. • Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat cepat di alirkan. • Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti. 16 Secara jelas susunan lapis konstruksi perkerasan lentur terdiri dari : a. Lapis Permukaan surface course Lapisan permukaan pada umumnya dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Lapisan ini terletak paling atas, yang berfungsi sebagai berikut:  Menahan beban roda, oleh karena itu lapisan perkerasan ini harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa layan.  Lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapisan di bawahnya yang akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan tersebut.  Lapis aus, lapisan yang langsung terkena gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.  Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain. Jenis lapis permukaan yang banyak digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut:  Burtu laburan aspal satu lapis, yaitu lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi satu lapis agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimal 2 cm.  Burda laburan aspal dua lapis, yaitu lapis penutup yang teridri dari lapisan aspal ditaburi agregat dua kali secara berurutan dengan tebal maksimal 3,5 cm.  Latasir lapis tipis aspal pasir, yaitu lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal 1-2 cm. 17  Lataston lapis tipis aspal beton, yaitu lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi dan aspal keras dengan perbandingan tertentu dan tebal antara 2 – 3,5 cm. Jenis lapisan di atas merupakan jenis lapisan yang bersifat nonstructural yang berfungsi sebagai lapisan aus dan penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air dan memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu- lintas.Pemilihan bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana, serta pentahapan kontruksi agar di capai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan. Jenis lapisan berikutnya merupakan jenis lapisan yang bersifat structural yang berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda, antara lain:  Penetrasi macadam lapen, yaitu lapis pekerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Tebal lapisan bervariasi antara 4 – 10 cm.  Lasbutag, yaitu lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal lapisan padat antara 3 – 5 cm.  Laston lapis aspal beton, yaitu lapis perkerasan yang terdiri dari campuran aspal keras dengan agregat yang mempunyai gradasi menerus dicampur, 18 dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Laston terdiri dari 3 macam campuran, Laston Lapis Aus AC-WC, Laston Lapis Pengikat AC-BC dan Laston Lapis Pondasi ACBase.  Ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19mm, 25mm dan 37,5 mm. Jika campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi masing-masing campuran dan tebal nominal rancangan. b. Lapis Pondasi Atas base course Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapisan perkerasan, maka lapisan ini bertugas menerima beban yang berat.Oleh karena itu material yang digunakan harus berkualitas tinggi dan pelaksanaan di lapangan harus benar. c. Lapis Pondasi Bawah subbase course Lapis pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi dan tanah dasar.Jenis pondasi bawah yang biasa digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut:  Agregat bergradasi baik, dibedakan atas: Sirtupitrun kelas A, Sirtupitrun kelas B, Sirtupitrun kelas C.  Stabilisasi: a. Stabilisasi agregat dengan semen, b. Stabilisasi agregat dengan kapur, c. Stabilisasi tanah dengan semen, d. Stabilisasi tanah dengan kapur. d. Tanah Dasar subgrade course Lapisan paling bawah adalah lapisan tanah dasar yang dapat berupa permukaan tanah asli, tanah galian atau tanah timbunan yang menjadi dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Perkerasan lain diletakkan 19 di atas tanah dasar, sehingga secara keseluruhan mutu dan daya tahan seluruh konstruksi perkerasan tidak lepas dari sifat tanah dasar. II.3.BAHAN CAMPURAN ASPAL PANAS II.3.1. AGREGAT Agregat atau batu, atau glanular material adalah material berbutir yang keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu, dan pasir. Agregatbatuan di definisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan penyal solid.ASTM 1974 mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.Agregatbatuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95 agregat berdasarkan persentase berat atau 75-85 agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan di tentukan daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada perkerasan jalan.Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang di gunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material perkerasan jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir, 20 tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan daya pelekatan dengan aspal. II.3.1.1. Sifat agregat. Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu-lintas.Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan kontruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Kekuatan dan keawetan strength and durability lapisan perkerasan dipengaruhi oleh: a. Gradasi b. Ukuran maksimum c. Kadar lempung d. Kekerasan dan ketahanan e. Bentuk butir f. Tekstur permukaan 2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik,dipengaruhi oleh: a. Porositas b. Kemungkinan basah c. Jenis agregat 3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan aman, dipengaruhi oleh: a. Tahanan geser skid resistance b. Campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan bitominous mix workability 21 II.3.1.2. Klasifikasi agregat Di tinjau dari asal kejadiannya agregatbatuan dapat di bedakan atas batuan beku igneous rock, batuan sedimen dan batuan metamorf batuan malihan. - Batuan beku Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Di bedakan atas batuan beku luar exstrusive igneous rock dan batuan beku dalam intrusive igneous rock. - Batuan sedimen Sedimen dapat berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan dan tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada kulit bumi, hasil endapan di danau, laut dan sebagainya. - Batuan metamorf Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur dari kulit bumi. II.3.1.3. Jenis agregat dan Persyaratan Sifat Agregat. Batuan atau agregat untuk campuran beraspal umumnya diklasifisikan berdasarkan sumbernya, seperti contohnya agregat alam,agregat hasil pemrosesan, agregat buatan atau agregat artifisial. Secara umum bahan penyusunan beton aspal terdiri dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi dan aspal sebagai bahan pengikat. Dimana bahan bahan tersebut sebelum digunakan harus diperiksa di laboratorium. Agregat yang akan dipergunakan sebagai material campuran perkerasan jalan haruslah 22 memenuhi persyaratan sifat dan gradasi agregat seperti yang ditetapkan didalam buku spesifikasi pekerjaan jalan atau ditetapkan badan yang berwenang. Menurut Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI untuk Campuran Beraspal Panas, Dep. PU, 2010 memberikan persyaratan untuk agregat sebagai berikut : 1. Agregat Kasar Tabel 2.3. Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal. Jenis pemeriksaan Standart Syarat maksmin Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat. SNI 03-3407-1994 Maks. 12 Abrasi dengan Mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 30 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 Angularitas SNI 03-6877-2002 9590 Partikel Pipih dan Lonjong RSNI T-01-2005 Maks. 10 Material lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks.1 Sumber :Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI PerkerasanBeraspal, Dep. PU, 2010 Catatan : 9590 menunjukkan bahwa 95 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih. Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5 23 2. Agregat Halus Tabel 2.4.Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal. Jenis Pemeriksaan Standar Syarat MaksMin Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Maks. 60 Material lolos saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8 Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 Kadar Lempung SNI 3432 : 2008 Maks. 1 Sumber :Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010 3. Bahan Pengisi filler Menurut SNI 03-6723-2002 yang dimaksud bahan pengisi adalah bahan yang lolos ukuran saringan no.30 0,59 mm dan paling sedikit 65 lolos saringan no.200 0.075 mm. Pada waktu digunakan bahan pengisi harus cukup kering untuk dapat mengalir bebas dan tidak boleh menggumpal. Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement PC, debu dolomite, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya. Banyaknya bahan pengisi dalam campuran aspal beton sangat dibatasi. Kebanyakan bahan pengisi, maka campuran akan sangat kaku dan mudah retak disamping memerlukan aspal yang banyak untuk memenuhi workability. Sebaliknya kekurangan bahan pengisi campuran menjadi sangat lentur dan mudah terdeformasi oleh roda kendaraan sehingga menghasilkan jalan yang bergelombang. 24 Ukuran Sa No. 30 600 m No. 50 300 m No. 200 75 m Sumber :SNI 03-6723 Material fille berperan sebagai pengi campuran serta meni laston filler berfungsi prakteknya fungsi dar mengurangi kepekaan t campuran dapat meni void rongga udara d yang terkandung dalam Tabel 2.6.Kandung Sumber :Laborat 24 Tabel 2.5.Gradasi Bahan Pengisi. n Saringan Persen L 600 mikron 100 300 mikron 95 – 100 75 mikron 70 – 100 6723-2002 spesifikasi bahan pengisi untuk campuran be iller bersama-sama dengan aspal membentuk pengisi rongga sehingga meningkatkan kepadatan eningkatkan stabilitas campuran, sedangkan ungsi sebagai bahan pengisi rongga dalam dari filler adalah untuk meningkatkan viskosita an terhadap temperature. Meningkatkan komposi eningkatkan stabilitas campuran tetapi menur dalam campuran. Berikut hasil pengujian kandunga lam Semen dan Abu Vulkanik Gunung Sinabung. ndungan dalam Semen Portland dan Abu Vulkani aboratorium FMIPA Kimia Universitas Sumatera U 24 n Lolos 100 100 100 ampuran beraspal ntuk mortar dan tan dan ketahanan n pada campuran m campuran.Pada skositas dari aspal dan posisi filler dalam nurunkan kadarair kandungan apa saja bung. kanik Sinabung atera Utara 25 Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan.Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95 terhadap berat campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu dari kinerjacampuran tersebut. Untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus diperiksa antara lain : a Ukuran butir b Gradasi c Kebersihan d Kekerasan e Bentuk partikel f Tekstur permukaan g Penyerapan h Kelekatan terhadap aspal Berat jenis suatu agregat adalah perbandingan berat dari suatu satuan volume bahanterhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur 20 o – 25 o C 68 o –77 o F.Dikenal beberapa macam Berat Jenis agregat, yaitu : a Berat Jenis semu apparent specific gravity, Berat Jenis Semu, volume dipandang sebagai volume menyeluruh dari agregat, tidak termasuk volume pori yang dapat terisi air setelah perendaman selama 24 jam. b Berat Jenis bulk bulk specific gravity, Berat Jenis bulk, volume dipandang volume menyeluruh agregat, termasuk volume pori yang dapat terisi oleh air setelah direndam selama 24 jam. 26 c Berat Jenis efektif effective specific gravity, Berat Jenis efektif, volume dipandang volume menyeluruh dari agregat tidak termasuk volume pori yang dapat menghisap aspal. II.3.1.4. Sifat-Sifat Fisik Agregat dan Hubungannya Dengan Kinerja Campuran. Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95 terhadap berat campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu dari kinerja campuran tersebut. Untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus diperhatikan antara lain: a. Ukuran butir b. Gradasi c. Kebersihan d. Kekerasan e. Bentuk partikel f. Tekstur permukaan g. Penyerapan h. Kelekatanterhadap aspal 27 II.3.2. ASPAL Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. II.3.2.1. Jenis aspal. Berdasarkan cara diperoleh aspal dapat dibedakan atas: 1. Aspal alam, 2. Aspal buatan. II.3.2.1.1. Aspal minyak petroloeum aspal. Aspal minyak dengan bahan dasar aspal dapat dibedakan atas: a. Aspal kerassemen AC. Asphalt ConcreteAC adalah lapisan atas kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal dengan agregat yang dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. AC merupakan jenis lapisan permukaan struktural yang berfungsi sebagai lapisan aus dan pelindung kontruksi di bawahnya, tidak licin, permukaannya rata, sehingga memberikan kenyamanan pengguna jalan. Aspal kerasaspal cement adalah aspal yang di gunakan dalam keadaan cair dan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan temerature ruang . Aspal semen pada temperature ruang 25 30 berbentuk padat. Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. 28 Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan niai penetrasinya yaitu: 1. AC pen 4050, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50 2. AC pen 6070, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70 3. AC pen 85100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-100 4. AC pen 120150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150 5. AC pen 200300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300 b. Aspal dingincair. Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi.Dengan demikian berbentuk cair dalam temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan atas: 1. RC Rapid Curing Cut Back 2. MC Medium Curing Cut Back 3. SC Slow Curing Cut Back c. Aspal emulsi. Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi. II.3.2.1.2. Aspal buton. Aspal alam yang terdapat di indonesia dan telah dimanfaatkan adalah aspal dari pulau buton. Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan material lainnya dalam bentuk batuan. Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Berdasarkan kadar bitumen yang dikandungnya aspal buton dapat 29 dibedakan atas B10, B13, B20, B25, dan B30. aspal buton B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata 10. II.3.2.2. Komposisi aspal Aspal merupakan unsur hydrokarbon yang sangat komplek, sangat sukar untuk memisahkan molekul-molekul yang membentuk aspal tersebut.Komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan maltenes.Asphaltenes merupakan material berwarna hitam atau cokelat tua yang tidak larut dalam heptane. Maltenes larut dalam heptane, merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils. Resins adalah cairan berwarna kuning atau cokelat tua yang memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan.Sedangkan oil yang berwarna lebih muda merupakan media dari asphaltenes dan resin. Proporsi dari asphaltenes, resins, dan oils berbeda-beda tergantung dari banyak faktor seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatannya, dan ketebalan lapisan aspal dalam campuran. II.3.2.3. Sifat aspal. Aspal yang dipergunakan pada kontruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai: 1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri. 2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri. Berarti aspal haruslah mempunyai daya tahan tidak cepat rapuh terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang baik. 30 1. Daya tahan durability Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan.Sifat ini merupakan sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan dan lain-lain.Meskipun demikian sifat ini dapat diperkirakan dari pemeriksaan TFOT. 2. Adhesi dan Kohesi Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal.Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap di tempatnya setelah jadi pengikatan. 3. Kepekaan terhadap temperature Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur. Kepekaan terhadap dari setiap hasil produksi aspal berbeda-beda tergantung dari asalnya walaupun aspal tersebut mempunyai jenis yang sama. 4. Kekerasan aspal Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan. Pada waktu pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas viskositas bertambah tinggi.Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai.Jadi selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi 31 yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi. II.3.2.4. Pemeriksaan Properties Aspal Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam, sehingga sifat-sifat aspal harus diperiksa di labotarium dan aspal yang memenuhi syarat yang telah di tetapkan dapat di pergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan lentur. Pemeriksaan sifat asphalt properties dari campuran dilakukan melalui beberapa uji meliputi: a. Uji penetrasi Percobaan ini bertujuan untuk menentukan apakah aspal keras atau lembek solid atau semi solid dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban, waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Pengujian ini dilakukan dengan membebani permukaan aspal seberat 100 gram pada tumpuan jarum berdiameter 1 mm selama 5 detik pada temperature 25 . Besarnya penetrasi di ukur dan dinyatakan dalam angka yang dikalikan dengan 0,1 mm. Semakin tinggi nilai penetrasi menunjukkan bahwa aspal semakin elastis dan membuat perkerasan jalan menjadi lebih tahan terhadap kelelehanfatigue.Hasil pengujian ini sselanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal atau ter untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh fakor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. b. Titik lembek. 