Makna Logo Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pelaporan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Pada

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi WASKON I,II,III,dan IV

6. Seksi Penagihan

7. Seksi Ekstensifikasi 8. Seksi Pemeriksaan 9. Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Makna Logo Direktorat Jenderal Pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang berada di bawah naungan Menteri Keuangan MenKeu Republik Indonesia. Setiap logo tentunyamemiliki makna- makna tersendiri begitu juga dengan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Keterangan : 1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara. 2. Bentuk padi melambangkan Kemakmuran. 3. Bentuk kapas Melambangkan bersih. 4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta terkoordinir. Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Menteri Keuangan memiliki makna, yaitu : “Menteri Keuangan yang bertugassebagai penghimpun dana negara yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

D. Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Tugas dan fungsi masing-masing akan diurai dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Beberapa Tugas dan Fungsi Organisasi Pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat : 1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi wajib pajak. 2. Penatausahaan dan Pengecekan data surat pemberitahuan SPT Tahunan serta berkas wajib pajak. 3. Penatausahaan dan Pengecekan data surat pemberitahuan SPT masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya. 4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya. 5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan. 6. Pengurusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak SKP. 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan. 8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 94KMK.011994 Tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat adalah :

1. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabung dari KPP, KPPBB, dan Karipka maka kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Sub. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal Membantu dan menunjang kelancaran tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi palayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan. Uraian pekerjaan yang ada dalam Subbagian Umum adalah : a. Tata usaha dan kepegawaian. b. Koordinator keuangan. c. Koordinator rumah tangga.

3. Seksi Pelayanan

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. 4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi PDI Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi, perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja. Tugas dan Fungsinya : a. Melakukan Urusan Pengolahan data dan penyajian informasi dan pemantauan Monografi Pajak. b. Melakukan Penggalian Potensi Pajak. c. Melakukan Pemberian dukungan teknis komputer.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak PPh, PPN, dan Pajak Lainnya, bimbinganhimbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intesifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 empat Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah teritorial tertentu. Pada KPP Pratama juga terdapat Account Reppresentative AR yang memiliki tugas antara lain memantau keadaan wajib pajak WP dan penghubung wajib pajak untuk berkonsultasi. Keadaan AR di setiap KPP Pratama merupakan bentuk peningkatan pelayanan kepada wajib pajak. Adapun wilayah kerja untuk masing-masing AR di KPP Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut : a. Waskon I : Glugur b. Waskon II : Kesawan c. Waskon III : Pulo Brayan Kota, Karang Berombak d. Waskon IV : Sei Agul, Silalas

6. Seksi Penagihan

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan pemantausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Tugas dan Fungsinya : a. Melakukan urusan Penatausahaan Piutang Pajak, Penagihan, Penundaan dan angsuran Piutang Pajak. b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah melakukan penyitaan. c. Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya.

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. 8. Seksi Ekstensifikasi Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. 9. Kelompok Jabatan Fungsional Pejabat Fungsional terdiri atas Perjabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi. BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Ketentuan Umum

1. Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengar tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untukkepentingan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1. Menurut Soemitro 2012, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi: Pajak adalah peralihan kekayan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai rutin dan “surplus”nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

2. Fungsi pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu : a. Fungsi Penerimaan Budgetair Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pemerintah untuk membiyai pengelaran-pengeluaran umum. Contoh : Dimasukkannya pajakdalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi Mengatur Regulerend Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

3. Jenis Pajak

a. Menurut Golongannya 1 Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidakdapat dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan 2 Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai b. Menurut Sifatnya 1 Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan. 2 Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikankeadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. c. Menurut Lembaga Pemungutannya 1 Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untukmembiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atasBarang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. 2 Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakanuntuk membiayai rumah tangga daerah itu sendiri. Pajak Daerah terdiri atas : a Pajak Provinsi Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. b Pajak Kabupaten Kota Contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, PajakPenerangan Jalan, Pajak Parkir.

B. Pajak Penghasilan PPh

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang PPh, penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berada di Indonesia maupun diluar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pajak Penghasilan PPh adalah suatu pungutan resmi menurut Undang- Undang yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak, dan digunakan untuk kepentingan negara bagi masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan diatur dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 dan diubah lagi menjadi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2002 dan terahir Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

2. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek Pajak Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan PPh. Yang dikelompokkan subjek pajak Pajak Penghasilan PPh adalah : a. orang pribadi; b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; c. badan; d. Bentuk Usaha Tetap BUT.

3. Objek Pajak Penghasilan

Objek Pajak Penghasilan PPh adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk: a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan; b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan; c. Laba usaha; d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; 2 Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota; 3 Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengembalian usaha; 4 Keuntungan karena pengalihan berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah atau dalam garis keturunan lurus atau derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak- pihak yang bersangkutan. e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya; f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; h. Royalty; i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; k. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; m. Premi asuransi; n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; o. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

C. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

1. Dasar Hukum

Untuk lebih memahami gambaran tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemeberitahuan SPT kita dapat melihat secara jelas dari peraturan yang mengatur tentang tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan SPT tersebut, yaitu: a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181PMK.032007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152PMK.032009; c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185PMK.032007 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan; d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-29PJ2014 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan; e. Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-43PJ2014 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan.

