Pengalaman Ibu Primipara Suku Batak Simalungun Saat Persalinan

(1)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA SUKU BATAK SIMALUNGUN SAAT PERSALINAN

MENY WARINA PURBA 105102021

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PROGRAM BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Meny Warina Purba

Pengalaman Ibu Primipara Suku Batak Simalungun Saat Persalinan viii + 36 Halaman + 6 lampiran

ABSTRAK

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup lama bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir. Persalinan merupakan hubungan saling memengaruhi yang rumit antara dorongan psikologis dan fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan tersebut pada proses kelahiran dan bayi. Konteks persalinan setiap suku memiliki ciri-ciri budaya mereka sendiri untuk memahami dan menanggapi terhadap peristiwa persalinan tersebut, dan sudah dipraktikan jauh sebelum masuknya biomedikal dilingkungan komuniti mereka. Berbagai budaya di dunia menganggap kelahiran sebagai peristiwa kehidupan yang menggembirakan dan dikelilingi dengan berbagai ritual yang berhubungan dengan harapan, janji, dan kehidupan baru. Suku batak simalungun mempunyai jumlah dan peran yang cukup signifikan di Medan dan juga mempunyai hak yang sama dengan masyarakat Indonesia yang lain termasuk dalam hak memperoleh pelayanan kebidanan. Informasi tentang kebutuhan dan kekhususan tradisi suku simalungun saat persalinan merupakan salah satu aspek penting bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan pendekatan yang baik buat kesehatan ibu-ibu suku batak simalungun. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengalaman ibu primipara suku batak simalungun saat persalinan. Jumlah partisipan adalah enam orang. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara. Pengumpulan data dihentikan saat telah mencapai saturasi data.Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah didapatkan Upaya memperlancar persalinan pada suku batak simalungun yang dilakukan dengan meminum air perasan daun bunga raya, memukul-mukul dinding, tidak boleh ditemani orang tua perempuan (mama). Upaya membuka jalan lahir dengan cara meminum air kunci. Upaya pelepasan plasenta terdiri atas meniup botol, memasukkan ujung rambut kedalam mulut.Upaya perawatan bayi baru lahir terdiri atas menetesi jeruk hajor, mengolesi cabe ke bibir bayi.Hasil penelitian diharapkan akan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan informasi bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin tanpa mengabaikan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan tradisi suku mereka, agar tingkat kesehatan masyarakat meningkat. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian kualitatif etnografi terkait dengan masalah penelitian yang sama.

Kata kunci : Persalinan, pengalaman suku Daftar Pustaka : 22 (1990-2010)


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan, atas kebesaran dan kuasa-Nya yang telah memberikan rahmat serta kasih karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah mengenai “Pengalaman Ibu Primipara Suku Batak Simalungun Saat Persalinan”.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan karya ilmiah yang harus penulis susun sebelum menyelesaikan pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Tugas ini merupakan salah satu syarat bagi penulis guna mencapai gelar Sarjana Sains Terapan (SST). Telah diketahui bahwa karya tulis bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam asuhan kebidanan, sehingga Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun mencerminkan penguasaan penulis tentang substansi dan metodologi penelitian. Selama proses penyusunan penelitian ini penulis banyak menghadapi beberapa kesulitan, namun dengan bantuan dari berbagai pihak karya tulis ini akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Setiawan SKp, MNS, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan, bimbingan, dan masukan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

4. Farida Lindasari S, S.Kep, NS, M.Kep, selaku penguji I dan Dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc (CM-FM) selaku penguji II yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam rangka perbaikan karya tulis ini.

5. Seluruh dosen, staf, dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.

6. Keluarga tercinta, teristimewa kepada Ayahanda J. Purba dan Ibunda R. Saragih, kedua adik saya Eny Maliani Purba dan Grace Amanda Sonata Purba, dan kepada abang dan eda saya Rado dmk wira sada dan osnae delinae yang telah memberikan dukungannya serta perhatian, pengertian, kasih sayang, cinta, dan do’a.

7. Keluarga besar serta saudara, teman-teman SMA dan Akbid yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya. Terimakasih telah memberikan dukungan semangat, perhatian dan doanya.

8. Teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU T.A 2010/2011, khususnya buat Na Sarah, Wiwit Fetrisia WF,Rita Febrianti Sitorus, Siska Poenya, Siti Khairunisa, adik ku Yana dan Rifqa yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi peneliti dan tidak lupa juga pada satu bimbingan saya Ester,Yusra, Ami, Emma, Atun dan Yuni thank’s for all buat kalian semua.

9. Seluruh partisipan yang telah bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Ibu Bidan M.br Purba dan pegawai yang telah membantu dan mengizinkan untuk saya meneliti.


(6)

Penulis menyadari bahwa, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari kategori sempurna, dari itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik maupun saran dari semua pihak guna kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.

Medan, Juni 2011 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian……… 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... .……….. 5

B. Primipara ... 5

C. Persalinan……….. 5

1. Kala Satu Persalinan……… 6

2. Kala Dua Persalinan atau Kala Pengusiran………. 7

3. Kala Tiga Persalinan……… 9

4. Kala Empat Persalinan……… 10

D. Konsep Budaya tentang persalinan……… 10

1. Defenisi budaya……….. 10

2. Persalinan dalam Konteks Budaya………. 10

3. Persalinan dalam Suku Batak Simalungun……… 11

E. Metode PenelitianKualitatif Fenomenologi……… 11


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian……… 15

B. Populasi dan Sampel ... 15

C. Tempat Penelitian……….. 16

D. Waktu Penelitian………. 16

E. Etika Penelitian ……….. 16

F. Alat Pengumpulan Data .……… 17

G. Prosedur Pengumpulan Data……….. 18

H. Analisis Data ……….. 18

I. Tingkat Keabsahan Data ……… 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 21

1. Karakteristik Partisipan……… 21

2. Pengalaman Ibu Primipara Suku Batak Simalungun Saat Persalinan……… 22

B. Pembahasan……… 28

1. Upaya memperlancar persalina………... 29

2. Upaya membuka jalan lahir……… 31

3. Upaya pelepasan plasenta……….. 32

4. Upaya perawatan bayi baru lahir……… 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 35

B. Saran…………..……… 36

1. Bagi Ibu………..…….. 37

2. Bagi Bidan …..……… 37

3. Rekomendasi Penelitian ……… 37


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Partisipan Lampiran 2 : Kuisioner Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran5 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian dari Universitas Sumatra Utara Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian dari Praktek BIdan Berijazah Masniari Purba


(10)

DAFTAR TABEL


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Partisipan Lampiran 2 : Kuisioner Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran5 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian dari Universitas Sumatra Utara Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian dari Praktek BIdan Berijazah Masniari Purba


(12)

PROGRAM BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Meny Warina Purba

Pengalaman Ibu Primipara Suku Batak Simalungun Saat Persalinan viii + 36 Halaman + 6 lampiran