32 Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang berkisar antara 30 sampai 200 . Temperatur pada saat dimana aspal mulai menjadi lunak tidaklah sama pada setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai penetrasi yang sama. Titik lembek adalah temperatur pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar yang terletak di bawah cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu. Hasil titik lembek digunakan untuk menentukan temperatur kelelehan dari aspal.Aspal dengan titik lembek yang tinggi kurang peka terhadap perubahan temperatur tetapi lebih untuk bahan pengikat perkerasan. c. Daktalitas. Tujuan untuk percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat kohesi dari aspal, Dengan mengukur jarak terpanjang yang dapat di tarik antara dua cetakan yang berisi aspal keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu. Kohesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lain, sifat kohesi sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal karena sifat ini sangat mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Aspal dengan nilai daktalitas yang rendah adalah aspal yang mempunyai kohesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki daktalitas yang tinggi.Daktalitas yang semakin tinggi menunjukkan aspal tersebut baik dalam mengikat butir-butir agregat untuk perkerasan jalan. d. Berat jenis. 33 Percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis apal keras dengan alat piknometer. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat zat cair suling dengan volume yang sama pada suhu 25 . Berat jenis diperlukan untuk perhitungan analisis campuran: Berat jenis = [ ] .................................................................... 2.1 Dimana : A = Berat piknometer gram B = Berat piknometer berisi air gram C = berat piknometer berisi aspal gram D = Berat piknometer berisi air dan aspal gram Data temperatur dan berat jenis aspal diperlukan dalam penentuan faktor koreksi volume berdasarkan SNI 06-6400-2000 berikut : V = Vt x Fk.............................................................................................. 2.2 Dimana : V = Volume aspal pada temperatur 15 Vt = Volume aspal pada temperatur tertentu Fk = Faktor Koreksi e. Titik Nyala dan Titik Bakar Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang 34 mempunyai titik nyala open cup kurang dari 70 . Dengan percobaan ini akan diketahui suhu dimana aspal akan mengalami kerusakan karena panas, yaitu saat terjadi nyala api pertama untuk titik nyala, dan nyala api merata sekurang-kurangnya 5 detik untuk titik bakar. Titik nyala yang rendah menunjukkan indikasi adanya minyak ringan dalam aspal.Semakin tinggi titik nyala dan bakar menunjukkan bahwa aspal semakin tahan terhadap temperatur tinggi. f. Kelekatan Aspal pada Agregat Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kelekatan aspal pada batuan tertentu dalam air.Uji kelekatan aspal terhadap agregat merupakan uji kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui daya lekat adhesi aspal terhadap agregat.Adhesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat.Pengamatan terhadap hasil pengujian kelekatan dilakukan secara visual. 35 II.3.3.Anti Stripping Agent Pada spesifikasi edisi november 2010, Aditif kelekatan dan anti pengelupasan anti striping agent harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar dozing pump pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2 - 0,5 terhadap berat aspal. Contoh –contoh anti stripping agent : Wetfix-BE, Morlife 2200, dan Derbo-401. 1. Derbo-401 Adalah jenis anti stripping yang berasal dari India.Anti Stripping ini telah diuji oleh IIP-Dehradun, SIIR-Delhi, dan CRRI-New Delhi yang menghasilkan produk-produk terbaik. Untuk campuran Hotmix, penggunaan anti stripping agent jenis Derbo-401 ini berkisar 0.1-0.4 dari berat bitumen.Sementara untuk perbaikan jalan, penggunaannya berkisar 0.2- 0.5 dari berat bitumen. Penggunaan Derbo ini diyakini dapat memberi keuntungan antara lain sebagai berikut : • Meningkatkan stabilitas Marshall sisa pada daerah dengan curah hujan tinggi. • Menghemat lebih dari 50 biaya maintenance konstruksi jalan pada kondisi iklim lembab. • Harga yang cenderung lebih efektif jika dibandingkan dengan anti pengelupasan lainnya. • Mengurangi kebutuhan dari agregat halus dalam campuran. 36 2. Morlife 2200 Morlife 2200 adalah sebuah jenis anti pengelupasan dengan performa tinggi berdasarkan ilmu –ilmu kimia yang baru dan inovatif.Morlife 2200 meningkatkan ikatan – ikatan antara aspal dan agregat, mengatasi masalah- masalah yang terjadi dengan adhesi campuran yang lemah. Campuran aspal yang menggunakan Morlife 2200 ini akan memperlihatkan peningkatan daya tahan dan uap sehubungan dengan kerusakan dan pengelupasan. Uap dalam kadar rendah dari morlife 2200 ini merupakan sebuah perbaikan kemajuan yang dramatikal dibandingkan dengan aditif lainnya, dan tidak ditemukannya uap yang tercipta dalam proses pencampuran. Morlife 2200 disimpan pada suhu lingkungan yaitu 20 – 250C 68-770F . 3.Wetfix-BE Wetfix merupakan salah satu dari jenis anti stripping yang memiliki kesensitifan yang cukup tinggi, selain harganya yang relatif mahal dan penambahan jumlahnya terhadap campuran aspal sangat sedikit, akan tetapi menghasilkan stabilitas yang cukup baik. Wetfix BE ini memiliki beberapa kegunaan,antara lain : • Memperpanjang waktu pelapisan ulang Hotmix. • Biaya perawatan yang lebih rendah. • Memungkinkan seleksi jenis agregat yang lebih luas. 37

