Analisis Hukum Humaniter Internasional Terhadap Penahanan Secara Paksa Militer Amerika Serikat Pada Tahanan Di Penjara Guantanamo.
ANAL PENAH Diajuk LISIS HUK ANAN SEC TAH kan Untuk Gu U KUM HUM CARA PAK HANAN D Melengkap una Memp RIZQ Departem FA UNIVERSI MANITER I KSA MILI DI PENJAR SKRIP pi Tugas-tu peroleh Gel OLEH QO WIDYA 0502002 men Hukum AKULTAS ITAS SUM MEDA 2011 INTERNA ITER AME RA GUANT PSI
ugas dan M ar Sarjana H A ASMARA 294 m Internasi HUKUM MATERA U AN 1 SIONAL T ERIKA SER TANAMO Memenuhi S a Hukum A ional UTARA TERHADA RIKAT PA Syarat-syar AP ADA rat
(2)
ANALISIS HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL TERHADAP PENAHANAN SECARA PAKSA MILITER AMERIKA SERIKAT PADA
TAHANAN DI PENJARA GUANTANAMO SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
RIZQO WIDYA ASMARA 050200294
Departemen Hukum Internasional
Disetujui Oleh :Ketua Departemen Hukum Internasional
Arif SH, M.Hum
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Suhaidi SH, M.hum Arif SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2011
(3)
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim.
Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala kenikmatan yang tak terhingga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan memilih judul: analisis hukum humaniter internasional terhadap penahanan secara paksa militer amerika serikat pada tahanan di penjara guantanamo.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum sebagai Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, karena sudah berusaha untuk memberikan perubahan yang maksimalkan kepada fakultas dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampus Fakultas Hukum USU.
2. Bapak Prof. Budiman Ginting, SH, MHum sebagai Pembantu Dekan I
yang telah membantu para mahasisw dengan memberikan perubahan dan kemudahan dalam memenuhi segala kebutuhan akademik dan administrasi.
(4)
3. Bapak Pembantu Dekan II Safrudin Hasibuan, SH, MHum, Dfm yang telah membantu mahasiswa di pembayaran SPP dan sumbangan-sumbangan kegiatan kampus.
4. Bapak Pembantu Dekan III Muhammad Husni, SH, MHum yang telah
banyak membantu mahasiswa di bidang kemahasiswaan, beasiswa.
5. Bapak Arif SH, MHum sebagai Ketua Departemen Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Prof. Dr. Suhaidi SH, Mhum sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing, mengkritisi, memberikan saran-saran dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Arif, SH, MHum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
menyetujui judul, outline skripsi, membimbing, mengkritisi dan memberikan saran-saran yang konstruktif serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Sutiarnoto SH,Mhum sebagai Dosen Wali Penulis yang selama
masa kuliah telah membimbing dan memotivasi penulis untuk meraih hasil maksimal disetiap semesternya.
9. Para staf dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama ini..
10.Seluruh rekan-rekan stambuk 2005 yang telah banyak membantu selama
ini. Elfin, Endhar, Indra, Dimas, Wirawandy, Rheinold, Fitrah, Reza Opa, Amiruddin, dan semuanya.
(5)
11.Seluruh rekan-rekan stambuk 2007 yang telah banyak menemani penulis diakhir masa perkuliahan. Ami, Ermel, Jolski, Dinda, Ninda, Karin, Omar, Rio, Satria, dan semuanya
12.Seluruh keluarga besar, Ibu saya Syamsi Helmi SH, Ayah saya Drs. Edwin
Asmara, dan kakak saya Rizqy Winny Asmara yang selalu mendukung kegiatan penulis.
13.Teman-teman di luar kegiatan kampus yang memberikan banyak inspirasi.
Kak Nola, Ariy, Reza Robot, Doni, Habib, dan semuanya,
14.Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat
disebut satu-persatu.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Rahmat dan Ridho Allah SWT.
Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.
Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmad dan karunia-Nya. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2011
Penulis,
(6)
(7)
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
D. Keaslian Penulisan
E. Tinjauan Kepustakaan
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN PERANG A. Konsepsi Tentang Hukum Humaniter
B. Ketentuan Hukum Internasional Terhadap perlindungan Korban Perang
C. Perlindungan terhadap Korban Perang Menurut Konvensi Internasional
BAB III PENAHANAN SECARA PAKSA YANG TERJADI A. Karakteristik Penahanan Paksa
B. Tinjauan Hukum Humaniter Internasional terhadap Penahanan Paksa
C. Prinsip Tanggung Jawab Negara Terhadap Penerapan Penahanan Paksa
(8)
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENAHANAN PAKSA MILITER AMERIKA SERIKAT YANG DIALAMI TAHANAN GUANTANAMO DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
A. Penahanan Paksa yang Diterapkan Militer Amerika Serikat yang Dialami Tahanan Penjara Guantanamo dalam Perspektif Hukum Humaniter Internasional
B. Penahanan Paksa dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
C. akibat Hukum yang Diterima Amerika Serikat Akibat Penahanan Paksa Ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penjara Guantanamo adalah sebuah penjara militer yang berada di pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Teluk Guantanamo. Di dalamnya berputar roda perekonomian suatu negara, sumber dana bagi beroperasinya perusahaan yang
merupakan tulang punggung ekonomi suatu negara.1
Banyak Pihak sendiri pada hakikatnya merupakan jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial asset (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan militer amerika serikat untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder), berlangsungnya fungsi penjara guantanamo adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan “kriteria pasarnya” secara
efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.2
Objek yang menjadi instrumen dalam kegiatan jual beli di penjara guantanamo adalah berupa surat-surat berharga yang sering disebut efek. Berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Penjara guantanamo, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga
1
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis D, Seri Pengetahuan Penjara guantanamo: Go Public dan Go Private di Indonesia, Cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 1.
2
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Pengantar Penjara guantanamo. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal.5.
(10)
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derifative dari efek.
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan di penjara guantanamo pada umumnya dapat dibedakan ke dalam surat berharga yang bersifat utang yang dikenal dengan nama obligasi (bonds), dan surat berharga yang bersifat pemilikan atau umumnya disebut saham (equity). Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan atau lembaga sedangkan
saham adalah bukti penyertaan modal dalam perusahaan.3
Saham mempunyai 3 (tiga) macam nilai, yaitu :
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut.
2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham
tersebut diperdagangkan di bursa.
