Respon psikologi ibu dalam persalinan

Tabel 4.1 Data Demografi Partisipan Karakteristik Jumlah Umur 23-26 tahun 5 Agama Islam 5 Suku Melayu 1 Jawa 4 Pendidikan SMA 3 Perguruan Tinggi 2 Pekerjaan IRT 4 PNS 1

B. Pengalaman Ibu Primipara Yang Didampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan

Hasil penelitian menemukan respon psikologi ibu dalam persalinan, perasaan ibu saat didampingi suami, hal-hal yang dilakukan suami ketika berada diruang bersalin, peran pendamping, dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan, peran suami dalam mobilisasi pasca bersalin, dan orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas.

1. Respon psikologi ibu dalam persalinan

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa ibu-ibu yang menjalani persalinan memiliki respon psikologi yang sama. Ibu-ibu yang menjalani persalinan untuk pertama kalinya cenderung takut, deg-degan, dan was-was. Kelima partisipan menyatakan bahwa dirinya takut dalam menghadapi proses persalinan, dua partisipan menyatakan dirinya deg-degan, satu partisipan menyatakan dirinya was-was. Universitas Sumatera Utara a. Takut Kelima partisipan menyatakan bahwa mereka merasa takut pada saat menjalani proses persalinan akibat belum pernah merasakan proses persalinan sebelumnya tidak ada pengalaman tetapi mereka merasa lebih tenang karena adanya kehadiran suami sebagai pendamping persalinan. Hal yang berhubungan dengan hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut : “mmm.. gimana ya dek. Ya gitu lah. Ini kan bersalin yang pertama. Was- was adalah. Takut. Haduuh, entah gimana lah rasanya dek, untunglah ada suami kakak yang dampingi, jadi agak tenang lah” partisipan 1 “iya rul, wah gak taulah kakak bilangnya. Ada rasa takut, tapi ada senangnya juga, cemas juga. Namanya juga anak pertama, tapi ada suami kakak kok yang dampingi, kasih kakak semangat, lebih tenang kakak jadinya” partisipan 2 “yang namanya bersalin kalau sama perempuan pasti ada rasa takut. Takut entah kenapa-kenapa ya kan dek. Perjuangan itu. Nahanin sakitnya, perihnya. Namanya masih pertama. Gak ada pengalaman. Cuma agak nyaman karena ada suami dan mamak kakak yang dampingi. Sekarang uda taulah gimana rasanya” partisipan 3 Universitas Sumatera Utara “pastinya deg-degan dek, takut juga. Takut kalau nanti kenapa-kenapa. Kan masih anak pertama, sama sekali belum ada pengalaman. Tapi ya kakak tetap optimis aja kemaren, ada penyemangat kok. Suami kakak” partisipan 4 “iya dek, senang karena ada suami disamping. Tapi deg-degan kakak, takut. Namanya pun anak pertama. Cuma dengar-dengar dari orang aja begini begitunya. Pas uda di kita baru tau gimana rasanya” partisipan 5 b. Deg-degan Kelima partisipan menyatakan mereka deg-degan saat menjalani persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut : “iya dek, deg-degan lah. Karena takut kenapa-kenapa nanti waktu ngelahirkan nya” partisipan 1 “wah, uda pasti deg-degan dek. Pokoknya cemas kali lah dek” partisipan 2 “yaa, tentu nya deg-degan. Kakak takut nanti koyak vagina kakak pas ngelahirkan, karena baru pertama itu dek” partisipan 3 “pastinya deg-degan dek, takut juga. Takut kalau nanti kenapa-kenapa. Kan masih anak pertama, sama sekali belum ada pengalaman. Tapi ya kakak tetap optimis aja kemaren, ada penyemangat kok. Suami kakak” partisipan 4 Universitas Sumatera Utara “iya dek, senang karena ada suami disamping. Tapi deg-degan kakak, takut. Namanya pun anak pertama. Cuma dengar-dengar dari orang aja begini begitunya. Pas uda di kita baru tau gimana rasanya” partisipan 5 c. Was-was Keadaan ini dialami oleh satu partisipan dari lima partisipan yang diteliti. Keadaan ini merupakan rasa khawatir terhadap persalinan yang dialami oleh partisipan dikarenakan partisipan baru menjalani persalinan untuk pertama kalinya. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan partisipan sebagai berikut : “mmm.. gimana ya dek. Ya gitu lah. Ini kan bersalin yang pertama. Was- was adalah. Takut. Haduuh, entah gimana lah rasanya dek, untunglah ada suami kakak yang dampingi, jadi agak tenang lah” partisipan 1

2. Perasaan ibu saat didampingi suami