II.5. MARSHALL TEST

Dokumen yang terkait

INDEKS DURABILITAS MARSHALL ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) BERDASARKAN SPESIFIKASI BINA MARGA 2010-REV 2

0 5 111

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Aspal Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course ( Ac – Wc ) Gradasi Kasar Dengan Acuan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010.

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Penuaan Aspal Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course ( Ac – Wc ) Gradasi Kasar Dengan Acuan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010.

0 2 7

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Aspal Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course ( Ac – Wc ) Gradasi Kasar Dengan Acuan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010.

1 1 16

PENGARUH PENUAAN PERKERASAN TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Perkerasan Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course (AC – WC) Menggunakan Spesifikasi Bina Marga.

0 1 20

PENDAHULUAN Pengaruh Penuaan Perkerasan Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course (AC – WC) Menggunakan Spesifikasi Bina Marga.

0 2 8

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE–WEARING COURSE (AC-WC) DENGAN PENGGUNAAN ABU VULKANIK DAN ABU BATU SEBAGAI FILLER

0 0 12

TINJAUAN PENGGUNAAN ABU BATU DAN ABU VULKANIK SEBAGAI FILLER TERHADAP DURABILITAS ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE (AC – WC) Hadi Ali

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penggunaan Abu Gunung Sinabung Sebagai Filler Untuk Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) Menggunakan Spesifikasi Bina Marga 2010

0 2 47

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ABU GUNUNG SINABUNG SEBAGAI FILLER UNTUK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE (AC-WC) MENGGUNAKAN SPESIFIKASI BINA MARGA 2010

0 1 10