2. Pengertian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

Surat Pemberitahuan SPT Tahunan PPh orang pribadi adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak orang pribadi untuk melaporkan identifikasi diri, harta, kewajibanutang, penghasilan dan perhitungan serta pembayaran pajak setiap tahun.

3. Fungsi Surat Pemberitahuan Tahuanan PPh Orang Pribadi

Fungsi SPT Tahunan PPh orang pribadi adalah sebagai sarana wajib pajak untuk menetapkan sendiri besarnya pajak yang terutang, dengan cara: a. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya; b. Melaporkan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajakbagian tahun pajak; c. Melaporkan pemotonganpemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak lain dalam satu tahun pajak; d. Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak; e. Melaporkan harta dan kewajiban.

4. Batas Waktu Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

Menurut Pasal 3 Ayat 3 UU KUP Nomor 16 Tahun 2009 SPT Tahunan yang diisi dengan benar, lengkap jelas dan ditandatangani harus disampaikan paling lama 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak atau pada tanggal 31 maret.

5. Jenis Surat Pemberitahuan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

Terdapat dalam Pasal 3 Ayat 6 Undang-Undang KUP Tahun 2009, SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi terdiri dari: a. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 Digunakan bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya antara lain dari usaha danatau pekerjaan bebas, seperti dokter yang melakukan praktek, pengacara, pedagang, pengusaha, konsultan dan lain-lain yang pekerjaannya tidak terikat, termasuk PNSTNIPOLRI yang memiliki kegiatan usaha lainnya. b. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770S Digunakan bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu atau lebih pemberi kerja dan memiliki penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas. Contohnya karyawan, PNS, TNI, POLRI, Pejabat Negara yang memiliki penghasilan lainnya antara lain sewa rumah, honor pembicarapengajarpelatih dan sebagainya. c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770SS Digunakan bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya dari satu pemberi kerja sebagai karyawan dan jumlah penghasilan brutonya tidak melebihi Rp60.000.000 enam puluh juta rupiah setahun serta tidak terdapat penghasilan lainnya kecuali penghasilan dari bunga bank dan bunga koperasi.

6. Kewajiban Melaporkan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan PPh

Orang Pribadi Wajib Pajak orang pribadi setiap tahun harus melaporkan penghasilannya yang diperoleh selama satu tahun tersebut.Penghasilan yang dilaporkan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis Wajib Pajak yang berupa uang dan berupa barang sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 UU KUP.Seandainya ada penghasilan netto yang belum dilaporkan dalam tahun sebelumnya maka dapat dilaporkan dengan mengadakan pembetulan atas Surat Pemberitahuan SPT yang telah dilaporkan. Yang wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan adalah : a. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha danatau pekerjaan bebas; b. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari modal dan lain-lain; c. Pegawai yang menerima atau memperoleh penhasilan di luar penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan danatau yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan lebih dari satu pemberi kerja; d. Kuasa warisan yang belum terbagi; e. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil PNS, anggota ABRI dan pegawai BUMNBUMD sesuai dengan keputusan presiden No. 33 tahun 1996; f. Warga Negara Indonesia yang bekerja pada perwakilan Negara asing dan Internasional; g. Orang asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia; h. Masing-masing suami yang dikenakan Pajak Penghasilan PPh secara terpisah dalam hal pemisahan harta dan penghasilan.