ABSTRAK

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup lama bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir. Persalinan merupakan hubungan saling memengaruhi yang rumit antara dorongan psikologis dan fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan tersebut pada proses kelahiran dan bayi. Konteks persalinan setiap suku memiliki ciri-ciri budaya mereka sendiri untuk memahami dan menanggapi terhadap peristiwa persalinan tersebut, dan sudah dipraktikan jauh sebelum masuknya biomedikal dilingkungan komuniti mereka. Berbagai budaya di dunia menganggap kelahiran sebagai peristiwa kehidupan yang menggembirakan dan dikelilingi dengan berbagai ritual yang berhubungan dengan harapan, janji, dan kehidupan baru. Suku batak simalungun mempunyai jumlah dan peran yang cukup signifikan di Medan dan juga mempunyai hak yang sama dengan masyarakat Indonesia yang lain termasuk dalam hak memperoleh pelayanan kebidanan. Informasi tentang kebutuhan dan kekhususan tradisi suku simalungun saat persalinan merupakan salah satu aspek penting bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan pendekatan yang baik buat kesehatan ibu-ibu suku batak simalungun. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengalaman ibu primipara suku batak simalungun saat persalinan. Jumlah partisipan adalah enam orang. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara. Pengumpulan data dihentikan saat telah mencapai saturasi data.Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah didapatkan Upaya memperlancar persalinan pada suku batak simalungun yang dilakukan dengan meminum air perasan daun bunga raya, memukul-mukul dinding, tidak boleh ditemani orang tua perempuan (mama). Upaya membuka jalan lahir dengan cara meminum air kunci. Upaya pelepasan plasenta terdiri atas meniup botol, memasukkan ujung rambut kedalam mulut.Upaya perawatan bayi baru lahir terdiri atas menetesi jeruk hajor, mengolesi cabe ke bibir bayi.Hasil penelitian diharapkan akan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan informasi bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin tanpa mengabaikan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan tradisi suku mereka, agar tingkat kesehatan masyarakat meningkat. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian kualitatif etnografi terkait dengan masalah penelitian yang sama.

Kata kunci : Persalinan, pengalaman suku Daftar Pustaka : 22 (1990-2010)


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Bobak (2005) persalinan itu merupakan akhir pertumbuhan dan perkembangan janin dalm kandungan dan titik dimulainya kehidupan diluar rahim. Menurut Manuaba (1998) persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup lama bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalu jalan lahir. Dan menurut Varney (2008) persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Persalinan merupakan hubungan saling memengaruhi yang rumit antara dorongan psikologis dan fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan tersebut pada proses kelahiran dan bayi. Dorongan ini menghasilkan kelahiran bayi. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Sedangkan menurut Saifudin (2008) kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang dinantikan oleh ibu dan keluarga selama 9 bulan.

Menurut Swasono (1998) konteks persalinan setiap suku memiliki ciri-ciri budaya mereka sendiri untuk memahami dan menanggapi terhadap peristiwa persalinan tersebut, dan sudah dipraktikan jauh sebelum masuknya biomedikal dilingkungan komuniti mereka. Selain itu berbagai masyarakat juga memiliki cara-cara mereka saat menghadapi wanita bersalin. Kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan kehidupan manusia, namun berbagai kelmpok masyarakat dengan kebudayaannya di seluruh dunia memiliki aneka persepsi; interpretasi dan respons perilaku dalam menghadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan. Menurut Simkin (2007) berbagai budaya di dunia menganggap kelahiran sebagai peristiwa kehidupan yang menggembirakan dan


(14)

dikelilingi dengan berbagai ritual yang berhubungan dengan harapan, janji, dan kehidupan baru.

Pada kenyataannya keadaan ini tidak hanya dapat mencakup dari aspek biologis saja tetapi juga sosiokultural. Fenomena ini terjadi pada masyarakat multikultural seperti di Indonesia. Perbedaan akan variasi saling mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan misalnya dalam melakukan praktik perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

Hal ini terbukti dari penelitian yang telah dilakukan pada budaya Suku Dayak, mengisyaratkan perlunya sejumlah persiapan termasuk persiapan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan. Pada proses jelang melahirkan bayi atau Awau, sang calon ibu dibaringkan pada sebuah dipan kecil dengan posisi miring terbuat dari kayu yang disebut Sangguhan dengan motif ukiran Dayak di masing-masing sisi. Kemudian saat melahirkan, disiapkan pula Botol Mau sebagai tempat untuk menungku perut ibu agar darah kotor cepat keluar. Selain sebagai perlengkapan suku dayak menjelang persalinan Botol Mau ini juga digunakan untuk menyiman air panas. Selanjutnya, keluarga yang melahirkan juga perlu menyiapkan Kain Bahalai (Jarik dalam bahasa Jawa) dengan lapisan yang berbeda. Tujuh lapis kain bahalai saat menyambut bayi laki-laki dan lima lapis kain bahalai untuk bayi dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun sebagai peralatan penunjang, keberadaannya dalam persiapan prosesi persalinan menurut budaya Suku Dayak mutlak diperlukan (dayakpost, 2010).

Sedangkan menurut Alwi (2010) ada perbedaan halnya dengan masyarakat Mimika yang memiliki kebiasaan ibu-ibu melahirkan di hutan luar kampung atau pasir pantai dan tradisi pantang makanan tertentu.


(15)

Kehamilan dan kelahiran merupakan suatu hal yang penting bagi setiap wanita terutama bagi kehamilan pertama. Tidak diragukan lagi bahwa wanita menginginkan keselamatan dalm melahirkan anaknya yang sehat setelah kehamilan dan kelahiran sehat yang beresiko rendah. Melahirkan anak merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan wanita. Setiap wanita memiliki persepsi tersendiri terhadap persalinan yang dapat di ceritakan kepada orang lain. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada aspek budaya. Suku batak simalungun merupakan bagian dari kekayaan budaya indonesia, suku batak simalungun merupakan salah satu dari suku batak yang banyak ditemukan di Sumatera Utara. Sepanjang penelusuran yang peneliti lakukan belum banyak penelitian dan informasi yang memaparkan tentang persalinan menurut persepsi budaya, oleh karena itu penulis tertarik utuk melakukan penelitian tentang ‘pengalaman ibu primipara suku batak simalungun saat persalinan’.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengalaman ibu primipara suku batak simalungun saat persalinan.

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman ibu primipara suku batak simalungun saat persalian.


(16)

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategi bagi bidan dalam melakukan pelayanan persalinan tanpa mengesampingkan faktor budaya.

2. Ilmu kebidanan

Penelitian ini bisa menjadi sumber informasi awal bagi peneliti lainya yang tertarik untuk meneliti aspek pelayanan kebidanan bagi suku batak simalungun.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) (KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori

episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau

dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi

otobiografi ( Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 1003).

Pengalaman merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk dugunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. Pengal;aman ibu bersalin terhadap asuhan kebidanan rawat inap juga hal yang tak dapat terlupakan, karena hampir semua ibu yang bersalin mengharapkan hal yang terbaik untuk ia dan bayinya.

B. Primipara

Primipara adalah seorang wanita yang bersalin untuk pertama kali (Moctar, 1998, hal. 92)

C. Persalinan

Menurut Manuaba (1998) pesalinan adalah mekanisme kelahiran janin dan plasentanya yang merupakan hasil konsepsi dari kandungan ibunya melalui jalan lahir yang cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan. Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Sedangkan menurut Sumarah (2008), persalian dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.


(18)

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.

Tanda-tanda persalinan yaitu, rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Mochtar, 1998. Hal. 93).

Menurut Handerson, (2005) kemajuan dalam persalinan dipengaruhi beberapa faktor yaitu, powers (kekuatan), passages (jalan lahir), passenger (penumpang yaitu janin dan plasenta)

1. Kala Satu Persalinan

Meneurut Musbikin (2006) kala satu persalinan dimulai dari terjadinya kontraksi persalinan sampai dengan menipisnya leher rahim,sehingga mulut rahim terbuka penuh dan siap untuk dilalui kepala bayi. Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu: Fase laten pada kala satu persalinan yang dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam. Fase aktif pada kala dua persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.


(19)

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Kondisi ibu dan bayi yang harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu: denyut jantung janin: setiap ½ jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus; setiap ½ jam, nadi; setiap ½ jam, pembukaan serviks; setiap 4 jam, penurunan bagian terbawah janin; setiap 4 jam, tekanan darah dan temperatur tubuh; setiap 4 jam, produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam.

Menyiapkan kelahiran, sebelumnya harus menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi seperti, ruang yang hangat terdiri dari: sumber air bersih yang mengalir, air desinfeksi tingkat tinggi, kamar mandi yang bersih, tempat yang lapang untuk ibu berjalan – jalan, penerangan yang cukup, meja yang bersih untuk peralatan persalinan, enyiapkan semua perlengkapan persalinan, bahan – bahan dan obat- obat esensial. Memberi asuhan sayang ibu selama persalinan,antara lain: memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur, pencegahan infeksi. Melakukan upaya pencegahan infeksi yang direkomendasikan. Pada fase aktif persalinan partograf digunakan sebagai alat bantu yang tujuan utamanya adalah untuk : mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal

2. Kala Dua Persalinan atau Kala Pengusiran

Menurut Musbikin (2006) kala dua dimulai dari telah terbukanya jalan lahir, disertai dengan keinginan ibu untuk mengejan, sampai dengan lahirnya bayi. Menurut Sumarah (2008) gejala dan tanda kala dua persalinan adalah: ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/ atau vaginanya, perineum menonjol,


(20)

vulva-vagina dan sfingter ani membuka, meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Tanda pasti kala dua ditentukan melalui pemeriksan dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah: pembukaan serviks telah lengkap, atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Penatalaksanaan fisiologis kala dua: memimbing ibu untuk meneran, posisi ibu saat meneran,cara meneran

a. Menolong kelahiran bayi: posisi ibu saat melahirkan, pencegahan laserasi, melahirkan kepala dan periksa lilitan tali pusat.Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan – lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir. Dengan lembut menyeka muka, hidung, mulut bayi dengan kain atau kasa yang bersih. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan kembali proses kelahiran. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat, dan memotongnya dan menunggu hingga kepala melakukan puter paksi luar secara spontan.

b. Melahirkan bahu

Setelah kepala melakukan putar paksi luar, tempatkan kedua tangan masing– masing di sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan arah luar untuk melahirkan bahu posterior.


(21)

c. Melahirkan seluruh tubuh bayi

Setelah kedua bahu dilahirkan, meneruskan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kearah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior ( bagian atas ) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas ( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki bayi.

3. Kala Tiga Persalinan

Menurut Sumarah (2008) tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif. Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Keuntungan manajemen aktif kala tiga, yaitua; persalinan kala tiga yang lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, mengurangi kejadian retensio plasenta.

Menurut Liu (2007) lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda: uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas,karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan.

Menurut Rukiyah (2009) manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama: pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri.


(22)

4. Kala Empat Persalinan

Menurut Sumarah (2008) persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan dua jam sesudahnya, yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus, dan perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar – benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.

Pemantauan tanda vital pada persalinan kala IV antara lain: Kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genitalia lainya, plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap, kandung kemih harus kosong, luka-luka pada perineum harus terawat baik dan tidak terjadi hematoma, bayi dalam keadaan baik, Ibu dalam keadaan baik.

D. Konsep Budaya tentang persalinan

1. Defenisi budaya

Menurut Muhammad (2008), budaya adalah konsepsi – konsepsi tentang nilai yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota/warga masyarakat, dan berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi sikap mental, cara berpikir, dan tingkah laku mereka. Sistim nilai budaya tersebut adalah hasil pengalaman hidup yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama, sehingga menjadi kebiasaan yang berpola. Sistem nilai budaya yang berpola merupakan gambaran sikap, pikiran, dan tingkah laku anggota/warga yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan dalam hidup bermasyarakat. Menurut Koentjaraningrat (1981) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan perkembangan dari bentuk jamak “budi daya”, artinya daya dari budi, kekuatan dari akal atau keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya.


(23)

2. Persalinan dalam Konteks Budaya

Masa kelahiran juga dianggap sebagai masa krisis yang berbahaya, baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya. Karena itu sejak bayi masih dikandungan ibunya hingga sesudah kelahiranya, para kerabat dan handai-tolan mengadakan serangkaian upacara, dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya, saat lahirnya. Dalam konteks kehamilan dan kelahiran bayi, setiap masyarakat memiliki cara-cara budaya mereka sendiri untuk memahami dan menanggapi peristiwa pertumbuhan janin dan kelahiran bayi, yang sudah dipraktekkan jauh sebelum masuknya sistem medis biomedikal di lingkungan komuniti mereka. Berbagai kelompok masyarakat juga mempunyai cara-cara tertentu dalam mengatur aktivitas-aktivitas mereka saat menghadapi wanita bersalin.

3. Persalinan dalam Suku Batak Simalungun

Kelahiran merupakan awal kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu kelahiran mendapat perhatian yang amat besar pada masyarakat simalungun. Orang simalungun menganggap bahwa persalinan itu sangatlah penting, oleh karena itu banyak kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh suku Simalungun saat persalinan seperti meminum perasan air daun bunga raya yang dianggap dapat mempercepat proses persalinan. Selain itu juga seorang ibu yang hendak melahirkan disuruh untuk memukul-mukul dinding.

E. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara mendeskripsikannya secara kata-kata dan bahasa dengan menggunakan metode alamiah misalnya wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen untuk mengumpulkan fakta dan menghasilkan suatu temuan yang tidak bisa ditetapkan


(24)

sebelumnya. Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami suatu masalah penelitian dari sudut pandang/perspektif populasi penelitian yang terlibat (Saryono, 2010, hal. 1).

Bogdan dan Taylor (1975, dalam Moleong, 2007, hal. 40) mengemukakan bahawa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Denzin dan Lincoln (1987 dalam Moleong, 2006, hal. 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk dapat menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian, dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandakan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebaga instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisi data bersifat


(25)

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiono, 2009).

Bogdan dan biklen (1982, dalam Sugiono,2009, hal.21) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik, yaitu dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti ketia masal belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang tidak begitu luas, sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna (Saryono, 2010, hal. 2).

Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998 dalam Saryono, 2010, hal. 57) pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami samapi ditemukan dasar tertentu. Menurut Moleong (2006) penelitian fenomenologi diartikan sebagai : 1) Pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenalogikal: 2) Suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Ada beberapa ciri pokok fenomenalogi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis, yaitu : fenomenalogis cenderung mempertentangkannya dengan naturalisme yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme. Secara pasti, fenomenalogis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya dan


(26)

mencakup dari segala segi. Fenomelogi cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam nyata dan budaya.

F. Tingkat Keabsahan Data

Hasil penelitian diharapkan mempunyai data yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar dapat menjadi sebuah karangan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan tanpa adanya manipulasi atau pemalsuan data. Untuk itu perlu adanya cara agar penelitian tersebut memenuhi keabsahan data. Ada beberapa kriteria yang dipenuhi, sebagaimana menurut Lincoln dan Guba (1985) bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegangan pada empat prinsip, meliputi : pertama, Credibility yaitu apakah hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak, hal ini dapat dilakukan dengan cara triangulasi, member cek, dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus (prologed engangment), kedua, Dependability yaitu apakah hasil penelitian memiliki kendala atau realbilitas, dimana hasil penelitian tersebut nantinya harus memiliki kekonsistenan terhadap data yang dikumpulkan, dianalisis dan pada saat dilakukan kesimpulan. Ketiga, confimability yaitu keyakinan akan kebenaran terhadap data yang diperoleh. Dengan meminta bantuan kepada orang lain yang berkompeten untuk memeriksa hasil dan mengoreksi hasil penelitian yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti. Keempat, transferability yaitu : mengandung makna apakah hasil penelitian ini nantinya akan dapat dipergunakan pada situasi yang lain.


(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenolgi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana pengalaman ibu primipara suku batak simalungun saat persalinan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primipara suku batak simalungun yang melahirkan. Dari survey awal yang di lakuan, mulai dari september 2009 sampai september 2010 ada 53 orang ibu primipara yang bersuku batak simalungun melakuakan persalinan di prektik bidan berijazah Masniari Purba.

2. Sampel

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah enam orang, karena menurut polit (2004) ciri dari penelitian fenomenologi adalah penelitian yang menggunakan sampel dalam jumlah yang kecil yaitu sepuluh atau lebih kecil dan dari sampel tersebut sudah dapat memenuhi saurasi data. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan cara memilih sampel diantara populasi yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ibu hamil primipara suku batak simalungun. b. Bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.


(28)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di praktek Bidan Berijazah Masniari Purba di Bahapal Raya, kabupaten Simalungun.

D. Waktu Penelian

Penelitian ini dilakukan mulai dari September 2010 sampai Mei 2011. Waktu pengumpulan data dilakukan mulai dari Februari 2011 sampai April 2011.

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada ketua Program Studi D-IV bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan kepada pimpinan praktek bidan masniari purba agar dapat memperoleh persetujuan penelitian. Menempatkan orang-orang yang di teliti bukan sebagai “objek” melainkan orang-orang yang derajatnya sama dengan peneliti. Menghargai, menghormati dan patuh semua peraturan yang ada di praktek bidan Masniari purba. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan informasi yang diberikan. Informasi tentang partisipan tidak di publikasikan bila partisipan tidak menghendaki, termasuk nama partisipan tidak akan dicantumkan dalam laporan penelitian. Peneliti dalam merekrut partisipan terlebih dahulu, memberikan informed consent, yaitu memberi tahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan tujuan penelitian pada partisipan dengan sejelas-jelasnya. Selama dan sesudah penelitian privacy tetap dijaga, semua partisipan diperlakukan sama, nama partisipan diganti dengan nomor, peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan


(29)

dipublikasikan tanpa izin partisipan. Selama pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan partisipan. Sehingga partisipan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan untuk mengungkapkan informasi yang diketahuinya.

F. Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tiga cara yaitu peneliti sendiri sebagai instrument, panduan wawancara, serta kuisioner data demografi.

Peneliti sebagai instrumen penelitian karena peneliti sebagai alat pengumpulan data. Peneliti harus mampu mengungkapkan gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Peneliti harus mampu beradaptasi, sehingga dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersumbunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang di linkungan responden. Penelitian ini menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu : Panduan wawancara mendalam (indept interview) berupa pertanyaan seputar pengalaman ibu saat persalinan. Dan dengan bantuan kuesioner sebagai data demografi berisi tentang data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yakni : umur, agama, pendidikan, pekerjaan.

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan USU dan meminta izin kepada bidan Masniari purba untuk melakukan penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara awal sebagai pilot

studi dan membicarakan hasilnya dengan pembimbing untuk melihat teknik


(30)

benar dan bisa dipakai untuk penelitian. Kemudian peneliti melakukan prolog

engaitment dengan cara pendekatan dan memperkenalkan diri kepada partisipan dan

menjelaskan hal – hal yang terkait serta tujuan dari penelitian ini sehingga peneliti dan pertisipan dapat saling mengenal dan patisipan dapat mempercayai peneliti sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Partisipan terlebih dahulu diminta mengisi kuesioner data demografi, setelah itu memulai wawancara sebanyak 2 kali, dan atas kesediaan partisipan peneliti merekam proses wawancara.

Setelah itu hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkip dan dibaca berulang-ulang. Peneliti menganalisa data yang telah dilakukan dan mengelompokkan data lalu menguraikannya kedalam bentuk narasi. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan. Jika ada hal yang kurang jelas maka peneliti akan melakukan wawancara ulang terhadap partisipan sampai data yang dibutuhkan terpenuhi sehingga memperoleh saturasi data setelah itu wawancara dihentikan. Dan peneliti mengadakan member chek terhadap data yang diperoleh.

H. Analisis Data

Setelah melakukan wawancara dengan partisipan, peneliti segera melakukan transkrip hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Analisa data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data. Adapun tahap proses analisa data

dilakukan dengan cara : Membaca berulang-ulang transkrip yang telah dibuat setelah itu membuat pernyataan yang penting (signifikan staitmen). Mengelompokkan pernyataan-pernyataan penting yang sejenis sehingga diperoleh beberapa pernyataan kelompok. Membaca kembali pernyataan-pernyataan sejenis disetiap kelompok sehingga ditemukan tema dari kelompok pernyataan tersebut.Setelah diperoleh beberapa tema dari tiap –tiap kelompok, kemudian disajikan dalam bentuk narasi.


(31)

I.Tingkat Keabsahan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang dilakukan berpegangan kepada beberapa perinsip dan kriteria yaitu:

1. Credibility

Untuk memperoleh nilai kebenaran data informasi yang telah terkumpul dengan cara memperpanjang masa pengamatan (prolonged engagement) menambah keakraban antara peneliti dan partisipan sehingga partisipan lebih terbuka lagi dan informasi tidak ada yang disembunyikan. Dan mengadakan member chek terhadap data yang diperoleh peneliti dari partisipan dengan cara peneliti menanya ulang lagi hasil wawancara yang telang diperoleh apakah sudah sesuai dengan apa yang partisipan ketahui.

2. Dependability

Ini telah diterapkan oleh peneliti dengan membuat catatan lengkap yang berisi keseluruhan aktivitas selama proses penelitian mulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data,turun kelapangan, proses wawancara, proses analisa data dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti selama proses penelitian yang disimpan sebagai bukti untuk memperkuat tingkat kepercayaan penelitian.