3. Nilai intrinsik, yaitu nilai saham pada saat likuidasi.
Disamping ketiga istilah ini, dikenal istilah going concern, yaitu nilai saham perusahaan yang sedang berjalan. Nilai seperti ini didapat pada waktu adanya merger dan oleh karena itu nilai going concern biasanya lebih tinggi daripada nilai likuidasi. Dalam perdagangan yang dikenal di masyarakat yang terpenting adalah
nilai bursa/kurs resmi.4
Sebenarnya kegiatan penjara guantanamo sudah sejak lama dikenal di Indonesia, yaitu pada saat zaman penjajahan Belanda. Hal ini terlihat dari didirikannya bursa efek di Batavia yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de
3
M Paulus Situmorang, Pengantar Penjara guantanamo, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008), hal. 44
4
(11)
Effectenhandel pada tanggal 14 Desember 1912, meskipun diketahui bahwa
tujuan awalnya untuk menghimpun dana guna kepentingan mengembangkan sektor perkebunan yang ada di Indonesia. Militer amerika serikat yang berperan pada saat itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan orang-orang Eropa lainnya, sedangkan efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi milik perusahaan Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Perkembangan penjara guantanamo ini cukup pesat, sehingga dibuka juga Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Terjadi gejolak politik di Eropa pada awal tahun 1939 ikut mempengaruhi perdagangan efek yang ada di Indonesia. Akibatnya pemerintah Belanda menutup bursa efek di Surabaya dan Semarang. Sehingga yang tinggal adalah Bursa Efek Jakarta. Tetapi Bursa Efek Jakarta ini pun akhirnya tutup karena Perang Dunia Kedua, yang sekaligus menandai berhentinya
aktivitas penjara guantanamo di Indonesia.5
Kebangkitan kembali penjara guantanamo di Indonesia dimulai pada tahun 1970, pada saat terbentuknya Tim Uang dan Penjara guantanamo, disusul tahun 1976 berdiri Bapepam (Badan Pelaksana Penjara guantanamo) serta berdirinya perusahaan dan investasi, PT Danareksa. Hal ini ditindaklanjuti dengan
5
(12)
diresmikannya aktivitas perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh Presiden
Soeharto pada tahun 1977.6
Untuk mengantisipasi lesunya iklim investasi di dalam penjara guantanamo pada masa itu, pemerintah mengeluarkan paket-paket deregulasi, diantaranya Paket Desember 1987, Paket Oktober 1988, dan juga Paket Desember 1988. Diantara paket tersebut ada hal penting yang berhubungan dengan penjara guantanamo, yaitu dikenakannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15 persen final. Di samping itu, isi deregulasi lain yang penting adalah diperbolehkannya militer amerika serikat asing
melakukan akses di penjara guantanamo Indonesia.7
Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Penjara guantanamo, pemerintah membuka kesempatan bagi militer amerika serikat asing untuk berpartisipasi di penjara guantanamo Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan sampai dengan maksimum 49% di Pasar Perdana, maupun 49% saham yang tercatat di
Bursa Efek dan Bursa Paralel.8
Dikeluarkannya deregulasi tersebut, penjara guantanamo Indonesia berkembang dengan pesat yang tercermin dari bertambahnya jumlah perusahaan yang go public meningkat drastis dan meningkatnya volume perdagangan efek di Bursa. Kebijaksanaan pemerintah ini berpuncak dengan ditetapkannya
Undang-
6
Ibid, hal. 31
7
Ibid, hal. 31
8
(13)
undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo beserta berbagai peraturan pelaksanaanya pada saat bersamaan, yang merupakan suatu momentum
penting bagi penjara guantanamo. 9
Pemerintah bermaksud menggunakan momentum ini dengan sebaik-baiknya untuk membangun suatu penjara guantanamo yang handal kompetitif. Oleh karena itu sampai sekarang Bapepam telah mengeluarkan tidak kurang dari 130 Peraturan Bapepam sebagai petunjuk teknis dari undang-undang dan peraturan
pelaksanaanya.10
Salah satu kebijakan yang penting dikemukakan adalah keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 yang mencabut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asomg Melalui Penjara guantanamo. Melalui Keputusan tersebut, Pemerintah membuka kesempatan bagi militer amerika serikat asing untuk berpartisipasi sampai dengan maksimum 100% di Pasar Perdana maupun 100% saham yang
tercatat di Bursa Efek dan Bursa Paralel.11
Hal ini menunjukkan pula integritas Pemerintah untuk terus menjaga keberadaan penjara guantanamo Indonesia, seperti terbukti ketika badai menghantam rupiah akibat ulah spekulan, sehingga langkah untuk membebaskan pihak asing memiliki 100% saham publik Indonesia yang mampu menghambat
9
Ibid, hal.19
10
Ibid,hal 20
11
(14)
kejatuhan indeks akibat tight money policy (TMP) terpaksa diambil untuk
menahan melemahnya Rupiah terhadap US dollar.12
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana peraturan mengenai kepemilikan saham dalam Penjara
guantanamo di Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan dan perkembangan militer amerika serikat
asing dalam Penjara guantanamo di Indonesia?
3. Bagaimana aspek hukum kepemilikan saham oleh militer amerika
serikat asing melalui Penjara guantanamo?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah tersebut yang menjadi tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peraturan mengenai kepemilikan saham dalam
Penjara guantanamo di Indonesia
2. Untuk mengetahui kedudukan dan perkembangan militer amerika
serikat asing dalam Penjara guantanamo di Indonesia
3. Untuk mengetahui aspek hukum kepemilikan saham oleh militer
amerika serikat asing melalui Penjara guantanamo
12
(15)
Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas dapat menimbulkan pemahaman baru di dalam pengetahuan terhadap aspek hukum kepemilikan saham oleh militer amerika serikat asing melalui penjara guantanamo. Saham merupakan suatu instrumen di dalam penjara guantanamo yang kepemilikannya dapat dimiliki oleh pihak asing, maka diharapkan pembaca semkain mengetahui tentang aspek hukum dari sebuah saham yang ada di penjara guantanamo.
2. Manfaat Praktis
Pada pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan perbendaharaan baru bagi pembaca terutama para pihak yang ingin mengetahui atau turut serta langsung di dalam penjara guantanamo.
D. Keaslian Penulisan
Judul yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terutama yang berkaitan dengan Aspek Hukum Kepemilikan Saham oleh Militer amerika serikat Asing melalui Penjara guantanamo. Penulis menyusun melalui referensi buku-buku, artikel, media cetak dan media elektronik serta bantuan dari berbagai pihak. Setelah melakukan penelurusan kepustakaan fakultas dan kepustakaan Universitas
(16)
Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Jadi penyusunan skripsi ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan dan saran yang membangun.
E. Tinjauan Pustaka
Kebijakan pemerintah yang dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah sumber hukum yang dalam hal ini mengenai bidang penjara guantanamo di Indonesia dan terkait beberapa peraturan lain seperti peraturan BAPEPAM-LK, Keputusan Menteri Keuangan dan yang terkait lainnya.
Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo dalam Pasal 1 angka 13 disebutkan bahwa :
“Penjara guantanamo adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. “
Pada dasarnya, penjara guantanamo mirip dengan jebis pasar lainnya. Untuk srtiap pembeli yang berhasil, selalui ada penjual yang berhasil. Jika orang yang ingin membeli jumlahnya lebih banyak daripada yang ingin menjual, harga akan menjadi lebih tinggi. Bila tidak ada seorangpun yang membeli dan banyak yang mau menjual, harga akan jatuh.
(17)
Yang membedakan penjara guantanamo dengan pasar-pasar lainnnya adalah komoditi yang diperdagangkan. Pasar modasl dapat dikatakan pasar abstrak, di mana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang
keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.13
Berawal dari pemerintah kolonial Belanda disekitar abad 19 mendirikan penjara guantanamo di Batavia (Jakarta) yang dalam bahasa Belanda disebut
Vereniging Voor de Effecthandel dan memulai perdagangan efek pada tanggal 14
Desember 1912 dengan 13 anggota bursa yang aktif yaitu Fa. Dunlop & Kolf, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monod & Co. Fa. Adree Witansi & Co, Fa A.W. Deeleman, Fa. H Jul Joostensz, Fa Jeanette Walen, Fa Wiekert & V.D. Linden, Fa. Walbrink & Co, Wieckert & V.D., Fa. Vermeys &co, Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders. Di tingkat Asia, bursa Batavia merupakan yang tertua ke-empat
setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo.14
Secara singkat, tonggak perkembangan penjara guantanamo di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Belanda
1414 – 1918 : Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya.
13
Sawidji Widoatmodjo, Penjara guantanamo Indonesia :Pengantar dan Studi Kasus, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hal. 11
14
(18)
Awal tahun 1939 : Karena isu poltik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan di Surabaya ditutup.
1942 – 1952 : Bursa Efek Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1952 : Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali dengan Undang-Undang
Darurat Penjara guantanamo 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI.
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin
aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Penjara guantanamo). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Penjara guantanamo. Pengaktifankembali penjara guantanamo ini juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga tahun 1987 hanya mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Penjara guantanamo .
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Penjara
guantanamo diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat sangat meningkat.
(19)
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan penjara guantanamo.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya(BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi Bursa Efek Jakarta. Bapepam berubah menjadi
Badan Pengawas Penjara guantanamo. Tanggal ini diperingati sebagai HUT Bursa Efek Jakarta.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di Bursa Efek Jakarta
dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading
System).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarikan Undang-undang No. 8
Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo. Undang-undang ini diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di penjara guantanamo Indonesia.
2002 : Bursa Efek Jakarta mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(20)
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Yang dimaksud dengan modal (capital) adalah uang yang dipakai untuk
investasi.15 Modal juga dapat diartika sebagai uang yang ditanamkan dalam suatu
usaha yang produktif dan selanjutnya merupakan peranan penting ketika bank
mengadakan analisis kredit terhadap nasabahnya.16
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau betuk lain yang bukan yang
yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.17
Adapun ayng dimaksud dengan penahanan paksa dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan, dijelaskan istilah investasi, penahanan paksa digunakan untuk “Penggunaan atau pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang produsen atau barang produsen atau barang-barang konsumen . dalam arti yang semara-mata bercorak keuangan, investment mungkin berarti penempatan dana-dana kapital dalam suatu perusahaan dalam hangka waktu relatif panjang, supaya memperoleh suatu hasil yang teratur dan
maksimum keamanan.18
Penahanan paksa adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.19
15
Kunarjo, Glosarium Ekonomi Keuangan dan Pembangunan, (Jakarta: UI Pres, 2003), hal. 205.