7. Pengecualian Dari Kewajiban Melaporkan SPT Tahunan PPh Orang

Pribadi Walaupun setiap Wajib Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT, tetapi terdapat wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT yaitu wajib pajak penghasilan tertentu yang memenuhi kriteria dan pengecualiannya yaitu sebagai berikut: a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang PPh. Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi; b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas. Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pelaporan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Sebelum wajib pajak melaporkan SPT Tahunan PPh orang pribadi ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar maka wajib pajak terlebih dahulu mengambil sendiri formulir SPT Tahunan ke tempat yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Pasal 3 Ayat 2 Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009, yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak KPP 2. Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan KP2KP 3. Dengan cara mengunduh download melalui website www.pajak.go.id 4. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak 5. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak 6. Pojok Pajak 7. Mobil Pajak Setelah SPT Tahunan diambil sendiri dan diisi dengan benar, lengkap, jelas, serta ditandatangani oleh Wajib Pajak, maka kewajiban Wajib Pajak adalah melaporkan SPT nya ke tempat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak seperti Kantor Pelayanan Pajak KPP dimana Wajib Pajak Terdaftar, atau dikirim melalui Kantor Pos, Drop Box, atau tempat lain. Berdasarkan Pasal 2 Ayat 1PER-29PJ2014 Wajib Pajak dapat melaporkan SPT Tahunan dengan 4 cara yaitu: 1. Secara Langsung Penyampaian SPT Tahunan secara langsung dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: a. Melalui Tempat Pelayanan Terpadu; Berdasrkan Pasal 2 ayat 3 PER-29PJ2014, penyampaian SPT Tahunan harus disampaikan di TPT tempat Wajib Pajak terdaftar dalam hal : 1 SPT Tahunan LB; 2 SPT Tahunan pembetulan; 3 SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT; 4 SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT b. Drop Box Pelayanan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan kepada wajib pajak melalui drop box bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk melaporkan pajak yang terutang. Drop box secara operasional adalah kotak khusus yang disediakan oleh KPP Pratama Medan Barat yang digunakan untuk menyampaikan SPT, dilokasi yang telah ditentukan dan dilayani oleh beberapa petugas pajak. Kegiatan drop box yang dilakukan pegawai Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-07PJ2013 tentang Pelayanan Sehubungan dengan Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan SPT Tahunan PPh. Pelayanan Drop Box dapat menerima SPT Tahunan selain : 1 SPT Tahunan LB, 2 SPT Tahunan pembetulan, 3 SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT, dan SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT. 4 SPT Badan Dalam Hal Penyampaian SPT Tahunan menggunakan Drop Box dilakukan tidak dalam amplop atau kemasan tertutup lainnya. Ini untuk mengantisipasi wajib pajak tidak melakukan kesalahan dalam penyampaian SPT melalui Drop Box 2. Melalui Pos Dengan Bukti Pengiriman Surat Ke KPP Tempat WP Terdaftar Penyampaian SPT Tahunan melalui pos dilakukan dalam amplop tertutup yang telah dilekatiditempeli lembar informasi amplop SPT Tahunan yang berisi data sebagai berikut: a. Nama Wajib Pajak; b. NPWP; c. Tahun Pajak; d. Status SPT NihilKurang BayarLebih Bayar; e. Jenis SPT SPT TahunanSPT Tahunan Pembetulan Ke- …; f. Nomor Telepon; g. Pernyataan; dan h. Tanda Tangan WP. 3. Melalui Perusahaan Jasa Ekspedisi Atau Kurir Dengan Bukti Pengiriman Surat Ke KPP Tempat WP Terdaftar Penyampaian SPT Tahunan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dilakukan dalam amplop tertutup yang telah dilekati lembar informasi amplop SPT Tahunan yang berisi data sebagai berikut: a. Nama Wajib Pajak; b. NPWP; c. Tahun Pajak; d. Status SPT NihilKurang BayarLebih Bayar; e. Jenis SPT SPT TahunanSPT Tahunan Pembetulan Ke- …; f. Nomor Telepon; g. Pernyataan; dan h. Tanda Tangan WP. 4. E-filing Wajib Pajak dapat melaporkan Surat Pemberitahuan secara elektronik e- Filling melalui perusahaan ASP Application Service Provider yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Setelah Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan secara elektronik e-Filling, wajib menyampaikan induk Surat Pemberitahuan yang memuat tanda tangan basah dan surat setoran pajak bila ada serta bukti penerimaan secara elektronik kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar melalui kantor pos secara tercatat atau disampaikan langsung, paling lama 14 hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan. Setelah diserahkan kepada petugas penerimaan SPT Tahunan, Wajib Pajak akan diberikan tanda terima atau bukti penerimaan SPT sebagai bukti bahwa wajib pajak telah melaporkan SPT Tahunan Orang Pribadi sepanjang SPT tersebut telah lengkap. Tanda terima yang akan diterima sesuai dengan pelaporan tersebut adalah : 1. Secara langsung akan diberikan tanda bukti penerimaan surat melalui Tempat Pelayanan Tertentu TPT Kantor Pelayanan Pajak; 2. Melalui kantor pos dengan tanda bukti pengiriman surat atau tanda penerimaan SPT; 3. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat atau Tanda Penerimaan Surat; 4. e-Filling dengan bukti penerimaan elektronik. Tanda terima atau bukti penerimaan surat berisi nomor tanda terima, tanggal penerimaan, nama petugas penerima SPT Tahunan dan stempel kantor penerimaan SPT Tahunan. Sedangkan bukti penerimaan elektronik adalah informasi yang meliputi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik NTTE yang tertera pada hasil cetakan bukti penerimaan dalam hal e-Filing dilakukan melalui website Direktorat Jenderal Pajak atau informasi yang meliputi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik NTTE dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP NTPA serta nama Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi ASP, yang tertera pada hasil cetakan SPT Induk dalam hal e-Filing dilakukan melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider ASP. Tanda terima yang diberikan oleh penerima SPT ini sebaiknya disimpan dan jangan sampai hilang karena merupakan bukti bahwa wajib pajak telah melaporkan SPT Tahunan pada suatu tanggal tertentu.

B. Batas Waktu Pelaporan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi