11 masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan. g. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
2.2 Diabetes Melitus 2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus DM adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. Ini disebabkan karena penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya komplikasi mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati Sukandar, 2008.
Insulin dalam tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.
Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan
glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel Tarwoto, 2012.
2.2.2 Epidemiologi
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia
pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
Universitas Sumatera Utara
12 tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation IDF pada
tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan
angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 Perkeni, 2011.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan
prevalensi DM sebesar 8,2 juta penyandang diabetes pada daerah urban dan 5,5 juta penyandang diabetes pada daerah rural dan diperkirakan pada tahun 2030
nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun, maka diperkirakan prevalensi DM pada daerah urban terdapat 12 juta penyandang
diabetes dan 8,1 juta di daerah rural dan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar RisKesda 2013, Prevalensi DM di Indonesia yang terdiagnosis dokter atau
gejala adalah 2,1, dan yang paling tinggi terdapat di Sulawesi Tengah 3,7, Sulawesi Utara 3,6, Sulawesi Selatan 3,4 dan Nusa Tenggara Timur
3,3 dan untuk Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD sebesar 2,6.
2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association ADA 2010 dibagi dalam 4 jenis yaitu Ndraha, 2014:
1. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus IDDM.
Diabetes Melitus Tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama
sekali sekresi insulin. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
Universitas Sumatera Utara
13 2.
Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh
hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah akan mengakibatkan
defisiensi relatif insulin. Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan
mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain. Penyebab terjadinya DM tipe lain dapat dilihat pada tabel 2.1.
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan
ketiga. Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 2.1 Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association ADA 2010. No.
Tipe Diabetes Melitus I.
Diabetes melitus tipe 1 destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defesiensi insulin absolute
A. Melalui proses imunologik
B. Idiopati
II. Diabetes melitus tipe 2
bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin
III. Diabetes melitus tipe lain
A. Defek genetik fungsi sel beta
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit eksokrin pankreas
D. Endrokinopati
E. Karena obatzat kimia
F. Infeksi
G. Imunologi
H. Sindroma genetik lain
IV. Diabetes Kehamilan
Atau Diabetes Gestasional, diabetes melitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko
untuk DM tipe 2
Sumber : Ndraha, S. 2014 2.2.4 Faktor Risiko
Setiap orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko diabetes selayaknya waspada akan kemungkinan dirinya mengidap diabetes. Para petugas kesehatan,
dokter, apoteker dan petugas kesehatan lainnya sepatutnya memberi perhatian kepada orang-orang seperti ini, dan menyarankan untuk melakukan beberapa
pemeriksaan untuk mengetahui kadar glukosa darahnya agar tidak terlambat memberikan bantuan penanganan. Karena makin cepat kondisi diabetes melitus
diketahui dan ditangani, makin mudah untuk mengendalikan kadar glukosa darah dan mencegah komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi. Beberapa faktor
Universitas Sumatera Utara
15 risiko untuk diabetes melitus, terutama untuk DM Tipe 2, dapat dilihat pada
tabel 2.2 DepKes RI, 2005.
Tabel 2.2 Faktor Risiko Untuk Diabetes Tipe 2.
Riwayat Diabetes dalam keluarga
Diabetes Gestasional Melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg
Kista ovarium Polycystic ovary syndrome IFG Impaired fasting Glucose atau IGT Impaired
glucose tolerance Obesitas
120 berat badan ideal Umur
20-59 tahun : 8,7 65 tahun : 18
EtnikRas Hipertensi
14090mmHg Faktor-faktor
Lain Kurang olah raga
Pola makan rendah serat
Menurut Suyono, 2009 Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia akan terus meningkat dikarenakan beberapa faktor antara lain :
1. Faktor keturunan genetik 2. Faktor kegemukan atau obesitas IMT 25 kgm
2
a. Pola gaya hidup dan pola makan yang salah b. Makan berlebihan
c. Kurang olah raga 3. Faktor demografi
a. Jumlah penduduk meningkat b. Urbanisasi
4. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
2.2.5 Diagnosa
Diagnosis klinis DM umumnya ditegakkan bila ada gejala khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
16 dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita
antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita. Apabila ada keluhan
khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu ≥ β00 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
≥ 1β6 mgdl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM DepKes RI, 2005.
Tabel 2.3 Kriteria Penegakan Diagnosis.
Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma 2 jam
setelah makan Normal
100 mgdL 140 mgdL
Pra-diabetes IFG atau IGT
100 – 125 mgdL
– –
140 – 199 mgdL
Diabetes ≥ 1β6 mgdL
≥ β00 mgdL Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis DM adalah Perkeni, 2006:
1. Didahului dengan adanya keluhan keluhan khas yang dirasakan dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan glukosa darah. 2.
Pemeriksaan glukosa darah menunjukkan hasil: pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ β00 mgdl sudah cukup menegakkan diagnosis, pemeriksaan
glukosa darah puasa ≥ 1β6 mgdl patokan diagnosis DM.
Tabel 2.4 Kriteria Diagnosis DM.
1. Gejala klasik DM + gl
ukosa plasma sewaktu ≥ β00 mgdl 11.1 mmolL Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir Atau
2. Gejala klasik DM
+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 1β6 mgdl 7.0 mmolL
Puasa diartikan pasien tak mendapatkan kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau
3. Kadar glukosa plasma β jam pada TTGO ≥ β00 mgdl 11.1 mmolL
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa yang dilarutkan dalam air.
Universitas Sumatera Utara
17 Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
abnormal tinggi hiperglikemia satu kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih lanjut dengan
mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah sewaktu yang abnormal tinggi ≥ β00 mgdL pada hari lain, kadar glukosa darah puasa yang abnormal
tinggi ≥ 1β6 mgdL, atau dari hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah paska pembebanan ≥ β00 mgdL DepKes RI, 2005.
2.2.6 Penatalaksanaan Diabetes Melitus