3. Confirmability

Hasil dari setiap kali wawancara selalu dibicarakan peneliti dengan pembimbing agar data yang di peroleh dari penelitian dapat lebih objektif.


(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang pengalaman ibu primipara suku batak simalungun terhadap persalinan. Keenam partisipan berdomisili di Bahapal raya, kabupaten simalungun. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam.

1. Karakteristik Partisipan

Keenam partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta mau menandatangani perjanjian sebalum wawancara dimulai. Parapartisipan adalah ibu primipara yang baru bersalin 0-2 hari dan bersuku simalungun. Umur keenam partisipan berkisar antara 19-24 tahun. Keenam partisipan beragama Kristen Protestan. Keenam partisipan bersuku simalungun. Lima partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga dan satu partisipan lagi bekerja sebagai pegawai swasta. Satu orang partisipan pendidikan terakhirnya SD, dua orang SMP dan tiga orang lagi SMA. Keenam partisipan menceritakan bagaimana pengalaman selama persalinan menurut budaya simalungun.


(33)

Table 4.1 karakteristik Partisipan

Umur

Range 19-24 tahun Mean 21,5 tahun

JK

Perempuan 6 orang

Agama

Kristen Protestan 6 orang

Suku

Simalungun 6 orang

Pendidikan

SD 1 orang SMP 2 orang SMA 3 orang

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 5 orang Pegawai Swasta 1 orang

2. Pengalaman Ibu Primipara Suku Batak Simalungun Saat Persalinan

Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara kepada Ibu primipara bersuku simalungun memiliki ciri khas tersendiri mengenai pengalamannya saat persalinan yang meliputi, Upaya memperlancar proses persalinan yakni terdiri dari (1) meminum air perasan daun bunga raya, (2) memukul-mukul dinding, (3) tidak boleh ditemani orang tua perempuan (mama). Upaya membuka jalan lahir dengan cara meminum air kunci. Upaya pelepasan plasenta terdiri atas (1) meniup botol, (2) memasukkan ujung rambut kedalam mulut.Upaya perawatan bayi baru lahir terdiri atas (1) menetesi jeruk hajor, (2) mengolesi cabe ke bibir bayi. Dibawah ini akan dipaparkan lebih jelasnya.


(34)

a. Upaya memperlancar proses persalinan

Berbagai kelompok masyarakat juga mempunyai cara-cara tertentu dalam mengatur aktivitas-aktivitas mereka saat menghadapi kelahiran. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap partisipan, Suku Simalungun mempunyai upaya memperlancar persalinan dengan cara meminum air perasan daun bunga raya, memukul-mukul dinding dan tidak boleh ditemani orang tua perempuan (mama) saat proses persalinan.

1. Meminum air perasan daun bunga raya

Meminum air perasan daun bunga raya diketahui berdasarkan hasil wawancara dari keenam partisipan yang mengatakan bahwa meminum air perasan daun bunga raya dapat mempercepat proses persalinan. Daun bunga raya diperas-peras dan airnyalah yang diminum oleh ibu yang hendak melahirkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan.

“Air daun bunga raya itu, yaah daun bunga raya diperas-peras dengan air lalu air diperas-perasannya itulah yang diminum. Supaya cepat melahirkan”

(Partisipan 2)

2. Memukul-mukul dinding

Menurut kepercayaan suku simalungun seorang wanita yang hamil dan hendak melahirkan paling disenangi oleh mahluk halus. Oleh karena itu pada saat menjelang persalinan seorang ibu suku simalungun disuruh memukul-mukul dinding yakni hal ini dilakukan untuk mengusir roh-roh halus yang ada disekitar rumah. Hal ini nampak dari pernyataan kedua partisipan.


(35)

“Saat saya berjalan-jalan disekitar praktek, ibu mertua saya menyuruh saya untuk memukul-mukul sekeliling dinding praktek ini yang bertujuan untuk mengusir mahluk”

(Partisipan 1)

“Karena bidan bilang keadaan saya baik-baik saja jadi mertua saya menyuruh saya berjalan-jalan mengelilingi praktek ini sambil memukul-mukul dinding karena itu bisa mengusir roh-roh halus yang ada”

(Partisipan 2)

3. Tidak boleh ditemani orang tua perempuan (mama)

Menurut tradisi suku batak simalungun seorang wanita yang hendak melahirkan tidak boleh ditemani orang tua perempuan (mama) karena hal ini diyakini dapat menghambat proses persalinan dan dapat membuat malu pihak tondong (keluarga pihak perempuan)

“Saya meminta suami saya untuk menjemput ibu saya, tapi dilarang oleh ibu mertua saya tapi saya tetap memaksa, dan mertua saya mengatakan pada saya kalau seorang perempuan yang akan melahirkan itu tidak diperbolehkan ditemani atau dijaga oleh ibu kandungnya”

(Partisipan 4)

“Saya rasa sangkin sakitnya yang saya inginkan hanya mama saya untuk datang menjaga dan menunggui saya disini saat-saat lahiran. Saya menyuruh suami saya untuk menjemput mama saya, tapi kata kaka ipar saya dan ibu-ibu yang ada disini melarang saya, kata mereka tidak baik kalau mama ikut datang kesini untuk menjagai saya”


(36)

b. Upaya membuka jalan lahir

Pengalaman ibu suku batak simalungun dari hasil wawancara diperoleh bahwa disaat proses persalinan sering terjadi jalan lahir terkunci, hal ini diyakini mereka karena adanya sesuatu hal yang dapt mengunci jalan lahir tersebut. Dan upaya membuka jalan lahir tersebut yaitu dengan cara meminum air kunci. Hal ini sesuai berdasarkan hasil wawancara dari kedua pernyataan partisipan

“Sudah beberapa kali mengedan bayi saya belum lahir juga dan mertua saya memberi saya minum air kunci agar jalan lahirnya terbuka”

(Partisipan 2)

“Siapa tau ada mahluk-mahluk halaus yang berniat untuk mengunci jalan lahir saya sehinnga anak saya susah lahirnya. Jadi untuk membuka jalan lahirnya itu harus meminun air kunci tadi”

(Partisipan 5)

c. Upaya pelepasan plasenta

Dalam masyarakat simalungun ari-ari (plasenta) dianggap sebagai kakak atau abang si bayi. Jadi jika plasentanya susah lahir suku simalungun mempunyai upaya dalam pelepasan plasenata dengan cara (1) Meniup botol dan (2) Memasukkan ujung rambut kedalam mulut wanita yang sedang menjalani proses kelahiran tersebut.

1. Meniup botol

Disaat ari-ari belum keluar ibu yang hendak melahirkan didalam suku batak simalungun disuruh untuk meniup botol. Menurut kedua partisipan meniup botol merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk pelepasan plasenta. Botol yang digunakan tidak mempunyai kriteria khusus semua jenis botol bisa digunakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan kedua partisipan


(37)

“Setengah jam setelah bayi saya lahir, ari-arinya belum lahir juga jadi mertua saya mengambil botol dan menyuruh saya untuk meniupnya supaya ari-arinya cepat keluar”

(Partisipan 2)

“Bidan memberitahukan pada keluarga saya kalau plasentanya belum lahir-lahir juga, jika setengah jam lagi belum lahir maka saya akan di bawa kerumah sakit. Tapi mertua saya malah menyuruh saya meniup botol dengan kuat supaya plasenta saya cepat lahir”

(Partisipan 4)

2. Memasukan ujung rambut kedalam mulut

Dari hasil penelitian kedua partisipan menyatakan untuk mengeluarkan plasenta dapat dilakukan upaya yaitu dengan cara memasukan ujung rambut keadalam mulut si ibu. Jadi perempuan yang sedang bersalin itu disuruh memasukkan ujung rambutnya kedalam mulut sampai seperti mau muntah dan cara ini dilakukan sampai beberapa kali sehingga akhirnya ari-arinya pun lahir. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan

“Jadi bidannya memberitahukan kepada suami dan kakak ipar saya kalau airi-arinya belum keluar dan bidan juga menyuntik saya sedangkan kakak ipar saya menyuruh saya memasukan ujung rambut saya kedalam mulut, dan saya melakukkannya.supaya ari-arinya keluar”

(Partisipan 5)

“Mertua saya menyuruh saya memasukan ujung rambut saya kedalam mulut agar plasenta saya cepat keluar”

(Partisipan 6)

d. Upaya perawatan bayi baru lahir

Setiap suku dan daerah mempunyai cara tersendiri dalam menangani bayi baru lahir. Dari hasil penelitian pada pengalaman ibu suku simalungun saat


(38)

persalinan menyatakan bahwa seorang bayi baru lahir disuku simalungun itu sering kali dilakukan perawatanan seperti (1) Menetesi jeruk hajor kedalam mulut bayi dan juga (2) Mengolesi cabei ke bibir bayi

1. Menetesi jeruk hajor

Menetesi jeruk hajor kedalam mulut bayi baru lahir merupakan kebiasaan yang dilakukan disuku simalungun saat setelah persalinan pada bayi baru lahir yang bertujuan untuk mengeluarkan lendir-lendir ataupun kotoran yang ada didalam mulut bayi baru lahir. Air jeruk hajor yang ditetesi tidak perlu banyak, hanya secukupnya saja. Sampai semua kotoran-kotoran yang ada dalam mulut bayi tersebut bersih. Hal ini sesuai dengan penuturan keenam partisipan

“Tidak lama kemudian anak saya lahir, Setelah itu mertua saya

mengambil uttei hajor dan meneteskan airnya kemulut anak saya untuk mengeluarkan lendir-lendir atau kotoran yang ada”

(Partisipan 2)

2. Mengolesi air cabe ke bibir bayi baru lahir

Tiga orang dari enam partisipan mengatakan menolesi air cabe ke bibir bayi baru lahir sering kali dilakukan oleh suku simalung setelah persalinan segera setelah bayi lahir. Cabe yang digunakan yaitu cabe pilihan (indung ni siak). Hal ini diyakini dapat membuat bibir bayi nantinya merah sampai dewasa

“Ibu tetangga saya mengoleskan air cabe ke bibir bayi saya agar bibirnya merah sampai dewasa”

(Partisipan 3)

“Mertua saya memangku bayi saya dan mengolesi cabe ke bibirnya”


(39)

“Setelah itu kakak ipar saya mengolesi cab eke bibir anak saya, katanya agar bibirnya merah seperti pake lipstick”

(Partisipan 5)

B. Pembahasan

Sejak hamil sampai sesudah melahirkan, seorang wanita perlu melakukan langkah-langkah perawatan agar padad saat hamil maupun sampai melahirkan berada dalam kondisi yang sehat (Musbikin, 2005). Perawatan saat persalinan sangat penting dilakukan demi terjaminnya kesehatan ibu dan anak yang dilahirkannya. Walaupun persalinan berlangsung dipusat pelayanan kesehatan, RS atau klinik bersalin para wanita yang melahirkan itu menjalani perawatan secara tradisional sesuai dengan identitas kebudayaan masing-masing yang masih dipertahankan dari waktu ke waktu. Hal ini juga bisa didapatkan pada suku batak simalungun yang masih mempertahankan tradisi leluhurnya walaupun sudah berbaur dengan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kultur yang berbeda pula, tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa masyarakat suku batak simalungun masih memegang erat kebiasan atau tradisi dalam proses persalinan. Tradisi atau kebiasaan suku simalungun saat proses persalinan diketahui berdasarkan hasil wawancara dari pengalaman keenam partisipan saat melahirkan anak pertamanya.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan ibu saat persalinan yang terdiri dari upaya memperlancar persalinan, upaya membuka jalan lahir, upaya pelepasan plasenta serta upaya perawatan bayi baru lahir.


(40)

1. Upaya memperlancar persalinan

Kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan kehidupan manusia, namun barbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaannya diseluruh dunia memiliki aneka persepsi, interpretasi dan respon perilaku dalam menghadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan. Karena itu hal-hal yang berkenaan dengan proses kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dalam aspek biososiokulturalnya sabagai suatu kesatuan (Jordan, 1993 dalam Swasono, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian, seorang ibu primipara yang sedang menjelang proses persalinan melakukan berbagai kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan kepercayaan tradisi suku batak simalungun yang diyakini dapat memperlancar proses persalinan. Meminum air perasan daun bunga raya. Pada saat menjelang persalinan terdapat kebiasaan yang dilakukan ibu primipara yaitu dengan meminum air perasan daun bunga raya. Menurut keenam partisipan hal ini dilakukan untuk mempercepat proses persalinan.

Setiap kebudayaan memiliki kepercayaan mengenai berbagai ramuan atau bahan obat-obatan yang dapat digunakan pada saat wanita hamil telah merasakan akan lahirnya sang bayi. Umumnya bahan obat-obatan itu terdiri dari ramuan-ramuan yang diracik dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, seperti daun-daunan, akar-akaran, atau bahan-bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh atau pelancar persalinan (Swasono, 1997).

Sama halnya dengan suku Batak Karo yang jauh-jauh sebelum seorang wanita hamil melahirkan, orang tua – tua telah mengadakan persediaan, antara lain tambar


(41)

bunga gadung belin (bunga ubi si arang), buga megara (bunga kembang sepatu),

bunga ini dicencang dimasukan kedalam mangkok yang berisi air dan diminum oleh wanita yang akan melahirkan agar proses melahirkan berjalan lancar. Ada juga “tambar enggo mupur“obat penguat tubuh wanita yang baru melahirkan”

pulungenna “ramuanya”: buah bahing (buah jahe), buah kelawas (buah lengkuas), buah keciwer (buah cikur), buah kembiri (buah kemiri), buah lada (merica), buah lasuna (bawang putih), buah pia (bawang merah), buah jerango (jerangau), buah kuning gajah (kunyit gajah), buah temu (temu lawak), buah kuning (kunyit), buah sabi (buah sawi), semua ramuan ini digiling baik-baik dan diberi sedikit air sesudah

itu dioleskan ketubuh wanita yang baru melahirkan (Tarigan, 1990).

Sedangkan Di kepualuan Bandaneira Maluku tengah, pada saat menjelang kelahiran, ketika seorang ibu telah merasakan sakit, maka untuk mempercepat kelahiran, mai biang member minum sang calon ibu dengan ramuan yang terdiri dari campuran daun jarak muda, remasan daun kacang panjang, cengkur dan dua suing bawang merah yang sudah ditumbuk.

Perilaku yang sering juga dilakukan ibu primipara suku batak simalungun menjelang persalinan yaitu dengan mukul dinding. Perilaku memukul-mukul dinding ini merupakan salah satu usaha untuk memperlancar persalinan yang dianggap dapat mengusir roh-roh halus yang dapat menyebabkan persalinan tidak lancar.

Dalam penelitian Dwi Putro Sulaksono pada masyarakat pinggiran Jakarta di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, terdapat buburuk (roh jahat sejenis

genderuwo) yang menginginkan bayi, karena itu untuk mengusir roh halus, diletakan

lampu minyak yang ditutupi dengan keranjang, serta golok dan sapu lidi yang diletakkan dibawah tempat tidur selain itu ditaburkanlah garam dan cabei di muka


(42)

rumah, serta dibakar jerami yang dianggap dapat mengusir buburuk (Sulaksono, 1988 dalam Swasono 1997)

Tradisi atau adat tidak selalu berupa pantang makanan, pada saat proses persalinan terdapat juga pantangan yang dianggap dapat menghambat kelancaran proses persalinan. Pantangan itu yaitu seorang ibu suku batak simalungun yang hendak melahirkan tidak diperbolehkan ditemani oleh orang tua perempuannya.

Hal ini berbeda dengan kebanyakan, pada umumnya keluarga terdekat adalah pelaku utama yang mendampingi bidan untuk membantu kelancaran persalinan. Jika kelahiran berlangsung di rumah wanita yang melahirkan, pada umumnya parapenolong persalinan yang utama dari pihak kerabat terdiri dari ibu dari wanita yang bersalin, mertuannya dan suami dari wanita yang melahirkan itu. Adapula yang menyertakan satu orang kerabat wanita lainnya atau lebih, misalnya kakak perempuan dari ibu sang wanita yang melahirkan. Paling sedikit kehadiran kerabat berfungsi sebagai pemberi semangat dan mempercepat proses persalinan (Swasono, 1997).

2. Upaya membuka jalan lahir

Setelah pembukaan persalinan sudah mulai lengkap ibu suku batak simalungun masih mempunyai tradisi yaitu meminum air kunci. Menurut kedua partisipan meminum air kunci itu kegunaannya untuk membuka jalan lahir.

Ramuan yang dianjurkan oleh dukun bayi untuk diminum atau dimakan oleh si calon ibu bervariasi, sesuai dengan pengetahuan budaya setempat dan menurut ketersediaan bahan-bahan dilingkungan sekitar. Di Bali misalnya, balian manak meganjurkan pasiennya untuk minum jamu daun waru atau minum air kelapa muda agar persalinannya lancar, juga dianjurkan minum air kelapa dari kelapa yang masih


(43)

sangat muda yang dicampur dengan madu dan kunyit (Sudiarna, 1996 dalam Swasono, 1997)

Pada masyarakat kerinci, jantung pisang merupakan bagian dari pelusuh (sarana untuk memperlancar lahirnnya bayi) yang diberikan sebagai lauk nasi. Kemudian pada saat bayi hampir lahir, pelusuh terdiri dari telur ayam mentah yang dikocok dengan campuran kopi atau sirih dengan perangkatnya (pinang, gambir, dan kapur) yang diberi doa yang bertujuan untuk mebuka jalan lahir (Rosantini, 1986)

3. Upaya pelepasan plasenta

Untuk pengeluaran plasenta, suku batak simalungun juga mempunyai beberapa kebiasaan atau tradisi yang selalu dilakukan sesuai dengan kepercayaan. Seperti meniup botol dan memasukkan ujung rambutnya kedalam mulut ibu. Dan hal tersebut diharapkanakan dapat membuat plasenta cepat keluarnya.

Hal ini hampir sama dengan di Bandaneira, plasenta disebut kaka, yang menunjukkan konsepsi masyarakat setempat tentang hubungan dekat antara plasenta dan bayi yang seperti kakak-beradik. Dalam pertolongan persalinan, terdapat puala cara-cara budaya yang dilandasi keyakinan akan bantuan kekuatan gaib. Kalau plasenta sulit keluar, maka sang ibu melahirkan diberi makan halia yang telah diberi mantra. Sisa ampas jahe yang dimakan ibu tersebut kemudian digosokkan ke perutnya, hingga plasenta dapat keluar.

4. Upaya perawatan bayi baru lahir

Melahirkan bayi melaluiproses yang normal dan lancar memang dambaan bagi bagi setiap ibu dan keluarganya. Oleh karena itu, setelah bayi lahir, terdapat banyak aturan yang harus dijalankan yang sesuai dengan tradisi. Dari hasil penelitian


(44)

dapat diketahui tradisi suku simalungun dalam perawatan bayi baru lahir masih dilakukan sampai saat ini. Menetesi jeruk hajor kedalam mulut bayi baru lahir merupakan kebiasaan yang dilakukan disuku simalungun saat proses persalinan yang bertujuan untuk mengeluarkan lendir-lendir ataupun kotoran yang ada didalam mulut bayi baru lahir. Serta mengolesi air cabe ke bibir bayi baru lahir sering kali dilakukan oleh suku simalung saat persalinan, hal ini diyakini dapat membuat bibir bayi nantinya merah.

Sama halnya dengan masyarakat pulau Lombok yang memiliki tradisi sendiri dalam perawatan bayi baru lahir. Sesudah proses kelahiran selesai, bayi yang masih dibungkus plasenta (lulum) dan berwarna sedikit kekuningan harus dibersihkan. Setelah itu ia diborehi dengan campuran kapur dan irisan kunyit, dengan tujuan membuat kulit bayi yang muda menjadi cepat tua, artinyatidak lembek dan merah. Kemudian ia sekali lagi dimandikan dengan air hangat dan di bungkus rapat-rapat dengan kain bersih dan baru agar hangat.

Dari uraian hasil penelitian tampak adanya bermacam-macam tradisi atau kebiasaan yang dilakukan ibu Suku Simalungun pada saat proses persalinan. Upaya-upaya yang dilakukan disaat persalinan melibatkan semua anggota keluarga. Periode prenatal merupakan hal yang penting bagi seluruh keluarga karena terdapat kemungkinan krisis dalam proses penyesuaian keluarga. Masalah budaya juga sangat dipertimbangkan saat proses persalinan.

Penting bagi para bidan untuk tidak menggunakan keyakinan budayanya sebagai kerangka kerja. Walaupun keyakinan budaya dan perilaku orang lain mungkin tampak aneh sebaiknya bidan tetap membiarkan hal tersebut asal hal ini tidak membahayakan ibu dan bayinya. Dilain pihak, bidan juga tidak boleh


(45)

budaya tertentu hanya karena ibu ini berasal dari kelompok budaya tersebut. Banyakibu muda, yang merupakan generasi pertama atau generasi kedua dan lahir disuatu tempat, mengikuti tradisi budaya mereka hanya jika ada anggoata yang lebih tua. Bidan perlu lebih mengenal setiap wanita sebagai individu dan memvalidasi keyakinan budaya yang bermakna bagi wanita tersebut. Dengan pengetahuan ini, bidan dapat mendukung dan memelihara keyakinan yang meningkatkan adaptasi fisik dan emosinya pasca melahirkan.

Hasil akhir yang diharapkan adalah bahwa ibu dan keluarganya dapat mengidentifikasi tindakan yang meningkatkan penyesuaian pribadi yang sehat pada saat persalinan dan mempertahankan fungsi keluarga secara sehat berdasarkan norma budaya dan harapan pribadi. Namun, jika keyakinan tertentu diidentifikasi dapat membahayakan, bidan harus berhati-hati dalam menggali keyakinan tersebut pada pasien dan guna keyakinan tersebut dalam proses reduksi dan modifikasi (Bobak, 2005).


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari keenam partisipan mengenai pengalaman ibu primipara suku simalungun saat persalinan didapatkan bahwa suku simalungun memiliki ciri khas tersendiri tentang upaya memperlancar proses persalinan, upaya membuka jalan lahir, upaya pelepasan plasenta, dan upaya perwatan bayi baru lahir.

Upaya memperlancar proses persalinan dilakukan dengan cara meminum air perasan daun bunga raya, memukul-mukul dinding, dan tidak boleh bersalin ditemani oleh orang tua perempuan. Dan upaya untuk membuka jalan lahir dilakukan dengan cara meminum air kunci. Untuk upaya pelepasan plasenta ibu primipara bersuku simalungun juga mempunyai pengalaman dengan cara meniup botol dan memasukkan ujung rambut kedalam mulut. Sedangkan upaya perawatan bayi baru lahir dilakukan juga menetesi air jeruk hajor dan mengolesi cab eke bibir bayi baru lahir.

B. Saran

1. Kepada Ibu

Dari aspek medis kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan ibu suku batak simalungun tidak sesuai dengan pelayanan kesehatan yang baik. Oleh karena itu diharapkan kepada ibu-ibu simalungun yang hendak melahirkan agar dapat melakukan persalinan yang aman sesuai dengan standart pelayanan kesehatan.


(47)

2. Rekomendasi penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang mengidentifikasi pengalaman ibu primipara suku simalungun saat persalinan melalui beberapa partisipan, namun tidak diketahui bagaimana pelaksanaannya secara umum oleh suku simalungun. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian secara kualitatif etnografi sehingga nantinya dapat ditentukan strategi pendekatan yang lebih efektif dalam memberikan pelayanan yang komprehensif khususnya pada suku simalungun.

3. Ilmu kebidanan

Ilmu kebidanan sebagai aspek penting dalam kontribusi pelayanan kesehatan di masyarakat harus dapat mengembangkan pengetahuan kebutuhan-kebutuhan masyarakat salah satunya dari segi sosiokultural yang sesuai dengan standart pelayanan kesehatan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tercapainya pemberian pelayanan kebidanan yang berkualitas dan terpercaya di masyarakat.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, lawdermik., & Jansen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi IV. Jakarta : EGC.

Chandra, Budiman. (1995). Pengantar Satistik Kesehatan. Jakarta : EGC. Cunningham, F. Gary., et al. (2005). Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC. JNPK-KR. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Manik, murniati., et al. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan : Tidak dipublikasikan.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan

Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Moctar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Moleong, Lexy .(2005). Metodeologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT . Remaja Rosdakarya.

Musbikin, Imam. (2005). Panduan bagi IBu Hamil & Melahirkan : Yogyakarta : Mitra Pustaka.

Musbiki, Imam. (2006). Persiapan Menghadapi Persalinan. Yogyakarta : Mitra Pustaka.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodeologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pastuty, R. (2009). Buku saku Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina Pustaka. Ross, S. (2006). Birth Right. Jakarta: Trans Media.

Rukiyah, A Y., et al. (2009). Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta : Trans Info Media

Saryono, et al. (2010). Metodeologi Penelitian Kualitatif dalam bidamg Kesehatan. Yogyakarta : Nurmedika.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Bandung : Alfa Beta.

Sumarah., et al. (2008). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu

Bersalin). Yogyakarta : Fitramaya.

Swasono, mutia F. (1998). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam

Konteks Budaya. Jakarta : Universitas Indonesia.


(49)

Tarigan, Henry G. (1990). Percikan Budaya Karo. Yayasan Simeiga Silima.

Tim Penyusun Kamus PUsat Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

III. Jakarta : Balai Pustaka.


(50)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Judul Penelitian : Pengalaman Ibu Primipara Suku Batak Simalungun saat Persalinan

Peneliti : Meny Warina Purba

Alamat : Bahapal raya, Kec. Raya, Kab. Simalungun

Dengan menanda tangani lembaran ini saya memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner data demografi yang diberikan peneliti dan bersedia

diwawancarai. Saya mengerti bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana : Pengalaman Ibu Primipara Suku Batak Simalungun saat Persalinan .Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak mengandung resiko yang berarti dan saya telah diberitahukan bahwa hasil wawancara ini tidak akan diberitahukan kepada siapapun.

Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian ini dan diberi kesempatan untuk bertanya.Saya secara sukarela berperan dalam peneltian ini

Tanda Tangan Medan, Februari 2011

Partisipan Peneliti


(51)

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian

1. Semua pertanyaan harus di jawab

2. Berilah tanda checklist (√) padda kotak yang telah disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu.

1. Umur ibu saat ini ...tahun 2. Agama ...

a. Islam ( )

b. Kristen Protestan ( ) c. Katolik ( )

d. Budha ( ) e. Hindu ( )

3. Tingkat pendidikan formal ibu ang terakhir ... a. SD ( )

b. SLTP ( ) c. SMU ( ) d. Sarjana ( ) 4. Pekerjaan ibu ...

a. PNS ( ) b. Pegawai Swasta ( )


(52)

c. Wiraswasta ( ) d. Ibu Rumah Tangga ( )


(53)

Panduan wawancara


(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Meny Warina Purba

Tempat / Tanggal lahir : Dolok Saratus, 15 Januari 1987

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Jansen Purba

Nama Ibu : Rosni Saragih

Alamat : Kompleks Puri Anom Asri Blok E, no 47

Riwayat Pendidikan : SD Negri 091716 Bandar Raya 1993-1999 SMP Negri 2 Raya Kahean 1999-2002 SMA N 1 Pematang Siantar 2002-2005 STIKes Mutiara Indonesi 2005-2008 D-IV Bidan Pendidik 2010-2011


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Meny Warina Purba

Tempat / Tanggal lahir : Dolok Saratus, 15 Januari 1987

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Jansen Purba

Nama Ibu : Rosni Saragih

Alamat : Kompleks Puri Anom Asri Blok E, no 47

Riwayat Pendidikan : SD Negri 091716 Bandar Raya 1993-1999

SMP Negri 2 Raya Kahean 1999-2002

SMA N 1 Pematang Siantar 2002-2005

STIKes Mutiara Indonesi 2005-2008