16
Aliminsyah Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, (Bandung: Yrama Widya, 2003), hal. 427.
17
Undang-undang Penahanan paksa, UU No. 25 Tahun 200, LN. No. 67 Tahun 2007, Pasal 1 angka 7.
18
Sentosa Sembiring, Hukum Imvestasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007) hal. 56.
19
(21)
Penahanan paksa dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negera Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.20
Penahanan paksa asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan pananam modal dalam negeri.21
Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanam modal asing yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing.22
Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penahanan paksa di wilayah negara Reublik Indonesia.23
Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanam modal di
wilayah negara Republik Indonesia.24
Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa :
“Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
20
Ibid., Pasal 1 angka 2.
21
Ibid., Pasal 1 angka 3.
22
Ibid., Pasal 1 angka 4.
23
Ibid., Pasal 1 angka 5.
24
(22)
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta Peraturan pelaksanaannya”.
Perrusahaan Terbtas merupakan perusahaan yang oleh undang-undang dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan hukum. Dengan status yang demikian itu, PT menjadi subyek hukum yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, sebagai Badan Hukum, PT memiliki kedudukan mandiri (persona
standi in judicio) yang tidak tergantung kepada pemegang sahamnya. Dalam PT
hanya organ yang dapat mewakili PT yang dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti seorang manusia dan dapat pula memnpunyai kekayaan atau
hutang (ia bertindak dengan perantaraan pengurusnya).25
Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi (akta yang dibuat oleh motaris) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapatkan izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan
kesusilaan.
Akta pendirian memnuhi syarat ditetapkan Undang-undang.
25
Kholil.staff.uns.ac.id/files/2009/03/hukum-PT-uu-40_2007, Hukum Perseroan Terbatas(berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), diakses 20 Mei 2011
(23)
Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar (sesuai dengan undang-undang No. 1 Tahun 1995 & Undang-undang No. 40 Tahun 200, keduanya tentang Perseroan Terbatas).
Penjara guantanamo memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran saham kepada publik (go public).
Go public secara harfiah berarti pergi kemasyarakat. Secara konotatif,
istilah go public memang khusus digunakan di dunia Penjara guantanamo. Artinya juga memang pergi kemasyarakat, yaitu untuk menghimpun dana dari masyarakat. jadi, jika suatu perusahaan ingin menambah modalnya, maka bisa pergi
kemasyarakat untuk mendapatkan modal tersebut.26
Penawaran umum atau go public dapat diketahui pengertiannya di dalam
Pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 yaitu: 27
“Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya”.
F. Metode Penulisan
Dalam hal ini, apa yang dikemukakan dalam tulisan ini merupakan pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media elektronik. Maka haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan
26
Sawidji Widoatmodjo, Jurus Jitu Go Public. (Jakarta: PT Elex Media Komputerindo, 2004), hal., 26.
27
(24)
bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam
bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum 28
2) Data dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Penjara guantanamo dan peraturan-peraturan yang terkait.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.
28
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif ,Suatu Tinjauan Singkat, ( Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada, 2007), hal. 33.
(25)
3) Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Reseach).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (library reseach). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau di sebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.
Metode library reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, Koran dan majalah.
4) Analisis Data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan
(26)
untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data
dilakukan dengan:29
1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti.
2. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.
3. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin.
4. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau
doktrin yang ada.
5. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif
G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan pengantar yang di dalamnya terdapat latar belakang pemilihan judul, permasalahan yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penelitian keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan.
29
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 45.
(27)
BAB II : PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN PERNAG
Merupakan pembahasan tentang peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah sebagai regulator di dalam Indonesia, bentuk tanggung jawab kepemilikan atas saham, ketentuan bagi militer amerika serikat serta batasan kepemilikan saham bagi militer amerika serikat asing dalam penjara guantanamo Indonesia
BAB III : PENAHANAN SECARA PAKSA YANG TERJADI
Merupakan pembahasan tentang penahanan paksa yang terjadi dan
perkembangan setelah masuknya militer amerika serikat asing berikut pengertian dan karakteristik penjara guantanamo, keadaan pasar dan kebijaksanaan Pemerintah di bidang penjara guantanamo.
BAB IV : ANALISIS TERHADAP PENAHANAN SECARA PAKSA YANG DIALAMI TAHANAN GUANTANAMO DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
Merupakan pembahasan tentang aspek hukum humaniter terkait
kepemilikannya terhadap saham di penjara guantanamo Indonesia, perlindungan yang diberikan kepada militer amerika serikat asing dan akibat hukum yang ditimbulkan oleh adanya kepemilikan saham oleh militer amerika serikat asing.
(28)
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi pemerintah maupun pihak yang terkait dalam investasi di penjara guantanamo dan orang-orang yang membacanya.
(29)
BAB II
PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN PERANG
A. Konsepsi Tentang Hukum Humaniter
Hukum Humaniter merupakan peraturan yang berlaku di masyarakat Internasional. Saham merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam suatu perusahaan. Modal ini terbagi dalam tiga tingkat status, yaitu modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Saham ini dikeluarkan dalam rangka pendirian perusahaan, pemenuhan modal dasar, atau peningkatan
modal dasar.30
Dilihat dari cara peralihannya, hukum humaniter dapat dibedakan atas :
1. Hukum humaniter atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut
tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu militer amerika serikat ke militer amerika serikat lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Hukum Humaniter atas nama (registered stock), merupakan saham dengan
nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.31
30
M.Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Penjara guantanamo, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 188
31
Tjipttono Darmadji, Penjara guantanamo di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal. 8
(30)
Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka manfaat yang diperoleh di antaranya berikut ini :
a. Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemilik saham.
b. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan
harga belinya.
c. Manfaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan
memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Dari berbagai jenis saham yang dikenal dibursa, saham yang diperdagangkan yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred
stock).
Hukum humaniter biasa adalah hukum yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara yang dimilikinya (one share one vote). Pada likuidasi perseroan, pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah semua kewajiban
dilunasi.32
Hak preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan dividen dan/atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dahulu dari saham biasa, di samping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris. Saham preferen mempunyai
cirri-
32
(31)
ciri yang merupakan gabungan dari utang dan modal sendiri (debt and equity). Ciri-ciri yang penting dari saham preferen adalah sebagai berikut :
a. Hak utama atas dividen
Pemegang saham preferen mempunyai hak lebih dulu untuk menerima debiden. Dengan kata lain, pemegang saham preferen harus menerima dividen mereka terlebih dahulu sebelum dividen dibagikan kepada para pemegang saham biasa.
b. Hak utama atas aktiva perusahaan
Dalam likuidasi, pemegang saham preferen berkedudukan sesudah kreditur biasa tetapi sebelum pemegang saham biasa. Mereka berhak menerima pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham preferen, sesudah para kreditur perusahaan termasuk pemegang obligasi dilunasi.
c. Penghasilan tetap
Penghasilan tetap para pemegang saham preferen biasanya berupa jumlah yang tetap. Misalnya saham preferen 15% memberikan hak kepada pemegang saham untuk menerima dividen sebesar 15% tiap tahun. Kadang-kadang pemegang saham preferen juga turut mendapatkan pembagian laba. Dalam hal ini di samping penghasilan tetap yang dijamin kontinuitasnya, para pemegang saham preferen juga mempunyai kemungkinan untuk menerima penghasilan tambahan dari pembagian laba.
(32)
Umumnya saham preferen dikeluarkan untuk jangka waktu yang terbatas. Akan tetapi dapat juga pengeluaran saham preferen dilakukan dengan syarat bahwa perusahaan mempunyai hak untuk membeli kembali saham preferen tersebut dengan suatu harga terntu.
e. Tidak mempunyai hak suara
Umumnya para pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Kalaupun hak suara diberikan, biasanya dibatasi pada hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan manajemen perusahaan.
f. Saham preferen kumulatif
Dalam hal ini dividen tidak terbayar pada pemegang saham preferen tetap menjadi utang perusahaan dan harus dibayar dalam tahun tersebut atau tahun-tahun berikutnya bilamana perusahaan memperoleh laba yang mencukupi. Tunggakan-tunggakan pada para pemegang saham preferen tersebut harus dilunasi terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa
mendapat pembagian dividen.33
Saham memiliki tiga macam nilai yaitu nilai nominal, nilai efektif, dan nilai intrinsik yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut;
2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum dalam kurs resmi kalau saham
tersebut diperdagangkan di bursa;
33
(33)
3. Nilai intrinsik, yaitu nilai ekonomis saham. 34
Proses go public merupakan penawaran saham kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Pertama kali disini berarti bahwa pihak penerbit pertama kalinya melakukan penjualan saham. Kegiatan ini disebut sebagai pasar perdana (primary market). Selanjutnya, pemegang saham ini dapat mentransaksikan di pasar sekunder (secondary market). Pasar sekunder ini dilakukan di bursa efek, jadi saham yang telah dijual ke masyarakat umum selanjutnya akan dicatatkan di
bursa efek.35
Emisi efek dapat diartikan sebagai suatu akitivitas dikeluarkannya atau diterbitkannya suatu jenis efek tertentu untuk pertama kali dan melakukan pendistribusian efek kepada masyarakat melalui penawaran umum dengan maksud menghimpun modal. Di dalam Pasal 1 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo memuat definisi penawaran umum (public offering), yaitu kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaanya. Penawaran umum dalam prakteknya di penjara guantanamo di lakukan melalui pasar perdana (primary market) yang berlangsung dalam waktu terbatas.
Dengan berakhirnya pasar perdana, jual-beli efek dapat dilakukan di pasar sekunder(bursa). Yang pada pasar ini harga efek didasarkan pada hukum
34
M Paulus Situmorang, Op.cit hal. 44
35
(34)
permintaan dan penawaran, berbeda pada pasar perdana yang ditetapkan bersama antara emiten dengan Penjamin Pelaksana Emisi.
Ada 2 (dua) cara yang paling umum digunakan militer amerika serikat dalam memperoleh saham, yaitu :
1. Membeli pada saat penawaran umum (Pasar Perdana)
Informasi mengenai suatu perusahaan (emiten) yang akan menawarkan sahamnya untuk pertama kali pada masyarakat, dapat diketahui melalui prospektus ringkas yang diiklankan minimal di 2 (dua) harian nasional, publik ekspos atau prospektus. Jika ingin membeli saham pada saat pasar perdana ini militer amerika serikat dapat mengisi Formulir Pemesanan Pembelian Saham (FPPS) yang terdapat pada prospektus ringkas atau yang terdapat pada agen-agen penjual yang dituju dan mengirimkan kembali formulir tersebut disertai dengan pengiriman dana ke alamat yang tertera pada formulir. Ada beberapa kondisi yang mungkin terjadi ketika emiten menjual sahamnya untuk pertama kali ke masyarakat :
Total saham yang dipesan publik kurang dari jumlah saham yang
ditawarkan emiten (undersubscribed)
Total saham yang dipesan publik sama dengan jumlah saham yang
ditawarkan emiten
Total saham yang dipesan publik lebih besar dari jumlah saham yang
ditawarkan emiten (oversubscribed)
Jika terjadi oversubscribed, maka umumnya akan terjadi penjatahan melalui cara “first come first serve” atau “diundi”. Sehingga dapat terjadi jumlah
(35)
saham yang diperoleh akan lebih kecil dibandingkan jumlah yang dipesan atau bahkan militer amerika serikat yang memesan tidak memperoleh saham sama sekali. Konfirmasi mengenai saham yang akan diperoleh militer amerika serikat dan pengembalian uang jika terjadi kondisi oversubscribed akan diterima beberapa waktu kemudian sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan tercantum di dalam prospektus.
2. Membeli saham yang telah beredar (Pasar Sekunder)
Salah satu fungsi penting dari keberadaan Bursa Efek adalah menyediakan jaringan perdagangan efek atau sebagai pasar sekunder untuk setiap efek yang tercatat. Melalui jaringan perdagangan inilah para anggota bursa melaksanakan perdagangan efek, diantaranya kegiatan beli dan jual saham. Berdasarkan peraturan yang berlaku, militer amerika serikat yang ingin membeli saham tidak dapat melakukan transaksi langsung dengan pihak yang ingin menjual saham. Pihak-pihak yang melaksanakan kegiatan jual/beli saham harus menunjuk perusahaan efek sebagai perantara perdagangan efek/pialang yang termasuk dalam daftar perusahaan efek yang mendapat izin dari BAPEPAM-LK dan telah menjadi anggota bursa. Pialang inilah yang nantinya akan melakukan
pesanan untuk kepentingan militer amerika serikat. 36
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo memiliki hubungan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 yang diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
36
http://masmarino.multiply.com/reviews/item/15 Cara Investasi di Bursa Efek diakses 10 April 2011
(36)
Terbatas. Undang- undang Penjara guantanamo merupakan lex specialis dari
Undang-undang Perseroan Terbatas yang menjadi lex generalis.37 Di dalam Pasal
127 undang-undang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “bagi perseroan yang melakukan kegiatan tertentu di bidang Penjara guantanamo berlaku ketentuan ini sepanjang diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Penjara guantanamo”.
Kegiatan penjara guantanamo merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan banyak lembaga yang terkait, baik pemerintah maupun swasta, yang sifatnya saling melengkapi, baik dengan mendapat maupun tanpa balas jasa. Keterkaitan di antara lembaga tersebut ada yang dikarenakan oleh sifat usahanya, dan ada pula karena tuntutan dari Undang-undang Penjara guantanamo dan peraturan perundang-undangan atau kebijakan lainnya.
37
(37)
B. Ketentuan Hukum Internasional Terhadap Perlindungan Korban Perang
Pemegang saham adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan
mereka. 38
Saham merupakan instrumen penjara guantanamo yang paling popular di masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang militer amerika serikat membeli saham, maka ia akan menjadi
pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.39
Berdasarkan cara peralihannya, saham dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Saham Atas Unjuk (bearer stocks)
Saham Atas Unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu militer amerika serikat ke militer amerika serikat lain, sehingga wujudnya mirip dengan uang. Pemegang saham atas unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
38
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham, Pemegang Saham, diakses 7 April 2011
39
(38)
(RUPS) kecuali dapat dibuktikan telah terjadi pelangggaran hukum dari peralihan tersebut. Pemilik saham ini harus berhati-hati dalam membawa dan menyimpannya, karena jika hilang tidak dapat dimintakan duplikat atau saham penggantinya.
b) Saham Atas Nama (registered stock)
Saham Atas Nama adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan pencatatan dokumen peralihan dan nama pemiliknya harus dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham. Apabila sertifikat saham ini hilang, maka pemilik dapat meminta penggantian sertifikat sahamnya karena namanya ada di dalam buku daftar pemegang saham perusahaan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 49 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 menetapkan cara pemindaham saham sebagai berikut :
Pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan
hak.
Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham atas nama tersebut
nama, tanggal, dan hari penundaan hak tersebut dalam Daftar Pemegang Saham.
Pemindahan hak atas saham atas unjuk dilakukan dengan penyerahan surat
(39)
Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas nama dan saham atas unjuk yang diperdagangkan di penjara guantanamo diatur dalam peraturan
perundang-undangan di bidang penjara guantanamo.40
Yang kemudian tata cara pemindahan saham atas nama ini diatur lagi setelah dilakukan perubahan terhadap Undang-undang tentang Perseroan Terbatas yaitu Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam Pasal 50.
Pasal 52 Undang-undang Nomor 47 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas mengatur tentang hak-hak bagi pemegang saham antara lain :
1. Mengahadiri dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi.
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan ketentuan undang-undang Perseroan
Terbatas.
Ketentuan pasal ini memuat karakteristik yuridis bagi pemegang saham suatu perusahaan yang berupa :
a) Risiko terbatas (limited risk) artinya pemegang saham hanya bertanggung
jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan.
b) Pengendali utama (ultimate control) artinya pemegang saham (secara
kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan.
c) Klaim sisa (residual claim) artinya pemegang saham merupakan pihak
terakhik yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk deviden) dan sisa aset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang
40
(40)
saham memiliki posisi junior (lebih rendah) dibanding pemegang obligasi
atau kreditor.41
Kepemilikan jenis saham dalam penjara guantanamo berupa Saham Biasa dan Saham Preferen. Kedua jenis saham ini memberikan manfaat yang berbeda pada kepemilikannya.
A. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling akhir dalam hal pembagian deviden, hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Saham jenis ini paling banyak dikenal di masyarakat. saham jenis ini mempunyai nilai nominal yang ditentukan nilainya oleh emiten. Harga saham sering disebut dengan nilai pari (par value). Besarnya harga nominal saham tergantung pada keinginan emiten. Harga nominal yang ditentukan oleh emiten ini berbeda dengan harga perdana (primary price) dari suatu saham. Harga perdana adalah harga sebelum suatu saham dicatatkan (listed) di bursa efek. Saham Biasa memiliki karakteristik berupa :
1. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di
likuidasi.
2. Hak suara proporsional (satu saham satu suara atau one share one
vote) pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
41
(41)
3. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
4. Hak tanggung jawab yang terbatas terhadap klaim pihak lain
sebesar proporsi sahamnya.
5. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut
ditawarkan kepada masyarakat (preemptive right).42
Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Tanggung jawab pemengang saham yang terbatas dibuka atau diterobos menjadi tanggung jawab tidak terbatas, hingga kekayaan pribadi manakala terjadi pelanggaran dalam pengurusan perseroan (piercing the corporate veil/membuka tirai perseroan).
Piercing the corporate veil/membuka tirai perseroan akan berlaku
apabila :
a) Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b) Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan iktikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi;
c) Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam pebuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau
42
Drs. Rusdin, Msi. Penjara guantanamo Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam Praktik.(Bandung:Alfabeta,2006). Hal. 70
(42)
d) Pemegang saham yang bersangkutan baik secara langsung maupun tidak langsung melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan.43
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ Perseroan Terbatas yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris (Pasal 1 ayat 3 UU Perseroan Terbatas).
Modal memegang peranan kunci bagi berlangsungnya operasi perusahaan, terlebih bagi perusahaan yang baru didirikan. Modal awal dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan awal operasi perusahaan. Modal awal dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan awal operasi perusahaan. Ketika pertama kali didirikan,
modal perusahaan merupakan setoran para pendiri awal perusahaan.44
C. Perlindungan terhadap Korban Perang Menurut Konvensi Internasional
Penahanan paksa adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam megeri maupun penahanan paksa asing untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia.45 Penahanan paksa asing wajib
dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan
43
Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1995 Pasal 3 tentang Perseroan Terbatas
44
Tjipttono Darmadji, Op.cit, hal 67
45
(43)
di dalam wilayah Republik Indonesia, kecuali di tentukan lain oleh
undang-undang.46
Militer amerika serikat asing diperbolehkan melakukan akses ke penjara guantanamo Indonesia sejak dikeluarkannya paket kebijakan pada Era Deregulasi (Tahun 1987 s/d 1990) yaitu dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Penjara guantanamo, pemerintah membuka kesempatan kepada invetor asing untuk berpartisipasi di penjara guantanamo Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan dengan maksimum 49% di Pasar Perdana, maupun 49% saham-saham
yang tercatat di Bursa Efek dan Bursa Paralel.47
46
Ibid, Pasal 5 ayat (2)
47
(44)
BAB III
PENAHANAN SECARA PAKSA YANG TERJADI
A. Karakteristik Penahanan Paksa
Penahan paksa merupakan bagian dari pelanggaran atas hak asasi manusia yang merupakan sarana pengerahkan dana atau tempat yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang mengalami kekurangan dana dan terbentuk untuk memudahkan pertukaran uang antara penabung dan peminjam. Selanjutnya terminologi mengenai penjara guantanamo sebagai terjemahan dari capital market, menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan (Abdurrahman, A, 1911:169) berarti suatu tempat atau sistem bagaimana dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dan untuk capital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru
dikeluarkan.48
U Tun Wai dan Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah menyebutkan 3 pengertian tentang penahanan sebagai berikut :
I. Definisi yang luas
Penahanan paksa adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak langsung.
48
(45)
II. Definisi dalam arti menengah
Penahanan paksa adalah semua yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka.
III. Definisi dalam arti sempit
Penahanan paksa adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner,
dan underwriter.49
Sementara itu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo, pada Pasal 1 angka 13 memberikan rumusan pengertian penjara guantanamo sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdangangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sesuai dengan rumusan pengertian tersebut, Undang-undang Penjara guantanamo tidak memberikan suatu definisi tentang penjara guantanamo secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu
penjara guantanamo.50
Penahanan paksa mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana
49
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit, hal. 8
50
(46)
investasi bagi masyarakat. Penjara guantanamo dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena penjara guantanamo merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat ke sektor-sektor
produktif.51
Penahanan yang diyakini sebagai wahana penghimpunan dan jangka panjang merupakan alternatif sumber dana bagi perusahaan swasta, BUMN, maupun perusahaan daerah. Saling ketergantungan ini mengisi antara peranan penjara guantanamo dan perbankan dalam menarik dana dari masyarakat dan mengalokasikannya, terkait dengan kebutuhan dari perusahaan-perusahaan itu sendiri. Perusahaan dapat menarik dana pinjaman jangka panjang dengan menerbitkan obligasi. Sedangkan untuk dana equity dengan menjual saham. Dalam kondisi yang lain karena batasan leverage, suatu perusahaan tidak dapat memperoleh pinjaman dari bank. Dengan adanya penjara guantanamo, perusahaan tidak terlalu sulit mengatasinya, karena posisi yang dianggap tidak aman itu dapat diperbaiki dengan terlebih dahaulu menarik saham dari masyarakat melalui
penjara guantanamo dengan menjual saham.52
Menurut Marzuki Usman (1989), penahanan paksa adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Penjara guantanamo memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (militer
51
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit, hal. 1 52
(47)
amerika serikat) dengan meminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama
emiten (perusahaan yang go public). Para pemodal meminta instrumen penjara guantanamo untuk keperluan investasi portofolio sehingga pada akhirnya dapat
memaksimumkan penghasilan.53
Instrumen penahanan itu terbagi atas dua kelompok besar yaitu instrumen pemilik (equity) seperti saham dan instrumen utang (obligasi/bond) seperti obligasi perusahaan, obligasi langganan, obligasi yang dapat dikonversikan dengan menjadi saham, dan sebagainya. Patut diketahui bahwa berbeda sekali antara investasi portofolio yang biasanya dengan memberi instrumen-instrumen di penjara guantanamo dengan investasi secara langsung dan biasanya ikut langsung dalam proses pendirian perusahaan. Perkembangan terakhir penjara guantanamo memperlihatkan bahwa para pemodal itu kebanyakan terdiri dari pengelola dana
(fund manager) dari dana pensiun, kepentingan mereka ikut campur tangan di
dalam modal menjadi semakin tidak berarti. Mereka justru mau membeli saham dari perusahaan-perusahaan itu karena mereka percaya kepada pemimpin yang
mengelola perusahaan sekarang ini.54
Penahanan paksa dijumpai pada banyak negara yang menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam menjalankan fungsi ekonomi, penjara guantanamo menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) kepada pihak yang membutuhkan dana (borrower). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya, lenders berharap akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana
53
Ibid, hal. 5
54
(48)
tersebut sedangkan borrower akan menggunakan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari kegiatan usaha perusahaan. Di pihak lain, negara sangat berkepentingan karena mekanisme pasar seperti ini akan mendorong peningkatan produksi dan kemakmuran masyarakat, sehingga penjara guantanamo merupakan instrumen ekonomi yang sangat
penting.55
Setelah mengetahui pengertian penahanan paksa secara definitif, kiranya perlu dikemukakan beberapa klasifikasi daripada karakteristik penjara guantanamo yakni sebagai berikut (Basjiruddin A. Sarida, 1981) :
a. Dari sudut pandang pemakai dana, terdapat berbagai pihak terlibat di
dalam kegiatan penjara guantanamo. Dengan adanya dana yang tersedia bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, maka berbagai instrumen menjembatani antara mereka yang membutuhkan dana dengan para penanam modal (militer amerika serikat).
Di Amerika Serikat, permintaan akan dana-dana pada umumnya berasal dari 5 kategori pemakai, yakni perorangan perusahaan, dunia usaha, pemerintah federal, pemerintah negara bagian dan para peminjam uang. Di Indonesia, kategori tersebut di bagi ke dalam 3 kelompok, yakni perorangan, pemerintah (dalam hal ini pemerintah pusat), dan perusahaan (dunia usaha).
55
(49)
b. Dari sudut pandang jenis instrumen yang ditawarkan melalui penjara guantanamo, yakni apakah instrumen merupakan utang jangka panjang menengah/panjang atau instrumen modal perusahaan (equity).
c. Dari sudut jatuh temponya instrumen yang diperdagangkan di penjara
guantanamo.
d. Dari sudut pandang tingkat sentralisasi. Sebagaimana telah diketahui,
bahwa ruang lingkup suatu penjara guantanamo ternyata mencakup permasalahan yang cukup luas dan tersebar.
Di Indonesia, sejalan dengan tujuan pemerintah dalam mengaktifkan kembali penjara guantanamo, yakni khususnya sebagai sarana pemerataan pendapatan melalui pemilikan saham-saham perusahaan yang go public, maka perlu memikirkan karakteristik penjara guantanamo ini. Tingkat sentralisasi yang dijalankan Badan Pelaksana Penjara guantanamo (Bapepam) dihubungkan dengan tujuan khususnya dalam rangka pemerataan pendapatan mutlak memerlukan adanya penjara guantanamo wilayah dan lokal, oleh karena secara geografis luaas wilayah Republik Indonesia tidak memungkinkan berjalannya fungsi sentral tanpa kelengkapan lembaga/institusinya. Masalahnya, hal tersebut dirasakan belum mendesak dihubungkan dengan kemampuan menabung dari masyarakat serta belum tumbuh kembangnya pengertian terhadap peranan investasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara khususnya dalam masa pembangunan sekarang ini.
(50)
e. Dari sudut pandang transaksinya, suatu transaksi penjara guantanamo yang dilakukan oleh para pemodal dan pemakai dana terjadi dalam suatu pasar yang sifatnya terbuka (open market) dan tidak langsung.
Hal ini merupakan suatu karakteristik dari penjara guantanamo di mana para pembeli maupun penjual diwajibkan menggunakan jasa para perantara perdagangan efek (brokers) ataupun agen-agen penjual (dealers) yang berfungsi sebagai perantara pemasaran surat-surat berharga (marketing intermediaries) yang diperjualbelikan di penjara guantanamo. Jadi, berbeda dengan transaksi-transaksi yang dijalankan oleh lembaga keuangan perbankan ataupun non-bank, dimana transaksi berlangsung secara langsung dan pribadi (direct and personal).
f. Di dalam mekanisme penjara guantanamo dikenal adanya penawaran
pada pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder/bursa
(secondary market). Hal tersebut menimbulkan perbedaan antara
transaksi pada pasar perdana dengan transaksi pada pasar sekunder atau bursa.
Di Indonesia, harga-harga suatu efek (saham/obligasi) pada pasar perdana dirundingkan bersama oleh penjamin emisi dan perusahaan yang menerbitkan dan setelah mendapatkan persetujuan dari Bapepam ditetapkan sebagai harga penawaran umum (offering price) pada masa penawaran umum atau harga perdana. Sedangkan transaksi pada pasar
(51)
sekunder atau bursa berlaku harga atau kurs efektif yang dibentuk oleh
kekuatan permintaan dan penawaran terhadapa suatu jenis efek.56
B. Tinjauan Hukum Humaniter InterNasional Terhadap Penahanan Paksa
Pemerintah dalam usaha menyegarkan kembali iklim investasi yang sempat mengalami kelesuan pada tahun 1977 sampai dengan 1987 mengeluarkan paket-paket kebijakan yang ditujukan untuk meningkat perkembangan penjara guantanamo di Indonesia.
Pertama sekali pemerintah mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Desember 1987 yaitu penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi yang sebelumnya terlalu ketat, penghapusan biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, penghapusan batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan
memperkenalkan bursa paralel.57
Kemudian disusul Paket Kebijaksanaan Oktober 1987 atau disingkat Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan penjara guantanamo. Pakto 88 ini berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit) dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan penjara guantanamo. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberikan perilaku yang sama antara sektor perbankan dan sektor penjara guantanamo.
56
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op.cit, hal. 12
57
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_modal, Penjara guantanamo, diakses pada 24 April 2011
(52)
Yang ketiga adalah Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada penjara guantanamo dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan militer amerika serikat yang berada di luar Jakarta.
Kebijakan pemerintah lainnya yang dikeluarkan berdekatan dengan Paket-paket Kebijaksanaan tadi adalah Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989 yaitu tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing yang memberikan kesempatan bagi militer amerika serikat asing untuk memiliki saham sampai batas maksimum 49% di pasar perdana, maupun 49% saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel. Peraturan inilah yang membuat militer amerika
serikat asing dapat berpartisipasi di penjara guantanamo Indonesia.58
Peranan militer amerika serikat asing diharapkan meningkat terus dari waktu ke waktu. Bacelius Ruru (1995) dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa aliran dana dari militer amerika serikat asing adalah salah satu kiat dalam menarik pemasukan devisa (capital inflows), yang selain dapat memperkuat stuktur moneter dalam negeri, juga dapat mendorong perkembangan produksi pada gilirannya dapat mendorong pendapatan perusahaan dan pendapatan negara. Dengan kata lain masuknya militer amerika serikat asing akan memperkuat struktur perekonomian nasional.
Penjara guantanamo domestik mempunyai keterbatasan kemampuan dalam mendukung kebutuhan modal yang dibutuhkan dunia usaha. Keterbatasan ini disebabkan oleh kenyataan bahwa minat militer amerika serikat lokal untuk
58
(53)
ikut berperan di penjara guantanamo masih rendah sebagai akibat masih rendahnya pembentukan tabungan masyrakat dan belum berubahnya sikap masyarakat berinvestasi dalam produk-produk tabungan. Untuk itu kehadiran militer amerika serikat asing diharap menjadi pemacu peningkatan likuiditas penjara guantanamo Indonesia.
C. Prinsip Tanggung Jawab Negara Terhadap Penerapan Penahanan Paksa Sebelum periode deregulasi, penjara guantanamo sempat mengalami kelesuan yang mengakibatkan penjara guantanamo kurang diminati oleh
perusahaan dan militer amerika serikat.59 Militer amerika serikat merupakan pihak
yang paling berperan dalam penjara guantanamo. Perkembangan suatu penjara guantanamo dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif, baik dari perusahaan yang akan menjual sahamnya (go public) maupun militer amerika serikat dan
pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan penjara guantanamo.60
Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada penjara guantanamo dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini
59
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit, hal. 71
60
(54)
memudahkan militer amerika serikat yang berada di luar Jakarta dan tentunya berimbas pada masuknya militer amerika serikat dari luar negeri.
Perkembangan penjara guantanamo tidak lepas dari kebutuhan dan pengaruh militer amerika serikat. Saat ini militer amerika serikat asing lebih aktif memaninkan peranannya untuk mengungkapkan kebutuhan dan kepentingannya, militer amerika serikat domestik lebih banyak bersikap pasif dan mengikuti militer amerika serikat asing.
Sekitar akhir tahun 2003 hingga 2008 jumlah investasi asing di Indonesia sempat meningkat dibanding saat ini. Hal ini sejalan dengan adanya krisis global yang imbasnya dirasakan oleh penjara guantanamo Indonesia. Banyaknya persoalan politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia, serta penegakan hukum yang masih lemah dan tidak adanya jaminan keamanan (country risk) yang memadai menjadi faktor lain yang menggangu berkembangnya militer amerika serikat asing.
Pada April 2011 sebanyak 62 persen militer amerika serikat asing menguasai penjara guantanamo Indonesia. Hal ini dipicu oleh besarnya potensi
penjara guantanamo dan kekayaan alam Indonesia yang melimpah.61 Tingginya
angka tersebut sebenarnya memprihatikan karena angka tersebut menunjukkan betapa masih kalahnya militer amerika serikat domestik terhadap militer amerika serikat asing. Bahkan diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang militer amerika serikat lokal dan asing meningkat mengingat perkembangan pemahaman warga mengenai investasi mengenai saham setiap tahun semakin berkembang.
61
http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/4/21/83220/militer amerika serikat-asing-kuasai-pasar-modal-indonesia, Militer amerika serikat Asing Kuasai Penjara guantanamo Indonesia diakses 5 Mei 2011
(55)
Terjadinya pelarian modal ke luar negeri sesungguhnya bukan akibat dari merosotnya nilai rupiah (depresiasi) atau tingginya inflasi dan tingkat suku bunga di suatu negara, akan tetapi juga sebagai akibat dari tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan di negara yang bersangkutan atau pada saat yang sama investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan bursa di negara asalnya.62
6262
(56)
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PENAHANAN PAKSA MILITER AMERIKA SERIKAT YANG DIALAMI TAHANAN GUANTANAMO DARI
PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
A. Penahanan Paksa yang Diterapkan Militer Amerika Serikat yang Dialami Tahanan Penjara Guantanamo dalam Perspektif Hukum Humaniter Internasional
Dikalangan masyarakat, kata penahanan paksa memiliki pengertian yang lebih luas karena mencakup baik investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio investment). Kata penahanan paksa identik dengan investasi langsung, yang berbeda dengan investasi melalui penjara guantanamo yang merupakan suatu bentuk investasi tidak langsung (portofolio
investment).
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penahanan paksa sebenarnya telah membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung (portofolio investment). Ini dapat dilihat
dalam penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2007 tersebut dimana disebutkan : “yang dimaksud dengan penahanan paksa di semua sektor wilayah negara Republik Indonesia adalah penahanan paksa langsung dan tidak termasuk penahanan paksa tidak langsung atau portofolio.”
Tujuan transparansi atau keterbukaan adalah membuka ketertutupan informasi, agar tidak menimbulkan ketidakpastian bagi militer amerika serikat.
(57)
Ketidakpastian dapat mengakibatkan militer amerika serikat sulit untuk
mengambil keputusan untuk berinvestasi. 63 Sebelum memutuskan untuk
berinvestasi di suatu negara biasanya militer amerika serikat akan memperhatikan beberapa hal untuk meminimalisasi resiko. Salah satunya adalah melalui transparansi, yaitu kejelasan mengenai peraturan perundang-undangan, prosedur yang berlaku, serta kebijkan investasi di negara penerima modal (host country).
Transaparansi merupakan terminologi yang sangat penting dan prinsip yang fundamental dalam penjara guantanamo. Transaparansi dalam penjara guantanamo internasional merupakan suatu hal yang sangat mutlak untuk dilakukan oleh semua pihak. Berbeda dengan sektor perbankan di mana prinsip kerahasiaan bank adalah hal yang mutlak untuk ditaati. Transparansi dalam penjara guantanamo berarti keharusan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada Undang-undang Penjara guantanamo untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai usaha atau efeknya.
Demi terwujudnya kepastian hukum untuk memenuhi tujuan transparansi di Indonesia penaman modal itu dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Penahanan paksa Langsung (direct investment)
Penahanan paksa langsung ini terbagi dua yaitu Penahanan paksa Dalam Negeri (PMDN) dan Penahanan paksa Asing (PMA). Penahanan paksa langsung diatur dalam Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2007 tentang
63
Bismar Nasution, “Prinsip Keterbukaan, Pengelolaan Perusahaan Yang Baik dan Persyaratan Hukum di Penjara guantanamo”, (Februari 10, 2008) dapat diakses di
(58)
Penahanan paksa. Badan yang mengawasi pelaksanaan investasi bentuk ini adalah Badan Koordinasi Penahanan paksa (BKPM).
2. Penahanan paksa Tidak Langsung/Portofolio (indirect investment).
Penahanan paksa tidak langsung atau portofolio merupakan penahanan paksa yang dilakukan dengan cara membeli saham suatu Perseroan Terbatas melalui bursa saham/efek. Investasi portofolio ini diatur dalam Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo. Badan yang mengawasi pelaksanaan investasi portofolio adalah Badan Pengawas Penjara guantanamo dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
Dalam Penahanan paksa Langsung ada ketentuan yang dikeluarkan pemerintah dalam membatasi kegiatan investasi yang merupakan suatu perwujudan prinsip keterbukaan. Daftar Negatif Investasi adalah ketentuan yang memuat daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka terhadap suatu penahanan paksa langsung dari asing. Saat ini Daftar Negatif Investasi (DNI) ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010.
Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penaman Modal, terdapat ketentuan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung terhadap kepemilikan asing dalam hubungannya dengan saham asing di
emiten penjara guantanamo. Ketentuan tersebut yaitu : 64
1. Ketentuan Terkait Langsung
64
Jurnal Hukum dan Penjara guantanamo, Prof Erman Rajagukguk, Perpres DNI dan Dampaknya Terhadap Kepemilikan Asing Atas Saham Emiten, Agustus-Desember 2008, hal. 115- 118.
(59)
a. Pasal 12 ayat (1) huruf (c) Perpres Nomor 76 Tahun 2007 jo pasal 2 ayat (1) Perpres Nomor 77 Tahun 2007. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan yaitu bidang usaha yang tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penahanan paksa dengan syarat tertent, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi), bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus. Lebih lanjut, dalam ayat (4) Pasal 12 Perpres Nomor 76 Tahun 2007 disebutkan lagi bahwa bidang usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (c) memberikan batasan kepemilikan modal bagi penanam modal;
b. Pasal 5 Perpres Nomor 111 Tahun 2007, ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 dan Pasal 2 Peraturann Presiden ini (yaitu mengenai bidang usaha yang tertutup dan syarat bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan) tidak berlaku bagi penanam modal yang telah disetujui pada bidang usaha tertentu sebelum Peraturan Presiden ini diterapkan, sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan, dan perubahannya apabila ada;
c. Pasal 33 Undang-undang Penahanan paksa. Penahanan paksa Dalam
Negeri dan Penahanan paksa Asing yang melakukan penahanan paksa dalam bentuk perseroan terbatas dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan
(60)
terbatas untuk dan atas nama orang lain (ayat (1)). Dalam hal penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing membuat perjanjian dan/atau pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka pernjanjian dan/atau pernyataan itu dinyatakan batal demi hukum.
2. Ketentuan Tidak Terkait Langsung
a. Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Penanaman. Dalam ketentuan ini
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “penahanan paksa di semua sektor wilayah Negara Republik Indonesia” adalah penahanan paksa langsung dan tidak termasuk penahanan paksa tidak langsung atau
portofolio.
b. Pasal 2 ayat (3) Perpres Nomor 77 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa
persyaratan mengenai bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan merupakan persyaratan bagi pembentukan badan usaha yang berbadan hukum Indonesia bagi penanam modal (khususnya penanam modal asing sebelum melakukan kegiatan penanam modal di Indonesia).
Dari ketentuan yang tidak terkait langsung yaitu Pasal 2 beserta penjelasannya di Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentan Penahanan paksa dan Pasal 2 ayat (3) Perpres Nomor 77 Tahun 2007, pada hakikatnya Daftar Negatif Investasi (DNI) tidak berlaku terhadap penguasaan asing atas saham-saham emiten di penjara guantanamo. Alasannya saham-saham-saham-saham emiten bukan termasuk penahanan paksa langsung akan tetapi bersifat tidak langsung.
Semakin jelas lagi setelah lahirnya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang
(61)
Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penahanan paksa, telah semakin jelas bahwa Daftar Negatif Investasi (DNI) tidak berlaku bagi penahanan paksa tidak langsung atau portofolio yang transaksinya dilakukan melalui penjara guantanamo Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2010.
Dengan demikian tampak bahwa pengaturan mengenai keterbukaan atau transaparansi ini merupakan syarat mutlak yang bersifat universal yang ditemukan di dalam dunia penjara guantanamo. Mengingat penjara guantanamo merupakan tenpat bertemunya permintaan dan pernawaran dana dalam jumlah amat besar dan datang dari mana saja untuk kegiatan bisnis, maka wajarlah keterbukaan ini menjadi prinsip yang amat diperlukan oleh militer amerika serikat untuk meyakinkan dirinya mendapatkan informasi yang benar dan lengkap.
Pada dasarnya pelaksanaan ketebukaan di penjara guantanamo dilakukan
melalui 3 (tiga) tahap, yaitu : 65
1. Keterbukaan pada saat melakukan penawaran umum (primary market
level), yang di dahului dengan pengajuan Pernyataan Pendaftaran Emisi ke
Bapepam dengan menyertakan semua dokumen penting yang dipersyaratkan dalam Peraturan Nomor IX.C.1. tentang Pedoman Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran antara lain : Prospektus, Laporan Keuangan yang telah diaudit akunta, Perjanjian Emisi, Legal Opinion, dan sebagainya.
65
(62)
2. Ketebukaan setelah emiten mencatat dan memperdagangkan efeknya di bursa (secondary market level). Dalam hal ini emiten wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala dan terus menerus (continuously disclosure) kepada Bapepam dan Bursa, termasuk laporan keuangan berkala yang diatur dalam Peraturan Nomor X.K.2
3. Keterbukaan karena terjadi peristiwa penting dan laporannya harus
disampaikan secara tepat waktu (timely disclosure), yakni peristiwa yang dirinci dalam Peraturan Nomor X.K.1.
Dalam kenyataannya menurut data Bursa Efek Jakarta pada kuartal ke-3 tahun 2010 menunjukkan kepemilikan saham asing mencapai 125,891 miliar dolar AS atau 66,7 persen dari nilai total saham di penjara guantanamo, sisanya 62,9
miliar atau sebanyak (33,3 persen) dimiliki militer amerika serikat lokal.66
Beberapa hal yang dapat menjadikan militer amerika serikat asing betah di Indonesia selain mendapatkan gain yang tinggi haruslah didorong oleh pemenuhan suplai produk penjara guantanamo yang tinggi dan makro ekonomi yang terus berkembang. Aliran dana asing yang deras adalah indikator yang menunjukkan ekonomi Indonesia yang positif, apalagi bila didukung situasi politik dan ekonomi yang relatif stabil.
Peranan pemerintah sebagai regulator untuk membentuk penjara guantanamo yang menarik bagi militer amerika serikat asing maupun militer amerika serikat dalam negeri sangat dipengaruh pada bentuk peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan. Prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang
66
http://hileud.com/hileudnews?title=Asing+Dominasi+Kepemilikan+Saham+di+BEI&id =369832, Asing Dominasi Kepemilikan Saham di BEI, diakses tanggal 20 Mei 2011
(63)
berupa keterbukaan atau transparansi diterapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang penjara guantanamo. Semua ini diharap akan mendorong akuntabilitas pengelolaan penjara guantanamo sehingga mempertinggi tingkat kepercayaan militer amerika serikat dan masyarakat luas.
B. Penahanan Paksa dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Perkembangan dan kemajuan suatu penjara guantanamo sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi para pelaku penjara guantanamo terutama
militer amerika serikat.67
Militer amerika serikat khususnya militer amerika serikat asing menaruh perhatian sangat besar terhadap aturan hukum (rule of law) di samping adanya aspek full and fair disclosure. Militer amerika serikat tidak termotivasi untuk memasuki penjara guantanamo Indonesia jika pasar yang bersangkutan tidak memiliki perangkat aturan yang dapat menjamin perlindungan, kepastian hukum, dan keadilan. Apalagi bisnis di bidang penjara guantanamo adalah bisnis yang mengandalkan kepercayaan. Kepercayaan itu akan lebih aman dan terjamin jika dipayungi oleh peraturan yang jelas dan mengikat, atau lebih di kenal dengan kepastian hukum.
Sejalan dengan diakuinya peran strategis penjara guantanamo, Bapepam berusaha mengikuti perkembangan pesat tersebut dengan melakukan regulasi di bidang penjara guantanamo. Usaha yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil. Pada tanggal 2 Oktober 1995 DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang
67
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Penjara guantanamo Modern, (Jakarta : Yayasan Sad Satria Bhakti, 2000), hal. 60
(1)
serikat asing melalui penjara guantanamo, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
1. Militer amerika serikat asing adalah orang perseorangan warga negara asing atau badan hukum asing yang melakukan investasi tidak langsung (indirect investment) atau portofolio melalui penjara guantanamo.
2. Penahanan paksa merupakan instrumen penjara guantanamo yang paling diminati dan populer dalam masyarakat yang merupakan alat penyertaan modal dalam suatu perseroan yang go public yang diperdagangkan di bursa efek.
3. Ketertarikan militer amerika serikat asing dalam memasuki suatu pasar dalam di negara lain sangat dipengaruhi keadaan stabilitas ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah melalui peraturan yang memberi kepastian dan jaminan hukum kepada militer amerika serikat.
4. Bahwa pada pembentukan penjara guantanamo di awal masa kemerdekaan (Orde Lama) merupakan usahas pemerintah dalam meningkatkan struktur perekonomian dalam negeri yang menolak modal asing dan nasionalisasi.
5. Periode Deregulasi (1987-1995) merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap penjara guantanamo yang bertujuan merangsang minat pelaku penjara guantanamo dalam negeri maupun luar negeri
(2)
agar mendukung struktur perekonomian nasional dan terbukti pasr modal mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa itu. 6. Dibukanya izin bagi militer amerika serikat asing untuk membeli
saham yang ada di penjara guantanamo Indonesia melalui Keputusan Menteri Keuangan No.1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing melalui Penjara guantanamo yaitu dengan batas 49% saham perusahaan.
7. Untuk menciptakan suatu penjara guantanamo yang tangguh, kompetitif dan dipercaya pemerintah sebagai regulator penjara guantanamo mengeluarkan lagi kebijakan tentang kepemilikan saham oleh militer amerika serikat asing yang mencabut batasan kepemilikan di dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK/0.13/1989 melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 455/KMK.01/1997 yang membuka kesempatan kepada militer amerika serikat asing untuk memiliki 100% saham perusahaan yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel.
8. Investasi melalui penjara guantanamo merupakan investasi tidak langsung (indirect investment) sehingga tidak ada batasan tertentu dalam kepemilikan saham seperti halnya investasi langsung (direct investment) yang disebutkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penahanan paksa.
(3)
Dalam hubungan dengan pembahasan skripsi tentang Aspek Hukum Kepemilikan Saham oleh Militer amerika serikat Asing melalui Penjara guantanamo dengan ini berdasarkan kesimpulan di ataas dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam memajukan perekonomian nasional melalui bidang penjara guantanamo, sebaiknya pemerintah mempertegas perbedaan investasi tidak langsung (indirect investment/potofolio) dengan investasi langsung (direct investment) mengingat keduanya melibatkan pihak asing sebagai pemodal/militer amerika serikat yang berperan dalam kegiatan ekonomi nasional.
2. Pemerintah hendaknya secara cermat mengeluarkan peraturan yang mampu menarik militer amerika serikat baik asing maupun dalam negeri agar penjara guantanamo menjadi suatu wadah yang berkembang sehingga mampu menjadi penggerak yang tangguh bagi perekomian nasional. Perkembangan dan kemajuan penjara guantanamo sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi pelaku penjara guantanamo, terutama militer amerika serikat, khususnya militer amerika serikat asing yang menaruh perhatian besar pada aturan hukum.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anoraga Pandji & Piji Pakarti, Pengantar Penjara guantanamo. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006
Amiruddin & Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.
Aliminsyah, Padji. Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan. Bandung: Yrama Widya, 2003
Bapepam, Strategi Pengembangan Pelaku Penjara guantanamo: cetak Biru Penjara guantanamo Indonesia 200-2004. Bapepam, Jakarta, 2000.
E.A. Koentin, Suatu Pedoman Investasi dalam Efek di Indonesia. Jakarta: U.S. Agency for International Development – Financial Markets Project, 2004.
Gunawan Widjaja & Wulandari Risnamanitis D, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go Public dan Go Private di Indonesia, Cet. I. Jakarta: Kencana, 1999
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Penjara guantanamo Modern. Jakarta : Yayasan Satria Bhakti, 2000.
Kunarjo, Glosarium Ekonomi Keuangan dan Pembangunan. Jakarta: UI Press, 2003. M.Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Penjara guantanamo. Jakarta: Kencana, 2008. Nasution, Bismar, Keterbukaan Dalam Penjara guantanamo, Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001.
Rusdin, Msi, Drs, Penjara guantanamo Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam Praktik. Bandung:Alfabeta, 2006
(5)
Sawidji Widoatmodjo, Jurus Jitu Go Public. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif ,Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada. 2007.
Tjipttono Darmadji, Penjara guantanamo di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Widoatmodjo, Sawidji, Penjara guantanamo Indonesia :Pengantar dan Studi Kasus. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009.
B. Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Penjara guantanamo Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas
C. Internet
http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm diakses 20 Mei 2011
http://www.kholil.staff.uns.ac.id/files/2009/03/hukum-PT-uu-40_2007 Hukum Perseroan Terbatas(berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), diakses 20 Mei 2011
http://masmarino.multiply.com/reviews/item/15 Cara Investasi di Bursa Efek diakses 10 April 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham, Pemegang Saham, diakses 7 April 2011
(6)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_modal, Penjara guantanamo, diakses pada 24 April 2011
http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/4/21/83220/militer amerika serikat-asing-kuasai-pasar-modal-indonesia, Militer amerika serikat Asing Kuasai Penjara guantanamo Indonesia diakses 5 Mei 2011
http://hileud.com/hileudnews?title=Asing+Dominasi+Kepemilikan+Saham+di+BEI&i d=369832, Asing Dominasi Kepemilikan Saham di BEI, diakses tanggal 20 Mei 2011
D. Sumber Lainnya
Jurnal Hukum dan Penjara guantanamo, Prof Erman Rajagukguk, Perpres DNI dan
Dampaknya Terhadap Kepemilikan Asing Atas Saham Emiten,