to maturity YTM. Asumsi kedua adalah investor menginvestasikan kembali pendapatan yang diperoleh dari obligasi pada tingkat YTM yang dihasilkan.
Secara khusus semakin tinggi tingkat hasil hingga jatuh tempo yield to maturity, semakin rendah tingkat perubahan harga. Untuk besar perubahan yield
yang sama, pada tingkat hasil yang rendah menyebabkan perubahan harga yang lebih besar dibandingkan pada tingkat hasil yang tinggi. Dengan kata lain untuk perubahan
hasil tertentu, perubahan tingkat harga akan lebih besar pada yield yang rendah dibanding pada yield yang tinggi Kusuma dan Asrori, 2005.
Jika yield to maturity-nya lebih tinggi dari yield to maturity yang dianggap tepat maka obligasi dikatakan underpriced undervalued dan merupakan satu
kandidat untuk dibeli. Sebaliknya, jika yield to maturity lebih rendah dari yang dianggap tepat, maka obligasi dikatakan overpriced overvalued dan merupakan
kandidat untuk dijual Sharpe et al., 2005.
2.2.3. Risiko Obligasi
Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi Brigham dan Houston, 2006:
1. Risiko Tingkat Suku Bunga Interest Rates Risk Tingkat suku bunga akan naik dan turun seiring dengan berjalannya waktu,
dan adanya peningkatan pada tingkat suku bunga akan menyebabkan terjadinya penurunan pada nilai obligasi yang beredar. Risiko penurunan nilai obligasi akibat
kenaikan suku bunga ini disebut risiko tingkat suku bunga interest rates risk.
Universitas Sumatera Utara
2. Risiko Tingkat Investasi Kembali Reinvestment Rate Risk Risiko tingkat investasi kembali adalah risiko terjadinya penurunan
pendapatan akibat turunnya tingkat suku bunga. Risiko tingkat investasi kembali sudah dapat dipastikan akan lebih tinggi pada obligasi yang dapat ditebus. Risiko ini
juga akan lebih tinggi pada obligasi dengan masa jatuh tempo yang singkat, karena semakin singkat jatuh tempo suatu obligasi, maka akan semakin sedikit jumlah tahun
ketika tingkat suku bunga lama yang relatif tinggi akan diterima, dan semakin cepat dana tersebut harus diinvestasikan kembali pada tingkat suku bunga baru yang lebih
rendah. 3. Risiko Gagal Bayar Default Risk
Satu risiko penting lainnya yang dihubungkan dengan obligasi adalah risiko gagal bayar. Risiko gagal bayar biasanya diukur dengan peringkat obligasi. Jika
obligasi tersebut memiliki risiko gagal bayar yang tinggi, maka peringkat obligasinya rendah dan sebaliknya. Jika emiten mengalami gagal bayar, investor akan menerima
jumlah yang lebih kecil daripada pengembalian obligasi yang sebelumnya dijanjikan. Oleh karena itu investor perlu menilai risiko gagal bayar terlebih dahulu sebelum
melakukan pembelian. Semakin besar risiko gagal bayar maka akan semakin tinggi nilai imbal hasil obligasi pada saat jatuh tempo yield to maturity.
Seandainya dua obligasi memiliki arus kas yang dijanjikan, suku bunga kupon, waktu jatuh tempo, likuiditas dan eksposur inflasi yang sama, tetapi satu
obligasi memiliki risiko gagal bayar yang lebih tinggi daripada obligasi yang lain, investor tentu akan membayar lebih murah untuk obligasi yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan gagal bayar lebih besar. Sebagai akibatnya, obligasi dengan risiko gagal bayar yang lebih tinggi akan memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Jika risiko gagal bayar berubah, hal ini akan mempengaruhi harga dari suatu obligasi dimana jika risiko gagal bayar dari suatu obligasi meningkat, harga obligasi akan
turun dan yield to maturity akan naik.
2.2.4. Tingkat Suku Bunga Interest Rates