17 Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
abnormal tinggi hiperglikemia satu kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih lanjut dengan
mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah sewaktu yang abnormal tinggi ≥ β00 mgdL pada hari lain, kadar glukosa darah puasa yang abnormal
tinggi ≥ 1β6 mgdL, atau dari hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah paska pembebanan ≥ β00 mgdL DepKes RI, 2005.
2.2.6 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Penatalaksanaan diabetes melitus didasarkan pada rencana diet, latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik, agen-agen hipoglikemik oral, terapi insulin,
pengawasan glukosa dirumah, dan pengetahuan tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes adalah penyakit kronik, dan pasien perlu menguasai pengobatan dan
belajar bagaimana menyesuaikannya agar tercapai kontrol metabolik yang optimal. Pasien-pasien dengan gejala diabetes melitus tipe 2 dini, dapat
mempertahankan kadar glukosa darah normal hanya dengan menjalankan rencana diet dan latihan fisik saja. Tetapi, sebagai penyakit yang progresif, obat-obat oral
hipoglikemik juga dianjurkan Price, 2005. Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu:
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal. 2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat.
Universitas Sumatera Utara
18 Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan
dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya DepKes RI, 2005.
Dalam penatalaksanaan DM menurut Perkeni, 2011 ada 4 pilar utama penatalaksanaan diabetes melitus yaitu:
1. Edukasi.
Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian
masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan,
implementasi, dokumentasi dan evaluasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya
harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
2. Terapi Nutrisi Medis
Terapi Nutrisi Medis TNM merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan
makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada
Universitas Sumatera Utara
19 mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Prinsip
pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal kabohidrat, protein,
lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu: Kabohidrat 60-70, Protein 10-15, Lemak 20-25 .
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur. 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani
bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
Tabel 2.5 Aktivitas Fisik Harian. Kurangi Aktivitas
Hindari aktivitas sedenter Misalnya, menonton televisi, menggunakan
internet, main game komputer
Persering Aktivitas Mengikuti olahraga rekreasi dan
beraktivitas fisik tinggi pada waktu liburan
Misalnya, jalan cepat, golf, olah otot, bersepeda, sepak bola
Aktivitas Harian Kebiasaan bergaya hidup sehat
Misalnya, berjalan kaki ke pasar tidak menggunakan mobil, menggunakan tangga
tidak menggunakan lift, menemui rekan kerja tidak hanya melalui telepon internal,
jalan dari tempat parkir
Universitas Sumatera Utara
20 4.
Terapi Farmakologis Terapi dan pengelolaan farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani gaya hidup sehat. Terapi farmakologis diabetes melitus dapat berupa Obat Hipoglikemik Oral OHO dan terapi Insulin.
2.2.7 Terapi Farmakologis Diabetes Melitus